Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

“Standar Akuntansi Pemerintah”

Disusun oleh :
Ning Intan Novrianti (C1C019069)

Rizky Kumalasari (C1C019027)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS JAMBI
TAHUN 2020/2021
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini dapat
tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan
dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun
pikirannya.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih


banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Muara Bulian, Oktober 2020

Penyusun
Daftar Isi

Kata Pengantar ........................................................................................................................................ 2


Daftar Isi ................................................................................................................................................. 3
BAB I ...................................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN .................................................................................................................................. 4
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................................ 4
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................................................... 4
1.3 Tujuan ........................................................................................................................................... 4
BAB II..................................................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN ..................................................................................................................................... 5
2.1 Perkembangan Akuntansi Pemerintahan di Indonesia .................................................................. 5
2.2 Pengertian Standar Akuntansi Pemerintahan ................................................................................ 8
2.3 Lingkup Standar Akuntansi Pemerintahan ................................................................................... 9
2.4 Kedudukan Standar Akuntansi Pemerintahan............................................................................. 10
2.5 Ruang Lingkup Standar Akuntansi Pemerintah .......................................................................... 10
2.6 Penetapan Standar Akuntansi Pemerintahan............................................................................... 12
2.7 Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan......................................................................... 12
2.8 Isi Standar Akuntansi Pemerintahan .......................................................................................... 13
2.9 Laporan Keuangan Pemerintah ................................................................................................... 16
BAB III ................................................................................................................................................. 18
PENUTUP ............................................................................................................................................ 18
3.1 Kesimpulan ................................................................................................................................. 18
3.2 Saran ........................................................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................... 19
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Partisipasi masyarakat yang lebih besar merupakan perwujudan dari tuntutan
Akuntabilitas Publik dan Otonomi Daerah. Akuntabilitas adalah mempertanggungjawabkan
pengelolaan sumber daya serta pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepada entitas
pelaporan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara periodik (Kawedar, 2011:11)
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah yang direvisi dengan
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, dan Undang-Undang Nomor 25 tahun 1999 tentang
Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah yang direvisi dengan Undang-Undang Nomor 33
Tahun 2004, adalah 2 (dua) undang-undang yang berupaya mewujudkan otonomi daerah
yang lebih luas. Sebagai Penjabaran dari otonomi tersebut di bidang administrasi keuangan
daerah, berbagai peraturan operasional juga telah dikeluarkan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Perkembangan Akuntansi Pemerintahan di Indonesia
2. Pengertian Standar Akuntansi Pemerintahan
3. Lingkup Standar Akuntansi Pemerintahan
4. Kedudukan Standar Akuntansi Pemerintahan
5. Ruang Lingkup Standar Akuntansi Pemerintah
6. Penetapan Standar Akuntansi Pemerintahan
7. Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan
8. Isi Standar Akuntansi Pemerintahan
9. Laporan Keuangan Pemerintah

1.3 Tujuan
1. Mengetahui Perkembangan Akuntansi Pemerintahan di Indonesia
2. Mengetahui Pengertian Standar Akuntansi Pemerintahan
3. Mengetahui Lingkup Standar Akuntansi Pemerintahan
4. Mengetahui Kedudukan Standar Akuntansi Pemerintahan
5. Mengetahui Ruang Lingkup Standar Akuntansi Pemerintah
6. Mengetahui Penetapan Standar Akuntansi Pemerintahan
7. Mengetahui Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan
8. Mengetahui Isi Standar Akuntansi Pemerintahan
9. Laporan Keuangan Pemerintah
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Perkembangan Akuntansi Pemerintahan di Indonesia

Akuntasi pemerintahan di Indonesia sudah berjalan sejak era orde baru hingga era
reformasi muncul. Adapun fase-fase penting perkembangan akuntansi pemerintahan di
Indonesia , antara lain:

Era Sebelum Otonomi Daerah

Pelaksanaan keuangan negara sebelum tahun 1975 belum menggunakan sistem akuntansi.
Pada saat itu pengelolaan keuangan negara hanya menggunakan sistem administrasi atau
dikenal dengan istilah tata usaha keuangan negara. Pelaksanaan pengelolaan keuangan
pemerintahan didasarkan pada: (1) Undang- Undang No. 5 Tahun 1974 tentang Pokok-
Pokok Pemerintahan di Daerah; (2) Peraturan Pemerintah No. 5 Tahun 1975 tentang
Pengurusan, Pertanggungjawaban, dan Pengawasan Keuangan Daerah; dan (3) Peraturan
Pemerintah No. 6 Tahun 1975 tentang Penyusunan APBD, Pelaksanaan Tata Usaha
Keuangan Daerah, dan Penyusunan Perhitungan APBD.

Pada fase ini sistem administrasi pemerintahan masih dilakukan secara manual,
karena belum dikenal sistem komputerisasi yang terintegrasi. Selain itu dalam fase ini
Indonesia belum memiliki Standar Akuntansi Pemerintah. Laporan pertanggungjawaban
keuangan pemerintah kepada DPR berupa Perhitungan Anggaran Negara (PAN) yang
disajikan berdasarkan sumbangan perhitungan anggaran dari Departemen/Lembaga yang
disusun secara manual dan single entry. Penyampaian laporan PAN oleh pemerintah kepada
DPR dilaksanakan dalam waktu 2-3 tahun.

