Anda di halaman 1dari 25

ASUHAN KEPERAWATAN TUBERCULOSIS (TBC)

Disusun Oleh :
Kelompok 1
1. Alhavista bella 7. Rosa nalurita
2. Dea ayu listi selesti 8. Selvi widayanti
3. Indah lestari 9. Syavirea maznia
4. Meilinda kurnia putri 10. Tri arif wahyudi
5. Monica dwi agustina 11. Herlen karyani
6. Rizka zahro

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


SITI KHADIJAH PALEMBANG
T.A 2019/2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penyusunan makalah dengan
judul Asuhan Keperawatan Tuberculosis ini dapat terselesaikan.
Dalam penyusunan makalah ini kami banyak mendapat bantuan dari
berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh sebab itu, pada
kesempatan ini kami ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
sebab itu, saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan untuk
penyempurnaan pada tugas pembuatan berikutnya.
Semoga makalah ini dapat diterapkan sehingga berguna bagi mahasiswa
keperawatan secara umum.

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ 2
DAFTAR ISI.......................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah............................................................................... 4
C. Tujuan ................................................................................................ 5
1. Tujuan Umum ............................................................................... 5
2. Tujuan Khusus .............................................................................. 5
D. Manfaat................................................................................................ 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi .......................................................................................... 7
B. Anatomi ........................................................................................ 7
C. Etiologi .......................................................................................... 8
D. Patofisiologi .................................................................................. 9
E. Manifestasi Klinis .........................................................................
10
F. Komplikasi ....................................................................................
11
G. Pemeriksaan Penunjang ................................................................
12
H. Penatalaksanaan.............................................................................
13
Konsep Asuhan Keperawatan TBC.....................................................
16
1. Pengkajian .....................................................................................
16
2. Diagnosa Keperawatan .................................................................
17

3
3. Intervensi Keperawatan ................................................................
18
4. Pembahasan Jurnal........................................................................
23

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ........................................................................................
23
B. Saran ..................................................................................................
23
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................
24

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia adalah negeri dengan pravealensi TB ke-3 tertinggi didunia setelah

Cina dan India pada tahun 1998 diperkirakan TB di Cina, India, dan Indonesia

berturut-turut 1828 dan 591 kasus. Perkiraan kejadian BTA disputum yang positif

di Indonesia adalah 266 tahun 1998. Berdasarkan survei kesehatan rumah tangga

1885 dan survei kesehatan nasional 2001, TB menepati rsnking nomer 3 sebagai

penyebab kematian tertinggi di indonesia. (Setiati, 2014)

Penderita tuberculosisi dikawasan asia terus bertambah. Sejauh ini, asia

termasuk kawasan dengan penyebaran tuberculosis (TB) tertingi didunia. Setiap

30 detik, ada satu pasien di asia meninggal dunia akibat penyakit ini. 11 dari 22

negara dengan angka kasus tertinggi berada di asia, diantaranya Bangladesh, Cina,

India, Indonesia, dan Pakistan. 4 dari 5 penderita TB di Asia termasuk kelompok

4
usia produktif. Di Indonesia, angka kematian akibat TB mencapai 140.000 orang

per tahun atau 8% dari korban meninggal diseluruh dunia. Setiap tahun, terdapat

lebih dari 500.000 kasus baru TB, dan 75% penderita termasuk kelompok usia

produktif. Jumlah penderita TB di Indonesia merupakan ketiga terbesar diduni

setelah di India dan Cina. (Muttaqin, 2012)

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui dan memperoleh informasi tentangkonsep asuhan
keperawatan Tuberculosis (TBC)
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui definisi penyakit TBC serta penyebabnya
2. Untuk mengetahui etiologi penyakit TBC
3. Untuk mengetahui tanda dan gejala penyakit TBC
4. Untuk mengetahui patofisiologi penyakit TBC
5. Untuk mengetahui manifestasi penyakit TBC
6. Memberikan asuhan keperawatan yang tepat pada pasien TBC

C. Manfaat
1. Bagi Penulis
Menambah pengetahuan penulis tentang kasus penyakit
Tuberculosis (TBC)
2. Bagi Masyarakat
Dapat memberikan informasi yang benar pada pasien, keluarga dan
masyarakat sehingga lebih dapat mengenal dan mengetahui
mengenai gambaran kasus Tuberculosis (TBC).

