Penerapan Pengelompokan Siswa Berdasarkan Prestasi Di Jenjang Sekolah Dasar Doddy Hendro Wibowo
Penerapan Pengelompokan Siswa Berdasarkan Prestasi Di Jenjang Sekolah Dasar Doddy Hendro Wibowo
doddy.hendro@gmail.com
Abstract
Students who have high academic grades in school need to be grouped into one class. This paradigm is still
inherent in the community and teachers usually use this paradigm to group students who have high academic
achievement in the classroom (ability grouping). This research is to provide an overview of the attitudes of
teachers, students, and parents with regard to the implementation of ability grouping based on academic
achievement. This research is quantitative descriptive study. The study was conducted in one of the public school
at Semarang, Central Java, Indonesia, grade IV and V, involving 6 classroom teachers grade IV and Grade V,
166 students and 166 parents. Data was collected using questionnaires and interviews. Result shows, teacher
class A (high achievement) agrees, teacher class B (average achievement) and C (low achievement) do not agree
with ability grouping. Most students in grade A, B and C agree with ability grouping. Parents of the class A
agree, while the parents of the class B and C do not agree with ability grouping.
Keywords: ability grouping, attitudes of teachers, students and parents, academy achievement, elementary
school.
Abstrak
Siswa yang memiliki nilai akademik yang tinggi di sekolah perlu dikelompokkan ke dalam satu kelas. Paradigma
ini masih melekat di masyarakat dan guru biasanya menggunakan paradigma ini untuk mengelompokkan siswa
yang memiliki prestasi akademik tinggi di kelas. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang
sikap guru, siswa, dan orang tua berkaitan dengan pelaksanaan pengelompokan siswa berdasarkan prestasi
akademik. Penelitian dilakukan pada siswa, guru dan orang tua di salah satu SD Negeri di Kota Semarang.
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV dan V sejumlah 166 siswa, 166 orang tua siswa, dan 6 orang
guru kelas IV dan V. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner dan wawancara. Hasilnya
menunjukkan, Guru kelas A (Kelas tinggi) setuju dengan pengelompokkan siswa, Guru kelas B (Kelas sedang)
dan Guru Kelas C (Kelas rendah) tidak setuju dengan pengelompokan siswa berdasarkan prestasi. Siswa kelas
A, B dan C setuju dengan pengelompokan siswa berdasarkan prestasi. Orang tua dari kelas A menyatakan setuju,
sedangkan orang tua dari kelas B dan C menyatakan tidak setuju dengan adanya pengelompokan siswa
berdasarkan prestasi akademik.
Kata kunci: ability grouping, sikap guru, siswa dan orang tua siswa, prestasi akademik, sekolah dasar
148
149 Ability Grouping pada siswa Sekolah Dasar
dan siswa yang memiliki kemampuan pada suasana belajar yang ideal dan
rendah akan semakin luas. Hasil penelitian kondusif untuk mencapai tujuan pragmatis
Hornby, Witte dan Mitchel (2011), dalam belajar. Hal ini tampak dari hasil
menunjukkan bahwa pengelompokkan evaluasi belajar siswa yang memiliki
kelas berdasarkan kemampuan (kelas kemampuan sama akan dengan mudah
homogen) bukan merupakan salah satu menerima materi pelajaran.
cara yang efektif dalam meningkatkan
prestasi akademik siswa. Sebuah penelitian Potensi akademik yang homogen akan
mengenai pengelompokkan kelas yang memberikan respon hasil belajar yang
dilakukan di tingkat perguruan tinggi oleh homogen pula. Guru dengan mudah
Bahar (2015), menyatakan bahwa tidak ada menyampaikan materi, selanjutnya siswa
pengaruh dalam proses belajar mereka dan akan menanggapi dalam proses belajar
tidak ada perubahan dalam perilaku belajar dengan lebih mudah. Pada akhirnya
serta kegiatan sosial dan persahabatan prestasi akademik siswa akan mudah
antar siswa juga tidak ada perubahan. termonitor dan mudah pula melakukan
perlakukan-perlakuan khusus dalam
Chisaka dan Vakalisa (2003), memberikan rangka perbaikan atau pengayaan.
hasil penelitian berkaitan dengan evaluasi Sementara di satu sisi, guru dengan mudah
dilakukannya pengelompokkan kelas memberikan pelajaran, karena kemampuan
berdasarkan kemampuan akademik. Hasil siswa yang sama. Namun di sisi lain, guru
penelitian tersebut menunjukkan bahwa juga harus bekerja keras menghadapi kelas
siswa yang berada di kelas tinggi yang kurang karena potensi dasar siswa
mengalami pengabaian oleh guru. yang dimiliki bukan pada kemampuan
Penelitian ini juga menunjukkan bahwa akademik ditambah dengan adanya asumsi
adanya pengelompokkan kelas bisa bahwa biasanya kelas yang kurang diikuti
disalahgunakan oleh guru. Penyalahgunaan pula dengan perilaku yang cenderung
tersebut antara lain guru tidak mau kurang.