Pada tahun 1980, Departemen Keuangan mulai membuat rencana studi modernisasi
sistem akuntansi pemerintah. Departemen Dalam Negeri mengeluarkan Keputusan Menteri
Dalam Negeri No. 900-099 Tahun 1980 tentang Manual Administrasi Keuangan Daerah
(MAKUDA), yang menjadi pedoman pencatatan keuangan daerah yang pada dasarnya
sebatas tata buku bukan merupakan suatu sistem akuntansi.

Pada tahun 1986, pemerintah Indonesia membuat desain pengembangan Sistem


Akuntansi Pusat dan Sistem Akuntansi Instansi. Pada tahun tersebut juga Departemen
Keuangan membentuk unit eselon I yang memegang fungsi akuntansi dan pelaporan. Sistem
yang disetujui Departemen Keuangan pada saat itu adalah menyusun alokasi anggaran,
proses penerimaan dan pengeluaran melalui Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara
(KPPN), pembuktian bukti jurnal dan daftar transaksi sebagai dasar pembukuan dalam buku
besar secara manual.

Pada periode 1987-1988, pemerintah Indonesia mulai melakukan simulasi sistem manual
pada Departemen Pekerjaan Umum, Departemen Sosial, dan Departemen Perdagangan
untuk wilayah Jakarta, Medan, dan Surabaya. Pada saat bersamaan, timbul pemikiran
penggunaan komputer untuk proses akuntansi. Pada tahun 1989 usulan pengembangan
sistem akuntansi pemerintah berbasis komputer disetujui Departemen Keuangan dan Bank
Dunia dalam bentuk Proyek Pengembangan Sistem Akuntansi Pemerintah tahap I. Adapun
Proyek Pengembangan Sistem Akuntansi Pemerintah yang disetujui masih berdasar pada
desain manual sebelumnya, belum sampai proses yang menyeluruh yang dapat
menghasilkan laporan keuangan.

Tahun 1991 merupakan saat mulanya era baru dalam bidang akuntansi pemerintah
dengan keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No 476/KMK/01/1991. Keputusan
tersebut berkaitan dengan sistem akuntansi pemerintah pusat telah ditetapkan secara resmi
hal-hal yang berkenaan dengan pelaksanaan akuntansi pemerintah. Pertimbangan yang
menyangkut masalah tersebut adalah semakin meningkatnya tugas pemerintah dalam
kegiatan pembangunan yang membawa transaksi pemerintah semakin meningkat. Praktek
sistem akuntansi pemerintah dikembangkan bukan untuk memenuhi tujuan
pertanggungjawaban saja, tetapi juga harus dapat menyediakan informasi keuangan yang
dibutuhkan untuk perencanan, penggarapan, pelaksanaan, pemantauan, pengendalian
anggaran, evaluasi pelaksanaan serta untuk perumusan kebijaksanaan dan pengambilan
keputusan.

Selanjutnya tahun 1992 Pemerintah Indonesia membentuk Badan Akuntansi


Keuangan Negara (BAKUN). Adapun fungsi BAKUN sebagai Central Accounting Office,
yang bukan sekadar membukukan namun memerlukan adanya standar akuntansi
pemerintahan dan selanjutnya melaksanakan implementasi sistem yang telah dirancang.

Era Transisi Otonomi Daerah

Pada fase era transisi otonomi, pemerintah daerah mulai dapat menggunakan sistem
pencatatan yang lebih informatif bagi pihak luar dan pihak intern pemerintah daerah.
Adapun pelaksanaan secara teknis didasarkan pada Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun
2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah. Pemerintah Daerah
telah dapat memberikan informasi yang lebih terukur dan transparan terkait dengan
pengelolaan keuangan daerah.

Otonomi daerah dan desentralisasi fiskal serentak dilaksanakan di Indonesia sehingga


menyebabkan perubahan format anggaran dan pelaporan keuangannya. Sejalan dengan itu,
dikeluarkanlah Kepmendagri No. 29 Tahun 2002 yang mulai mengenalkan penggunaan
akuntansi basis kas modifikasian (modified cash basis) serta pembukuan berpasangan
(double entry book keeping) untuk pencatatan keuangan pemerintah.

Laporan Keuangan Pemerintah telah disusun meskipun belum ada standar


akuntansinya. Laporan Keuangan tersebut terdiri dari Neraca, Laporan Realisasi Anggaran
dan Catatan atas laporan keuangan. Namun demikian, laporan keuangan yang disusun belum
mampu menggambarkan kondisi riil, karena bukan hasil konsolidasi dari unit-unit kerja di
bawah Pemerintah Daerah.

