Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PESERTA DIDIK DALAM PENDIDIKAN ISLAM

Dosen Pengampu :
Najih Anwar S.Ag M.Pd.

Penyusun :
Dzulfiqar Assodiqi (202071900051)
Nurul Farikha (202071900010)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SIDOARJO
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT., dengan karunia-Nya penulis dapat


menyelesaikan makalah yang berjudul, “Peserta didik dalam pendidikan islam ”
dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah yang diampu dosen kami, bapak Najih
Anwar S.Ag M.Pd.

Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi kita, Nabi
Muhammad SAW., dengan perjuangan dan risalah-Nya, kita dapat merasakan
manisnya iman dan Islam.

Dalam dunia pendidikan, ada 2 elemen yang sangat penting guna


terlaksananya suatu pembelajaran yang terstuktur, yakni pendidik dan peserta didik.
Pendidikan adalah pihak yang akan menyampaikan suatu materi yang nantinya
akan diterima oleh peserta didik.

Pada kesempatan kali ini, penulis mencoba menjebarkan tentang elemen


kedua yakni peserta didik

Berikut tim penulis akan membahas tentang apa itu peserta didik, apa hakikat
mereka dan apa tugas tugas yang harus dipenuhi oleh seorang peserta didik.

Sekian pengantar dari penulis, kritik dan saran sangat penulis harapkan untuk
perbaikan makalah ini kedepan.

Sidoajo, 24 April 2021

Tim Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii

BAB I ...................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 1

C. Tujuan Pembahasan .................................................................................. 1

D. Manfaat Pembahasan ................................................................................ 1

BAB II .................................................................................................................... 2

PEMBAHASAN .................................................................................................... 2

2.1 Pengertian Peserta Didik ....................................................................... 2

2.2 Konsep Manusia Dalam Islam .............................................................. 3

2.3 Hakikat peserta didik dalam pendidikan Islam .................................. 6

2.4 Tugas dan tanggung jawab peserta didik ............................................ 7

BAB III ................................................................................................................. 10

KESIMPULAN .................................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 11

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam Islam peserta didik ialah setiap manusia yang sepanjang
hayatnya selalu berada dalam perkembangan, jadi bukan hanya anak-anak
yang sedang dalam pengasuhan dalam pengasihan orang tuanya, bukan pula
hanya anak-anak dalam usia sekolah, tetapi mencakup seluruh manusia baik
sebagai individu maupun sebagai kelompok, baik manusia yang beragama
Islam maupun tidak, atau dengan kata lain manusia secara keseluruhan,
setiap orang yang terlibat dalam satu kegiatan pendidikan, baik itu formal,
informal, maupun non formal harus mampu mengembangkan dan
mensosialosasikan berbagai persoalan yang berkaitan dengan peserta didik
secara baik dan benar,

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Peserta Didik?
2. Apa saja Hakikat seorang peserta didik?
3. Tugas dan kewajiban yang harus di penuhi seorang peserta didik?

C. Tujuan Pembahasan
1. Mengetahui Apa itu Peserta Didik
2. Mengetahui Hakikat seorang peserta didik
3. Mengetahui Tugas dan kewajiban yang harus di penuhi seorang
peserta didik

D. Manfaat Pembahasan
1. Memberi informasi bagi pembaca perihal Peserta didik
2. Memberi tambahan pengetahuan terkait Hakikat seorang peserta didik
3. Sebagai pembelajaran bagi penulis terkait kriteria peeserta didik itu
seperti apa.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Peserta Didik


