Anda di halaman 1dari 7

EPIDEMIOLOGI KESEHATAN REPRODUKSI

“Manifestasi Klinis dan Pencegahan Penyakit Gonore”

Disusun Oleh :

Rizky Febryan Samal 14120180164

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA


2021

A. Manifestasi Klinis & Pencegahan Penyakit Gonore

Gonore merupakan suatu kondisi klinis yang ditularkan secara


seksual melalui bakteri patogen yang secara mikrobiologi merupakan
bakteri gram negatif intraseluler diplokokus Neisseria gonorrhoeae
(Walker, C. & Sweet, E. 2011).
WHO memperkirakan terdapat 62 juta insiden gonore setiap
tahunnya di seluruh dunia dan diperkirakan pada tahun 2000 terdapat
718.000 insiden gonore (Vickerman, P. dkk, 2005). Jumlah kasus yang
dilaporkan seringkali menunjukkan adanya underestimate dari jumlah
kasus yang sebenarnya karena adanya underdiagnosis dan
underreporting Hal ini disebabkan oleh 50% wanita dan 10% laki-laki
yang terinfeksi gonore bersifat asimptomatis (Sehgal, V., 2010;
MacDonald, N. dkk, 2011).

1. Manifestasi Klinis Penyakit Gonore


Manifestasi klinis gonore sangat bervariasi yang dapat
dibedakan menjadi infeksi lokal simptomatis dan asimptomatis,
komplikasi infeksi lokal serta komplikasi sistemik dengan masa
inkubasinya bervariasi antara 1-31 hari, biasanya sekitar 4 hari
atau 2-8 hari.
Gambar berikut ini menunjukkan proporsi individu dengan
berbagai sindroma klinis dan hubungan diantaranya dalam bentuk
sederhana.

Gambar 2.1 Spektrum Klinis Infeksi gonococcus (Hook, E. &


Handsfield, H, 1999

a) Infeksi Uretra pada Laki-Laki


Infeksi gonococcus tersering pada laki-laki adalah uretritis
anterior akut dengan masa inkubasi yang bervariasi antara 1-
14 hari atau lebih. Namun biasanya gejala sudah muncul dalam
2-5 hari setelah terinfeksi. Gejala yang dikeluhkan dapat
berupa rasa panas dan gatal di bagian distal uretra di sekitar
orifisium uretra eksterna, edema, eritema pada meatus uretra,
demam serta nyeri saat ereksi. Namun, gejala dapat hilang
dalam waktu beberapa minggu (Daili, S. F., 2011;
Comkornruecha Metee, 2013).
Discharge urethral yang terkadang disertai darah serta
disuria merupakan gejala utama dari uretritis. Meskipun pada
awal terinfeksi discharge atau eksudat berjumlah sedikit dan
tampak mukoid atau mukopurulent, namun pada kebanyakan
laki-laki, eksudat menjadi purulent dan banyak dalam waktu 24
jam. Pada beberapa kasus dapat terjadi pembesaran pada
kelenjar getah bening inguinal unilateral atau bilateral. Sekitar
10% penderita uretritis tidak menimbulkan gejala sama sekali
(asimptomatis) (Hook, E. & Handsfield, H, 1999; Daili, S. F.,
2011).

