Anda di halaman 1dari 2

Ringkasan Undang-Undang No.

3 Tahun 2014 Pasal 16-29 tentang


Pembangunan Sumber Daya Manusia Industri

Dalam Undang-Undang No.3 Tahun 2014 tentang Perindustrian pada bab VI


disebutkan bahwa salah satu dari pembangunan sumber daya industri meliputi pembangunan
sumber daya manusia. Pasal 16 menjelaskan lebih lanjut bahwa pembangunan sumber daya
manusia industri dilakukan untuk menghasilkan sumber daya manusia yang kompeten.
Sumber daya manusia industri meliputi wirausaha industri, tenaga kerja industri, pembina
industri, dan konsultan industri. Sedangkan pembangunan sumber daya manusia industri
dapat dilakukan oleh Pemerintah, Pemerinatah Daerah, pelaku industri, dan masyarakat.

Penjelasan lebih lanjut mengenai sumber daya manusia industri terdapat pada pasal-
pasal berikut:

1. Pasal 17 berisi tentang tujuan pembangunan wirausaha industri dan metode


pelaksanaannya.
2. Sedangkan pasal 18 menjelaskan tentang tujuan pembangunan tenaga kerja industri dan
metode pelaksanaannya. Penjelasan dan kriteria mengenai tenaga kerja industri lebih
lanjut dijelaskan dalam pasal 19.
3. Kemudian pasal 21 menjelaskan tentang tujuan pembangunan pembina industri dan
metode pelaksanaannya. Lebih lanjut dijelaskan dalam pasal 22 bahwa pembina industri
dapat bermitra dengan asosiasi industri dalam melakukan pembinaan dan pengembangan
industri.
4. Pasal 23 berisi tentang pengertian, peran, dan kriteria konsultan industri serta persyaratan
bagi konsultan industri asing.

Pada pasal 20 dijelaskan bahwa Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah


memfasilitasi pembangunan pusat pendidikan dan pelatihan industri di wilayah pusat
pertumbuhan industri. Menteri juga dapat berperan dalam menyediakan konsultan industri
yang kompeten seperti yang dijelaskan dalam pasal 24.

Dalam pasal 25 dijelaskan bahwa Standar Kompetensi Kerja Nasional disusun oleh
Menteri. Pemberlakuan Standar Kompetensi Kerja Nasional wajib untuk jenis pekerjaan
tertentu di bidang industri. Aturan tersebut juga wajib dipatuhi oleh perusahaan industri
dan/atau perusahaan kawasan industri sebagai pengguna tenaga kerja industri. Oleh karena itu
Menteri memfasilitasi pembentukan lembaga sertifikasi profesi dan tempat uji kompetensi
seperti yang dijelaskan dalam pasal 26.

Pasal 27 memaparkan bahwa perusahaan industri mengutamakan penggunaan tenaga


kerja industri dan konsultan industri nasional namun diperbolehkan menggunakan tenaga
kerja industri asing dalam kondisi tertentu. Adapun perusahaan industri yang menggunakan
tenaga kerja industri asing tersebut diatur agar melakukan alih pengetahuan dan keterampilan
kepada tenaga kerja industri nasional. Tenaga kerja asing tersebut juga harus memenuhi
Standar Kompetensi Kerja Nasional serta hanya diperbolehkan bekerja dalam jangka waktu
tertentu seperti yang disebutkan dalam pasal 28. Pasal selanjutnya menjelaskan bahwa
Menteri dapat melakukan pelarangan penggunaan tenaga kerja asing dalam kondisi tertentu.

Anda mungkin juga menyukai