Sebelum mengetahui tentang hakikat peserta didik dalam Pendidikan islam
secara mendalam, alangkah baiknya untuk mengetahui terlebih dahulu
kerangka berpikirnya melalui perumusan arti peserta didik itu. Sebab dengan
mengetahui arti peserta didik secara rinci, tentu tidaklah terjadi kesalahan
dalam memberikan penafsiran nantinya ketika membicarakan hakikat peserta
didik yang sesungguhnya. (Musaddad, 2016:141)
Peserta didik terdiri dari dua suku kata yaitu: peserta dan didik. Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) online, “Peserta adalah anggota;
orang(-orang) yang termasuk dalam suatu golongan; keluarga atau kaum”.
Sedangkan Didik atau Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata
laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia
melalui upaya pengajaran dan pelatihan; proses, cara, perbuatan mendidik.
Dari dua pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa peserta didik adalah
anggota masyarakat yang berusaha mengubah sikap dan tingkah laku dalam
upaya pendewasaan diri melalui pengajaran dan pelatihan.
Sejalan dengan itu, ada yang berpendapat bahwa peserta didik adalah
anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui
proses pembelajaran pada jalur pendidikan baik pendidikan informal,
pendidikan formal maupun pendidikan nonformal, pada jenjang pendidikan
dan jenis pendidikan tertentu. (Peserta didik, n.d).
Dari sudut pandang yang lain, yang dimaksud peserta didik adalah anggota
masyarakat yang yang belum dewasa yang memiliki fitrah (potensi), baik
secara fisik maupun psikis, yang memerlukan usaha, bantuan dan bimbingan
dari orang yang lebih dewasa untuk mengembangkan potensi yang ada pada

2
dirinya melalui proses Pendidikan pada jalur jenjang dan jenis Pendidikan yang
berbeda. (Indra, 2015:242).
Sementara itu, bila merujuk kepada UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang
SISDIKNAS yang terdapat dalam BAB 1 pasal 1 ayat 4, peserta didik adalah
anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui
proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis Pendidikan
tertentu. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa Pendidikan yang
dimaksud tidaklah hanya Pendidikan formal saja, namun juga merujuk pada
Pendidikan nonformal. Selain itu, peserta didik yang berusaha
mengembangkan potensi dalam suatu Pendidikan tidak diberi suatu batasan
usia. Karena hal yang terpenting dalam suatu Pendidikan adalah “usaha dalam
mengembangkan potensi diri”, itu artinya lewat Pendidikan, diharapkan
peserta didik dapat mengembangkan potensi dirinya, mengubah sikap dan
tingkah lakunya kearah yang lebih baik, baik dalam Pendidikan formal maupun
nonformal pada jenjang tertentu. (Musaddad, 2016:141).
Setelah mengetahui pengertian peserta didik, kiranya perlu untuk
mengetahui kata kunci peserta didik dikalangan masyarakat yang sangat
variatif, seperti: siswa/siswi, mahasiswa/Mahasiswi, Murid, pelajar dan santri.
Tentunya setiap kata kunci memiliki pengertiannya tersendiri, misalkan:
siswa/siswi dalam KBBI memiliki makna murid (terutama pada tingkat
sekolah dasar dan menengah); pelajar, Murid dalam KBBI adalah orang
(anak) yang sedang berguru (belajar, bersekolah), lalu Mahasiswa/Mahasiswi
memiliki makna orang yang belajar di perguruan tinggi, Santri memiliki
makna orang yang mendalami agama Islam, dan juga Pelajar memiliki makna
anak sekolah (terutama pada sekolah dasar dan lanjutan); anak didik; murid;
siswa.
2.2 Konsep Manusia Dalam Islam
Menurut Dinasril, Konsep manusia dalam Islam terletak pada harkat dan
martabat manusia dalam islam. Harkat dan martabat manusia dalam Islam
dapat pula dilihat dari hakikat manusia, dimensi dan potensi yang dimiliki oleh
manusia itu sendiri. (Dinasril, 2012:189).