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. PENGERTIAN
Tuberkulosis adalah suatu penyakit infeksius yang menyerang paru-paru
yang secara khas ditandai oleh pembentukan granuloma dan menimbulkan
nekrosis jaringan. Penyakit ini bersifat menahun dan dapat menular dari penderita
kepada orang lain (Santa, dkk, 2009).
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh
kuman TB (Myobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang
paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya. (Depkes RI, 2007).
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang
parenkim paru Tuberkulosis dapat juga ditularkan ke bagian tubuh lainnya,
termasuk meningens, ginjal, tulang, dan nodus limfe. (Suzanne C. Smeltzer &
Brenda G. Bare, 2002 ).

B. ANATOMI

6
ParuParu adalah organ pernapasan utama yang terletak di rongga dada,
memiliki 2 bagian utama, paru kanan dan kiri yang dipisahkan oleh mediastinum
diantara kedua paru, di dalam mediastinum terdapat bangunan-bangunan penting
seperti pembuluh darah besar dan jantung. Udara bisa sampai ke paru setelah
melewati jalan napas atas yaitu, hidung, faring, laring, trakea, bronkus, bronkiolus
dan alveolus. Paru dilapisioleh pleura yang terdiri dari pleura visceral yang
menempel langsung pada paru dan pleura parietal yang menempel pada dinding
dada, diantara kedua pleura terdapat cavum pleura.Gambar 1. Anatomi Paru8
Fungsi utama paru adalah untuk pertukaran gas antara udara atmosfer dan
darah. Dalam menjalankan fungsinya, paru seperti sebuah pompa mekanik yang
berfungsi ganda, yaitu menghisap udara atmosfer ke dalam paru (inspirasi) dan
mengeluarkan udara alveolus dari dalam tubuh (ekspirasi).10,11Latihan fisik
adalah pergerakan tubuh yang dilakukan oleh otot dengan terencana dan berulang
yang menyebabkan peningkatan pemakaian energi dengan tujuan untuk
memperbaiki kebugaran fisik. Secara umum, latihan fisik menggambarkan proses
metabolik yang menyediakan energi untuk kontraksi otot seperti aerobik (dengan
oksigen) ataupun anaerobik (tanpa oksigen).

C. ETIOLOGI

7
Penyebab tuberkulosis adalah Myobacterium tuberculosae, sejenis kuman
berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4/Um dan tebal 0,3-0,6/Um.
Tergolong dalam kuman Myobacterium tuberculosae complex adalah :
1. M. Tuberculosae
2. Varian Asian
3. Varian African I
4. Varian African II
5. M. bovis.
Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid). Lipid inilah yang
membuat kuman lebih tahan terhadap asam (asam alkohol) sehingga disebut
bakteri tahan asam (BTA) dan ia juga lebih tahan terhadap gangguan kimia dan
fisis. Kuman dapat tahan hidup pada udara kering maupun dalam keadaan dingin
(dapat tahan bertahun-tahun dalam lemari es). Hal ini terjadi karena kuman
bersifat dormant, tertidur lama selama bertahun-tahun dan dapat bangkit kembali
menjadikan tuberkulosis aktif lagi. Di dalam jaringan, kuman hidup sebagai
parasit intraselular yakni dalam sitoplasma makrofag. Makrofag yang semula
memfagositasi malah kemudian disenanginya karena banyak mengandung lipid
(Asril Bahar,2001).

D. PATOFISIOLOGI
Tempat masuk kuman M.tuberculosis adalah saluran pernafasan, saluran
pencernaan, dan luka terbuka pada kulit. Kebanyakan infeksi tuberkulosis terjadi melalui
udara (airborne), yaitu melalui inhalasi droplet yang mengandung kuman-kuman basil
tuberkel yang berasal dari orang yang terinfeksi. Saluran pencernaan merupakan tempat
masuk utama jenis bovin, yang penyebarannya melalui susu yang terkontaminasi.
Tuberkulosis adalah penyakit yang dikendalikan oleh respon imunitas perantara
sel. Sel efektornya adalah makrofag, sedangkan limfosit (biasanya sel T) adalah sel
imunoresponsifnya. Tipe imunitas seperti ini biasanya lokal, melibatkan makrofag yang
diaktifkan di tempat infeksi oleh limfosit dan limfokinnya. Respon ini disebut sebagai
reaksi hipersensitivitas (lambat).
Lesi primer paru-paru dinamakan fokus Gohn dan gabungan terserangnya
kelenjar getah bening regional dan lesi primer dinamakan kompleks Gohn   respon lain
yang dapat terjadi pada daerah nekrosis adalah pencairan, dimana bahan cair lepas
kedalam bronkus dan menimbulkan kavitas. Materi tuberkular yang dilepaskan dari

