Disusun Oleh:
MAHARANI AYU LARASATI (B12.2017.03574)
NUR AURELIA E (B12.2017.03586)
HAIDAR KOSWARA SASMITA (B12.2017.03587)
Pandemi virus corona telah menyerang hampir seluruh negara di dunia. Salah satunya
adalah Indonesia, akibat pandemi virus corona yang menyerang Indonesia menyebabkan
terjadinya perubahan yang sangat signifikan dirasakan dimasa pandemi ini. Beberapa
perubahan dilatar belakangi dari kebijakan yang tiba-tiba dan kondisi darurat kesehatan yang
membayangi masyarakat Indonesia. Akibat dari perubahan tersebut menyebabkan beberapa
sektor di Indonesia menjadi terganggu seperti sektor perekonomian. Akibat dari pandemi virus
corona ini menyebabkan pereonomian di Indonesia terganggu. Beberapa hal yang mengganggu
sektor ekonomi yaitu dari pendapatan negara yang mengalami dinamika yang cukup serius
pada masa pandemi ini. Akibatnya pemerintah mengambil tindakan dengan mengeluarkan
berbagai kebijakan seperti salah satunya yaitu relaksasi pajak yang dilakukan untuk mengatasi
permasalahan ekonomi di masa pandemi virus corona.
i
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sumber penerimaan negara yang sangat penting adalah pajak. Bahkan kontribusi
penerimaan dari sektor migas sebagai sumber dana pembangunan dilampaui oleh penerimaan
dari sektor perpajakan. Oleh karena itu, sektor perpajakan menjadi prioritas utama di Indonesia
sebagai sumber pendanaan pembangunan di berbagai bidang. Pajak merupakan sumbangan
wajib bagi milik negara oleh orang atau badan hukum yang dipaksakan berdasarkan perbuatan,
tanpa kompensasi langsung, dan digunakan untuk kebutuhan negara sebesar kemakmuran
rakyat (UU No. 6 1983). Kepatuhan terhadap wajib pajak diartikan sebagai perilaku wajib
pajak dalam menjalankan segala kewajiban perpajakan dan menggunakan hak perpajakannya
dengan tetap berpegang pada peraturan perundang-undangan (Marjan, 2014). Rendahnya
kepatuhan wajib pajak menjadi perhatian pemerintah karena ketidakpatuhan wajib pajak dapat
menimbulkan niat penghindaran pajak atau sengaja tidak bersedia membayar kewajiban
perpajakan. Perilaku ini secara tidak langsung menyebabkan penurunan penerimaan pajak yang
diterima negara.
Pajak adalah pendapatan negara yang diperoleh dari masyarakat serta mempunyai
dampak yang besar bagi keberlangsungan pembangunan di suatu negara. Hal tersebut
dikarenakan pendapatan yang berasal dari pajak adalah pendapatan yang sangat potensial bagi
sebuah negara. Pengolahan perpajakan yang sesuai mengarah pada kaitan antara pemerintah
dan rakyat suatu negara dan juga memastikan bahwa biaya serta manfaat pembangunan dibagi
secara merata (Akinboade, 2015). Pendapatan yang didapatkan dari pajak yang dikelola
membantu sebuah negara untuk memberikan fasilitas dan layanan yang tepat bagi masyarakat
sehingga kesejahteraan dapat dijamin dalam negara tersebut. Maka dari itu, kesejahteraan dari
masyarakat di sebuah negara serta pembangunan dari negara tersebut bergantung pada
pendapatan yang didapatkan dari sektor pajak. Pendapatan yang didistribusikan dari pajak
adalah pendanaan utama untuk pengeluaran pemerintah (Kuug, 2016). Disamping itu, tingkat
dari kesadaran wajib pajak dalam memenuhi seluruh kewajibannya dalam membayar pajak
merupakan hal yang terpenting dalam penerimaan pajak. Hal tersebut akan berdampak pada
besarnya pajak yang dimiliki atau diperoleh dari negara melalui rakyatnya. Oleh karena itu,
kesadaran dari wajib pajak untuk membayar pajak sangat berpengaruh terhadap pemasukan
negara.
