PENATALAKSANAAN PIELONEFRITIS
Penanganan berfokus pada terapi antibiotic yang tepat terhadap mikoorganisme
penyebabinfeksi setelah dilakukan indentifikasi melalui pemeriksaan kultur urin dan
sensitivitas.Sebagai contoh :
1) Enterococcus memerlukan terapi dengan ampisilin, penisilin G atau vankomisin.
2) Staphylococcus memerlukan penisilin G atau jika sudah terjadi resistensi,
penisilinsemisintetik, seperti nafsilin atau sefalosporin.
3) E. Coli dapat diobatai dengan sulfaksazol, asam nalidiksat, dan nitrofurantoin.
4) Proteus dapat diobati dengan ampisilin, sulfoksazol, asam nalidiksat, dan sefalosporin.
5) Pseudomonas memerlukan gentamisin, tobramisin, atau karbenisilin.
Kalau mikoorganisme penyebab infeksi tidak dapat diidentifikasi, biasanya terapi terdiriatas
antibiotic berspektrum luas, seperti ampisilin atau sefaleksin. Jika pasien seorang ibuhamil
atau usia lanjut, pemberian antibiotic harus dilakukan dengan hati-hati. Obat analgetikurin,
seperti fenazopiridin, juga merupakan preparat yang tepat. (Kowalak, Jennifer P., 2011)
a. Kaudaran kanan atas
b. Kuadraan kiri atas
c. Kuadaran kanan bawah
d. Kuadaran kiri bawah
Perkembangan dan anatomi rongga abdomen dan organ-organ visera mempengarahui
manifestasi, patogenesis dan klinis dari penyakit abdomen peritoneum, dan persarafan sendiri
visceral sangat penting untuk evalusai nyeri akut abdominal.
Setelah 3 minggu perkembangan janin, usus perimitif terbagi menjadi foregut, midgut dan
hindgut. Arteri mesentrika superior darah ke midgut (bagian keempat duodenum sampai
midtransversal kolon). Foregut meliputi faring, esophagus, lambung dan proksimal duodenum,
sedangkan hindgut terdiri dari kolom distal dan rectum. Serabut aferen yang menyertai suplai
vascular memberikan persarafan sensoris pada usus dan peritoneum visceral. Sehinga penyakit
pada proksimal duodenum (foregut) merangsang serabut aferen celiac axis yang menghasilkan
nyeri epigastrium.
Rangsangan di sekum dana appendix (midgut) mengaktifkan saraf aferen yang menyertai arteri
mesenterika superior yang menyebabkan rasa nyeri di periumbilikus dan penyakit kolon distal
menginduksi serabut saraf aferen sekitar arteri mesenterika inferior yang menyebabkan nyeri di
suprapubik.
Saraf prenikus dan serabut saraf aferen setinggi C3,C4 dan C5 sesusai dermatom bersama-sama
dengan arteri prenikus mempersarafi otot-otot diafragma dan peritoneum sekitar diafragma.
Rangsangan pada diafragma menyebabkan nyeri yang menjalar ke bahu. Peritoneum parietalis,
dinding abdomen dan jaringan lunak retroperitoneal meneriman persarafan somatic sesuai
dengan segmen nervus Foots. (Squires RA, Postier RG. 2012)
Peritoneum parietalis kaya akan inervasi saraf sehingga sensitive terhadap rangsangan.
Rangsangan pada permukaan peritoneum parietal akan menghasilkan sensasi yang tajam dan
terlokalisir di area stimulus. Ketika peradangan pada visceral mengiritasi pada peritoneum
parietal maka akan timbul nyeri yang terlokalisir. Banyak "peritoneal signs" yang berguna
dalam diagnosis klinis dari acute abdominal pain. Inervasi dual-sensorik dari kavum
abdomen yaitu serabut aferen visceral dan saraf somatic manehasilkan pola nyeri yang khas
yang membantu dalam mendiagnosis. Stimulasi pada saraf perifer akan mengasilkan sensasi
yang tajam, tiba tiba, dan terlokalisir dengan baik. Rangsangan pada saraf sensorik aferen
intraperitoneal pada acute abdominal pain menimbulkan nyeri yang tumpul (tidak jelas pusat
rasa nyerinya), nyeri tidak terlokalisir dengan baik, dengan onset gradual/ bertahap dan
durasi yang lebih lama. Abdominal pain dapat berupa viseral pain. parietal pain atau reffered
pain. Viseral pain bersifat tumpul dan kurang terlokalisir dengan baik, biasanya di
epigastrium, regio periumbilika, atau region suprapubik.
Nyeri parietal atau nyeri somatic yang terkait dengan gangguan intraabdominal akan
menyebabkan nyeri yang lebih terlokalisir dengan baik. Refferred pain merupakan sensai
nyeri dirasakan jauh dari lokasi sumber stimulus yang sebenarnya. Misalnya iritasi diafragma
dapat menghasilkan rasa sakit di bahu.
Dilihat dari sudut nyeri abdomen, nyeri abdomen dapat terjadi karena rangsangan visceral,
rangsangan somatic dan akibat peristaltic. Nyeri abdomen yang timbul bisa tiba-tiba atau
sudah berlangsung lama. Nyeri yang dirasakan dapat ditentukan lokasinya oleh pasien atau
pasien tidak dapat merasakan nyeri abdomen tersebut berasal dari mana atau bisa saja pasien
merasakan nyeri perut tersebut berasal dari seluruh abdomen. (McQuaid K. 2012)
DAFTAR PUSTAKA
McQuaid K. Approach to the patient with gastrointestinal disease. In: Goldman L, Schafer AI,
eds. Goldman: Goldman's cecil medicine. 24th ed. Philadelphia: Elvesier; 2012. p. 828-44.