8
dinding kavitas akan masuk ke dalam percabangan trakeobronkhial. Proses ini dapat akan
terulang kembali ke bagian lain dari paru-paru, atau basil dapat terbawa sampai ke laring,
telinga tengah atau usus. Kavitas yang kecil dapat menutup sekalipun tanpa pengobatan
dan meninggalkan jaringan parut bila peradangan mereda lumen bronkus dapat
menyempit dan tertutup oleh jaringan parut yang terdapat dekat perbatasan rongga
bronkus. Bahan perkejuan dapat mengental sehingga tidak dapat mengalir melalui saluran
penghubung sehingga kavitas penuh dengan bahan perkejuan dan lesi mirip dengan lesi
berkapsul yang tidak terlepas keadaan ini dapat menimbulkan gejala dalam waktu lama
atau membentuk lagi hubungan dengan bronkus dan menjadi tempat peradangan aktif.
Penyakit dapat menyebar melalui getah bening atau pembuluh darah. Organisme yang
lolos dari kelenjar getah bening akan mencapai aliran darah dalam jumlah kecil dapat
menimbulkan lesi pada berbagai organ lain. Jenis penyebaran ini dikenal sebagai
penyebaran limfohematogen, yang biasanya sembuh sendiri. Penyebaran hematogen
merupakan suatu fenomena akut yang biasanya menyebabkan tuberkulosis milier. Ini
terjadi apabila fokus nekrotik merusak pembuluh darah sehingga banyak organisme
masuk kedalam sistem vaskular dan tersebar ke organ-organ tubuh.

      Pathway 

9
Pathway TBC (Tuberkulosis)

E. MANIFESTASI KLINIS
Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu
atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur
darah, batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan
menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang
lebih dari satu bulan (Depkes, 2006).
Keluhan yang dirasakan pasien tuberkulosis dapat bermacam-macam
atau malah banyak pasien ditemikan Tb paru tanpa keluhan sama sekali dalam
pemeriksaan kesehatan. Gejala tambahan yang sering dijumpai (Asril Bahar.
2001):

10
1.      Demam
Biasanya subfebril menyerupai demam influenza. Tetapi kadang-kadang dapat
mencapai 40-41°C. Serangan demam pertama dapat sembuh sebentar, tetapi
kemudian dapat timbul kembali. Begitulah seterusnya sehingga pasien merasa
tidak pernah terbebas dari demam influenza ini.
2.      Batuk/Batuk Darah
Terjadi karena iritasi pada bronkus. Batuk ini diperlukan untuk membuang
produk-produk radang keluar. Keterlibatan bronkus pada tiap penyakit tidaklah
sama, maka mungkin saja batuk baru ada setelah penyakit berkembang dalam
jaringan paru yakni setelah berminggu-minggu atau berbulan-bulan peradangan
bermula. Keadaan yang adalah berupa batuk darah karena terdapat pembuluh
darah yang pecah. Kebanyakan batuk darah pada tuberkulosis terjadi pada kavitas,
tetapi dapat juga terjadi pada ulkus dinding bronkus.
3.      Sesak Napas
Pada penyakit yang ringan (baru tumbuh) belum dirasakan sesak napas. Sesak
napas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, yang infiltrasinya sudah
meliputi setengah bagian paru-paru.
4.      Nyeri Dada
Gejala ini agak jarang ditemukan. Nyeri dada timbul bila infiltrasi radang sudah
sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis. Terjadi gesekan kedua pleura
sewaktu pasien menarik/melepaskan napasnya.
5.      Malaise
Penyakit tuberkulosis bersifat radang yang menahun. Gejala malaise sering
ditemukan berupa anoreksia (tidak ada nafsu makan), badan makin kurus (berat
badan turun), sakit kepala, meriang, nyeri otot, dan keringat pada malam hari
tanpa aktivitas. Gejala malaise ini makin lama makin berat dan terjadi hilang
timbul secara tidak teratur.