1
3 2018 1.424,00 1.315,51 92, 23 %
Berdasarkan pada tabel yang telah dicantumkan diatas, maka dapat dijelaskan bahwa
pengembangan pajak di Indonesia mengalami kenaikan kenaikan yang cukup signifikan tetapi
tidak dapat memenuhi target capaian yang telah ditetapkan dalam rancangan anggaran
pendapatan dan belanja negara (APBN). Disamping itu, pada tahun 2019 tampat bahwa
terdapat penurunan presentase dari tahun-tahun sebelumnya. Penurunan tersebut
menggambarkan bahwa penerimaan pajak yang dimaksudkan belum maksimal.
Pandemi Covid-19 adalah salah satu tantangan paling serius yang dihadapi seluruh
dunia belakangan ini. Virus pertama kali ditemukan di pasar hewan laut di Kota Wuhan, Cina
ini resmi diumumkan sebagai wabah global oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sejak
tanggal 11 Maret 2019 (Kompas.com). Penyebaran virus ini sangatlah cepat dan peningkatan
jumlah infeksi dan kematiannya juga semakin meningkat, maka dari itu Organisasi Kesehatan
Dunia (WHO) menjadikan Corona virus ini menjadi Darurat Kesehatan Masyarakat
Internasional (PHEIC). Setelah selang waktu satu bulan pengumuman virus ini oleh WHO,
(Dilansir dari Worldometers) tercatat jumlah kasus positif Covid-19 telah mencapai 1.018.107
orang dan jumlah pasien positif yang meninggal sebanyak 53.251 orang.
Penyebaran virus Covid-19 yang awalnya hanya bermula di kota Wuhan, Cina, namun
seiring berjalannya waktu terus pengalami transmisinya ke sejumlah negara seperti Jepang,
Korea Selatan dan Hongkong, serta negara-negara Eropa dan Afrika, hingga ke ujung dunia
Barat, di Amerika Serikat. Negara bagian, Kanada, dan beberapa negara Amerika Selatan, tak
terkecuali negara Indonesia. Menurut perhitungan Reuters per tanggal (30/8/2020), India
menjadi negara dengan kasus virus Covid-19 tertinggi di dunia sebanyak 25 juta kasus. Hal itu
juga diyatakan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bahwa Benua Asia sebagai
penyumbang kasus Covid-19 terbanyak di dunia. Berikut ini adalah tabel 10 negara di Asia
dengan kasus corona tertinggi per bulan September 2020.
2
9 Indonesia 221.523 ribu
10 Israel 156.823 ribu
Berdasarkan tabel diatas, Indonesia berada pada peringkat ke-9 di Benua Asia dengan
kasus Covid-19 tertinggi. Tentu dengan adanya virus covid ini menyebabkan perubahan yang
drastis pada berbagai bidang kehidupan manusia. Dampak yang ditimbulkan dari adanya
pandemi covid-19 ini meliputi berbagai bidang kehidupan seperti halnya bidang ekonomi,
sosial-budaya, politik, kesehatan, dll. Berikut ini adalah beberapa dampak yang ditimbulkan
oleh adanya pandemi covid di Indonesia. Dalam bidang kesehatan, virus covid ini
menyebabkan berkurangnya populasi penduduk Indonesia, minimnya APD, tenaga medis dan
rumah sakit untuk melayani dan sebagai tempat penampungan pasien covid tersebut. Pada
bidang politik dampak covid ini yang paling dirasakan ialah penundaan pilkada serentak yang
seharusnya tanggal 23 September 2020 menjadi tanggal 9 Desember 2020, selain itu adanya
pandemi ini juga berdampak pada penundaan pembahasan sejumlah undang-undang.
Sementara itu bidang ekonomi menjadi bidang yang paling berdampak akibat adanya virus
covid-19 ini. Hal itu disebabkan ekonomi menjadi hal utama untuk menunjang sektor-sektor
lainnya agar bisa berjalan dengan lancar. Ada beberapa dampak ekonomi yang ditimbulkan
akibat adanya virus covid ini diantaranya pertumbuhan ekonomi Indonesia melemah, nilai
tukar rupiah terhadap dollar AS menjadi melemah, peningkatan jumlah penduduk miskin dan
pengangguran serta penutupan berbagai pusat kegiatan ekonomi.
