Anda di halaman 1dari 21

BAB II

TINJAUAN UMUM PROYEK

2.1 Struktur Organisasi Proyek


A. Pemilik Proyek
Pemilik proyek jasa adalah lembaga yang memiliki proyek dan memberikan pekerjaan kepada
pihak penyedia barang dan jasa. Pemilik proyek dapat berupa perorangan / badan / lembaga/instansi
pemerintah maupun swasta.
Hak dan wewenang pemilik proyek meliputi.
1. Hak dan Kewajiban Pemilik Proyek :

a) Menunjuk penyedia barang dan jasa (konsultan dan kontraktor).


b) Memberikan fasilitas dan sarana yang dibutuhkan oleh penyedia barang dan jasa untuk
kelancaran pekerjaan.
c) Meminta laporan secara berkala kepada penyedia barang dan jasa tentang kegiatan
teknis dilapangan.
d) Menyediakan lokasi untuk tempat pelaksanaan pekerjaan.
e) Ikut mengawasi dilapangan pada saat jalannya pekerjaan yang direncanakan dengan
cara menunjukkan suatu badan atau perorangan yang bertindak atas nama pemilik.
f) Mengesahkan pekerjaan bila terjadi perubahan dalam pekerjaan.
g) Mengesahkan pekerjaan yang telah selesai dikerjakan dan hasilnya sesuai dengan apa
yang diinginkan.

2. Wewenang Pemilik Proyek :


a) Mengumumkan hasil lelang pada penyedia barang dan jasa.
b) Memberikan sanksi kepada penyedia barang dan jasa apabila terjadi penyimpangan
pada pekerjaan.
Dapat mengambil alih pekerjaan secara sepihak kepada penyedia barang dan jasa apabila terjadi hal-
hal diluar kontrak yang telah ditetapkan.

B. Konsultan Perencana
Konsultan perencana adalah suatu badan atau lembaga yang mempunyai keahlian dalam bidang
perencanaan konstruksi dan terdaftar dalam Direktorat Jenderal Bina Marga Departemen Pekerjaan
Umum.
Konsultan perencana harus terlebih dahulu menganalisis satu tujuan proyek, anggaran yang
tersedia dan keadaan lingkungan yang berhubungan dengan perencanaan. Dan kemudian konsultan
perencana membuat gambar perencanaan secara detail serta syarat-syarat dalam pelaksanaan proyek.
Adapun tugas konsultan perencana adalah sebagai berikut :

a. Membuat program pelaksanaan perencanaan.


b. Mengumpulkan data tentang keadaan dan kondisi lapangan.
c. Membuat perencanaan gambar bestek yang meliputi, perencanaan arsitektur, perencanaan
struktur, perencanaan utilitas dan perencanaan mekanikal dan elektrikal.

d. Membuat rencana kerja dan syarat-syarat, daftar perhitungan volume pekerjaan dan
perhitungan biaya.
e. Mempersiapkan dokumen tender yang berisikan syarat umum, syarat khusus, bestek,
pengalaman kerja dan perkiraan waktu pekerjaan.
B.1 Bentuk Konsultan Perencana
Bentuk - bentuk konsultan perencana yang ada antara lain :

 Biro arsitek :
Yaitu suatu biro yang hanya bergerak khusus hanya bidang arsitektural saja yang
meliputi proses perancangan, perencanaan dan pengawasan suatu proyek.
 Biro arsitek dan insinyur :
Yaitu suatu biro yang bergerak tidak hanya dalam bidang arsitektur saja tetapi juga
dalam bidang disiplin ilmu lainnya seperti struktur, M & E, dan lain-lain.
B.2 Syarat Konsultan Perencana
Secara umum, kelengkapan sebuah konsultan perencana adalah sebagai berikut:
 Merupakan badan hukum yang dibuktikan dengan akte Notaris dan bergerak dalam
bidang jasa perencanaan.
 Memiliki sertifikat serta tenaga ahli yang berijazah dalam bidang teknik bangunan.
 Memiliki kelengkapan organisasi.
 Memiliki IJUK (Izin Usaha Jasa Kontruksi)
B.3 Lingkup Pekerjaan Konsultan Perencana
Lingkup pekerjaan pihak konsultan perencana umumnya melalui serangkaian tahapan-tahapan
kegiatan yaitu:

1. Tahap konsepsi perancangan


2. Tahap Pra-perancangan
3. Tahap Pengembangan rancangan
4. Tahap Pembuatan dokumen pelaksanaan
5. Tahap Pelelangan
6. Tahap Pengawasan pelaksana.
B.3.1 Tahap Konsepsi Perancangan
Tahap ini merupakan tahap yang mengungkap ide dasar yang diungkapkan melalui rancangan
skematik. Rancangan skematik ini merupakan gambar yang disajikan yang berupa suatu gagasan
yang dapat memberikan gambaran yang jelas tentang pola pembagian ruang-ruang, bentuk
bangunan dan kemungkinan pelaksanaan perancangan.
B.3.2 Tahap Pra-Perancangan
Tahap ini kelanjutan dari tahap konsepsi rancangan. Pada tahap ini yang di buat adalah:

1. Gambar-gambar pra-perancangan
2. Laporan perancangan
 Memilih konsep bangunan dan juga konsep penggunanaan sistem-sistem yang akan
digunakan
 Pemilihan sub-sistem struktur yang digunakam dalam bangunan
 Pemilihan sub-sistem mekanikal dan elektrikal yang digunakan dalam bangunan,
 Usulan kemungkinan sistem pelaksanaan kontruksi
3. Rencana Anggaran
Yaitu perhitungan secara umum biaya yang dibutuhkan untuk mendirikan bangunan
tersebut lengkap dengan seluruh sub-sistem, yang meliputi biaya arsitektur, biaya struktur,
biaya mekanikal/ Elektrikal.

B.3.3 Tahap Pengembangan Rancangan

Pada tahap ini gambar pra-rencana yang telah disetujui oleh pihak pengelola tugas
dikembangkan menjadi rancangan pasti, dengan sasaran:

 Untuk memastikan dan menguraikan ukuran serta wujud karakter proyek secara menyeluruh
dan terpadu
 Untuk mematangkan konsep desain secara keseluruhan, terutama ditinjau dari keselarasan
sistem-sistem yang berkepentingan didalamnya baik dari segi kelayakan, estetika dan
ekonomi bangunan.
Ukuran dari tahap ini adalah :
1. Gambar-gambar
Skala yang di gunakan 1:100, 1:50, 1:10 sesuai dengan informasi yang dibutuhkan.
Gambar-gambar yang disajikan antara lain rencana tapak, denah, tampak dari segala
sisi, potongan melintang dan memanjang memperlihatkan ketinggian langit-langit,
tinggi pintu, jendela.
2. Laporan teknis
Laporan teknis menjelaskan tentang:
 Laporan hasil perancangan dan hitungan yang lebih terperinci tentang
bangunan
 Hasil perhitungan arsitektur
3. Rencana anggaran
Perhitungan biaya yang lebih terperinci untuk masing-masing sub-sistem arsitektur,
struktur, mekanikal dan elektrikal.

B.3.4 Tahap Pembuatan Dokumen Pelaksanaan / Gambar Kerja

Tahap ini merupakan tahap teknis pelaksanaan, yang mempunyai sasaran sebagai sarana
komunikasi bagi pihak pelaksana bangunan.

Hasil dari tahap ini adalah:

1. Gambar kerja dan detail-detail


Pada tahap ini Skala yang di gunakan 1:100, 1:50, 1:10. Gambar-gambar yang
disajikan lebih mendetail untuk menunjang pelaksanaan kontruksi di lapangan.
2. Rencana kerja dan syarat-syarat (RKS).
Rencana kerja dan syarat-syarat terdiri dari tiga bagian besar :
a. Uraian umum, memuat antara lain :
 Keterangan-keterangan mengenai lingkup pekerjaan
 Keterangan-keterangan mengenai Pemberi tugas
 Keterangan-keterangan mengenai Perencana
 Keterangan-keterangan mengenai Pengawas pembangunan
 Syarat-syarat peserta pelelangan kontraktor
 Bentuk surat penawaran
b. Syarat-syarat administrasi, memuat antara lain mengenai:
 Jangka waktu pelakasana
 Tanggal penyerahan pekerjaan
 Syarat-syarat pembayaran
 Denda kelambatan
 Besarnya jaminan pelaksanaan.
c. Syarat-syarat teknis, memuat antara lain mengenai:
 Jenis dan uraian pekerjaan yang harus di laksanakan
 Jenis dan mutu bahan yang digunakan
 Cara-cara pelaksanaan yang di syaratkan.
3. Rencana aggaran biaya (RAB)
RAB ini digunakan berdasarkan gambar kerja dan RKS dengan memperhitungkan berbagai
faktor pengadaan bahan maupun alat. Untuk kebutuhan lelang.

