Anda di halaman 1dari 7

1.

Wujud ( Ada )

Adanya Allah itu bukan karena ada yang mengadakan atau menciptakan, tetapi Allah itu ada
dengan zat-Nya sendiri.
Sifat mustahil-Nya adalah :  Adam  yang berarti tidak ada.
Untuk itulah kita tidak boleh meragukan atau mempertanyakan keberadaanNya.
Keimanan seseorang akan membuatnya dapat berpikir dengan akal sehat bahwa alam semesta
beserta isinya ada karna Allah yang menciptakannya.
Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya
pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya.
Kepercayaan ada dan tidak adanya Allah SWT bergantung pada manusia itu sendiri yang bisa
menggunakan akal sehatnya, sebagai bukti dengan adanya alam beserta isinya.
 Jika kita perhatikan, maka dari mana alam semesta itu berasal ?
 Siapakah Dia Yang Maha Kuasa dan Maha Agung itu ?
 Dialah Allah SWT yang Maha Suci dan Maha Tinggi.
 Dialah yang mengadakan segala sesuatu di alam ini, termasuk diri kita.
Selain melihat alam semesta, kita juga dapat melihat tanda-tanda kekuasaan-Nya, seperti
manusia dengan segala perlengkapan hidupnya di dunia ini. Tentu kita bisa berfikir bahwa
semua yang ada pasti ada yang menciptakan, yaitu Tuhan Yang Maha Kuasa ( Allah SWT).

2. Qidam ( Dahulu atau Awal )

Sifat Allah ini menandakan bahwa Allah swt sebagai Pencipta lebih dulu ada daripada semesta
alam dan isinya yang Ia ciptakan.
Sifat mustahil-Nya adalah :  Hudus yang artinya baru.
Allah SWT tidak berpermulaan sebab sesuatu yang berpermulaan itu adalah baru dan sesuatu
yang baru itu namanya mahluk (yang diciptakan). Allah SWT bukan mahluk melainkan Khalik
(Maha Pencipta). Oleh karena itu Allah SWT wajib bersifat qidam.
Adanya Allah itu pasti lebih awal daripada mahluk ciptaan-Nya. Seandainya keberadaan Allah
didahului oleh mahluk-Nya, maka semua ciptaan Allah ini akan hancur berantakan. Hal ini tentu
mustahil bagi Allah karena Allah Maha pencipta, tidak mungkin ciptaannya lebih dahulu
daripada yang menciptakan.

3. Baqa’ ( Kekal )

Kekalnya Allah SWT tidak berkesudahan atau penghabisan.


Sifat mustahilnya adalah  :  Fana’ artinya rusak atau binasa.
Semua mahluk yang ada di alam semesta seperti manusia, binatang, tumbuhan, planet dan
bintang akan rusak atau binasa sehingga disebut baru sebab ada awal dan ada akhirnya.
Manusia betapapun gagah perkasa dirinya, wajah elok nan rupawan, suatu saat akan menjadi
tua dan mati. Demikian halnya dengan tumbuhan yang semula tumbuh subur maka lama
kelamaan akan layu dan mati. Sungguh betapa hina dan lemahnya kita berbangga diri di
hadapan Allah SWT. Betapa tidak patutnya kita berbangga diri dengan kehebatan yang kita miliki
karena segala kehebatan itu hanyalah bersifat sementara. Hanya Allah SWT Sang Pencipta yang
bersifat kekal.

4. Mukhalafatu lil hawadits ( berbeda dengan Ciptaannya )

Berbeda dengan semua yang baru (mahluk).


Sifat mustahil-Nya adalah :  Mumasalatu lil hawadisi Artinya serupa dengan semua yang
baru(mahluk). Sifat ini menunjukkan bahwa Allah SWT berbeda dengan hasil ciptaan-Nya. Coba
kita perhatikan tukang jahit hasil baju yang dijahit sendiri tidak mungkin sama dengan baju yang
dibuat orang lain. Begitu juga dengan tukang pembuat sepatu tidak mungkin sama dengan
sepatu yang dibuatnya, bahkan robot yang paling canggih dan mirip manusia sekalipun tidak
akan sama dengan manusia yang membuatnya. Senada dengan ayat tersebut Allah SWT juga
berfirman dalam ayat yang lain yang berbunyi :Dari dua ayat di atas dapat diambil pelajaran
bahwa yang dimaksud dengan tidak setara itu adalah tentang keagungan, kebesaran, kekuasaan
dan ketinggian sifat-Nya. Tidak satupun dari mahluk-Nya yang menyerupai-Nya..