F. KOMPLIKASI
Komplikasi pada penderita tuberkulosis stadium lanjut (Depkes RI, 2005) :

11
1. Hemoptosis berat (perdarahan dari saluran nafas bawah) yang
dapat mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau
tersumbatnya jalan nafas.
2. Kolaps dari lobus akibat retraksi bronkial.
3. Bronkiektasis ( pelebaran bronkus setempat) dan fibrosis
(pembentukan jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif)
pada paru.
4. Pneumotorak (adanya udara di dalam rongga pleura) spontan :
kolaps spontan karena kerusakan jaringan paru.
5. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, ginjal dan
sebagainya.
6. insufisiensi Kardio Pulmoner (Cardio Pulmonary Insufficiency)

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Anamnesis dan pemeriksaan fisik
2. Laboratorium dan darah rutin ( LED normal / meningkat,
limpositosis)
3. Foto thorax Patologi Anatomi dan lateral
Gambaran foto torax yang menunjang diagnosa Tuberkulosis paru adalah :
 Bayangan lesi terletak dilapanagan atas paru / segmen apikal lobus
bawah.
 Bayangan berawan / patchy atau berbercak ( modulei )
 Adanya kelainan kavitas tunggal atau ganda.
 Kelainan bilateral terutama dilapisan atas paru.
 Adanya kalsifikasi.
 Bayangan menetap pada foto ulang beberapa minggu kemudian.
 Bayangan milier.
4. Pemeriksaan sputum
Pemeriksaan sputum bakteri tahan asam memastikan diagnosa
tuberkulosis paru, namun pemeriksaan ini sensitif, karena hanya 30 – 70 %
diagnosa dapat sitegakkan dengan pemeriksaan ini.

12
H. PENATALAKSANAAN

1. Obat Anti Tuberkulosa ( OAT )

Obat Anti Tuberkulosa harus diberikan dalam kombinasi sedikitnya

dua obat yang bersifat bakterisid dengan atau tanpa obat ketiga.

Tujuan OAT :

1. Membuat konversi sputum Bakteri Tahan Asam positif menjadi negatif

secepat mungkin

2. Mencegah kekambuhan dalam tahun pertama setelah pengobatan dalam

kegiatan sterilisasi.

3. Menghilangkan atau mengurangi gejala dan lesi melalui perbaikan daya

tahan imunologi.

Obat Anti Tuberkulosa yang biasa diugunakan antara lain :

Rifampisin, Pirazinamid ( PZA ), Isoniazid ( INH ), Streptomisin ( S ),

Etambutol ( E ). Penilaian keberhasilan pengobatan tergantung dari hasil

pemeriksaan bakteriologi, radiologi klinis, kesembuhan Tuberkulosis Paru

yang baik.akan memperlihatkan sputum Bakteri Tahan Asam negatif,

adanya perbaikan radiologi dan menghilangnya gejala.

I. KAJIAN ISLAMI SECARA UMUM

Dalam islam hukum pencegahan penyakit TB hukumnya wajib dan umat

Islam harus berpartisipasi dalam tindakan pencegahan penyakit TB dengan

kemampuan masing-masing.Berkaitan dengan penularan penyakit TB yang saat

ini sudah sangat mengkhawatirkan, tidak saja menyerang orang-orang miskin

tetapi juga orang kaya, baik di lingkungan yang kumuh maupun yang bersih,

13
Islam telah memiliki konsep pencegahan yang komprehensif, yaitu konsep tentang

kesehatan dan kebersihan. Sebagaimana diketahui bahwa penularan penyakit TB

berkaitan dengan dua hal ini, yaitu cara hidup tidak sehat dan tidak bersih.