mengajar di kelas tinggi karena siswa
sudah dianggap cukup cerdas untuk lulus Siswa yang berkemampuan rendah tidak
ujian tanpa adanya bimbingan dari guru. akan mampu berpartisipasi secara
Penelitian ini juga menunjukkan bahwa maksimal jika mereka berada dalam
dengan adanya pengelompokkan kelas kelompok yang juga berkemampuan
tidak meningkatkan pengajaran atau rendah. Siswa yang berkemampuan tinggi
instruksi dan pembelajaran. Sebaliknya tidak akan menurun performanya jika
mendorong stratifikasi sosial yang tidak harus bekerja sama dengan siswa
sehat dan kurangnya relasi sosial di antara berkemampuan rendah, dan siswa yang
kelas tinggi dan rendah. Wong dan Watkins berkemampuan sedang juga dapat bekerja
(2001), menunjukkan kelemahan sama secara maksimal asalkan mereka
pengelompokkan kelas berdasarkan hasil berada dalam satu kelompok atau dalam
penelitiannya di Hong Kong bahwa kelas kelompok yang berkemampuan berbeda
yang dikelompokkan berdasarkan kemam- (Huda, 2012). Demikian juga dengan
puan kognitif tidak mampu penilaian yang dilakukan (hasil raport)
memaksimalkan siswa dalam pengem- diperoleh dari test yang notabene
bangan harga diri, dan siswa yang menggunakan kemampuan verbal/ bahasa.
dikelompokkan di kelas dengan Hasilnya, apabila dilihat adanya ability
kemampuan rata-rata, sering mengalami grouping berdasarkan prestasi siswa
pengabaian oleh guru. merupakan bentuk penggolongan siswa
Ability grouping akan memberikan kondisi yang memiliki kemampuan/ kecerdasan
Prosedur Pengambilan data dari Siswa beragam yakni pada sektor formal dan
Sampel Siswa kelas IV dan V sejumlah informal misalnya Guru, Karyawan Pabrik,
166 siswa yang terdiri dari siswa kelas IV Pegawai Negeri atau Wiraswasta. Angket
Tinggi (28 siswa); Siswa kelas IV sedang yang diberikan merupakan angket dengan
(30 siswa); Siswa kelas IV rendah (24 pertanyaan campuran yakni pertanyaan
siswa); Siswa kelas V tinggi (32 siswa); tertutup dan terbuka.
Siswa kelas V sedang (26 siswa) dan Siswa
kelas V rendah (26 siswa). Angket berisi Angket dengan pertanyaan tertutup dengan
pertanyaan tentang sikap siswa terhadap menggunakan pilihan jawaban: Sangat
pengelompokkan kelas, permasalahan yang Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS),
terjadi antar siswa di kelas Tinggi, kelas Sangat Tidak Setuju (STS). Bentuk
sedang dan kelas rendah, saran untuk pertanyaan berupa pernyataan misalnya
pelaksanaan pengelompokkan kelas. “Adanya pengelompokkan kelas, muncul
pandangan bahwa ada perbandingan
Angket yang diberikan merupakan angket kemampuan anak berdasarkan prestasi
dengan pertanyaan tertutup dan terbuka. diantara kelas A, B dan C”; Adanya
Angket dengan pertanyaan tertutup dengan pengelompokkan kelas menimbulkan
menggunakan pilihan jawaban: Sangat kesenjangan antara siswa kelas tinggi,
Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), siswa kelas sedang dan siswa kelas
Sangat Tidak Setuju (STS). Contoh rendah”. Angket dengan pertanyaan
pernyataan tertutup misalnya: “Saya terbuka menggunakan pertanyaan
merasa dengan adanya pengelompokkan berbentuk essay, misalnya: “Bagaimana
kelas, ada persaingan untuk mendapat nilai pendapat anda berkaitan pelaksanaan
baik antara teman di kelas”; dengan adanya Ability Grouping ini?” atau “Apa saran
pengelompokkan kelas, Guru terhadap pelaksanaan Ability Grouping?”.
mendampingi bila siswa mengalami Angket kepada orangtua dititipkan kepada
kesulitan dalam memahami pelajaran”. siswa untuk dibawa pulang, dan diisi oleh
Angket dengan pertanyaan terbuka dengan perwakilan orang tua (Ayah atau Ibu) di
menggunakan pertanyaan berbentuk essay, rumah dan keesokan hari, siswa diminta
misalnya: “Bagaimana pendapat anda mengumpulkan kembali angket di sekolah.
berkaitan pelaksanaan Ability Grouping
ini?” atau “Apa saran terhadap Tabel 1.
pelaksanaan Ability Grouping?”. Pengisian Distribusi jumlah guru, siswa dan orang tua.
angket dilakukan ketika ijin sudah Jumlah Kelas Tinggi Sedang Rendah
diberikan oleh Guru Kelas kemudian Guru IV 1 1 1
peneliti masuk ke kelas dan atau ketika V 1 1 1
jam pelajaran kosong. Siswa mengisi Siswa IV 28 30 24
angket di sekolah. Peneliti mendampingi V 32 26 26
Orang IV 28 30 24
dan memberikan penjelasan kepada siswa
tua V 32 26 26
ketika mengisi angket.
Prosedur Pengambilan data dari Orang Data yang diperoleh dari lapangan diolah
Tua berdasarkan kategori Guru, Siswa dan
Sampel orangtua yang terdiri dari 166 Orang tua. Setiap jawaban dari pernyataan,
orang tua siswa, dimana salah satu dikelompokkan berdasarkan jawaban,
perwakilan orang tua (ayah atau ibu) bisa dihitung jumlahnya dan dilakukan
memberikan jawaban untuk pertanyaan persensentase. Untuk data kualitatif yang
angket. Latar belakang orang tua siswa diperoleh berdasarkan hasil wawancara
dengan Guru, digunakan sebagai data