Era Pasca Transisi Otonomi Daerah

Reformasi sistem akuntansi pemerintahan di Indonesia dimulai sejak keluarrnya


Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. Undang-undang
tersebut mengamanatkan bahwa sistem akuntansi pemerintahan di Indonesia yang
sebelumnya berbasis kas harus berubah menjadi basis akrual. Pengakuan dan pengukuran
pendapatan dan belanja berbasis akrual dilaksanakan selambat-lambatnya dalam 5 (lima)
tahun sejak keluarnya undang-undang tersebut.

Perubahan basis akuntansi pemerintahan, yakni dari basis kas menuju basis akrual
dilakukan secara bertahap. Artinya, entitas pemerintah menerapkan basis cash toward
accrual pada masa transisi. Dalam hal ini, basis cash toward accrual mulai diberlakukan
untuk penyusunan laporan keuangan dan anggaran pada tahun 2005. Sebenarnya Peraturan
Pemerintah Nomor 1 Tahun 2004 menetapkan basis akrual diterapkan selambat-lambatnya
pada tahun anggaran 2008. Namun, amanat tersebut tidak memungkinkan untuk
dilaksanakan. Mengingat SAP berbasis akrual baru berlaku efektif pada tahun 2010. SAP
berbasis akrual ini merupakan standar sebagai pedoman untuk dapat menyajikan informasi
keuangan basis akrual dengan Laporan Realisasi Anggaran berbasis kas. Dengan
mempertimbangkan pengguna standar yang masih dalam tahap pembelajaran, maka entitas
pemerintah dapat menerapkan Sistem Akuntansi Pemerintah basis cash toward accrual
sampai paling lambat lima tahun setelah tahun anggaran 2010, yaitu pada tahun 2015.
Untuk menjembatani proses perubahan dari akuntansi berbasis kas ke akuntansi
berbasis akrual sebagaimana diamanatkan oleh Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003,
pemerintah telah menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar
Akuntansi Pemerintah (SAP). Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2005 menggunakan
pendekatan cash towards accrual dalam sistem pencatatan akuntansinya. Hal ini sesuai
dengan ketentuan dari ADB (2005) yang mengatakan bahwa standar sangat penting dalam
penyusunan laporan keuangan karena standar merupakan a common framework to enable
review, analysis and interpretation of financial information across entities, countries and
regions, transparent, timely, reliable financial information instills investor confidence.

Standar tersebut merupakan pedoman bagi pemerintah dalam menyusun laporan


keuangan. Laporan keuangan menurut Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2005 secara garis
besar terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas serta Catatan atas
Laporan Keuangan, yang dikenal sebagai basis cash toward accrual. Walaupun basis cash
toward accrual belum menerapkan basis akrual secara penuh, namun pada hakekatnya basis
kas menuju akrual ini sebagian besar telah mengacu pada praktik akuntansi berbasis akrual.

Setelah paket perundangan keuangan negara yaitu UU No. 17 tahun 2003 tentang
Keuangan Negara, UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara dan UU No. 1
tahun 2004 diundangkan, langkah panjang reformasi masih terus bergulir untuk tahap
implementasi. Peraturan Pemerintah 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan
yang mewajibkan Laporan Keuangan Tahun Anggaran 2005 disusun berdasarkan Standar
Akuntansi Pemerintahan tidak dengan mudah dapat diterapkan.

Selanjutnya pemerintah Indonesia mengeluarkan Peraturan Pemerintah No. 71


Tahun 2010 tentang SAP menggantikan PP No. 24 Tahun 2005. Berdasarkan Peraturan
Pemerintah No. 71 Tahun 2010 pemerintah pusat dan daerah harus menerapkan akuntansi
akrual penuh (full accrual accounting) tidak lagi cash towards accrual selambat-lambatnya
tahun 2015.

2.2 Pengertian Standar Akuntansi Pemerintahan


Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2010 Tentang
Standar Akuntansi Pemerintahan Bab I Pasal 1, menyatakan bahwa Standar Akuntansi
Pemerintahan, yang selanjutnya disingkat SAP, adalah prinsip-prinsip akuntansi yang
diterapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan pemerintah.
2.3 Lingkup Standar Akuntansi Pemerintahan
Lingkup Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) :