b) Infeksi Urogenital pada Wanita


Sekitar 20-80% infeksi pada wanita bersifat
asimptomatis.atau dengan gejala yang cenderung lebih ringan.
Kebanyakan gejala muncul dalam 10 hari setelah infeksi.
Gejala terseringnya meliputi disuria (nyeri atau rasa terbakar
saat kencing), pendarahan abnormal pada vagina saat
menstruasi serta meningkatnya jumlah vaginal discharge yang
berwarna kuning atau kehijauan yang menimbulkan bau tidak
enak. Gejala ini dapat muncul secara terpisah atau kombinasi
dari semuanya dengan intensitas yang bervariasi dari ringan
hingga berat (Hook, E. & Handsfield, H, 1999; Cheng, Z.Y,
2012).
Wanita pada masa prapubertas sering terinfeksi
gonococcus yang dapat menyebabkan vulvovaginitis karena
epitel vagina belum berkembang sempurna dan sangat tipis.
Sedangkan wanita pada masa menopause disebabkan oleh
selaput lendir vagina yang atrofi serta penurunan kadar
glikogen yang menguntungkan pertumbuhan gonococcus
(Daili, S. F., 2011, Comkornruecha Metee, 2013).
Selain itu, banyak wanita yang terinfeksi mengalami
servisitis dengan keluhan berupa rasa nyeri pada punggung
bawah, discharge purulent atau mucopurulent, eritema dan
edema pada daerah ektopik, serta pendarahan mukosa yang
dipicu dengan meyentuh endoserviks. Dispareunia dapat
terjadi pada endoservisitis. Pada 70-90% wanita yang
terinfeksi mengalami uretritis yang biasanya diakibatkan oleh
histerektomi (pengangkatan uterus).
Gejala utama pada uretritis adalah disuria , namun
terkadang dapat berupa poliuria, eritema pada orifisium uretra
eksterna, edema dan terdapat sekret mukopurulent (Hook, E.
& Handsfield, H, 1999; Comkornruecha Metee, 2013).
Manifestasi gonore selama hamil tidak jauh berbeda dengan
kecenderungan lebih jarang mengalami Pelvic Inflammatory
Disease (PID) dan lebih sering mengalami infeksi pharyngeal.
Komplikasi yang mungkin muncul apabila terinfeksi gonore
pada saat hamil meliputi aborsi spontan, rupture premature
pada membran fetus, bayi lahir prematur dan chorioamnionitis
akut (Hook, E. & Handsfield, H, 1999; Tim Mikrobiologi FK
Unibraw, 2003).

c) Infeksi pada Rektal (Proktitis)


Sebanyak 10% dari infeksi pada rektum yang disebabkan
oleh gonococcus bersifat asimptomatis. Pada laki-laki
homoseksual, infeksi disebabkan oleh hubungan seksual
melalui rektum. Sedangkan, pada wanita disebabkan oleh
adanya kontaminasi pada perineal akibat eksudat dari serviks
yang terinfeksi. Meskipun terkadang dapat pula disebabkan
oleh hubungan seksual genitoanal seperti pada pria ( Daili, S.
F., 2011).
Adapun gejala dari infeksi pada rektum sangat
bervariasi dimulai dari adanya anal pruritus, mucopurulent
discharge yang tidak nyeri yang sering bermanifestasi dengan
adanya feses yang terselimuti oleh eksudat, sedikit
pendarahan pada rektum, hingga nyeri yang sangat hebat,
tenesmus dan konstipasi. Dalam pemeriksaan fisik pada anus
bagian eksternal maka akan terlihat eritema dan discharge
yang abnormal. Tetapi dalam anoscopy dapat terlihat adanya
eritema, edema, serta discharge mucoid atau purulent yang
seringkali berasal dari anal crypt (Hook, E. & Handsfield, H,
1999).

d) Infeksi Pharingeal
Sering ditemukan adanya infeksi ekstragenital gonore
yaitu pada faring yang dapat meningkatkan resiko terjadinya
DGI (Daili, S. F., 2011). Infeksi pharingeal ini terjadi pada 3-
7% laki-laki heteroseksual, 10-20% wanita heteroseksual, dan
10-25% laki-laki homoseksual. Infeksi ditransmisikan ke faring
melalui kontak seksual orogenital (fellatio, cunnilingus). 90%
infeksi pada faring bersifat asimptomatis dan hanya 10% yang
menunjukkan gejala yang biasanya dapat sembuh spontan
dalam waktu 12 hari. Dalam pemeriksaan di daerah orofaring
akan tampak eksudat mukopurulent yang ringan atau sedang
(Hook, E. & Handsfield, H, 1999; Tim Mikrobiologi FK Unibraw,
2003).

2. Pencegahan Penyakit Gonore


Mencegah penyakit menular seksual, termasuk gonore, tentu
saja jauh lebih baik daripada mengobatinya. Untuk mencegah
penyakit gonore, lakukanlah hubungan seks yang aman, yaitu
dengan:

 Tidak bergonta-ganti pasangan seksual


 Menggunakan kondom.

Bila sedang menderita gonore atau penyakit menular seksual


lainnya, sebaiknya tidak berhubungan intim dulu hingga pengobatan
tuntas. Tujuannya adalah untuk mencegah penularan penyakit
kepada orang lain.

Bila ibu hamil terkena gonore, segeralah berobat ke dokter


kandungan. Dokter akan memberikan antibiotik untuk mencegah
penularan gonore ke bayi.

Anda mungkin juga menyukai