5. Qiyamuhu binafsihi ( Allah berdiri sendiri )

Qiyamuhu Binafsihi berarti Allah SWT itu berdiri dengan zat sendiri tanpa membutuhkan
bantuan yang lain. Maksudnya, keberadaan Allah SWT itu ada dengan sendirinya tidak ada yang
mengadakan atau menciptakan. Contohnya, Allah SWT menciptakan alam semesta ini karena
kehendak sendiri tanpa minta pertolongan siapapun. Sifat mustahil-Nya adalah :  Ihtiyaju
lighairihi, artinya membutuhkan bantuan yang lain. Berbeda sekali dengan manusia, manusia
hidup di dunia ini tidak bisa hidup sendiri-sendiri. Mereka pasti saling membutuhkan antara satu
dan yang lainnya karena mereka mahluk (yang diciptakan), sedangkan Allah SWT adalah Maha
Pencipta. Sadarlah ternyata kita ini mahluk yang sangat lemah karena tidak mampu hidup tanpa
bantuan orang lain. Akan tetapi, sebagai manusia kita juga harus memiliki sifat mandiri supaa
tidak bergantung pada orang lain.

6. Wahdaniyyah ( Esa atau Tunggal )

Allah SWT adalah Tuhan Yang Maha Esa., baik itu Esa zat-Nya, sifat-Nya, maupun perbuatannya.
Esa zat-Nya maksudnya zat Allah SWT itu bukanlah hasil dari penjumlahan dan perkiraan atau
penyatuan satu unsur dengan unsur yang lain mkenjadi satu. Berbeda dengan mahluk, mahluk
diciptakan dari berbagai unsur, seperti wujudnya manusia, ada tulang, daging, kulit dan
seterusnya.
Esa sifat-Nya artinya semua sifat-sifat kesempurnaan bagi Allah SWT tidak sama dengan sifat-
sifat pada mahluk-Nya, seperti marah, malas dan sombong. Esa perbuatan-Nya berarti Allah
SWT berbuat sesuatu tidak dicampuri oleh perbuatan mahluk apapun dan tanpa membutuhkan
proses atau tenggang waktu. Allah SWT berbuat karena kehendak-Nya sendiri tanpa ada yang
menyuruh dan melarang. Sifat mustahil-Nya adalah :  Ta’adud  Artinya berbilang atau lebih dari
satu. Allah SWT mustahil (tidak mungkin) lebih dari satu. Seandainya lebih dari satu pasti terjadi
saling bersaing dalam menentukan segala sesuatunya, kalau terjadi demikian pasti alam semesta
tidak akan terwujud. Meyakini ke-Esa-an Allah SWT merupakan hal yang paling prinsip.
Seseorang dianggap muslim atau tidak , bergantung pada pengakuan tentang ke-Esa-an Allah
SWT. Hal ini dapat dibuktikan dengan cara bersaksi terhadap Allah SWT, yaiut dengan membaca
syahadat tauhid yang berbunyi : “Aku bersaksi tiada Tuhan selain Allah.”

7. Qudrat ( Berkuasa )

Kekuasaan Allah SWT, atas segala sesuatu itu mutlak, tidak ada batasnya dan tidak ada yang
membatasi, baik terhadap zat-Nya sendiri maupun terhadap makhluk-Nya. Berbeda dengan
kekuasaan manusia ada batasnya dan ada yang membatasi. Sifat mustahil-Nya adalah :  ‘Ajzu,
artinya lemah. Allah SWT tidak mungkin bersifat lemah. Bagi Allah SWT, jika sudah berkehendak
melakukan atau melakukan sesuatu, maka tidak ada satu pun yang dapat menghalangin-Nya.
Dengan demikian, Allah SWT tetap bersifat kudrat (kuasa) dan mustahil bersifat ‘ajzu (lemah).
Sungguh idak patut manusia bersifat sombong dengan kekuasaan yang kita miliki karena sebesar
apapun Allah SWT. Pasti lebih kuasa. Oleh karena itu, kita sebagai hamba Allah yang hidup di
muka bumi harus berkarya, berkreasi, dan berinovasi.