1. Salah satu upaya konkrit untuk mewujudkan transparasi dan akuntabilitas pengelolaan
keuangan negara adalah penyampaian laporan pertanggungjawaban keuangan pemerintah
yang memenuhi prinsip tepat waktu dan disusun dengan mengikuti standar akuntansi
pemerintahan yang telah diterima secara umum. Hal diatur dalam Undang-Undang No 17
Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, yang mensyaratkan isi laporan pertanggung
jawaban pelaksanaan APBN/APBD disusun dan disajikan sesuai dengan standar akuntansi
pemerintah yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah.
2. UU No 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan UU No.1 Tahun 2004 tentang
perbendaharaan negara mengamanatkan tugas penyusunan standar tersebut kepada komite
standar yang independen, dengan keputusan presiden tentang komite standar akuntansi
pemerintah.
3. Sesuai amanat Undang-Undang di atas, Presiden menetapkan Keputusan Presiden RI
Nomor 84 Tahun 2004 tentang Komite Standar Akuntansi pemerintah (KSAP) tertanggal
5 Oktober 2004 dan terakhir diubah dengan Keputusan Presiden RI Nomor 2 tahun 2005
tentang Perubahan Atas Keputusan Presiden nomor 84 tahun 2004 tentang Komite Standar
Akuntansi Pemerintahaan. Keppres menguatkan KSAP dibentuk oleh Menteri Keuangan
dengan Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor 308/KMK.012/2002 tentang Komite
Standar Akuntansi Pemerintah Pusat dan Daerah tertanggal 13 Juni 2002.
4. KSAP terdiri dari Komite Konsultatif Standar Akuntansi Pemerintahan (Komite
Konsultatif) dan Komite Kerja Standar Akuntansi Pemerintahan (Komite Kerja). Komite
konsulatif bertugas memberi konsultasi dan pendapat dalam rangka perumusan konsep
Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. Komite Kerja
bertugas mempersiapkan, merumuskan, dan menyusun konsep Rancangan Peraturan
Pemerintah tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. KSAP menyampaika konsep
Peraturan Pemerintah tentang Standar Akuntansi Pemerintahan kepada Menteri Keuangan
untuk proses penetapan menjadi Peraturan Pemerintah.
5. SAP adalah prinsip-prinsip akuntansi diterpakan dalam menyusun dan menyajikan laporan
keuangan pemerintah. SAP merupakan persyaratan yang mempunyai kekuatan hukum
dalam upaya meningkatkan kualitas laporan keuangan pemerintah di Indonesia.
6. Selain menyusun SAP,KSAP juga berwenang menerbitkan berbagai publikasi lainnya,
seperti IPSAP (Interpretasi Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintah) dan Buletin Teknis.
7. IPSAP dan Buletin Teknis merupakan pedoman dan informasi lebih lanjut yang akan
diterbitkan oleh KSAP guna memudahkan pemahaman dan penerapan SAP, serta untuk
mengantisipasi dan mengatasi masalah-masalah akuntansi maupun masalah-masalah
akuntanasi maupun pelaporan keuangan. Menurut PP No 71 Tahun 2010 Pasal 3 Ayat (1)
IPSAP dimaksudkan untuk menjelaskan lebih lanjut topik tertentu guna menghindari salah
tafsir pengguna PSAP. Buletin Teknis SAP dimaksudkan untuk mengatasi masalah teknis
akuntansi dengan menjelaskan secara teknis penerapan PSAP dan/atau IPSAP.

2.4 Kedudukan Standar Akuntansi Pemerintahan


Kedudukan SAP dibagi meanjadi dua macam :
1. Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keungan Negara, SAP ditetapkan dengan
Peraturan Pemerintahan.
2. Setiap entitas pelaporan pemerintahan pusat dan pemerintah daerah wajib menerapkan
SAP. Selain itu, diharapkan juga adanya upaya pengharmonisasian atas berbagai peraturan
baik di pemerintah pusat maupun pemerintah daerah dengan SAP.