B.3.5 Tahap pelelangan


Sasaran tahap ini adalah untuk memperoleh penawaran biaya, waktu pelaksanaan
pembangunan yang wajar dan memenuhi syarat sehingga pelaksanaan pembangunan dapat
dilakukan dengan baik. Pada tahap pelelangan ini, konsultan perencana membantu pemberi tugas
secara keseluruhan, menyangkut menyiapkan dokumen lelang, memberikan penjelasan dan
petunjuk dalam rapat pelelangan, serta melakukan penilaian atas penawaran.
B.3.6 Tahap Pengawasan Pembangunaan
Yang dimaksud dengan pengawasan disini adalah pengawasan berskala yang harus dilakukan
oleh konsultan perencana, untuk memonitor perkembangan pelaksanaan desain di lapangan.
B.4 Cara Konsultan Perencana Mendapatkan Proyek
Ada beberapa cara, yang sering dilakukan dalam mendapatkan proyek, yaitu:
1. Penunjukan langsung (PL)
2. Pertimbangan usulan teknis
3. Kompetisi/sayembara
4. Pengajuan usulan proyek
5. Kerja sama

B.4.1 Penunjukan Langsung


1. Sudah dikenal baik hasil perencanaan dan pengalamannya.
2. Memiliki kemampuan dalam rnenyelesaikan tugas perencanaan menurut waktu, kualitas dan
kuantitas yang ditentukan.
3. Pekerjaan perencanaan konsultan disahkan oleh pejabat pekerjaan umum yang berwenang.
B.4.2 Pertimbangan Usulan Teknis

Cara ini umumnya dipakai dengan mengundang beberapa konsultan perencana yang didapat
melalui daftar konsultan di dapertemen pekerjaan umum oleh pemberi tugas. Konsultan perencana
yang di undang mengajukan usulan teknis yang berisi antara lain :

 Pengalaman dan keahlian yang pernah didapat diterapkan dalam merencanakan suatu proyek.
 Usulan rencana kerja dalam menangani proyek tersebut.

B.4.3 Kompetesi/Sayembara

Cara ini ditempuh bila mana di inginkan hasil perencanaan yang optimal terutama untuk
banguanan-bangunan yang khusus, monumental dan penting. Sayembara pelaksaan ini
dilaksanakan dengan mengundang secara terbuka beberapa konsultan perencana yang dikenal baik
hasil karya perencanaan atau dengan sayembara umum yang terbuka bagi masyarakat. Pada
umumnya, karna scope perencaanaan yang luas atau besarnya lingkup perencanaan maka biasanya
diminta hanya terbatas pada skematik desain (gambar perencana) di sertai dengan urain dasar atau
konsep perencanaan. Walaupun cara ini akan memakan biaya yanng lebih bayak, tetapi akan
mendapatkan hasil yang lebih baik pula.

B.4.4 Pengajuan Usulan Proyek

Dalam hal ini, konsultan perencana mengadakan studi kelayakan mengenai suatu proyek
kepada bouwheer (penyandang dana), dan bila disetujui maka konsultan perencana tersebut akan
menunjuk untuk merencanakan dan merancang proyek yang di usulkan tersebut. Cara ini dilakukan
bila konsultan perencana berani menanggung risiko biaya yang dikeluarkan apabila ternyata
proposal yang diajukan tidak di setujui oleh pihak calon pemillik.

B.4.5 Kerja Sama

Dalam hal ini pihak konsultan perencana melakukan kerja sama dengan konsultan lainnya
dalam melaksanakan proyek yang cukup besar dan membutuhkan ahli-ahli yang lebih
berpengalaman.
C. Konsultan Pengawas
Konsultan pengawas adalah suatu badan atau lembaga yang mempunyai keahlian dalam bidang
perencanaan konstruksi yang diberikan kuasa dari pemilik proyek untuk mengawasi segala kegiatan
pelaksanaan dalam pekerjaan agar tidak terjadinya penyimpangan-penyimpangan di lapangan sesuai
dengan apa yang telah direncanakan oleh konsultan perencana.
Tugas dan tanggung jawab konsultan pengawas dalam pelaksanaan pekerjaan proyek adalah:
1. Mengawasi setiap pekerjaan pelaksanaan konstruksi fisik dari segi kualitas bahan bangunan
yang dipakai serta jalannya pekerjaan agar sesuai dengan apa yang telah direncanakan oleh
konsultan perencana.
2. Mengawasi pekerjaan terhadap program kerja yang telah disetujui.
3. Mengawasi, meneliti perubahan-perubahan serta penyesuaian yang terjadi saat pekerjaan
berlangsung.
4. Menyusun berita acara persetujuan kemajuan pekerjaan untuk dilakukan pembayaran.
5. Membuat laporan kemajuan pekerjaan yang dilaksanakan oleh pelaksana untuk kemudian
diteruskan kepada pemimpin proyek.
6. Mengevaluasi setiap laporan pekerjaan yang dibuat oleh pelaksana proyek agar tidak terjadi
penyimpangan dalam pelaksanaan pekerjaan.
7. Mengawasi tepatnya waktu pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan.
D. Pelaksana (Kontraktor)