Islam memandang kesehatan merupakan faktor yang sangat penting dalam

kehidupan manusia, karena itu Rasulullah menegaskan bahwa orang Islam yang

kuat lebih baik dan lebih disenangi di mata Allah daripada orang mukmin yang

lemah seperti diungkapan dalam hadis berikut: ‫ير وأحب إلي هللا من‬TTT‫وي خ‬TTT‫ؤمن الق‬TTT‫الم‬

‫عيف‬TTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTT‫المؤمنالض‬

“Orang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih disenangi di mata Allah daripada

orang mukmin yang lemah”. (HR. Muslim)

Di samping itu, untuk mencapai tubuh yang sehat, dalam pandangan Islam

tidak cukup hanya mengandalkan factor internal tubuh manusia saja, tetapi juga

factor lingkungan. Sebaik apapun makanan yang dikonsumsi manusia, jika

lingkungannya tidak sehat atau tidak bersih, maka ancaman penyakit masih tetap

besar. Karena penyakit bisa datang melalui makanan yang dikonsumsi dan bisa

juga melalui udara seperti penyakit TB ini. Maka dari itu, Islam juga sangat

menekankan kebersihan. Bahkan Allah SWT sangat menyintai orang-orang yang

bersih sebagaimana dalam firman-Nya berikut:

“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang taubat dan menyukai

orang-orang yang mensucikan diri”. (QS. Al-Baqarah: 222)

Dalam hadis Rasulullah SAW juga dinyatakan: ‫ة اال‬TT‫اإلسالم نظيف فتنظفوا فإنه ال يدخل الجن‬

‫“ النظيف‬Islam itu bersih maka peliharalah kebersihan karena sesungguhnya tidak

masuk surga kecuali orang-orang yang bersih”. (Al-Hadis)

Dua konsep Islam tentang kesehatan dan kebersihan di atas sangat tepat untuk

14
pencegahan penyakit TB. Karena pencegahan penyakit TB memang harus

dilakukan dengan dua sisi, yaitu sisi manusianya yang harus memiliki ketahanan

tubuh yang kuat dan sisi kebersihan lingkungan yang menjadi media penularan

penyakit TB.

Dari sisi lingkungan sangat penting diperhatikan karena penularan

penyakit TB melaui mediasi lingkungan yang tidak sehat. Seperti penderita TB

yang meludah sembarangan, batuk tidak menutup mulut, menggunakan gelas

minum secara sembarangan, dan lain-lain. Jika dikaitkan dengan konsep

kebersihan dalam Islam, maka di samping orang yang tidak menderita TB harus

menjaga kebersihan lingklungan, bagi penderita juga harus bisa menjaga diri tidak

melakukan perbuatan yang bisa menularkan penyakitnya kepada orang lain,

seperti meludah sembarangan, batuk tidak menutup mulut, dan lain sebagainya.

Karena jika penderita TB tidak berhati-hati, maka penyakitnya mudah menular

kepada orang lain. Dalam hukum Islam, tentu tindakan membahayakan orang lain

termasuk perbuatan yang dilarang.

Demikian juga pencegahan TB sedini mungkin dapat dilakukan dengan

memberi imunisasi BCG bagi bayi dan memberikan pengobatan yang tuntas bagi

anggota keluarga yang berpenyakit, terutama yang mempunyai balita agar tidak

meninggalkan keluarga yang lemah, sebagaimana penegasan firman Allag SWT.:

“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan

dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap

(kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah

dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar”. (an Nisaa’:9)

15
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN

I. POLA PERSEPSI KESEHATAN– MANAJEMEN KESEHATAN

Kaji adanya riwayat Tuberkulosiskulosis Paru pada pasien,

penggunaan obat-obatan tertentu, tinggal serumah dengan penderita

Tuberkulosis Paru, sesak nafas.

II. POLA NUTRISI METABOLIK

Kehilangan nafsu makan, kesulitan mencerna, penurunan berat

badan, turgor kulit buruk, / kering, bersisik, kehilangan otot / lemak

subkutan, demam.

III. POLA ELIMINASI CAIRAN

Kaji adanya diaporesis, muntah

IV. POLA AKTIVITAS LATIHAN

Kaji adanya kelelahan umum dan kelemahan, dispnoe saat bekerja,

kelemahan otot, sesak nafas, batuk produktif, atau tidak produktif,

peningkatan frekwensi pernafasan, tidak simetris, karakteristik sputum

hijau, kuning, atau berbercak darah.

V. POLA ISTIRAHAT TIDUR

Kaji adanya kesulitan tidur pada malam hari atau demam malam

hari, menggigil, berkeringat, sesak nafas.

VI. PERSEPSI KOGNITIF

Adanya faktor ( stress ) lama, perasaan tidak berdaya, ketakutan,

ansietas, iritabel.