8. Iradat ( Berkehendak )

Allah SWT menciptakan alam beserta isinya atas kehendak-Nya sendiri, tanpa ada paksaan dari
pihak lain atau campur tangan dari siapa pun  Apapun yang Allah SWT kehendakin pasti terjadi,
begitu juga setiap setiap Allah SWT tidak kehendaki pasti tidak terjadi.
Berbeda dengan kehendak atau kemauan manusia, tidak sedikit manusia mempunyai keinginan,
tetapi keinginan itu kandas di tengah jalan. Apabila manusia berkeinginan tanpa disertai dengan
kehendak Allah SWT. Pasti keinginan itu tidak terwujud. Hal ini menunjukan bahwa manusia
memiliki keterbatasan, sedangkan Allah SWT memiliki kehendak yang tidak terbatas.
Sifat mustahil-Nya adalah :  Karahah, Artinya terpaksa. Jika Allah SWT bersifat karahah
(terpaksa) pasti alam jagat raya yang kita tempai ini tidak terwujud sebab karahah itu adalah
sifat kekurangan, sedangkan Allah SWT, wajib bersifat kesempurnaan. Dengan demikian, Allah
SWT. Wajib bersifat iradah (berkehendak) mustahil bersifat karahah (terpaksa).
Sebagai manusia kita harus mempunyai kemauan, keinginan, dan cita-cita yang bertujuan
membangun hari esok yang lebih baik karena kita hidup di muka bumi ini hanya bersifat
sementara. Oleh karena itu, apapun yang kita cita-citakan dengan tujuan mengharap rida Allah
SWT.
9. Ilmu ( Mengetahui )

Allah Maha Mengetahui segala sesuatu, meskipun pada hal yang tidak terlihat.
Sifat mustahil-Nya adalah :  Jahlun yang artinya bodoh.
Allah SWT memiliki pengetahuan atau kepandaian yang sangat sempurna, artinya ilmu Allah
SWT itu tidak terbatas dan tidak pula dibatasi. Allah SWT mengetahui segala sesuatu yang ada di
alam semesta, baik yang tampak maupun yang gaib.
Bahkan, apa yang dirahasiakan didalam hati manusia sekali pun. Bukti kesempurnaan ilmu Allah
SWT, ibarat air laut menjadi tinta untuk menulis kalimat-kalimat Allah SWT, tidak akan habis
kalimat-kalimat tersebut meskipun mendatangkan tambahan air yang banyak seperti semula.
Kita sering kagum atas kecerdasan dan ilmu yang dimiliki orang-orang pintar di dunia ini. Kita
juga takjub akan indahnya karya dan canggihnya tekhnologi yang diciptakan manusia. Sadarkah
kita bahwa ilmu tersebut hanyalah sebagian kecil saja yang diberikan Allah SWT kepada kita ?.
Oleh karena itu, sebagai hamba Allah SWT, seharusnya terdorong untuk terus menimba ilmu.
Kita sadar bahwa sebanyak apapun ilmu yang telah kita ketahui, masih lebih banyak lagi ilmu
yang belum kita ketahui.

10. Hayat ( Hidup )

Hidupnya Allah tidak ada yang menhidupkannya melainkan hidup dengan zat-Nya sendiri karena
Allah Maha Sempurna, berbeda dengan makhluk yang diciptakan-Nya.
Sifat mustahil-Nya adalah :  Mautun yang artinya mati.
Contohnya: Manusia ada yang menghidupkan. Selain itu, mereka juga mmebutuhkan makanan,
minuman, istirahat, tidur, dan sebagainya. Akan tetapi, hidupnya Allah SWT tidak membutuhkan
semua itu. Allah SWT hidup selama-lamanya, tidak mengalami kematian bahkan mengantuk pun
tidak.
Allah SWT selalu mengurus dan mengawasi seluruh makhluk ciptaan-Nya. Oleh karena itu,
hendaknya kita selalu berhati-hati dalam segala tindakan karena gerak gerik kita akan di awasi
dicatat Allah SWT. Kelak di akhirat seluruh amalan tersebut akan kita pertanggung jawabkan.