2.5 Ruang Lingkup Standar Akuntansi Pemerintah


1. SAP diterapkan di lingkup pemerintahan yaitu, pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan
unit organisasi di lingkungan peamerintah pusat/daerah. Jika menurut peraturan
perundang-undangan unit organisasi dimaksud wajib menyajikan laporan keuangan.
2. Keterbatasan dari penerapan SAP akan dinyatakan secara eksplisit pada setiap standar
yang diterbitkan.
3. Proses penyiapan SAP (Due Process) merupakan mekanisme prosedural yang meliputi
tahap-tahap kegiatan yang dilakukan dalam stiap penyusunan Pernyataan Standar
Akuntansi Pemerintahan (PSAP) oleh komite.
4. Proses penyiapan SAP berlaku umum saeacara internasional dengan penyesuaian terhadap
kondisi yanga ada di Indonesia. Penyesuaian dilakukan antara lain karena pertimbangan
kebutuhan yang mendesak dan kemampuan pengguna untuk memahami dan
melaksanakan standar yang ditetapkan.
Tahap-tahap penyiapan SAP sebagai berikut :
a. Identifikasi Topik untuk dikembangkan menjadi standar. Tahap ini merupakan proses
pengidentifikasian topik-topik akuntansi dan pelaporan yang berkembang dan
memerlukan pengaturan dalam bentuk pernyataan standar akuntansi pemerintahan.
b. Pembentukan Kelompok Kerja (Pokja) di dalam KSAP. Pokja bertugas membahas
topik-topik yang telah disetujui. Keanggotan pokja berasal dari berbagai instnasi yang
kompeten di bidangnya.
c. Riset terbatas oleh Kelompok Kerja. Pokja melakukan riset terhadap literatur-literatur
standar akuntansi yang berlaku di berbagai negara, praktik-parktik akuntansi yang
sehat, serta peraturan-peraturan dan sumber-sumber lainnya yang berkaitan dengan
topik yang akan dibahas.
d. Penulisan Draf oleh Kelompok Kerja. Berdasarkan hasil riset terbatas dan acuan
lainnya, Pokja menyusun draft SAP. Draft yang telah selesai disusun selanjutnya
dibahas oleh Pokja secara mendalam.
e. Pembahasan Draft oleh Komite Kerja. Draf yang telah disusun oleh Pokja tersebut
dibahas oleh angota komite kerja. Pembahasan ini lebih diutamakan pada substansi dan
implikasai penerapaan standar dengan pendekatan ini diharapkan draf tersebut menjadi
standar akuntansi yang berkualitas. Dalam pembahasan ini tidak menutup kemungkinan
terjadi perubahan-perubahan dari draf awal yang diusulkan oleh Pokja. Pada tahap ini,
Komite Kerja juga melakukan diskusi dengan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) untuk
menyampaikan persepsi.
f. Pengambilan Keputusan Draf untuk Dipublikasikan. Komite Kerja berkonsultasi
dengan Komite Konsultatif untuk pengambilan keputusan peluncuran draf publikasi
SAP.
g. Peluncuran Draf Publikasi SAP (Exosure Draft). KSAP melakukan peluncuran draf
SAP dengan mengirimkan draf SAP kepada stakeholder, antara lain masyarakat,
legislatif, lembaga pemeriksa, dan instansi terkait lainnya untuk memperoleh
tanggapan.
h. Dengar Pendapatan Terbatas (Limited Hearing) dan Dengar Pendapat Publik (Public
Hearing). Dengan pendapat dilakukan dua tahap yaitu dengar pendapat terbatas dan
dengar pendapat publik. Dengar pendapat terbatas dilakukan dengan mengundang
pihak-pihak dari kalangan akdemisi, pratiksi, pemerhati akuntansi pemerintahan utnuk
memperoleh tanggapan/masukan dalam rangka penyempurnaan draf publikasian.
Dengar pendapat publik merupakan proses dengar pendapat dengan maasyarakat yang
berkepetingan terhadap SAP. Tahapan ini dimaksudkan untuk meminta tanggapan
masyarakat terhadap draf SAP.
i. Pembahasan Tanggapan dan Masukan terhadap Draf Publikasian. KSAP melakukan
pembahasan atas tanggapan atau masukan yang diperoleh dari dengar pendapat
terbatas, dengar pendapat publik dan maasukan lainnya dari berbagaai pihak untuk
menyempurnakan draf publikasian.
j. Finalisasi Standar. Dalam rangka finalisasi draf SAP, KSAP memperhatikan
pertimbangan dari BPK. Disamping itu, tahap ini merupakan tahap akhir dari
penyempurnaan substansi, konsistensi, koherensi, maupun bahasa. Finalisasi setiap
PSAP ditandai dengan penandatanganan draft PSAP oleh seluruh anggota KSAP.

2.6 Penetapan Standar Akuntansi Pemerintahan


1. Sebelum ditetapkan menjadi Peraturan Pemerintah, KSAP melalui pemerintah, meminta
pertimbangan BPK RI atas draf SAP. Komite Konsultatif selanjutnya mengusulkan kepada
Presdien draf SAP Final melalui Menteri Keuangan untuk ditetapkan menjadi Peraturan
Pemerintah.
2. Sosialisasi Awal Standar
Setelah ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah, SAP selanjutnya dipublikasikan dan
distribusikan kepada publik termasuk masyarakat, institusi, serta perwakilan organisasi.
Selain itu, KSAP melakukan sosialisasi awal standar kepada para pengguna. Bentuk
sosialisasi awal yang dilakukan berupa seminar/diskusi dengan para pengguna, program
pendidikan profesional berkelanjutan, training of trainers (TOT), dan lain-lain
3. Bahasa
Seluruh draf dan standar, termasuk intepretasi dan buletin teknis diterbitkan oleh KSAP
dalam bahasa Indonesia. Proses pengalihan bahasa ke bahasa lain harus dikonfirmasikan
kepada KSAP. Interpretasi Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan, yang selanjutnya
disingkat IPSAP, adalah penjelasan, klarifikasi, dan uraian lebih lanjut atas PSAP. Buletin
Teknis SAP adalah informasi yang berisi penjelasan teknis akuntansi sebagai pedoman
bagi pengguna.

2.7 Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan


Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan merumuskan konsep yang mendasari
penyusunan dan penyajian laporan keuangan pemerintah pusat dan daerah. Tujuannya adalah
sebagai acuan bagi:
a) Penyusunan standar akuntansi pemerintahan dalam melaksanakannya tugasnya;
b) Penyusunan laporan keuangan dalam menanggulangi masalah akuntansi yang belum
diatur dalam standar;
c) Pemeriksa dalam memberikan pendapat mengenai apakah laporan keuangan disusun
sesuai dengan standar akuntansi pemerintahan; dan
d) Para pengguna laporan keuangan dalam menafsirkan informasi yang disajikan pada
laporan keuangan yang disusun sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan.