VII. POLA PERSEPSI KONSEP DIRI

16
Penyangkalan tehadap penyakitnya, pandangan terhadap

tubuhnya,harapan akan kesembuhan, perubahan pola biasa dan tanggung

jjawab / perubahan kapasitas fisik untuk melakukan peran.

VIII. POLA HUBUNGAN SOSIAL

Bagaimana interaksi dengan masyarakat sekitar, penolakan

terhadap masyarakat sekitar,hubungan dengan keluarga.

IX. POLA HUBUNGAN SEKSUAL

Merasa kurang percaya diri terhadap pasangan.

X. POLA KOPING TOLERANSI STRESS

Bercerita tentang penyakitnya, memerlukan bantuan dalam

perawatan.

XI. POLA SPIRITUAL

Kepercayaan terhadap penyakit adalah suatu cobaan dari tuhan,

kepercayaan yang dianut oleh pasien, pengobatan dan perawatan yang

berhubungan dengan kepercayanan yang dianut oleh pasien.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi sekret
kental atau sekret darah
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan membran
alveoler-kapiler
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia
d. Nyeri Akut berhubungan dengan nyeri dada pleuritis
e. Hipertemia berhubungan dengan proses inflamasi

17
3. INTERVENI KEPERAWATAN
TUJUAN DAN
N DIAGNOSA INTERVENSI
KRITERIA HASIL
O KEPERAWATAN (NIC)
(NOC)
1 Bersihan Jalan Nafas NOC : NIC :
tidak Efektif   Respiratory status : Airway suction
Ventilation   Pastikan kebutuhan
Definisi :   Respiratory status : oral / tracheal
Ketidakmampuan untuk Airway patency suctioning
membersihkan sekresi   Aspiration Control    Auskultasi suara
atau obstruksi dari nafas sebelum dan
saluran pernafasan untuk Kriteria Hasil : sesudah suctioning.
mempertahankan  Mendemonstrasika   Informasikan pada
kebersihan jalan nafas. n batuk efektif dan klien dan keluarga
suara nafas yang tentang suctioning
Batasan Karakteristik : bersih, tidak ada   Minta klien nafas
-         Dispneu, Penurunan sianosis dan dyspneu dalam sebelum
suara nafas (mampu suction dilakukan.
-         Orthopneu mengeluarkan   Berikan O2 dengan
-         Cyanosis sputum, mampu menggunakan nasal
-         Kelainan suara nafas bernafas dengan untuk memfasilitasi
(rales, wheezing) mudah, tidak ada suksion nasotrakeal
-         Kesulitan berbicara pursed lips)   Gunakan alat yang
-         Batuk, tidak efekotif  Menunjukkan jalan steril sitiap
atau tidak ada nafas yang paten melakukan tindakan
-         Mata melebar (klien tidak merasa   Anjurkan pasien
-         Produksi sputum tercekik, irama nafas, untuk istirahat dan
-         Gelisah frekuensi pernafasan napas dalam setelah
-         Perubahan frekuensi dalam rentang kateter dikeluarkan
dan irama nafas normal, tidak ada dari nasotrakeal
suara nafas abnormal)   Monitor status
Faktor-faktor yang  Mampu oksigen pasien
berhubungan: mengidentifikasikan   Ajarkan keluarga
-         Lingkungan : dan mencegah factor bagaimana cara
merokok, menghirup yang dapat melakukan suksion
asap rokok, perokok menghambat jalan   Hentikan suksion
pasif-POK, infeksi nafas dan berikan oksigen
-         Fisiologis : disfungsi apabila pasien
neuromuskular, menunjukkan
hiperplasia dinding bradikardi,
bronkus, alergi jalan peningkatan saturasi
nafas, asma. O2, dll.
-         Obstruksi jalan nafas
: spasme jalan nafas, Airway Management
sekresi tertahan,          Buka jalan nafas,
banyaknya mukus, guanakan teknik chin
adanya jalan nafas lift atau jaw thrust