Pelaksana (Kontraktor) adalah suatu lembaga yang bergerak dibidang konstruksi, disesuaikan
menurut keahlian, pengalaman dan kemampuan modal yang dimiliki.

Tugas dan tanggung jawab pelaksana adalah sebagai berikut:

1. Mempersiapkan peralatan penunjang untuk kelancaran pada saat perkerjaan berlangsung.


2. Menyediakan dan mempersiapkan bahan-bahan yang akan digunakan pada proyek sesuai
dengan persyaratan bestek.
3. Menyediakan tenaga kerja yang berpengalaman serta peralatan yang diperlukan saat
pekerjaan berlangsung.
4. Melaksanakan seluruh pekerjaan sesuai dengan gambar bestek dan memenuhi peraturan
yang tercantum dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS).
5. Menyelesaikan dan menyerahkan pekerjaan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan
dalam proyek.
6. Mengadakan pemeliharaan selama proyek tersebut masih dalam tanggung jawab pelaksana.
2.2 Hubungan Antara Unsur Organisasi
Secara garis besar terdapat 2 macam bentuk organisasi pada proyek konstruksi, yaitu :

1. Berdasarkan hubungan kontrak / perjanjian kerjasamanya

Struktur organisasi berdasarkan hubungan kontrak/ perjanjian kerjasamanya mengatur hubungan


pihak-pihak yang terlibat dalam proyek misalnya hubungan antara owner, konsultan, dan kontraktor.
Karena organisasi semacam ini mengatur hubungan antar pihak atau ekstemal pihak-pihak maka
sering disebut pula sebagai organisasi ekstemal.

2. Organisasi Tradisional

Organisasi tradisional banyak/ biasa digunakan path proyek konstruksi dengan kondisi biasa,/ umum.
Ide pembentukannya didasarkan pada pendekatan pembentukan organisasi terpisah (separation
organkadon). Bentuk organisasi ini terdiri dari 3 pihak, yaitu : pemilik proyek .yang bertindak
sebagai manajemen proyek konstruksi, konsultan disain sebagai perancang konstruksi dan di
beberapa proyek juga terdapat konsultan pengawas sebagai pengawas pelaksanaan konstruksi dan
kontraktor sebagai pelaksana konstruksi. Tahap proyek dipisah antara tahap disain dan tahap
pelaksanaan kontruksi dan tahapan tersebut berlangsung secara berurutan (sequential). Hubungan
kerjasama yang ada terdiri dan hubungan antara pemilik dengan konsultan dan pemilik dengan
kontraktor. Bila konsultan bertindak sebagai pengawas, tanggung jawabnya hanya sebatas
mengawasi agar sesuai dengan yang telah didisain tanpa memiliki wewenang merubah disain (harus
ada persetujuan pemilik proyek).

Pada organisasi tradisional, dikenal adanya kontraktor utama. Pekerjaan konstruksi yang tidak
dikcrjakan kontraktor utama disubkonkan kepada sub kontraktor atau kontraktor spesialis, dengan
alasan bahwa sub kontraktor dapat melakukan pekerjaan spesialis tersebut dengan lebih cepat, biaya
yang lebih murah dan mutu yang lebih balk jika dibandingkan dengan kontraktor utama. Hal ini
disebabkan karena jenis kegiatan tersebut tidak biasa dilakukan oleh kontraktor utama (kontraktor
utama tidak berpengalaman), kontraktor utama tidak memiliki sumber daya, baik tenaga kerja
maupun peralatan.
Organisasi Tradisional