Kerangka konseptual ini berfungsi sebagai acuan dalam hal apabila terdapat masalah
akuntansi yang belum dinyatakan dalam Standar Akuntansi Pemerintahan. Dalam hal terjadi
pertentangan antara kerangka konseptual dan standar akuntansi, maka ketentuan standar
akuntansi yang diunggulkan adalah relatif terhadap kerangka konseptual ini. Dalam jangka
panjang, konflik demikian diharapkan dapat diselesaikan sejalan dengan pengembangan
standar akuntansi di masa depan.

2.8 Isi Standar Akuntansi Pemerintahan


SAP No 01 - Penyajian Laporan Keuangan. Standar mencakup pengertian laporan
keuangan, tujuan laporan keuangan, basis akuntansi laporan keuangan, informasi yang harus
disajikan terkait entitas pelaporan, dan komponen laporan keuangan. Di samping menyajikan
laporan keuangan utama, suatu entitas pelaporan diperkenankan menyajikan Laporan Kinerja
Keuangan berbasis akrual dan Laporan Perubahan Ekuitas.

SAP No 02 - Laporan Realisasi Anggaran. Standar mencakup pengertian laporan realisasi


anggaran dan tujuan laporan realisasi anggaran. Tujuan standar Laporan Realisasi Anggaran
adalah menetapkan dasar-dasar penyajian Laporan Realisasi Anggaran untuk pemerintah
dalam rangka memenuhi tujuan akuntabilitas sebagaimana ditetapkan oleh peraturan
perundang-undangan, Sedangkan tu)uan pelaporan realisasi anggaran adalah memberikan
informasi tentang realisasi dan anggaran entitas pelaporan secara tersanding. penyandingan
antara anggaran dan realisasmya menun)ukkan tingkat ketercapaian target yang telah
disepakati antara legislatit' dan eksekutlf sesual dengan peraturan perundang-

SAP No 03 Laporan Arus Kas. Intormasi arus kas berguna sebagai indikator jumlah arus
kas di masa depan, serta berguna untuk menilai kecermatan taksiran arus kas yang telah
dibuat sebelumnya. Tuyuan Pernyataan Standar laporan arus kas adalah mengatur penyajian
laporan arus kas yang memberikan informasi historis mengenai perubahan kas dan setara kas
suatu entitas pelaporan dengan mengklaslfikasikan arus kas berdasarkan aktivitas operasi,
investasi aset nonkeuangan, pembiayaan, dan nonanggaran selama satu periode akuntansi.
Dan tujuan pelaporan arus kas adalah memberikan informasi mengenai sumber, penggunaan,
perubahan kas dan setara kas selama suatu periode akuntansi, serta saldo kas dan setara kas
pada tanggal pelaporan. Informasi ini disa)ikan untuk pertanggungjawaban dan pengambilan
keputusan.

SAP No 04 — Laporan Catatan atas Laporan Keuangan. Catatan atas Laporan Keuangan
adalah catatan yang dimaksudkan agar laporan keuangan dapat dipahami oleh pembaca secara
luas, tidak hanya terbatas untuk pembaca tertentu ataupun manajemen entitas pelaporan. Oleh
karena itu, laporan keuangan mungkin mengandung informasi yang berpotensi menimbulkan
kesalahpahaman di antara para pembacanya. Untuk menghindari kesalahpahaman, Iaporan
keuangan harus dilengkapi dengan Catatan alas laporan keuangan yang berisi informasi demi
memudahkan pengguna dalam memahami Laporan Keuangan. Tujuan Pernyataan Standar ini
adalah mengatur penyajian dan pengungkapan yang diperlukan pada catatan atas laporan
keuangan.

SAP No 05 - Akuntansi Persediaan. Persediaan adalah aset lancar dalam bentuk barang atau
perlengkapan yang dimaksudkan untuk mendukung kegiatan operasional pemerintah, dan
barang-barang yang dimaksudkan untuk dijual dan/atau diserahkan demi memberikan
pelayanan kepada masyarakat. Persediaan mencakup barang atau perlengkapan yang dibeli
dan disimpan untuk digunakan, misalnya barang habis pakai seperti alat tulis kantor, barang
tak habis pakai seperti komponen peralatan dan pipa, serta barang bekas pakai seperti
komponen bekas. Jika pemerintah memproduksi barang atau perlengkapan sendiri, persediaan
juga meliputi barang yang digunakan dalam proses produksi seperti bahan baku pembuatan
alat-alat pertanian. Barang hasil proses produksi yang belum selesaj akan dicatat sebagai
persediaan, seperti alat-alat pertanian setengah jadi. Persediaan dapat meliputi barang
konsumsi, amunisi, bahan untuk pemeliharaan, suku cadang, persediaan dimanfaatkan oleh
masyarakat umurn. Aset tetap sering menjadi bagian utama pemerintah sehingga sangat
signifikan dalam penyajian neraca, Aset yang termasuk aset tetap pemerintah adalah Aset
tetap yang dimiliki olch entitas pelaporan namun dimanfaatkan oleh entitas lainnya (misalnya.
instansi pemerintah Jainnya, kontraktor), dan hak atas tanah. Pernyataan standar ini
mensyaratkan bahwa harus diakui sebagai aset jika memenuhi definisi dan krileria pengakuan
suatu aset dalam laporan keuangan.

