NIM : 1934290015
TUGAS MEKANIKA TANAH I
---------
Artikel ini sudah Terbit di AyoBogor.com, dengan Judul Pergerakan Tanah di
Sukabumi Rusak Puluhan Rumah, pada URL
https://www.ayobogor.com/read/2020/02/10/5924/pergerakan-tanah-di-
sukabumi-rusak-puluhan-rumah
PEMBAHASAN
Secara umum ada dua tipe hujan pemicu longsoran di Indonesia,
yaitu tipe hujan deras dan tipe normal. Tipe hujan deras misalnya
adalah hujan dengan intensitas mencapai 70 mm per jam atau lebih
dari 100 mm per hari. Tipe ini hanya akan efektif memicu longsoran
pada lereng tanah dengan karakteristik tanahnya mudah menyerap
air, misalnya pada tanah lempung pasiran dan tanah pasir. Tipe hujan
normal contohnya adalah hujan dengan intensitas 20-50 mm/hari.
Hujan tipe ini bila berlangsung selama beberapa minggu hingga
beberapa bulan dapat memicu longsoran pada lereng yang tersusun
oleh tanah yang permeabilitasnya kecil, misalnya tanah lempung
Analisis frekuensi merupakan salah satu cara untuk memperkirakan
besaran hujan/debit rancangan dengan kala ulang tertentu yang
dilakukan melalui pendekatan statistic. Selanjutnya ditetapkan interval
(range) kedalaman hujan dan dikumpulkan menurut lama hujannya,
kemudian dirata-ratakan untuk ditetapkan sebagai lama hujan yang
mewakili masingmasing interval (range) tersebut. Distribusi hujan tiap
jam diperoleh dengan membuat kurva persentase distribusi hujan.
Faktor Paling Dominan yang Berpengaruh Terhadap Tanah Longsor dari
pembahasan di atas, banyak faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya
tanah longsor, tetapi dari hasil analisis faktor-faktor utama yang
berpengaruh terhadap bencana tanah longsor , yaitu :
a. Topografi pada sumber terbentuknya tanah longsor mempunyai
kelerengan sangat curam.
b. Batuan breksi vulkanik yang mudah lapuk yang membentuk soil
hasil pelapukan sangat tebal (lebih dari 7 meter), mempunyai sifat
menyerap air sangat tinggi sehingga mudah jenuh dan membuat
ketidakstabilan lereng.
c. Pemanfaatan lahan terasering dengan tanaman hortikultura
terutama tanaman jahe, memerlukan upaya penggemburan tanah
untuk kesuburan sehingga menyebabkan mudahnya terjadinya
resapan tanah sampai terjadi kejenuhan tanah yang memudahkan
terjadinya ketidakstabilan lereng.
d. Curah hujan yang memiliki intensitas lama yang terjadi pada hari-
hari dan beberapa jam sebelum terjadinya tanah longsor.
Hujan yang menerus mengakibatkan sebagian air tertahan di bagian atas
dan tengah tubuh longsor dan membentuk kejenuhan yang luar biasa
pada tanah (soil). Air semakin lancar masuk ke dalam pori-pori tanah
sampai batas kontak dengan batuan dasarnya
Kesimpulan :
Wilayah Indonesia yang berada pada belahan dunia yang memiliki iklim
hujan tropis menyebabkan bervariasinya intensitas curah hujan. Intensitas
curah hujan akan sangat berpengaruh pada kestabilan tanah sebagai
dasar pondasi.
Gerakan tanah adalah perpindahan massa tanah atau batuan pada arah
tegak, datar, atau miring dari kedudukannya semula, yang terjadi bila ada
gangguan kesetimbangan pada saat itu. Gerakan tanah akan terjadi pada
suatu lereng, jika ada keadaan ketidakseimbangan yang menyebabkan
terjadinya suatu proses mekanis, mengakibatkan sebagian dari lereng
tersebut bergerak mengikuti gaya gravitasi, dan selanjutnya setelah
terjadi longsor
Dari berita yang ada, pergerakan tanah di Sukabumi terjadi akibat
intensitas curah hujan yang tinggi. Kalau melihat sejarah yang berulang,
daerah ini punya potensi tinggi terjadinya gerakan tanah, pergerakan
tanah terjadi sejak musim kemarau lalu. Bencana kemudian mengalami
puncaknya dua pekan lalu saat hujan deras mengguyur Sukabumi.
Pergerakan tanah menyebabkan dinding bangunan rumah warga
mengalami retakan antara 5 hingga 25 sentimeter dan juga pondasi
rumah warga juga ambles dan patah. pondasi rumah warga ambles
hingga mencapai kedalaman 30 hingga 50 sentimeter terutama pondasi
yang sama sekali tidak dicor semen. Warga telah berusaha melakukan
beragam upaya untuk meminimalkan pergerakan tanah agar tidak terus
terjadi dan berujung longsor besar. Tapi langkah tersebut tidak
membuahkan hasil.