11. Sam’un ( Mendengar )

Allah SWT mendengar setiap suara yang ada di alam semesta ini. Yidak ada suara yang terlepas
dari pendengaran Allah SWT walaupun suara itu lemah dan pelan., seperti suara bisikan hati dan
jiwa manusia. Pendengaran Allah SWT berbeda dengan pendengaran mahluk –Nya karena tidak
terhalang oleh suatu apapun, sedangkan pendengaran mahluk-Nya dibatasi ruang dan waktu.
Sifat mustahil-Nnya adalah :  Summun artinya tuli (tidak mendengar).
Allah SWT mustahil bersifat tuli (tidak mendengar) sebab sekiranya Allah SWT tidak mendengar
pasti segala permohonan dan pernyataa syukur hamba-Nya tidak akan diterima-Nya.
Selain itu penghiaan orang kafir, orang musrik, orang munafiq, dan lain sebagainya tidak
dihiraukan-Nya. Oleh karena itu Allah SWT tetap bersifat sama’ mustahil bersifat summun .
Sebagaimana Firman Allah SWT dalam surah Al Maidah berikut. Sebagai seorang muslim
seharusnya kita senantiasa bertingkah laku, bersikap, dan berbicara dengan bahasa yang santun
dan mengeluarkan ucapan-ucapan yang baik lagi bermanfaat. Karena Allah SWT pasti
mendengar segala perkataan m,anusia, baik terucap maupun di dalam hati.

12. Basar ( Melihat )

Allah SWT melihat segala sesuatu yang ada di alam semesta ini . penglihatan Allah bersifat
mutlak, artinya tidak dibatasi oleh jarak( jauh atau dekat) dan tidak dapat dihalangi oleh dinding
(tipis atau tebal). Segala sesuatu yang ada di alam semesta ini, kecil maupun besar, tampak atau
tidak tampak, pasti semuanya terlihat oleh Allah SWT. Sifat mustahil-Nya adalah :   ‘Umyun, 
artinya buta. Allah SWT wajib bersifat kesempurnaan. Seandainya Allah SWT itu buta pasti alam
semesta ini tidak akan ada karena Allah SWT tidak dapat melihat apa yang diciptakan-Nya.
Firman Allah SWT sebagai berikut. Dengan memahami sifat besar Allah SWT hendaknya kita
selalu berhati-hati dalam berbuat. Mungkin kita bisa berbohong kepada manusia, seperti orang
tua, guru, atau teman. Akan tetapi kita tidak akan bisa berbohong kepada Allah SWT. Oleh
karena itu , berbuat baiklah supaya kita tidak perlu cemas jika kita harus mempertanggung
jawabkannya kelak di akhirat.

13. Kalam ( Berbicara / Berfirman )

Allah SWT bersifat kalam artinya Allah SWT berfirman dalam kitab-Nya yang diturunkan kepada
para nabi dan rasul-Nya. Pembicaraan Allah SWT tentu tidak sama dengan pembicaraan manusia
karena Allah SWT tidak berorgan (panca indra), seperti lidah dan mulut yang dimiliki oleh
manusia. Allah SWT berbicara tanpa menggunkan alat bantu yang berbentuk apapun sebab sifat
kalam Allah SWT sangat sempurna. Sebagai bukti bahwa adanya wahyu Allah SWT berupa al
qur’an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dan kitab-kitab Allah yang diturunkan
kepada para rasul sebelum Nabi Muhammad SAW.Sifat mustahi-Nya adalah :  Bukmun, artinya
Bisu. Allah SWT mustahil bersifat bisu. Seandainya Allah SWT bersifat bisu mana mungkin para
utusan-Nya bisa mengerti maksud wahyu yang diturunkan kepada tersebut, baik dalam bentuk
perintah maupun larangan. Padahal kenyataannya semua itu tidak mungkin terjadi. Firman Allah
SWT Oleh karena itu kita sebagai hamba Allah SWT hendaknya membiasakan diri mengucapkan
kalimat-kalimat tayyibah, artinya kata-kata yang mulia, seperti ketika kita berbuat salah, maka
segeralah membaca istighfar. Apabila kita menerima nikmat, maka segeralah mengucapkan
hamdalah. Selain itu, kita juga harus membiasakan diri bertutur kata yang lemah lembut dan
sopan santun dengan sesama manusia.