3
Hakikat manusia dalam Islam dapat dijelaskan sebagai berikut. Pertama,
manusia adalah makhluk yang diciptakan dalam bentuk yang paling baik,
dalam bentuk kejadian yang paling baik di alam semesta ini sehingga dijuluki
dengan insan yang ahsani taqwiim dalam surat AT-Tin namun dapat pula
terjatuh kepada asfala saafiliin. Ahsani taqwiim dalam pengertian tersebut
memiliki arti bahwa manusia adalah makhluk yang memiliki derajat yang lebih
tinggi secara jasmani dan rohani dibandingkan makhluk yang lainnya. Dari segi
jasmani, manusia memiliki bentuk ciptaan fisik yang indah dan sempurna
dibandingkan makhluk lain, seperti hewan dan tumbuhan. Dan dari segi rohani,
manusia adalah makhluk yang berbudaya dan memiliki kekuatan spiritual
keagamaan karena manusia dianugerahi oleh Allah SWT akal dan kalbu yang
tidak dimiliki oleh makhluk lain. Selain itu Ahsani taqwiim disini juga
memiliki arti manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah serta pandai
bersyukur kepada Allah SWT. Namun jika manusia melakukan perbuatan yang
buruk dan melakukan banyak dosa, baik itu dosa kecil maupun besar, maka
manusia akan terjatuh kedalam asfala saafiliin yaitu tempat yang serendah-
rendahnya (Neraka Jahannam). (Dinasril, 2012:190)
Kedua, manusia sebagai makhluk yang paling sempurna (insan kamil).
Manusia dalam Islam juga dikenal dengan sebutan insan kamil yang memiliki
makna manusia yang dianugerahi oleh Allah dengan potensi jasmani, akal,
kalbu, akhlak sosial dan seni serta dimensi, psikologikal yang dimilikinya.
Ketiga manusia sebagai makhluk khalifah di muka bumi. Manusia
diciptakan di Bumi ini memiliki tugas sebagai Khalifah yang memakmurkan
rakyatnya dan Buminya. Oleh karena itu segala wujud amal dan perbuatan
yang dilakukan oleh manusia harus sesuai dengan apa yang telah diajarkan oleh
Allah SWT dalam Agama-Nya yang disesuaikan dengan prinsip, tujuan dan
kaidah-kaidah yang terdapat dalam syariat Islam. (Dinasril, 2012:190)
Dan yang Keempat, manusia sebagai makhluk yang paling bagus proses
kejadiannya. Menurut Alquran surat Al- Mu’minun (23) ayat 12-16 manusia
diciptakan Allah dari intisari tanah yang dijadikan nutfah dan beberapa proses
yang lainnya. (Dinasril, 2012:191)

4
Dan yang Kelima, makhluk yang bersifat ke-Tuhanan (rohani) Dalam surat
al-Hijr (15) ayat 29 dan As-Sajadah (32) ayat 7-9, yang menjelaskan tentang
kejadian manusia dalam kandungan dan telah terbentuk sebagai al-basyar ,
ditiupkanlah roh kedalam jasad tersebut, dan diciptakanlah pendengaran,
penglihatan dan perasaan. Sehingga lengkaplah proses kejadian manusia
sebagai Khalifah mulia di muka Bumi ini.
Konsepsi tentang hakikat manusia Islam menurut Alquran dan hadist (homo
Islamicus), kemudian berkembang dalam sejarah pemikiran dan filsafat Islam.
Misalnya dalam falsafat Islam dikenal manusia itu sebagai makhluk
multidimensional dan multipotensional. (Dinasril, 2012:191)
Sementara itu, menurut Musaddad Harahap, dalam menetukan hakikat dan
konsep manusia yang sesungguhnya diperlukan pedoman yang berasal dari Al-
Qur’an dan As-Sunnah sebagai tolak ukur dalam mengetahui hakikat dan
konsep manusia.
Dalam Al-Qur’an terdapat beberapa istilah yang merujuk pada kata
manusia. Misalkan, kata al-basyar yang secara etimologi adalah kulit kepala,
wajah, atau tubuh yang menjadi tempat tumbuhnya rambut. Adapun makna
yang terkandung dalam kata al-basyar salah satunya adalah al-mulamasah atau
persentuhan kulit laki-laki dan perempuan. Dengan demikian, penyebutan
manusia dengan al-Basyar konteksnya adalah selalu merujuk sebagai makhluk
biologis, dan rincian itu jugalah salah satunya perbedaan mendasar manusia
dengan hewan terutama subtansi makna kata yaitu dimana pada hewan itu yang
lebih tampak adalah bulunya, sementara manusia yang lebih tampak adalah
kulitnya bukan bulunya seperti pada hewan. (Musaddad, 2016)
Terkadang Alqur’an menyebutkan manusia dengan kata An-Nas, yang
memiliki makna manusia sebagai makhluk sosial secara keseluruhan atau
dengan kata lain menyebutkan manusia keturunan Adam secara totalitas.
Terkadang kata An-Nas digunakan Allah untuk menyebutkan manusia sebagai
makhluk yang tidak memiliki ketetapan keimanan yang kuat, kadang beriman
kadang munafik (Nizar, 2002: 13-16).
Selain itu, Alqur’an juga menggunakan kata al-Insan untuk menyebutkan
manusia, yang mana Allah menggunakan kata tersebut untuk menunjukkan

