Askep Osteoporosis
Askep Osteoporosis
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan YME atas segala limpahan
karuniaNya. sehingga saya dapat menyelesaikan tugas mata kuliah system
muskuloskeletal. Pada makalah ini saya akan membahas tentang gangguan
metabolisme osteoporosis.
Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan data-data sekunder yang penulis
peroleh dari berbagai sumber yang berkaitan dengan osteoporosis. Tak lupa
penyusun ucapkan terima kasih kepada pengajar mata kuliah system
muskuloskeletal atas bimbingan dan arahan dalam penulisan makalah ini. Juga
kepada rekan-rekan mahasiswa yang telah mendukung sehingga dapat
diselesaikannya makalah ini.
Penulis harap dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi
kita semua, dalam hal ini dapat menambah wawasan kita, khususnya bagi penulis.
Memang makalah ini masih jauh dari sempurnah, maka penulis mengharapkan
kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan menuju arah yang lebih baik.
Penulis
1
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ............................................................................................1
Daftar Isi ......................................................................................................2
I. Pendahuluan
A. Latar Belakang.........................................................................................3
B. Rumusan Masalah....................................................................................3
II. Pembahasan
A. Definisi ...................................................................................................4
B. Anatomi dan Fisiologi.............................................................................4
C. Patoflow...................................................................................................7
D. Etiologi ...................................................................................................8
E. Manifestasi Klinik...................................................................................9
F. Klasifikasi................................................................................................9
G. Tes diagnose............................................................................................9
H. Pengkajian Teori ...................................................................................10
I. Diagnosis...............................................................................................11
J. Intervensi...............................................................................................11
K. Evaluasi.................................................................................................13
III. Penutup
A. Simpulan................................................................................................15
B. Saran......................................................................................................15
IV. Daftar Pustaka............................................................................................16
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Osteoporosis merupakan salah satu penyakit degenerative yang menjadi
permasalahan global di bidang kesehatan termasuk di Indonesia. Osteoporosis
merupakan penyakit yang ditandai dengan massa tlag yang rendah atau berkurang,
disertai dengan gangguan mikro arsitektur tulang dan penurunan kualitas tulng yang
data menimbulkan kerapuhan tulang (wardhana, dkk. 2012)
Dampak dari enderitas osteoporosis yaitu beresiko mengalami fraktur.
Osteoporosis juga menyebabkan kecacatan, ketergantungan pada orang lain, gangguan
psikologis sehingga menurunkan kualitas dan fungsi hidup serta meningkatkan
mortalitas. (Hikmiyah, dkk. 2013) terdapat beberapa factor resiko terjadinya
osteoporosis, yaitu factor resiko yang dapat diubah dan yang tidak dapat diubah.
Factor resiko yang tidak dapat diubah antara lain adalah status guzi, asupan kalsium,
konsumsi alkohol, kopi, meroko, hormone endogen sepertiesterogen, menopause dini,
aktifitas fisik dan penggunaan steroid dalam jangka panjang. (Wardhana, 2012)
Prevalensi osteoporosis di duni masih cukup tinggi. World Healthy
Organization (WHO) menyebutkan bahwa sekitar 200 juta orang menderita
osteoporosis di seluruh dunia. Pada tahun 2050, dipekirakan angka patah tulang
pinggul akan meningkat 2 kali lipat pada wanita dan tiga kali lipat pada laki-laki.
(Kemenkes RI. 2012).