Menurut Badan Pusat Statistik, Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia pada kuartal
I-2020 hanya mencapai 2,97%, sedangkan pada kuartal II-2020 mengalami penurunan yang
cukup signifikan yaitu (- 5,32%). Sementara itu pada kuartal III-2020, Menteri Keuangan Sri
Mulyani memprediksi pertumbuhan ekonomi indonesia masih mengalami penurunan yaitu (-
3,27% sampai 3,09 %). Kepala BPS Suhariyanto juga menjelaskan bahwa “kontraksi sebesar
5,32% itu merupakan yang terendah sejak triwulan I tahun 1999. Ketika itu, ekonomi Indonesia
mengalami kontraksi sebesar 6,13%”. Dengan terjadinya pertumbuhan ekonomi yang lambat
dan terjadinya jumlah pengeluaran yang lebih besar dari pada pemasukan maka akan
berdampak terhadap jumlah anggaran pemerintah.
Virus corona merupakan virus yang menjangkiti hewan dan manusia. Virus ini pertama
kali terdeteksi di Wuhan, China yang akhirnya menyebar hingga hampir keseluruh Negara yang
ada didunia. Penyebaran virus ini sangatlah pesat dan tidak terduga. Mudahnya penyebaran
dari virus ini melalui transmisi cairan maupun udara menyebabkan virus ini menyebar dengan
cepat. Salah satu Negara yang terdampak virus corona adalah Indonesia. Negara Indonesia
mengumumkan kasus pertama yang terjadi di Indonesia yaitu pada bulan maret 2020 yang
terdeteksi pada warga depok. Hingga saat ini Minggu, 25 Oktober 2020 kasus yang
terkonfirmasi pada Satuan gugus tugas percepatan penanganan Covid-19 yaitu kasus yang
dikonfirmasi sebanyak 42.512.186 kasus, 317.672 orang dinyatakan sembuh, dan 1.147.301
orang meninggal dunia akibat virus ini (Kemenkes RI, 2020). Akibat dari pandemi ini juga
menyebabkan pemerintah Indonesia melakukan langkah-langkah preventif untuk mencegah
penyebarluasan virus ini, beberapa kebijakan yang dilakukannya yaitu menerapkan social
distancing diseluruh wilayah di Indonesia, menerapkan PSBB (pembatasan berskala besar)
pada wilayah yang memiliki penyebaran virus yang paling tinggi. Disamping itu pandemi virus
corona ini memberikan dampak buruk bagi sebagian sektor di Indonesia, salah satunya yaitu
3
sektor ekonomi. Sektor ekonomi di Indonesia mengalami penurunan akibat beberapa faktor
yang mendukung sektor ini mengalami kendala salah satunya yaitu dalam hal perpajakan.
Presentase pajak yang telah direncanakan untuh tahun 2020 berbeda jauh dengan kenyataan.
Hal tersebut dikarenakan berbagai faktor yang salah satunya adalah faktor non alam.
Berdasarkan uraian latar belakang diatas penulis sangat tertarik untuk menganalisa
permasalahan mengenai dinamika yang dialami sektor perekonomian khususnya pajak pada
masa pandemi virus corona ini. Maka dari itu, penulis mengangkat judul mengenai “Analisa
Dinamika Perpajakan di Indonesia Pada Masa Pandemi Virus Corona”.
TUJUAN
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui dampak kebijakan relaksasi pajak bagi masyarakat Indonesia di masa pandemi
virus corona.
METODE PENELITIAN
Dalam penelitian kali ini, metode yang digunakan untuk menganalisis permasalahan
yang sedang terjadi yaitu dengan metode deskriptir kualitatif. Dalam penelitian ini, peneliti
ingin menjelaskan mengenai fenomena-fenomena yang didapatkan dari permasalahan yang ada
di publik. Dengan begitu peneliti dapat menganalisisnya melalui observasi dan menggunakan
literatur yang ada sebagai bahan pembanding. Melalui analisis tersebut maka ditariklah sebuah
kesimpulan yang nantinya akan menjadi hasil dari analisis peneliti.