Skema Hubungan Bentuk Organisasi

Pemilik Pemilik

Sub Kontraktor
Konsultan Kontraktor Utama

Konsultan Kontraktor

sendiri
kemampuan
Kerja dengan
Hubungan Kontraktual
Hubungan Fungsional
2.3 Penjadwalan Proyek
2.2.1 Pengertian penjadwalan Poyek

Penjadwalan proyek merupakan salah satu elemen hasil perencanaan. Yang dapat
memberikan informasi tentang jadwal rencana dan kemajuan proyek dalam hal kinerja sumber
daya berupa biaya, tenaga kerja, peralatan dan material serta rencana durasi proyek dan
progres waktu untuk menyelesaikan proyek. Dalam proses penjadwalan, penyusunan kegiatan
dan hubungan antar kegiatan dibuat lebih terperinci dan sangat detail. Hal ini dimaksudkan
untuk membantu pelaksanaan evaluasi proyek. Penjadwalan atau scheduling adalah
pengalokasian waktu yang tersedia melaksanakan masing – masing pekerjaan dalam rangka
menyelesaikan suatu proyek hinggah tercapai hasil optimal dengan mempertimbangkan
keterbatasan – keterbatasn yang ada.

Selama proses pengendalian proyek, penjadwalan mengikuti per-kem-bangan proyek


dengan berbagai permasalahannya. Proses monitoring serta updating selalu dilakukan untuk
mendapatkan penjadwalan yang paling realistis agar alokasi sumber daya dan penetapan
durasinya sesuai dengan sasaran dan tujuan proyek.

Secara umum penjadwalan mempunyai manfaat – manfaat seperti berikut :

 Memberikan pedoman terhadap unit pekerjaan / kegiatan mengenai batas – batas


waktu untuk mulai dan akhir dari masing – masing tugas.
 Memberikan sarana bagi manajemen untuk koordinasi secara sistematis dan relistis
dalam penentuan alokasi prioritas terhadap sumber daya dan waktu.
 Memberikan saran untuk menilai kemajuan pekerjaan.
 Menghindari pemakaian sumber daya yang berlebihan, dengan harapan proyek dapat
selesai sebelum waktu yang di tetapkan.
 Memberikan kepastian waktu pelaksanaan pekerjaan.
 Merupakan sarana penting dalam pengendaliaan proyek.
2.2.2 Metode Penjadwalan Proyek

Ada beberapa metode penjadwalan proyek yang digunakan untuk mengelolah


waktu dan sumberdaya proyek. Masing – masing metode mempunyai kelebihan dan
kekurangan. Pertimbangan penggunaan metode – metode tersebut didasarkan atas kebutuhan
dan hasil yang ingin di capai terhadap kinerja penjadwalan. Kinerja waktu akan berimplikasi
terhadap kinerja biaya, sekaligus kinerja proyek secara keseluruhan. Oleh karena itu, variabel
–variabel yang mempengaruhinya juga harus di monitor, misalnya mutu, keselamatan kerja,
ketersediaan peralatan dan material, serta stakeholder yang terlibat. Bila terjadi penyimpangan
terhadap rencana semula, maka dilakukan evaluasi dan tindakan koreksi agar proyek tetap
pada kondisi yang di inginkan.

Berikut beberapa Metode Penjadwalan Proyek :

1. Metode Waktu dan Durasi Kegiatan

Dalam konteks penjadwalan, terdapat dua perbedaan, yaitu waktu (Time) dan
kurun waktu (duration). Bila waktu menyatakan siang/malam, sedangkan kurun waktu atau
durasi menunjukan lama waktu yang dibutuhkan dalam melakukan suatu kegiatan, seperti
lamanya waktu kerja dalam satu hari adalah 8 Jam. Melakukan durasi suatu kegiatan bisanya
dilandasi volume pekerjaan dan produktivitas crew/kelompok pekerja dalam menyelesaikan
suatu pekerjaan. Produktivitas didapat dari pengalaman crew melakukan suatu kegiatan yang
telah dilakukan sebelum atau database perusahaan.