B. RUMUSAN MASALAH
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Osteoporosis adalah penyakit metabolik tulang yang memiliki penurunan matrix
dan proses mineralisasi yang normal tetapi massa atau densitas tulang berkurang
(Gallagher, 1999)
Osteoporosis adalah suatu kondisi berkurangnya massa tulang secara nyata yang
berakibat pada rendahnya kepadatan tulng, sehingga tulang menjadi keropos atau
rapuh. Tulang yang mudah patah akibat osteoporosis adalah tulang belakang,
tulang paha, dan tulang pergelangan tangan. (Endang Purwoastuti, 2009)
Osteoporosis adalah penyakit skeletal sistemik dengan karakteristik massa tulang
yang rendah dan perubahan mikroarsitektur dari jaringan tulang dengan akibat
meningkatnya fragilitas tulang dan meningkatnnya kerentanan terhadap tulang
patah. (Lukman, Nurma Ningsih. 2009)
5
6. Glukokortikoid.
Mengatur metabalolisme protein. Pada saat dibutuhka, hormone dapat
meningkatkan atau menurunkan katabolisme untuk mengurangi atau
mengintensifkan matriks organik ditulang dan membantu dalam pengaturan kalsium
di intestinum dan absorpsi fosfor.
7. Hormone seksual
a. Estrogen mengstimulasi aktivitas osteoblastik dan cenderung menghambat peran
hormone paratiroid. Jumlah estrogen menurun saat menopause sehingga penurunan
kadar kalsium pada tulang dalam waktu lama menyebabkan osteoporosis.
b. Androgen seperti testosterone meningkatkan anabolisme dan massa tulang.
Sendi
Pergerakan tidak mungkin terjadi jika kelenturan dalam rangka tulang tidak ada.
Kelenturan dimungkinkan oleh adanya persendian.Sendi adalah suatu ruangan, tempat
satu atau dua tulang berada saling berdekatan. Fungsi utama sendi adalah memberikan
pergerakan dan fleksibilitas dalam tubuh.
Otot
Fungsi Otot Skelet
1. Eksitabilitas adalah kesanggupan sel untuk menerima dan merespons stimulus.
Stimulus biasanya dihantarkan oleh nuerotransmiter yang dikeluarkan oleh
neuron dan respons yang distransmisikan dan dihasilkan oleh potensial aksi
pada membrane plasma dari sel otot.
2. Kontraktibilitas adalah kesanggupan sel untuk merespons stimulus dengan
memendek secara paksa.
3. Ekstensibilitas adalah kesanggupan sel untuk merespons stimulus dengan
memperpanjang dan memperpendek serat otot saat relaksasi ketika
berkontraksi dan memanjang jika rileks.
4. Elastisitas adalah kesanggupan sel untuk menghasilkan waktu istirahat yang
lama setelah memendek dan memanjang.
C. Patoflow
Usia Lanjut
6
(Menopause)
Defisiensi Vitamin D, Sekresi esterogen Aktfitas fisik
aktifitas 1-idroksilase,
resistensi vitamin D
- Bonnemarrow stroma
cell & sel mononuclear
- Pe reabsorbsi - sekresi GH dan IGF
kalsium di ginjal
- Pe absorbsi kalsium
di usus
Gangguan fungsi
Hipokalsemia osteoblast
PTH
Hiperparairoidisme
sekunder
Nyeri
deformitas
7
Penyebab osteoporosis secara pasti belum diketahui.
Factor resiko terjadinya osteoporosis:
1. Jenis kelamin wanita
2. Diet rendah kalsium
3. Pecandu alcohol
4. Perokok
5. Kurang aktivitas
6. Penggunaan obat dalam jangka waktu lama: Kortikosteroid
E. Gambaran klinis
Kepadatan tulang berkurang secara perlahan, sehingga pada awalnya
osteoporosis tidak menimbulkan gejala pada beberapa penderita. Jika kepadatan tulang
sangat berkurang yang menyebabkan tulang menjadi kolaps atau hancur, maka akan
timbul nyeri tulang dan kelainan bentuk. Tulang-tulang yang terutama terpengaruh
pada osteoporosis adalah radius distal, korpus vertebra terutama mengenai T8-L4, dan
kollum femoris (Lukman, Nurma Ningsih : 2009).
Kolaps tulang belakang menyebabkan nyeri punggung menahun. Tulang
belakang yang rapuh bisa mengalami kolaps secara spontan atau karena cedera ringan.