14. Kaunuhu Qadirun

Keadaan Allah Ta’ala Yang Berkuasa Mengadakan Dan Mentiadakan. Hakikatnya iaitu sifat yang
berdiri dengan zat Allah Ta’ala tiada ia maujud dan tiada ia ma’adum , iaitu lain daripada sifat
Qudrat.Sifat Allah ini berarti Allah adalah Dzat yang Maha Berkuasa. Allah tidak lemah, Ia
berkuasa penuh atas seluruh makhluk dan ciptaanNya.
15. Kaunuhu Muridun
Keadaan Allah Ta’ala Yang Menghendaki dan menentukan tiap-tiap sesuatu.
Hakikatnya iaitu sifat yang berdiri dengan zat Allah Ta’ala , tiada ia maujud dan tiada ia ma’adum
, iaitu lain daripada sifat Iradat.Allah memiliki sifat Muridun, yaitu sebagai Dzat Yang Maha
Berkehendak a berkehendak atas nasib dan takdir manusia.

16.  Kaunuhu ‘Alimun

Keadaan Allah Ta’ala Yang Mengetahui akan Tiap-tiap sesuatu.


Hakikatnya iaitu sifat yang berdiri dengan zat Allah Ta’ala , tiada ia maujud dan tiada ia ma’adum
, iaitu lain daripada sifat Al-Ilmu. Sifat Allah ‘Alimun, yaitu Dzat Yang Maha Mengetahui. Allah
mengetahui segala hal yang telah terjadi maupun yang belum terjadi. Allah pun dapat
mengetahui isi hati dan pikiran manusia.

17. Kaunuhu Hayyun

Keadaan Allah Ta’ala Yang Hidup.


Hakikatnya iaitu sifat yang berdiri dengan zat Allah Ta’ala, tiada ia maujud dan tiada ia
ma’adum , iaitu lain daripada sifat Hayat. Allah adalah Dzat Yang Hidup.
Allah tidak akan pernah mati, tidak akan pernah tidur ataupun lengah.

18. Kaunuhu Sami’un

Keadaan Allah Ta’ala Yang Mendengar akan tiap-tiap yang Maujud.


Hakikatnya iaitu sifat yang berdiri dengan zat Allah Ta’ala, tiada ia maujud dan tiada ia ma’adum,
iaitu lain daripada sifat Sama’. Allah adalah Dzat Yang Maha Mendengar.
Allah selalu mendengar pembicaraan manusia, permintaan atau doa hambaNya.
19. Kaunuhu Basirun

Keadaan Allah Ta’ala Yang Melihat akan tiap-tiap yang Maujudat ( Benda yang ada ).Hakikatnya
iaitu sifat yang berdiri dengan zat Allah Ta’ala, tiada ia maujud dan tiada ia ma’adum ,iaitu lain
daripada sifat Bashar. Allah adalah Dzat Yang Maha Melihat. Sifat Allah ini tidak terbatas seperti
halnya penglihatan manusia. Allah selalu melihat gerak-gerik kita. Oleh karena itu, hendaknya
kita selalu berbuat baik.

20. Kaunuhu Mutakallimun

Keadaan Allah Ta’ala Yang Berkata-kata. Hakikatnya iaitu sifat yang berdiri dengan zat Allah
Ta’ala, tiada ia maujud dan tiada ia ma’adum , iaitu lain daripada sifat Qudrat. Sifat Allah ini
berarti Yang Berbicara. Allah tidak bisu, Ia berbicara atau berfirman melalui ayat-ayat Al
Quran.Bila Al Quran menjadi pedoman hidup kita, maka kita telah patuh dan tunduk terhadap
Allah swt.

Anda mungkin juga menyukai