18
buatan, sekresi bronkus, bila perlu
adanya eksudat di          Posisikan pasien
alveolus, adanya benda untuk
asing di jalan nafas. memaksimalkan
ventilasi
         Identifikasi
pasien perlunya
pemasangan alat jalan
nafas buatan
         Pasang mayo bila
perlu
         Lakukan
fisioterapi dada jika
perlu
         Keluarkan sekret
dengan batuk atau
suction
         Auskultasi suara
nafas, catat adanya
suara tambahan
         Lakukan suction
pada mayo
         Berikan
bronkodilator bila
perlu
         Berikan
pelembab udara
Kassa basah NaCl
Lembab
         Atur intake untuk
cairan
mengoptimalkan
keseimbangan.
         Monitor respirasi
dan status O2
2. Gangguan Pertukaran NOC : NIC :
gas   Respiratory Status : Airway
Gas exchange Management
Definisi : Kelebihan atau  Respiratory Status :          Buka jalan nafas,
kekurangan dalam ventilation guanakan teknik chin
oksigenasi dan atau   Vital Sign Status lift atau jaw thrust
pengeluaran Kriteria Hasil : bila perlu
karbondioksida di dalam   Mendemonstrasika          Posisikan pasien
membran kapiler alveoli n peningkatan untuk
ventilasi dan memaksimalkan
Batasan karakteristik : oksigenasi yang ventilasi
 Gangguan adekuat          Identifikasi

19
penglihatan   Memelihara pasien perlunya
 Penurunan CO2 kebersihan paru paru pemasangan alat jalan
 Takikardi dan bebas dari tanda nafas buatan
 Hiperkapnia tanda distress          Pasang mayo
 Keletihan pernafasan bila perlu
 somnolen    Mendemonstrasika          Lakukan
 Iritabilitas n batuk efektif dan fisioterapi dada jika
 Hypoxia suara nafas yang perlu
 kebingungan bersih, tidak ada          Keluarkan sekret
 Dyspnoe sianosis dan dyspneu dengan batuk atau
 nasal faring (mampu suction
 AGD Normal mengeluarkan          Auskultasi suara
 sianosis sputum, mampu nafas, catat adanya
 warna kulit abnormal bernafas dengan suara tambahan
(pucat, kehitaman) mudah, tidak ada          Lakukan suction
 Hipoksemia pursed lips) pada mayo
 hiperkarbia    Tanda tanda vital          Berika
 sakit kepala ketika dalam rentang normal bronkodilator bial
bangun perlu
frekuensi dan
         Barikan
kedalaman nafas
pelembab udara
abnormal
         Atur intake
untuk cairan
Faktor faktor yang
mengoptimalkan
berhubungan :
keseimbangan.
 ketidakseimbangan
perfusi ventilasi          Monitor respirasi
 perubahan membran dan status O2
kapiler-alveolar
Respiratory
Monitoring
  Monitor rata – rata,
kedalaman, irama dan
usaha respirasi
  Catat pergerakan
dada,amati
kesimetrisan,
penggunaan otot
tambahan, retraksi
otot supraclavicular
dan intercostal
         Monitor suara
nafas, seperti dengkur
         Monitor pola
nafas : bradipena,
takipenia, kussmaul,
hiperventilasi, cheyne
stokes, biot

20
         Catat lokasi
trakea
         Monitor
kelelahan otot
diagfragma (gerakan
paradoksis)
         Auskultasi suara
nafas, catat area
penurunan / tidak
adanya ventilasi dan
suara tambahan
         Tentukan
kebutuhan suction
dengan
mengauskultasi
crakles dan ronkhi
pada jalan napas
utama
         auskultasi suara
paru setelah tindakan
untuk mengetahui
hasilnya
3. Ketidakseimbangan NOC : NIC :
nutrisi kurang dari   Nutritional Status : Nutrition
kebutuhan tubuh food and Fluid Intake Management
Kriteria Hasil :   Kaji adanya alergi
Definisi : Intake nutrisi   Adanya makanan
tidak cukup untuk peningkatan berat   Kolaborasi dengan
keperluan metabolisme badan sesuai dengan ahli gizi untuk
tubuh. tujuan menentukan jumlah
  Berat badan ideal kalori dan nutrisi
Batasan karakteristik : sesuai dengan tinggi yang dibutuhkan
-    Berat badan 20 % atau badan pasien.
lebih di bawah ideal   Mampu   Anjurkan pasien
-    Dilaporkan adanya mengidentifikasi untuk meningkatkan
intake makanan yang kebutuhan nutrisi intake Fe
kurang dari RDA   Tidak ada tanda   Anjurkan pasien
(Recomended Daily tanda malnutrisi untuk meningkatkan
Allowance)   Tidak terjadi protein dan vitamin C
-    Membran mukosa dan penurunan berat   Berikan substansi
konjungtiva pucat badan yang berarti gula
-    Kelemahan otot yang   Yakinkan diet yang
digunakan untuk dimakan mengandung
menelan/mengunyah tinggi serat untuk
-    Luka, inflamasi pada mencegah konstipasi
rongga mulut   Berikan makanan
-    Mudah merasa yang terpilih ( sudah
kenyang, sesaat setelah dikonsultasikan