Biasanya nyeri timbul secara tiba-tiba dan dirasakan di daerah tertentu dari pungung
yang akan bertambah nyeri jika penderita berdiri atau berjalan. Jika disentuh, daerah
tersebut akan terasa sakit, tetapi biasanya rasa sakit ini akan menghilang secara
bertahap setelah beberapa minggu atau beberapa bulan. Jika beberapa tulang belakang
hancur, maka akan terbentuk kelengkungan yang abnormal dari tulang belakang
(punuk), yang menyebabkan terjadinya ketegangan otot dan rasa sakit (Lukman,
Nurma Ningsih : 2009).
Tulang lainnya bisa patah, yang sering kali disebabkan oleh tekanan yang
ringan atau karena jatuh. Salah satu patah tulang yang paling serius adalah patah
tulang panggul. Selain itu , yang juga sering terjadi adalah patah tulang lengan (radius)
di daerah persambungannya dengan pergelangan tangan, yang disebut fraktur Colles.
Pada penderita osteoporosis, patah tulang cenderung mengalami penyembuhan secara
perlahan (Lukman, Nurma Ningsih : 2009).
F. Klasifikasi osteoporosis
Djuantoro (1996), membagi osteopororsis menjadi :
8
1. Osteoporosis Postmenopause (Tipe I)
Merupakan bentuk yang paling sering ditemukan pada wanita kulit putih dan
Asia. Bentuk osteoporosis ini disebabkan oleh percepatan resopsi tulang yang
berlebihan dan lama setelah penurunan sekresi hormone estrogen pada masa
menopause.
2. Osteoporosis involutional (Tipe II)
Terjadi pada usia diatas 75 tahun pada perempuan maupun laki-laki. Tipe ini
diakibatkan oleh ketidakseimbangan yang samar dan lama antara kecepatan
resorpsi tulang dengan kecepatan pembentukan tulang.
3. Osteoporosis idiopatik
Adalah tipe osteoporosis primer yang jarang terjadi pada wanita premenopouse
dan pada laki-laki yang berusia di bawah 75 tahun. Tipe ini tidak berkaitan
dengan penyebab sekunder atau faktor resiko yang mempermudah timbulnya
penurunan densitas tulang.
4. Osteoporosis juvenile
Merupakan bentuk yang paling jarang terjadi dan bentuk osteoporosis yang terjadi
pada anak-anak prepubertas.
5. Osteoporosis sekunder.
Penurunan densitas tulang yang cukup berat untuk menyebabkan fraktur
atraumatik akibat factor ekstrinsik seperti kelebihan kortikosteroid, atraumatik
reumatoid, kelainan hati/ ginjal kronis, sindrom malabsorbsi, mastisitosis
sistemik, hipertiriodisme , varian status hipogonade dan lain-lain.
G. Tes Diagnostik
Radiologi
Gejala radiologi yang khas adalah densitas atau massa tulang yang menurun
yang dapat dilihat pada vertebra spinalis. Dinding dekat korpus vertebra biasanya
merupakan lokasi yang paling berat.
CT-Scan
Mineral vertebra diatas 110 mg/cm3 biasanya tidak menimbulkan fraktur
vertebra atau penonjolan, sedangkan mineral vertebra dibawah 65 mg/cm 3 ada pada
hampir semua klien yang mengalami fraktur.
Pemeriksaan laboratorium
9
Kadar Ca, P, dan fosfatase alkali tidak menunjukan kelainan yang nyata.
Kadar HPT (pada pascamenopause kadar HPT meningkat) dan Ct (terapi
estrogen merangsang pembentukan Ct)
Kadar 1,25-(OH)-D3 dan absorpsi Ca menurun.
Ekskresi fosfat hidroksiprolin terganggu sehingga meningkat kadarnya.
