Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH

FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI ILMU SIPIL


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
Jln. Jend. Ahmad Yani 13 Ulu Palembang (30263)

BAB IV
PERCOBAAN THEODOLITE
4.1 Pendahuluan

Theodolite adalah salah satu alat ukur tanah yang digunakan untuk
menentukan tinggi tanah dengan sudut mendatar dan sudut tegak. Berbeda
dengan waterpass yang hanya memiliki sudut mendatar saja. Di dalam
theodolit sudut yang dapat di baca bisa sampai pada satuan sekon (detik).
Theodolite merupakan alat yang paling canggih di antara peralatan yang
digunakan dalam survei. Pada dasarnya alat ini berupa sebuah teleskop
yang ditempatkan pada suatu dasar berbentuk membulat (piringan) yang
dapat diputar-putar mengelilingi sumbu vertikal, sehingga memungkinkan
sudut horisontal untuk dibaca. Teleskop tersebut juga dipasang pada
piringan kedua dan dapat diputarputar mengelilingi sumbu horisontal,
sehingga memungkinkan sudut vertikal untuk dibaca. Kedua sudut
tersebut dapat dibaca dengan tingkat ketelitian sangat tinggi
(Sosrodarsono, 1983.

Konsep sudut dan jari-jari sudah digunakan oleh manusia sejak


zaman purba, paling tidak pada, milenium pertama SM. Astronom dan
astrolog yunani, hipparchus, (190-120 SM) menciptakan table fungsi
chord dengan menyatakan panjang chord bagi setiap sudut, dan ada
rujukan mengenai penggunaan koordinat polar olehnya untuk menentukan
posisi bintang-bintang. Dalam karyanya “On Spirals”, Achimedes
menyatakan Achimedean spiral, suatu fungsi jari-jarinya tergantung dari
sudut. Namun, karya-karya yunani tidak berkembang sampai ke suatu
system koordinat sepenuhnya.

16

PRATIKUM THEODOLITE
Achmad Irpan - 112019054
II B
LAPORAN LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI ILMU SIPIL
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
Jln. Jend. Ahmad Yani 13 Ulu Palembang (30263)

4.2Alat Yang Diguakan

Gambar 4.1 Theodolite

Gambar 4.2 Statif

17

PRATIKUM THEODOLITE
Achmad Irpan - 112019054
II B
LAPORAN LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI ILMU SIPIL
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
Jln. Jend. Ahmad Yani 13 Ulu Palembang (30263)

Gambar 4.3 Rambu Ukur

Gambar 4.4 Meteran

18

PRATIKUM THEODOLITE
Achmad Irpan - 112019054
II B
LAPORAN LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI ILMU SIPIL
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
Jln. Jend. Ahmad Yani 13 Ulu Palembang (30263)

Gambar 4.5 Payung

Gambar 4.6 Kompas

19

PRATIKUM THEODOLITE
Achmad Irpan - 112019054
II B
LAPORAN LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI ILMU SIPIL
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
Jln. Jend. Ahmad Yani 13 Ulu Palembang (30263)

4.3 Fungsi Alat


4.1 Fungsi Alat

1. Theodolite
1.Pengarah kasar, berfungsi untuk membantu
pembidikan yaitu membantu mengarahkan teropong ke target
secara kasar.
2.Klem pengunci vertikal, untuk mengunci teropong agar tidak
dapat digerakkan secara vertikal.
3.Penggerak halus vertikal, untuk menggerakkan teropong
secara vertikal ke arah rambu ukur (objek) secara halus.
4.Tempat baterai, berjumlah 4 buah dengan jenis bateraiA2.

5.Klem pengunci lingkaran horizontal, untuk mengunci badan


pesawat agar tidak dapat diputar secara horizontal.
6.Penggerak halus lingkaran horizontal, untuk menggerakkan
teropong horizontal ke arah rambu ukur (objek) secara halus.
7.Sekrup pengatur nivo, untuk mengatur posisi gelembung
nivo berada pada titik tengah.
8.Handle, untuk pegangan tangan pada alat.
9.Pengatur fokus lensa okuler, untuk fokus lensa okuler ke
objek.

10. Nivo tabung, untuk menyetel posisi sumbu II pesawat


secara horizontal, dan dapat diatur dengan 3 sekrup penyama rata.

11. Display dan papan tombol, untuk pembacaan skala


lingkaran vertikal dan horizontal.

12. Nivo kotak, berfungsi untuk menyetel posisi sumbu I


20
berada pada posisi vertikal.

13. Plat dasar, untuk bertumpunya pesawat theodolite.

PRATIKUM THEODOLITE
Achmad Irpan - 112019054
II B
LAPORAN LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI ILMU SIPIL
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
Jln. Jend. Ahmad Yani 13 Ulu Palembang (30263)

14. Lensa verticalizing, untuk melihat dan memosisikan


sumbu I berimpit dengan titik berdiri pesawat atau titik
tertentu dibumi.
15. Klem pengatur fokus benang, untuk memperjelas benang
pada lensa (benang atas, benang tengah, benang bawah).

2. Statif

Statif (kaki tiga) berfungsi sebagai penyangga theodolit

dengan ketiga kakinya dapat menyangga penempatan alat yang


pada masing-masing ujungnya runcing, agar masuk ke dalam
tanah. Ketiga kaki statif ini dapat diatur tinggi rendahnya
sesuai dengan keadaan tanah tempat alat ini berdiri.
dalam pengukuran.

3. RambuUkur

Kegunaann untuk menentukan ketinggian titik daerah


pengukuran.