21
mengunyah makanan dengan ahli gizi)
-    Dilaporkan atau fakta   Ajarkan pasien
adanya kekurangan bagaimana membuat
makanan catatan makanan
-    Dilaporkan adanya harian.
perubahan sensasi rasa   Monitor jumlah
-    Perasaan nutrisi dan kandungan
ketidakmampuan untuk kalori
mengunyah makanan   Berikan informasi
-    Miskonsepsi tentang kebutuhan
-    Kehilangan BB nutrisi
dengan makanan cukup   Kaji kemampuan
-    Keengganan untuk pasien untuk
makan mendapatkan nutrisi
-    Kram pada abdomen yang dibutuhkan
-    Tonus otot jelek
-    Nyeri abdominal Nutrition
dengan atau tanpa Monitoring
patologi   BB pasien dalam
-    Kurang berminat batas normal
terhadap makanan   Monitor adanya
-    Pembuluh darah penurunan berat
kapiler mulai rapuh badan
-    Diare dan atau   Monitor tipe dan
steatorrhea jumlah aktivitas yang
-    Kehilangan rambut biasa dilakukan
yang cukup banyak   Monitor interaksi
(rontok) anak atau orangtua
-    Suara usus hiperaktif selama makan
-    Kurangnya informasi,   Monitor lingkungan
misinformasi selama makan
  Jadwalkan
Faktor-faktor yang pengobatan  dan
berhubungan : tindakan tidak selama
Ketidakmampuan jam makan
pemasukan atau   Monitor kulit kering
mencerna makanan atau dan perubahan
mengabsorpsi zat-zat pigmentasi
gizi berhubungan dengan   Monitor turgor kulit
faktor biologis,   Monitor kekeringan,
psikologis atau ekonomi. rambut kusam, dan
mudah patah
  Monitor mual dan
muntah
  Monitor kadar
albumin, total protein,
Hb, dan kadar Ht
  Monitor makanan

22
kesukaan
  Monitor
pertumbuhan dan
perkembangan
  Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
  Monitor kalori dan
intake nuntrisi
  Catat adanya
edema, hiperemik,
hipertonik papila
lidah dan cavitas oral.
  Catat jika lidah
berwarna magenta,
scarlet

4. PEMBAHASAN JURNAL TBC

23
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan beberapa definisi mengenai tuberculosis diatas, maka dapat
dirumuskan bahwa Tuberculosis (TB) paru adalah suatu penyakit infeksi yang
disebabkan kuman Mycobacterium Tuberculosis yang menyerang parenkim paru,
bersifat sistemis sehingga dapat mengenai organ tubuh lain,terutama meningen,
tulang dan nodus limfe.

B. SARAN
Agar seluruh orang tahu bahwa penyakit tuberculosis sangat berbahaya
dan mempelajari apa sebenarnya penyakit tuberculosis itu.

24
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol 3.
Jakarta: EGC
Carpenito, L.J. 2000. Diagnosa Keperawatan, Aplikasi pada Praktik Klinis, edisi
6. Jakarta: EGC
Corwin, EJ. 2009. Buku Saku Patofisiologi, 3 Edisi Revisi. Jakarta: EGC
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2006. Pedoman Nasional
Penanggulangan Tuberkulosis. Depkes RI : Jakarta.
Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC)  Second
Edition. New Jersey:Upper Saddle River
Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius
Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second
Edition. New Jersey: Upper Saddle River
Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. 2001. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam edisi ketiga. Balai Penerbit FKUI : Jakarta.
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006.
Jakarta: Prima Medika
Tambayong, J. 2003. Patofisiologi untuk Keperawatan. EGC : Jakarta.

25

Anda mungkin juga menyukai