AMENORRHEA
AMENORRHEA
Abstrak
Menstruasi. Amenore atau dalam istilah kedokteran “Amenorrhea” adalah sebuah kondisi yang
terjsadi pada seorang wanita yang tidak mengalami siklus atau Menstruasi paling tidak 3 bulan
berturut-turut. Amenore terbagi ke dalam dua jenis yakni Amenore primer yakni gangguan pada
wanita yang tidak mengalami menstruasi dalam kurung waktu yang lama sedangkan Amonera
sekunder untuk wanita yang mengalami gangguan menstruasi tapi dalam waktu yang tidak
terlalu lama. Pada umumnya tidak dapat ditentukan secara pasti penyebab dari Amenora primer
namun kelainan dan gangguan kongitel serta genetika adalah faktor utama dari gangguan
tersebut sedangkan Amenora Sekunder diebabkan oleh gaya hidup, ganggua gizi, metabolismen,
tumor, infeksi dan gangguan lain. (Corwin, 2009). Amenore normal terjadi pasa masa kehamilan,
menyusui, pubertas, dan pasca menopause. Pada kondisi wanita akan mengalami gangguan
siklus Menstruasi dan bahkan tidak akan mendapatkan menstruasi naun pada kondisi tersebut
adalah keadaan normal. Siklus menstruasi normal meliputi interaksi antara komplek
hipotalamus-hipofisi-aksis indung telur serta organ reproduksi yang sehat.
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Wanita normal akan mengalami siklus Menstruasi normal secara periodik sehingga perubahan
siklus mentsruasi yang tidak normal akan menggangu seorang wanita terutama pada kondisi
dimana haid atau dating bulang dating lebih sering, tidak teratur, terjadi dalam siklus yang lebih
lama, lebih pendek dan pada kondisi tertentu wanita bahkan tidak haid sama sekali. Pada
beberapa kondisi, gangguan haid bahkan dapat mengakibatkan nyeri pada bagian perut dengan
durasi panjang dan juga pendek. Gangguan ini akan dialami alami seluruh wanita selam ahidup
terutama pada masa Reproduksi, Remaja, Sisi Peralihan dan Klimakterium.
Menurut Bobak, (2004) masa remaja disebut pula sebagai masa penghubung atau masa
peralihan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa yang di tandai dengan perkembangan
dan perubahan fisik, mental, emosional, termasuk perubahan hormonal yang berpengaruh pada
proses terjadinya menarche (pertama kali mendapat Menstruasi). Usia gadis remaja pada saat
menarche bervariasi, yaitu antara 10 – 16 tahun, tetapi rata-ratanya 12,5 tahun. Statistik
menunjukkan bahwa usia menarche dipengaruhi oleh faktor keturunan, keadaan gizi, dan
kesehatan umum. Dikatakan menacrhe dini (menarche prekoks) apabila menarche terjadi
sebelum usia 10 tahun disertai dengan munculnya tanda-tanda seks sekunder sebelum usia 8
tahun. Dalam hal ini hipofisis oleh sebab yang belum diketahui memproduksi hormon
gonadotropin sebelum waktunya (Wiknjosastro, 2012).
Saat umur wanita di atas umur 16 tahun belum mengalami menstruasi ataupun pada wanita yang
sudah mengalami menstruasi tetapi setelah itu tidak mengalami menstruasi kembali, maka
kemungkinan wanita tersebut mengalami Amenorrhea.
Dalam tulisan ini, penulis akan membahas mengenai apa yang dimaksud Amenorrhea, yang
merupakan salah satu gangguan siklus menstruasi, klasifikasinya, bagaimana gejala klinisnya,
apa penyebabnya, sampai kepada pengobatan.
C. TUJUAN
D. MANFAAT
1. Manfaat pada pribadi :
1. Dapat mengenal lebih dalam lagi apa itu amenorrhea dan bagaimana konsep dasarnya.
2. Dapat melatih kemampuan dalam menulis karya tulis ilmiah yang sesuai dengan kaedah
yang berlaku.
BAB II
PEMBAHASAN
Amenorrhea adalah keadaan tidak adanya haid untuk sedikitnya 3 bulan berturut-turut. Lazim
diadakan pembagian antara amenorrhea primer dan amenorrhea sekunder. Kita berbicara tentang
amenorrhea primer apabila seorang wanita berumur 18 tahun keatas tidak pernah mendapat haid,
sedang pada amenorrhea sekunder penderita pernah mendapat haid, tetapi kemudian tidak dapat
lagi (Wiknjosastro,2008).
Amenorrhea adalah tidak ada atau berhentinya menstruasi secara abnormal yang diiringi
penurunan berat badan akibat diet penurunan berat badan dan nafsu makan tidak sehebat pada
anoreksianervosa dan tidak disertai problem psikologik (Kumala, 2005).