SAP No 06 - Akuntansi Investasi. Investasi adalah aset yang dimaksudkan untuk


memperoleh manfaat ekonomis seperti bunga, dividen dan royalti, atau manfaat sosial,
sehingga dapat meningkatkan kemampuan pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat. Pemerintah melakukan investasi karena beberapa alasan seperti memanfaatkan
surplus anggaran untuk memperoleh pendapatan dalam jangka panjang dan memanfaatkan
dana yang belum digunakan untuk investasi jangka pendek demi manajemen kas. Ada
beberapa jenis investasi yang dapat dibuktikan dengan sertifikat atau dokumen lain yang
serupa. Hakikat investasi dapat berupa pembelian surat utang, baik jangka pendek maupun
jangka panjang, serta instrumen ekuitas. Tu)uan Pernyataan Standar ini adalah mengatur
perlakuan akuntansi untuk investasi dan pengungkapan informasi penting lainnya yang harus
disajikan dalam laporan keuangan.

SAP No 07 - Akuntansi Aset Tetap. Aset tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa
manfaat lebih dari 12 bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan
oleh masyarakat umurn. Aset tetap sering menjadi bagian utama pemerintah sehingga sangat
signifikan dalam penyajian neraca, Aset yang termasuk aset tetap pemerintah adalah Aset
tetap yang dimiliki olch entitas pelaporan namun dimanfaatkan oleh entitas lainnya (misalnya.
instansi pemerintah Jainnya, kontraktor), dan hak atas tanah. Pernyataan standar ini
mensyaratkan bahwa harus diakui sebagai aset jika memenuhi definisi dan krileria pengakuan
suatu aset dalam

SAP No 08 - Akuntansi Konstruksi dalam Pengcrjaan. Konstruksi dalam pengerjaan


adalah aset-aset yang sedang dalam proses pembangunan. Konstruksi dalam Pengerjaan
mencakup tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi dan jaringan, serta
aset tetap lainnya yang proses perolehan dan/atau pembangunannya membutuhkan periode
waktu tertentu dan belum selesaj, Perolehan melalui kontrak konstruksi umumnya
memerlukan periode waktu tertentu, yang bisa kurang atau lebih dari satu periode akuntansi.
Perolehan aset itu dapat dilakukan dengan membangun sendiri (swakelola) atau melaltli pihak
ketiga dengan kontrak konstruksi. Pernyataan Standar ini memberikan pedoman untuk (a)
identifikasi pekerjaan yang dapat diklasifikasikan sebagai Konstruksi dalam Pengerjaan; (b)
penetapan biaya yang dikapitalisasi dan disajikan pada neraca; dan (c) penetapan dasar
pengakuan dan pengungkapan biaya konstruksi.

SAP No 09 — Akuntansi Kewajiban. Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa
masa lalu yang penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi
pemerintah. Tujuan Pernyataan Standar ini adalah mengatur perlakuan akuntansi kewajiban
pada saat pengakuan, penentuan nilai tercatat, amortisasi, dan biaya pinjaman yang
dibebankan ke kewajiban tersebut.

SAP No. 10 - Akuntansi untuk Koreksi Kesalahan Mendasar, Perubahan Kebijakan


Akuntansi, dan Peristiwa Luar Biasa. Tujuan Pernyataan Standar ini adalah mengatur
perlakuan akuntansi atas koreksi kesalahan, perubahan kebijakan akuntansi, dan peristiwa luar
biasa. Peristiwa Luar Biasa ada]ah kejadian atau transaksi yang secara jelas berbeda dari
aktivitas normal entitas, dan tidak diharapkan terjadi karena berada di luar kendali atau
pengaruh entitas sehingga memiliki dampak yang signifikan terhadap realisasi anggaran atau
posisi aset/kewajiban.

SAP No. II - Akuntansi Khusus untuk Menyusun Laporan Keuangan Konsolidasi.


Laporan keuangan konsolidasi adalah Iaporan keuangan yang merupakan gabungan dari
semua Iaporan keuangan entitas pelaporan sehingga tersaji sebagai satu entitas tunggal.
Laporan keuangan konsolidasi terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Catatan
atas Laporan Keuangan. Laporan keuangan konsolidasi disajikan untuk periode pelaporan
yang sama dengan periode pelaporan keuangan entitas pelaporan dan berisi jumlah komparatif
dengan periode sebelumnya. Tujuan Pernyataan Standar ini adalah mengatur penyusunan
Iaporan keuangan konsoljdasi pada unit-unit pemerintahan dalam rangka menyajikan laporan
keuangan untuk tujuan umum (general purpose financial statements) demi meningkatkan
kualitas dan kelengkapan laporan keuangan dimaksud.