5
bahwa manusia itu adalah makhluk jasmani dan rohani yang meiliki sifat yang
lemah dan pelupa. Namun, dengan akal yang telah diberikan oleh Allah kepada
manusia, manusia akan bisa naik derajatnya ketingkat yang tinggi, menjadi
makhluk Allah yang unik dan istemwa, sempurna, atau sebagai makhluk
dinamis sehingga akan mampu untuk memikul predikat khalifah Allah di muka
bumi. Dikesempatan lain al-Insan digunakan untuk menjelaskan sifat umum,
baik sifat kelebihan maupun kelemahan manusia. Kemudian al-Insan juga
memiliki makna proses kejadian manusia sesudah Nabi Adam AS dan juga al-
Insan mengandung makna kesempurnaan, sesuai dengan tujuan penciptaannya.
(Musaddad, 2016).
2.3 Hakikat peserta didik dalam pendidikan Islam
Dalam pandangan pendidikan Islam, untuk mengetahui hakikat peserta
didik, tidak dapat dilepaskan hubungannya dengan pembahasan tentang
hakikat manusia, karena manusia hasil dari suatu proses pendidikan.
Dalam perspektif falsafah pendidikan Islami, pada hakikatnya semua manusia
adalah peserta didik. Sebab, pada hakikatnya, semua manusia adalah makhluk
yang senantiasa berada dalam proses perkembangan menuju kesempurnaan,
atau suatu tingkatan yang dipandang sempurna, dan proses itu berlangsung
sepanjang hayat.
Dalam buku Filsafat pendidikan Islam yang ditulis oleh Hasan Basri,dalam
perspektif filsafat pendidikan Islam, hakikat peserta didik terdiri dari
beberapa macam :
a. Peserta didik adalah darah daging sendiri, orang tua adalah pendidik
bagi anak-anaknya maka semua keturunannya menjadi anak didiknya di
dalam keluarga.

b. Peserta didik adalah semua anak yang berada di bawah bimbingan


pendidik di lembaga pendidikan formal maupun non formal, seperti
disekolah, pondok pesantren, tempat pelatihan, sekolah keterampilan,
tempat pengajian anak-anak seperti TPA, majelis taklim, dan sejenis,
bahwa peserta pengajian di masyarakat yang dilaksanakan seminggu sekali
atau sebulan sekali, semuanya orang-orang yang menimba ilmu yang dapat
dipandang sebagai anak didik

6
c. Peserta didik secara khusus adalah orang –orang yang belajar di
lembaga pendidikan tertentu yang menerima bimbingan, pengarahan,
nasihat, pembelajaran dan berbagai hal yang berkaitan dengan proses
kependidikan.