2. Metode Bagan Balok (Barchart)

Barchart ditemukan oleh Gantt dan Fredick W. Tailor dalam bentuk bagan
balok, dengan panjang balok sebagai representasi dari durasi setiap kegiatan. Format bagan
baloknya informatif, mudah dibaca dan efektif untuk dikomunikasi serta dapat dibuat dengan
mudah dan sederhana. Bagan balok terdiri atas sumbu-Y yang dinyatakan kegiatan atau paket
kerja dari lingkup proyek, sedangkan sumbu-X menyatakan satuan waktu dalam hari, minggu,
atau bulan sebagai durasi. Pada bagan ini juga dapat ditentukan Milestone / Baseline sebagai
bagian target yang harus diperhatikan guna kelancaran produktifitas proyek secara
keseluruhan. Untuk proses updating, bagan balok dapat diperpendek atau diperpanjang dengan
memperhatikan total floatnya, yang menunjukan bahwa durasi kegiatan akan bertambah atau
berkurang sesuai kebutuhan dalam perbaikan jadwal. Penyajian informasi bagan balok agak
terbatas, misal hubungan antar kegiatan tidak jelas dan lintasan kritis kegiatan proyek tidak
dapat diketahui. Karena urutan kegiatan kurang terinci, maka bila terjadi keterlambatan
proyek, prioritas kegiatan yang akan dikoreksi menjadi sukar untuk dilakukan.

3. Metode Kurva S atau Hanumm Curve

Kurva s adalah sebuah ghrafik yang dikembangkan oleh Warren T. Hanumm


atas dasar pengamatan terhadap sejumlah besar proyek sejak awal hingga akhir proyek. Kurva
S dapat menunjukan kemajuan proyek berdasarkan kegiatan, waktu dan bobot pekerjaan yang
direpresentasikan sebagai persentase kumulatif dari seluruh kegiatan proyek. Visualisasi
Kurva S dapat memberikan informasi mengenai kemajuan proyek dengan membandingkannya
terhadap jadwal rencana. Dari sinilah diketahui apakah ada keterlambatan atau percepatan
jadwal proyek. Indikasi tersebut dapat menjadi informasi awal guna melakukan tindakan
koreksi dalam proses pengendalian jadwal. Tetapi informasi tersebut tidak detail dan hanya
terbatas untuk menilai kemajuan proyek. Perbaikan lebih lanjut dapat menggunakan metode
lain hyang dikombinasikan, misal dengan metode bagan balok yang dapat digeser –geser dan
network plaining dengan memperbaharui suber daya maupun waktu pada masing – masing
kegiatan. Untuk membuat kurva S, jumlah persentase kumulatif bobot masing – masing
kegiatan pada suatu periode diantara durasi proyek diplotkanterhadap sumbu vertikal sehingga
bila hasilnya dihubungkan dengan garis, akan membentuk kurva S. Bentuk demikian terjadi
karena volume kegiatan pada bagian awal biasanya masih sedikit, kemudian pada pertengahan
meningkat dalam jumlah cukup besar, lalu pada akhir proyek volume kegiatan kembali
mengecil. Untuk menentukan bobot pekerjaan, pendekatan yang dilakukan dapat berupa
perhitungan persentase berdasarkan biaya per item pekerjaan / kegiatan dibagi nilai anggaran,
karena satuan biaya dapat dijadikan bentuk persentase sehingga lebih mudah untuk
menghitungnya
4. Metode Penjadwalan Linier (Diagram Vektor)

Metode ini biasanya sangat efektif dipakai untuk proyek dengan jumlah
kegiatan relatif sedikit dan banyak digunakan untuk penjadwalan dengan kegiatan yang
berulang seperti pada proyek konstruksi jalan raya, runway bandar udara, terowongan / tunnel
atau proyek industri manufaktur. Metode ini sangat memuaskan untuk diterapkan pada proyek
– proyek tersebut karena menggunakan sumber daya manusia yang relatif lebih kecil dan
variasi keterampilan pada suatu pekerjaan/kegiatan tidak sebanyak pada proyek yang lain.
Metode ini juga cukup efektif untuk digunakan pada proyek bangunan gedung bertingkat
dengan keragaman masing – masing tingkat bangunan relatif sama. Pada proyek yang cukup
besar, metode ini membantu memonitor progres beberapa kegiatan tertentu yang berada dalam
suatu penjadwalan keseluruhan proyek. Hal ini dapat dilakukan bila metode ini
dikombinasikan dengan metode network, karena metode penjadwalan linier dapat memberikan
informasi tentang kemajuan proyek yang tidak dapat di tampilkan oleh metode network.