2.9 Laporan Keuangan Pemerintah


Jika sebelumnya laporan utama keuangan pemerintah hanya berupa Laporan
Realisasi Anggaran saja, maka salah satu hal yang membedakan SAP berbasis akrual
dengan SAP basis cash toward accrual adalah adanya Laporan keuangan, yang terdiri dari
Neraca, Laporan Operasional, Laporan Arus kas serta Laporan Perubahan Ekuitas yang
semuanya disusun atas dasar basis akrual. Sedangkan laporan anggaran disusun atas dasar
basis akuntansi yang berlaku di bidang itu, yang sampai saat ini masih atas dasar basis kas.
Dalam SAP berbasis akrual tersebut, perubahan basis cash toward accrual menjadi basis
akrual dilakukan dengan memodifikasi SAP dengan mengacu pada International Public
Sector Accounting Standards (IPSAS) dengan memperhatikan ketentuan peraturan
perundang yang berlaku, sehingga struktur PSAP pada PP 24 th 2005 tidak mengalami
banyak perubahan.

Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2005 berisi Standar Akuntansi Pemerintahan


(SAP) berbasis kas menuju akrual (cash towards accrual). Dalam SAP ini, pengakuan
terhadap pendapatan, belanja dan pembiayaan berbasis kas, sedangkan pengakuan terhadap
asset, utang dan ekuitas dana berbasis akrual. Laporan keuangan yang dihasilkan dalam
SAP ini adalah Laporan Realisasi Anggaran (LRA), neraca, laporan arus kas dan Catatan
atas Laporan Keuangan (CaLK).
Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010 berisi SAP berbasis akrual. SAP ini
mengakui pendapatan, beban, asset, utang dan ekutas dalam pelaporan keuangan berbasis
akrual. Sedangkan pengakuan pendapatan, belanja dan pembiayaan dalam pelaporan
pelaksanaan anggaran berdasarkan basis yang ditetapkan dalam APBN/APBD. Laporan
keuangan yang dihasilkan dalam SAP ini adalah Laporan Realisasi Anggaran (LRA),
neraca, laporan arus kas, Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK), laporan operasional,
laporan perubahan SAL (Saldo Anggaran Lebih) dan laporan perubahan ekuitas.

Dilihat dari jenis laporan keuangan yang dihasilkan, terdapat perbedaan antara SAP
berbasis cash toward accrual dan SAP berbasis akrual. Dalam SAP berbasis akrual, entitas
pelaporan diwajibkan untuk menerbitkan laporan tambahan yaitu laporan operasioal, laporan
perubahan SAL dan Laporan perubahan ekuitas.

Laporan Keuangan Basis Laporan Keuangan Basis


No.
Kas Menuju Akrual Akrual
1 Laporan Realisasi Laporan Realisasi Anggaran
Anggaran
2 Neraca Neraca
3 Laporan Arus Kas Laporan Arus Kas
4 Catatan Atas Laporan Catatan Atas Laporan
Keuangan Keuangan
5 - Laporan Operasional
6 - Laporan Perubahan SAL
7 - Laporan Perubahan Ekuitas
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Perkembangan akuntansi pemerintahan di Indonesia tidak bisa dilepaskan dengan
reformasi dibidang keuangan negara. Adapun perubahan yang terjadi akibat dari adanya
reformasi akuntansi pemerintah, antara lain : (1) Perubahan basis pencatatan akuntansi dari
basis kas menjadi basis akrual; (2) Teknik pembukuan tunggal (single entry) menjadi
pembukuan berpasangan (double entry); dan (3) Laporan keuangan yang dihasilkan.
Berbagai perubahan yang terjadi dalam akuntansi pemerintahan Indonesia, baik itu berupa
teknik pelaksanaannya maupun aturan-aturan yang dikeluarkan oleh pemerintah Indonesia,
semuanya bertujuan untuk terwujudnya pengelolaan keuangan negara dengan baik. Hal ini
dilakukan dalam rangka reformasi keuangan negara demi mewujudkan praktik good
governance di Indonesia.

Fase-fase perkembangan akuntansi pemerintahan di Indonesia dapat dilihat dari era


sebelum otonomi daerah, era transisi otonomi daerah dan era pasca otonomi daerah. Fase-fase
tersebut memberikan gambaran dengan jelas perkembangan akuntansi pemerintahan yang
ditandai dengan penerbitan berbagai peraturan perundangan dan perubahan dalam sistem
akuntansi pemerintahan. Setiap fase-fase perkembangan ditandai dengan hasil dari laporan
keuangan yang disajikan.

3.2 Saran
Kita sebagai generasi muda penerus bangsa haruslah mengetahui bagaimana sejarah
dan perkembangan yang terjadi dengan baik sebagai pelajaran dikehidupan mendatang.
DAFTAR PUSTAKA

Bastian, Indra. 2010. Akuntansi Sektor Publik. Edisi Ketiga. Yogyakarta: Penerbit Erlangga
https://www.researchgate.net/publication/332969363_Tinjauan_Atas_Reformasi_Akuntansi_
Pemerintahan_Di_Indonesia

Anda mungkin juga menyukai