4. Meteran

Kegunaan untuk mengukur jarak atau panjang

5. Payung

Kegunaan untuk melindungi pesawat dari diafragma sinar


matahari.

6. Kompas
Kegunaan untuk menunjukkan arah utara.
4.4 Jenis-jenis Percobaan Theodolite
1.Poligon Tertutup
Adalah poligon yang titik awal dan akhirnya bertemu pada
21 sama.
satu titik yang

PRATIKUM THEODOLITE
Achmad Irpan - 112019054
II B
LAPORAN LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI ILMU SIPIL
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
Jln. Jend. Ahmad Yani 13 Ulu Palembang (30263)

2.PoligonTerbuka

Adalah poligon yang titik awal dan titik akhirnya merupakan


titik yang berlainan (tidak bertemu di satu titik).

3.Poligon Terikat Sempurna

Poligon ini dapat terjadi pada poligon tertutup atau poligon


terbuka, suatu titik dikatakan sempurna sebagai titik ikat apabila
diketahui koordinat dan jurusannya minimum 2 buah titik ikat
dan tingkatnya berada di atas titik yang akan dihasilkan.

4.5 Rumus-Rumus Perhitungan


a. Perhitungan jarak
D = (Ba-Bb) X100
Diketahui : D = jarak datar
Ba = benang atas
Bb = benang bawah

b. Perhitungan beda tinggi


∆h = Tp – Bt
Diketahui : D = ∆h = Beda tinggi

Tp = b. Tinggi pesawat
Bt = Benang tengah

c. Koreksi bedatinggi
∆h Koreksi = ∆h ± ( D / ∑D X ∆H )
Diketahui : ∆h Koreksi = koreksi
beda tinggi

D / ∑D = jarak datar / jumlah datar

22 ∑∆h = jumlah perhitungan beda tinggi

PRATIKUM THEODOLITE
Achmad Irpan - 112019054
II B
LAPORAN LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI ILMU SIPIL
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
Jln. Jend. Ahmad Yani 13 Ulu Palembang (30263)

d. Perhitungan tinggi titik H = Tp +∆h


e. Untuk mendapatkan koreksi sudut horizontal gunakan rumus,
sebagai berikut:
Fα = ∑β (180 x n±2)/n
Contoh:
∑β = (n-2) x 180º (Apabila diketahui sudut dalam)
∑β = (n+2) x 180º (Apabila diketahui sudut luar)
Fα (koreksi sudut)
∑β (jumlah sudut pengukuran)
n + 2 (pengukuran searah jarum jam)
n – 2 (pengukuran berlawanan jarum jam)
f. Untuk mencari sudut sesudah koreksi gunakan rumus, sebagai
berikut:
Sudut sebelum koreksi + koreksi
Contoh: 160º08’33”+0º0’0”
g. Untuk mencari azimuth gunakan rumus, sebagai berikut:
Azimuth: B = azimuth awal (pl) + sudut sesudah koreksi ± 180/540
Contoh: B = 104º21’56” + 160º08’40” - 180º = 84º30’36”
Lakukan secara bertangga hingga nilai azimuth titik akhir sama seperti
azimuth titik awal.
h. Untuk mencari absis (Fx) gunakan rumus, sebagai berikut:
Absis = sin azimuth pl x jarak p2
Contoh = sin 104º21’56” x 35.5 = 34.390
Lakukan secara bertangga hingga ke titik akhir.
i. Untuk mencari koreksi absis gunakan rumus, sebagai berikut:
Jumlahkan absis (+) dan absis (-) lalu hitung jumlah selisih
antara absis (+) dan absis (-) kemudian dibagi jumlah titik
Contoh : f absis
23= (∑ absis +) + (∑absis -) / n
F absis = (68.837) + (-68.902)/6
= -0.065/6= -0.010

PRATIKUM THEODOLITE
Achmad Irpan - 112019054
II B
LAPORAN LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI ILMU SIPIL
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
Jln. Jend. Ahmad Yani 13 Ulu Palembang (30263)

4.6 Langkah Kerja

1. Siapkan catatan, daftar pengukuran dan buat sket lokasi area yang
akan diukur.
2. Tentukan dan tancapkan patok pada titik-titik yang akan dibidik.

3. Dirikan pesawat di atas titik P1 dan lakukan penyetelan alat sampai


didapat kedataran.
4. Arahkan pesawat ke arah utara dan nolkan piringan sudut
horizontal dan kunci kembali dengan memutar sekrup piringan
bawah.
5. Putar teropong dan arahkan teropong pesawat ke titik P2, baca dan
catat sudut horizontalnya yang sekaligus sebagai sudut azimuth.
Bacaan ini merupakan bacaan biasa untuk bacaan muka.
6. Dengan posisi pesawat tetap di titik P1, putar pesawat 180° searah
jarum jam, kemudian putar teropong 180° arah vertikal dan
arahkan teropong ke titikP2.
7. Lakukan pembacaan sudut horizontal. Bacaan ini merupakan
bacaan luar biasa untuk bacaan muka.
8. Putar teropong pesawat dan arahkan di titik P akhir dan lakukan
pembaan sudut horizontal pada bacaan biasa dan luar biasa. Bacaan
ini merupakan bacaan belakang.
9. Dengan cara yang sama, lakukan pada titik--titik poligon
berikutnya hingga kembali lagi ke titikP1.
10. Lakukan pengukuran jarak antar titik dengan meteran.

11. Lakukan perhitungan sudut pengambilan, sudut azimuth dan


koordinat masing-masing titik.

12. Hitung hasil pengukuran dan gambar.

24

PRATIKUM THEODOLITE
Achmad Irpan - 112019054
II B

Anda mungkin juga menyukai