G. Asuhan Keperawatan
G. Pengkajian
a. Rasa nyeri atau sakit tulang punggung (bagian bawah), leher, dan pinggang.
b. Berat badan menurun
c. Biasanya diatas 45 tahun
d. Jenis kelamin sering pada wanita
e. Pla latihan dan aktivitas
f. Keadaan nutrisi (mis, kurang vitamin D serta kalsium)
g. Merokok, mengkonsumsi alcohol dan kafein
h. Adanya penyakit endokrin: diabetes mellitus, hipertiroid, hiperparatiroid,
sindrom cushing, hipogonadisme
2. Pemeriksaan Fisik
B6(Bone)
Pada inspeksi dan palpasi daerah kolumna vertebralis, klien osteoporosis sering
menunjukan kifosis atau gibbus (dowager’s hump) dan penurunan tinggi badan
dan berat badan. Ada perubahan gaya berjalan, deformitas tulang, leg-length
inequality, dan nyeri spinal. Lokasi fraktur yang sering terjadi adalah antara
vertebra torakalis 8 dan lumbalis 3.
3. Riwayat psikososial.
10
Penyakit ini sering terjadi pada wanita. Biasanya sering timbul kecemasan,
takut melakukan aktivitas dan perubahan konsep diri. Perawat perlu mengkaji
masalah-masalah psikologis yang timbul akibat proses ketuaan dan efek
penyakit yang menyertainya.
H. Diagnosa Keperawatan
11
dan jelaskan tujuannya
Kolaborasi dengan ahli gizi
dalam program diet tinggi
kalsium serta vitamin D
Kolaborasi dengan petugas
laboratorium dalam memantau
kadar kalsium
2. Nyeri b.d fraktur dan Nyeri reda Anjurkan istirahat ditempat tidur
spasme otot dengan posisi terlentang atau
miring
Atur posisi lutut fleksi,
meningkatkan rasa nyaman
dengan merelaksasi otot
Kompres hangat intermiten dan
pijit punggung dapat
memperbaiki relaksasi otot
Anjurkan posisi tubuh yang baik
dan ajarkan mekanika tubuh
Gunakan korset atau brace
punggung, saat pasien turun dari
tempat tidur
Kolaborasi dalam pemberian
analgesic untuk mengurangi
nyeri
J. Evaluasi Keperawatan
13
i. Melakukan ROM secara teratur
j. Menggunakan alat bantu saat aktivitas
k. Menggunakan brace atau korset saat aktivitas
14
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Osteoporosis merupakan kondisi terjadinya penurunan densitas/ matriks/massa
tulang, peningkatan prositas tulang, dan penurunan proses mineralisasi deisertai
dengan kerusakakn arsitektur mikro jaringan tulang yang mengakibatkan penurunan
kekokohan tulang sehingga tulang menjadi mudah patah.
Beberapa faktor resiko Osteoporosis antara lain yaitu : usia, genetik, defisiensi
kalsium, aktivitas fisik kurang, obatobatan (kortikosteroid, anti konvulsan, heparin,
siklosporin), merokok, alcohol serta sifat fisik tulang (densitas atau massa tulang) dan
lain sebagainya. Osteoporosis sering mengakibatkan fraktur kompresi. Fraktur
kompresi ganda vertebra mengakibatkan deformitas skelet.
B. Saran
1. Lansia
Harus lebih memperhatikan kesehatan dengan menghindari faktor-faktor resiko
osteoporosis serta memenuhi asupan gizi yang lengkap terutama untuk tulang
2. Tenaga medis
Sebagai seorang tenaga medis harus mampu memberikan pendidikan kesehatan
yang baik terutama bagi lansia sehingga dapat menghindarkan atau mencegah
terjadinya penyakit osteoporosis
3. Mahasiswa
Harus lebih memahami tentang asuhan keperaawatan pada gangguan system
musculoskeletal “osteoporosis” sehingga mampu menerapkannya di lhan praktik
demi memberi pelayanan kesehatan yang baik bagi klien.
15
DAFTAR PUSTAKA
Brunner and Sudart. 2006. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Volume 3.
Jakarta : EGC.
16