2.4 Tugas dan tanggung jawab peserta didik


Tujuan dari setiap proses pembelajaran adalah menta‟lim, mentarbiyah,
atau menta‟dibkan al-„ilm ke dalam diri setiap peserta didik. Al-„ilm yang
akan dita‟-lim, ditarbiyah, atau dita‟dibkan tersebut adalah al-haqq, yaitu
semua kebenaran yang datang dan bersumber dari Allah Swt, baik yang
didatangkan-Nya melalui Nabi dan Rasul, (al-ayah al-quraniyah), maupun
yang dihamparkan-Nya pada seluruh alam semesta, termasuk diri manusia itu
sendiri (al-ayah al-kauniyah). Al-„ilm tersebut merupakan penunjuk jalan bagi
peserta didik untuk mengenali dan meneguhkan kembali syahadah
primordialnya terhadap Allah Swt sehingga ia mampu mengaktualisasikannya
dalam kehidupan keserharian. Karenanya, dalam konteks ini, tugas utama
setiap peserta didik adalah mempelajari al-„ilm dan mempraktikkan atau
mengamalkannya sepanjang kehidupan.
Seluruh aktivitas pembelajaran wajib ditempuh atau dilakukan peserta didik
dalam proses belajar atau menuntut al-„ilm. Karenanya, peserta didik tidak
boleh mencukupkan aktivitas belajarnya pada suatu aktivitas saja. Dalam
berbagai surah, alquran senantiasa menyeru manusia untuk berpikir,
mengingat, membaca, mengambil pelajaran, memetik hikmah. Bereksplorasi,
bertadabbur, dan sebagainya. Semua itu dimaksudkan agar peserta didik
mengembangkan potensi jismiyah dan ruhiyahnya sehingga mampu
diberdayakan dalam rangka aktualisasi diri sebagai makhluk yang bersyahadah
kepada Allah Swt, beribadah secara tulus ikhlas hanya kepada-Nya, dan
menjadi khalifah atau pemimpin dan pemakmur kehidupan dibumi.
Berkenaan dengan tanggung jawab, dalam perspektif falsafah pendidikan
Islami, tanggung jawab utama peserta didik adalah memelihara agar semua
potensi yang dianugerahkan Allah Swt kepadanya dapat diberdayakan
sebagaimana mestinya.

7
Tugas dan tanggung jawab seorang peserta didik yang lebih terperinci dan
potensial yang tujuannya untuk keberhasilan proses pendidikan bisa dijumpai
seperti yang dikemukakan oleh Imam Abu Hamid Al-Gazhali, sebagaimana
terdapat dalam penelitian tesis Asari (2012: 129-146), sebagaimana berikut:
1. Seorang peserta didik harus membersihkan jiwa dari sifat-sifat jelek
dan karakter yang buruk seperti pemarah, rakus, sombong, egois, atau
yang semacamnya. Maka oleh sebab itu hendaknya harus senantiasa
menekankan belajar adalah ibadah spiritual.
2. Seorang peserta didik adalah memusatkan perhatiannya secara penuh
kepada studinya dan jangan sampai terganggu oleh urusan-urusan
duniawi. Konsentrasi adalah sebuah kemestian. Maka dalam proses
pembelajaran hendaknya harus mampu mengurangi hal-hal yang tidak
ada kaitannya dengan belajar itu sendiri.
3. Seorang peserta didik harus menghormati guru. Dia harus tunduk
dihadapan gurunya dan mematuhi setiap perintahnya. Peserta didik
hendak banyak bertanya tapi dengan syarat harus tetap punya adab yang
baik terhadap gurunya. Adapun penghormatan kepada guru ini
sebetulnya dilihat hanya sebagai bagian dari penghormatan terhadap
pengetahuan dan sangat esensial dalam pendidikan Islam.
4. Peserta didik wajib untuk menghindarkan diri dari keterlibatan dalam
kontroversi dan pertentangan akademis yang tidak bermafaat dan
berfaedah.
5. Seorang peserta didik mesti berupaya maksimal mempelajari setiap
cabang pengetahuan yang terpuji dan memahami tujuannya masing-
masing.
6. Kewajiban dan tanggung jawab yang keenam dan ketujuh adalah
peserta didik mesti memperhatikan dan mencermati sekuens logis dari
disiplin-disiplin ilmu yang sedang digelutinya dan kemudian
mempelajarinya berdasarkan skuens logis tersebut.
7. Sementara kewajiban kedelapan adalah bahwa peserta didik
memastikan kebaikan dan nilai dari disiplin ilmu yang sedang di tekuni
atau yang ingin dia tekuni.

8
8. Kewajiban kesembilan adalah merumuskan tujuan belajar secara benar.
Tujuan ini haruslah penyucian jiwa dan pendekatan diri kepada Allah.
Seorang tidak boleh menuntu ilmu untuk tujuan duniawi seperti
kekuasaan, pengaruh dikalangan penguasa, atau sekedar membangakan
diri sendiri, yang semuanya itu akan ada manfaatnya sama sekali. Oleh
sebab itu seorang peserta didik harus mengetahui bahwa siapapun yang
menuntut ilmu dengan tujuan demi Allah, maka dia pasti akan
mendapat manfaat dan kemajuan dalam studinya.
9. Kewajiban kesepuluh adalah peserta didik mempertimbang-kan dengan
sungguh-sungguh hubungan antara cabang-cabang pengetahuan yang
dia pelajari dengan tujuan akhirnya. Untuk tujuan ini dia perlu
mengetahui klasifikasi pengetahuan. Dia harus mesti mengetahui yang
paling penting bagi pencapaian tujuannya.