5. Metode Penjadwalan Network Planning


Network planning diperkenalkan pada tahun 50-an oleh tim perusahaan Du-
pont dan rand corporation untuk mengembangkan sistem kontrol manajemen. Metode ini
dikembangkan untuk mengendalikan sejumlah besar kegiatan yang memiliki ketergantungan
yang kompleks. Metode ini relatif lebih sulit, hubungan antar kegiatan jelas, dan dapat
memperlihatkan kegiatan kritis. Dari informasi network planning-lah monitoring serta
tindakan koreksi kemudian dapat dilakukan, yakni dengan memperbaharui jadwal. Akan
tetapi, metode ini perlu dikombinasikan dengan metode lainnya agar lebih informatif.

Tahapan penyusunan network Planning :

1. Menginfentarisasi kegiatan – kegiatan dari paket WBS berdasarkan item pekerjaan,


lalu diberi kode kegiatan untuk memudahkan identifikasi.
2. Memperkirakan durasi setiapkan dengan mempertimbangkan dengan janis pekerjaan,
volume pekerjaan, jumlah sumberdaya, lingukungan kerja, serta produktifitas pekerja.
3. Penentuan logika ketergantungan antara kegiatan dilakukan dengan tiga kemungkinan
hubungan, yaitu kegiatan yang mendahului (predecessor), kegiatan yang didahului
(successor), serta bebas.
4. Perhitungan analisis waktu serta alokasi sumber daya, dilakukan setelah langkah –
langkah diatas dilakukan dengan akurat dan teliti.

2.2.3 Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Penjadwalan Proyek

 Keterkaitan dengan proyek lain agar terintegrasi dengan master schedule.


 Dana yang di perlukan dan dana yang tersedia.
 Waktu yang di perlukan, waktu yang tersedia, serta perkiraan waktu yang hilang dan
hari – hari libur.
 Susunan dan jumlah kegiatan proyek serta keterkaitan di antaranya.
 Kerja lembur dan pembagian shift kerja untuk mempercepat proyek.
 Sumber daya yang di perlukan dan sumber daya yang tersedia.
 Keahlian tenaga kerja dan kecepatan mengerjakan tugas.
 Makin besar skala proyek, semakin kompleks pengelolaan penjadwalan karena dana
yang di kelolah sangat besar, kebutuhan dan penyediaan sumber daya juga besar,
kegiatan yang di lakukan sangat beragam serta durasi proyek menjdi sangat panjang.

2.4 Sistem Keselamatan kerja


2.4.1 Pengertian Sistem Keselamatan Kerja
Berdasarkan undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, bahwa
tujuan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) yang berkaitan dengan mesin, peralatan,
landasan tempat kerja dan lingkungan tempat kerja adalah mencegah terjadinya kecelakaan
dan sakit akibat kerja, memberikan perlindungan pada sumber-sumber produksi sehingga
dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas.
Peralatan keselamatan kerja dan prosedur proyek seharusnya ada pada setiap proyek
pembangunan. Yang seharusnya ada dan dipatuhi oleh setiap individu yang berada di kawasan
proyek adalah:

1. Ketentuan Lokasi Proyek

o Membuat pagar batasan pada lokasi proyek yang sedang dikerjakan di samping
jalan raya;
o Dilarang masuk tanpa izin dan keperluan khusus dan tertentu;
o Semua orang yang memasuki lingkungan proyek diwajibkan menggunakan
tanda pengenal dari masing-masing perusahaan.

2. Pengarahan Pagi (Briefing Morning)

o Pertemuan singkat disetiap pagi dalam waktu 10 s/d 15 menit sebagai kegiatan
pembuka sebelum dimulainya pekerjaan;
o Dihadiri oleh semua orang yang akan bekerja/melaksanakan pengawasan di
lapangan, baik Mandor, Kepala Regu Kerja, Pelaksana, Site Manager,
Subkontraktor, serta pihal Manajer Supervisi;
o Pengarahan dan pengenalan singkat mengenai keselamatan kerja secara umum
atau sesuai perkembangan di lapangan yang disampaikan oleh petugas K3;
o Memeriksa kelengkapan pemakaian APD dan kesiapan kerja.