PEMBAHASAN
Pada tahun 2020, dunia sedang waspada dengan terdapatnya suatu virus yang dikenal
dengan Corona Virus serta diketahui dengan COVID-19. Penularan Covid-19 dikira sangatlah
pesat, sehingga Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization) menetapkan virus
corona ataupun Covid-19 ini bagaikan pandemic pada bertepatan pada 11 Maret 2020. Status
epidemi global ataupun pandemi menunjukkan penyebaran Covid-19 menyebar ke segala
dunia, sehingga hampir tidak terdapat negeri yang bisa bebas dari virus tersebut. Bersumber
pada statment world health organization (Kompas, 2020) melaporkan secara formal kalau
penyebaran virus corona sudah jadi pandemic, sehingga world health organization menegaskan
buat segala Negeri di dunia buat mengambil langkah siap serta sigap dalam menghindari serta
melawan virus corona ini.
Setelah ditetapkan sebagai pandemi, pemerintah di bermacam negeri sudah
mempraktikkan lockdown ataupun karantina mandiri. Penafsiran karantina bagi UU Republik
Indonesia No 6 tahun 2018 tentang Kekarantina Kesehatan dalah pembatasan aktivitas serta/
ataupun pembelahan seseorang yang terpapar penyakit meluas sebagaimana diresmikan dalam
peraturan perundang-undangan walaupun belum menampilkan indikasi apapun buat
menghindari mungkin penyebaran kepada orang di sekitarnya (UU Nomor 6 Tahun 2018).
Adanya pandemi Covid-19 di Indonesia, membuat pemerintah menerapkan berbagai aturan
4
baru serta menghimbau masyarakat untuk tetap berada di dalam rumah untuk mengisolasi diri.
Pemerintah Indonesia menerapkan aturan Pembatasan Sosial Berskala Besar yang bisa dikenal
dengan istilah PSBB, yang dibuat dalam rangka penanganan Covid-19 guna mengurangi
tingkat penyebaran virus serta agar upaya penyembuhan dapat berjalan maksimal. Dalam usaha
Pembatasan Sosial Berskala Besar, pemerintah membatasi berbagai kegiatan diluar rumah,
seperti kegiatan Pendidikan.
Kebijakan yang dibuat oleh pemerintah tentunya berdampak pada beberapa sektor di
Indonesia. Salah satunya yaitu berdampak pada penerimaan pajak di Indonesia. Penerimaan
pajak di Indonesia tahun 2020 jauh dari target yang telah ditentukan oleh pemerintah Indonesia.
Perubahan yang terjadi pada instrument fiskal yaitu pada RAPBN perpajakan yang
diasumsikan meningkat yang mana pada tahun 2019 sebesar 1.643,1 dan pada tahun 2020
diasumsikan meningkat menjadi 1.861,8. Namun, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati
menyatakan bahwa pos penerimaan pajak dalam APBN Perubahan 2020 yang telah ditargetkan
menurun sebesar 23,65% dari yang direncanakan. Aspek yang membuat penerimaan pajak
menurun sebab penyusutan perkembangan ekonomi dan perang harga minyak antara Arab
Saudi serta Rusia yang masih berlangsung sampai dikala ini. Kemudian, pemberian bermacam
insentif pajak buat memitigasi akibat virus corona. Disamping itu pula, relaksasi pajak bonus
sebab rencana ekspansi stimulus kepada pelakun usaha serta pula pengurangan tarif PPh tubuh
dari 25% jadi 22%.
Dalam profil anggaran Negara 2020, yang mana asumsi dasar ekonomi makro tersebut
diantaranya:
A. Pertumbuhan ekonomi sebesar 5,3 %
B. Nilai tukar rupiah menjadi 14.400
C. Harga minyak mentah US$63/barrel
D. Lifting gas 1.191 ribu barrel/hari
E. Suku bunga SPn sebesar 5,4 %
F. Lifting minyak 755 ribu barrel/hari.
G. Target pembangunan APBN 2020 yaitu
H. Tingkat pengangguran dari berkisar antara 4,8% hingga 5,0%
I. Tingkat kemiskinan berkisar antara 8,5% hingga 9,0 %
J. Gini rasio indeks berkisar antara 0,375 – 0,380
K. Indeks pembangunan manusia sebesar 72,51.
Postur anggaran APBN 2020 yang mana mengasumsikan pendapatan Negara 2.233,2 T lebih
besar dari belanja Negara 2.540,4T lalu penerimaan pajak diasumsikan 1.865,7 T yang mana
11,6 % dari PDB. Penerimaan bukan pajak pada APBN 2020 yaitu sebesar 367,0 T yang
berasal dari PNBP sebesar 100,9 T, Pendapatan SDA 160,4T, pendapatan BLU 56,7T, dan
pendapatan dari KN Dipisahkan 49,0T
Anggaran infrastruktur APBN 2020 ditargetkan 423,3T dialokasikan melalui belanja pusat
11,2 T, melalui transfer ke daerah 200,3 T, dan melalui pembiayaan 31,8 T, sasaran targetnya
A. Pembangunan konektivitas 486 km
B. Pembangunan bandara baru 3 unit
C. Bendungan 4 unit
D. Pembangunan dan rehabilitasi jembatan 19.014 m
E. Pembangunan atau penyelesaian rel KA 28,8(km’sp)
5
F. Perumahan untuk MBR 5348 unit
G. Rumah khusus 2000 unit.
6
Solusi Pemerintah Terhadap Kondisi Perpajakan Di Indonesia Pada Tahun 2020
7
dalam PMK 28/ 2020 tidak cuma mengendalikan pelonggaran pajak namun pemerintah pula
mengendalikan stimulus ekonomi dengan memakai instrumen perpajakan buat menunjang
ketersediaan obat, perlengkapan kesehatan, serta perlengkapan pendukung lain yang
diperlukan dalam penindakan pandemi covid-19.
Sokongan tersebut direalisasikan dalam wujud pemberian insentif ataupun sarana
kepada lembaga/lembaga pemerintah, rumah sakit, ataupun pihak lain yang ditunjuk buat
menolong penindakan pandemi Covid- 19. Sarana disediakan terpaut dengan benda serta jasa.
Syarat sarana ini tertuang dalam PMK Nomor. 28/ PMK. 03/ 2020 tentang Pemberian Sarana
Perpajakan atas Benda serta Jasa yang Diperlukan Dalam Rangka Penindakan Penyakit
Pandemi Corona 2019. Yang diberikan awal, PPN tidak dipungut ataupun ditanggung oleh
pemerintah. Kedua, pembebasan PPh Pasal 22 serta PPh Pasal 22 Impor. Ketiga, pembebasan
PPh Pasal 21. Ketiga, pembebasan PPh Pasal 23.
Pelonggaran Pajak merupakan metode sangat efisien buat menanggulangi
perekonomian Indonesia. Menteri Keuangan Sri Mulyani melaporkan penyusutan tarif pajak
(Relaksasi) memanglah berakibat pada penyusutan penerimaan negeri. Tetapi, tarif pajak
pemasukan tubuh dikala ini sebesar 25 persen bila diturunkan dapat berakibat pada kenaikan
perkembangan ekonomi. Kebijakan ekonomi pemerintah berbentuk pemberian insentif pajak
serta stimulus bagaikan upaya kurangi akibat pandemi covid-19, jadi angin segar untuk dunia
usaha. Lewat kebijakan tersebut yang dibuat oleh pemerintah dapat memberikan motivasi bagi
dunia usaha sehingga tidak putus asa paska pandemi serta perekonomian Indonesia senantiasa
normal.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa perkembangan
pajak di Indonesia dibandingkan dengan perkiraan pajak beberapa tahun lalu, pada tahun
2020 perkiraan pajak tidak sesuai dengan prediksi yang telah di rancang dalam anggaran
pendapatan dan belanja negara (APBN). Hal tersebut dikarenakan pandemi virus corona yang
menyebar luar di daerah Indonesia sehingga pemerintah Indonesia membuat berbagai
kebijakan untuk menekan penyebaran virus corona. Namun, kebijakan tersebut ternyata
berdampak bagi perekonomian di Indonesia salah satunya pada sektor perekonomian di
Indonesia. Penerimaan pajak di Indonesia akibat pandemi virus corona ini berkurang. Maka
dari itu, diperlukan sebuah solusi yang tepat dari pemeritah Indonesia dalam menangani
permasalahan pandemi virus corona ini. Hal yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia dalam
mengatasi permasalahan mengenai pajak di Indonesia yang menurun yaitu dengan
memberikan pelonggaran atau relaksasi pajak terkait pada beberapa bidang yang telah diatur
dalam pasal 21 no. 25 UU Pajak.
8
DAFTAR PUSTAKA