9
BAB III

KESIMPULAN
Dalam sistem pendidikan Islam, peserta didik merupakan salah satu
komponen pendidikan yang penting. Menurut pasal 1 ayat 4 UU RI No. 20 Tahun
2003 tentang sistem pendidikan Nasional, peserta didik adalah anggota masyarakat
yang berusaha mengembangkan dirinya melalui proses pendidikan pada jalur
jenjang dan jenis pendidikan tertentu.

Pendidikan dalam Islam juga tidak dapat dipisahkan pengertiannya dengan


konsep manusia Islam (homo Islamicus), karena pendidikan itu adalah usaha untuk
mewujudkan konsep manusia yang dicita-citakan Islam.

Pendidikan Islam adalah upaya membimbing, mengarahkan, dan membina


peserta didik yang dilakukan secara sadar dan terencana untuk membentuk
kepribadian yang utama sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam. Nilai-nilai ajaran
Islam yang dimaksud olehnya adalah pendidikan Islam dengan berdasarkan pada
Al Qur’an dan Sunnah. Untuk itu, agar tujuan dalam pendidikan Islam dapat
tercapai, tentunya peserta didik memiliki tugas dan tanggung jawab yang harus
dipenuhi agar tercapainya keberhasilan dalam pendidikan.

Dan mengenai peserta didik sendiri pada hakikatnya semua manusia adalah
peserta didik. Sebab, pada hakikatnya, semua manusia adalah makhluk yang
senantiasa berada dalam proses perkembangan menuju kesempurnaan,

Dan tugas umum dari peserta didik sendiri adalah bias belajar secara
sungguh sungguh, tidak berhenti pada satu ilmu atau bisa dikatakan rakus terhadap
ilmu, juga tentunya bisa mengamalakan ilmu yang sudah di dapatkan kepada orang
lain,

10
DAFTAR PUSTAKA
Amir, D. (2012). Konsep manusia dalam sistem pendidikan islam. Al-Ta'lim, 189-
191 dan 198.

Arti kata pelajar menurut KBBI. (n.d.). Retrieved from jagokata:


https://jagokata.com/arti-
kata/pelajar.html#:~:text=%5Bpelajar%5D%20Makna%20pelajar%20di%
20KBBI,didik%3B%20murid%3B%20siswa%3B

Depdiknas. (2003). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003


tentang SISDIKNAS & Peraturan Pemerintah Republik Indonesia.

Harahap, M. (2016). Esensi peserta didik dalam perspektif pendidikan Islam. Al-
thariqah, 141, 144-145, dan 151-152.

Nizar, S. (2002). Filsafat Pendidikan Islam, Pendekatan Historis, Teorits, dan


Praktis. Jakarta: Ciputat pers.

pengertian peserta didik. (n.d.). Retrieved from wikipedia:


https://id.wikipedia.org/wiki/Peserta_didik#:~:text=Peserta%20didik%20a
dalah%20anggota%20masyarakat,pendidikan%20dan%20jenis%20pendid
ikan%20tertentu

Saputra, M. I. (2015). HAKEKAT PENDIDIK DAN PESERTA DIDIK DALAM


PENDIDIKAN ISLAM. At-Tadzkiyyah: Jurnal pendidikan islam, 242-246.

Setiawan, E. (2012). KBBI pengertian mahasiswa. Retrieved from KBBI online:


https://kbbi.web.id/mahasiswa

Setiawan, E. (2012). KBBI, pengertian didik (pendidikan). Retrieved from KBBI


online: https://kbbi.web.id/didik

Setiawan, E. (2012). KBBI, Pengertian peserta. Retrieved from KBBI online:


https://kbbi.web.id/peserta

Setiawan, E. (2012). KBBI, pengertian santri. Retrieved from KBBI online:


https://kbbi.web.id/santri

11
12

Anda mungkin juga menyukai