3. Alat Pelindung Diri

o Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan pekerjaan untuk menghindari


terjangkitnya dan menyebarkannya virus corona;
o Menggunakan alat pelindung kepala agar terlindungi dari jatuhnya benda dan
benturan benda keras atau sengatan listrik;
o Menggunakan pelindung mata dan muka agar terlindungi dari sinar yang
merusak seperti saat ketika melakukan las;
o Menggunakan pelingdung kaki untuk melindungi kaki dari paku, tersandung
benda keras dan sebagainya. Tahan terhadap tekanan dan pukulan;
o Menggunakan pelindung pendengaran pada tempat/lokasi dengan kebisingan
>85 db. Dipakai sesuai tingkat kebisingan;
o Menggunakan Pelindung tangan agar terlindung dari potensi bahaya terluka;
o Menggunakan Safety Belt (sabuk pengaman) agar terlindung dari bahaya jatuh,
digunakan untuk orang yang bekerja di ketinggian >2m dan
perimeter/sekeliling bangunan;
o Menggunakan pelindung pernapasan (masker) agar terhindar dari debu dan efek
buruk dari bahan-bahan pekerjaan yang banyak mengandung kimia. Dipakai di
tempat yang kandungan oksigen kurang atau terkontaminasi.

4. Pemeriksaan K3

o Dilaksanakan secara periodik oleh petugas K3 untuk menjaga


standar penerapan K3;
o Pemeriksaan dilakukan terhadap tenaga Hutama Karya maupun
Sub-kontraktor dan Suplier.

5. Patroli Keamanan

o Kegiatan patroli rutin yang harus dilakukan oleh petugas K3 untuk menghindari
agar tidak terjadinya kecelakaan.

6. Rambu-Rambu

Rambu-rambu tanda larangan dengan garis tepi berwarna merah.


Tabel 2.3 Rambu Tanda Larangan.
(Sumber : www.safetysig.co.id)

Rambu tanda arah dengan warna dasar hijau.

Tabel 2.4 Rambu Tanda Penunjuk Arah.


(Sumber : www.safetysig.co.id)

Rambu tanda harus dengan menggunakan warna dasar biru

Tabel 2.5 Rambu Tanda Alat Keselamatan


(Sumber : www.safetysig.co.id)
Tanda peringatan dengan dasar kuning memungkinkan adanya bahaya yang timbul
sesuai dengan symbol dan mengambil tindakan pencegahan.

Tabel 2.6 Tanda Bahaya


(Sumber : www.safetysig.co.id)

2.5 Profil Perusahaan

2.5.1 Latar Belakang Perusahaan


CV. Aceh Engeneering Consultant merupakan sebuah perusahaan yang bergerak di
bidang perencanaan dan pengawasan. Perusahaan ini berdomisili di kota Lhokseumawe,
Provinsi Aceh. Perusahaan mulai didirikan pada tanggal 21 Februari 2011. Selama kurun
waktu tersebut, CV. Aceh Engeneering Consultant sudah dipercayai oleh berbagai instansi
untuk menangani berbagai macam proyek, antara lain :Perencanaan dan Pengawasan Gedung
Asrama BLK (Balai Latihan Kerja) Kab. Bireuen, bangunan gedung bertingkat baik secara
langsung maupun sub dari konsultan perencana yang lebih besar. Seiring dengan
perkembangannya, perusahaan berusaha untuk semakin meningkatkan kualitas dari tenaga ahli
yang kompeten di bidangnya masing-masing. Sebagaimana dari tujuannya yaitu bertanggung
jawab atas setiap kepercayaan yang diberikan kepada perusahaan ini dengan mengedepankan
kualitas.

2.5.2 Ruang Lingkup Pekerjaan

CV. Aceh Engeneering Consultant mempunyai beberapa ruang lingkup pekerjaan yang
menjadi bagian dalam bidang usaha, diantaranya :
1. Perencanaan umum.
2. Peninjauan.
3. Studi kelayakan.
4. Perencanaan teknik.
5. Pengawasan teknik.
6. Manajemen umum dan operasi.
7. Penelitian.

2.5.3 Bidang Pekerjaan


Bidang pekerjaan yang dikerjakan oleh CV. Aceh Engeneering Consultant adalah
sebagai berikut.
1. Perencanaan
 Jasa survey.
 Studi perencanaan umum dan studi mikro lainnya.
 Studi perencanaan teknik, operasi dan pemeliharaan.
 Jasa bantuan dan teknis.
 Jasa manajemen konstruksi.
 Jasa manajemen proyek.
2. Pengawasan
 Jasa survey.
 Jasa manajemen konstruksi.
 Jasa manajemen proyek.
3. Pekerjaan Arsitektural
 Arsitektur bangunan gedung.
4. Pekerjaan Sipil
 Struktur bangunan gedung.
 Struktur bangunan ringan, dan lain-lain.
5. Pekerjaan Tata Lingkungan
 Perencanaan kawasan.
 Revitalisasi pemukiman.

Anda mungkin juga menyukai