b. Hormonal
Alat reproduksi wanita merupakan alat akhir (endogen) yang dipengaruhi oleh sistem hormonal
yang komplek. Rangsangan yang datang dari luar masuk dipusat panca indra diteruskan melalui
Striaeterminalis menuju pusat yang disebut “Puberitas Inhibitor” dengan hambatan tersebut tidak
terjadi rangsangan terhadap hypotalamus, yang akan memberikan rangsangan pada “Hipofise
Pars Posterior” sebagai “Mother of Glad” (Pusat kelenjar-kelenjar). Rangsangan yang terus
menerus datang di tangkap panca indra, dengan makin selektif dapat lolos menuju hypotalamus
dan selanjutnya terus menuju hipofise anterior (depan) mengeluarkan hormon yang dapat
merangsang kelenjar untuk mengeluarkan hormon yang dapat merangsang kelenjar untuk
mengeluarkan hormon spesifiknya yaitu kelenjar tyroid memproduksi hormon tiroksin, kelenjar
indung telur memproduksi hormon estrogen dan progesteron, sedangkan kelenjar adrenal
menghasilkan hormon adrenalin. Pengeluaran hormon spesifik sangat penting untuk tumbuh
kembang mental dan fisik (Pardede, 2002).
c. Penyakit
Beberapa penyakit kronis yang menjadi penyebab terganggunya siklus haid, Kanker payudara
dan lain-lain. Kelainan ini menimbulkan berat badan yang sangat rendah sehingga datangnya
haid akan terganggu (Suhaemi, 2006).
2.4 ETIOLOGI
Penyebab Amenorrhea secara umum adalah:
1. Hymen Imperforata : Selaput darah tidak berlubang sehingga darah menstruasi terhambat
untuk keluar.
2. Menstruasi Anavulatori : Rangsangan hormone – hormone yang tidak mencukupi untuk
membentuk lapisan dinding rahim sehingga tidak terjadi haid atau hanya sedikit.
3. Penyakit lain : penyakit metabolik, penyakit kronik, kelainan gizi, kelainan hepar dan ginjal.
Jika penyebabnya adalah kegagalan mengalami pubertas, maka tidak akan ditemukan
tanda – tanda pubertas seperti pembesaran payudara, pertumbuhan rambut kemaluan dan
rambut ketiak serta perubahan bentuk tubuh.
Jika penyebanya adalah kehamilan, akan ditemukan morning sickness dan pembesaran
perut.
Jika penyebabnya adalah kadar hormon tiroid yang tinggi maka gejalanya adalah denyut
jantung yang cepat, kecemasan, kulit yang hangat dan lembab.
Sindroma Cushing menyebabkan wajah bulat ( moon face ), perut buncit, dan lengan
serta tungkai yang lurus.
Gejala lainnya yang mungkin ditemukan pada amenore :
Sakit kepala
Galaktore ( pembentukan air susu pada wanita yang tidak hamil dan tidak sedang
menyusui )
Gangguan penglihatan ( pada tumor hipofisa )
Penurunan atau penambahan berat badan yang berarti
Vagina yang kering
Hirsutisme ( pertumbuhan rambut yang berlebihan, yang mengikuti pola pria ),
perubahan suara dan perubahan ukuran payudara.
2.6 PATOFISIOLOGI
Disfungsi hipofise terjadi gangguan pada hipofise anterior gangguan dapat berupa tumor yang
bersifat mendesak ataupun menghasilkan hormone yang membuat menjadi terganggu. Kelainan
kompartemen IV (lingkungan) gangguan pada pasien ini disebabkan oleh gangguan mental yang
secara tidak langsung menyebabkan terjadinya pelepasan neurotransmitter seperti serotonin yang
dapat menghambat pelepasan gonadrotropin.Kelainan ovarium dapat menyebabkan amenorrhea
primer maupun sekuder. Amenorrhea primer mengalami kelainan perkembangan ovarium
( gonadal disgenesis ). Kegagalan ovarium premature dapat disebabkan kelainan genetic dengan
peningkatan kematian folikel, dapat juga merupakan proses autoimun dimana folikel
dihancurkan. Melakukan kegiatan yang berlebih dapat menimbulkan amenorrhea dimana
dibutuhkan kalori yang banyaksehingga cadangan kolesterol tubuh habis dan bahan untuk
pembentukan hormone steroid seksual
2.7 KOMPLIKASI
Komplikasi yang paling ditakutkan adalah infertilitas. Komplikasi lainnya adalah tidak percaya
dirinya penderita sehingga dapat mengganggu kompartemen IV dan terjadilah lingkaran setan
terjadinya amenorrhea.Komplikasi lainnya muncul gejala-gejala lain akibat hormon seperti
osteoporosis.
USG
Histerosalpingografi
Histeroskopi, dan
Magnetic Resonance Imaging (MRI).
1. Aglutinasi labia (penggumpalan bibir labia) yang dapat diterapi dengan krim estrogen.
2. Kelainan bawaan dari vagina, hymen imperforata (selaput dara tidak memiliki lubang),
septa vagina (vagina memiliki pembatas diantaranya). Diterapi dengan insisi atau eksisi
(operasi kecil).
3. Sindrom Mayer-Rokitansky-Kuster-Hauser,- Sindrom ini terjadi pada wanita yang
memiliki indung telur normal namun tidak memiliki rahim dan vagina atau memiliki
keduanya namunkecil atau mengerut. Pemeriksaan dengan MRI atau ultrasonografi
(USG) dapat membantu melihat kelainan ini. Terapi yang dilakukan berupa terapi non-
bedah dengan membuat vagina baru menggunakan skin graft.
4. Sindrom feminisasi testis,- Terjadi pada pasien dengan kromosom 46, XY kariotipe, dan
memiliki dominan X-linked sehingga menyebabkan gangguan dari hormon testosteron.
Pasien ini memiliki testis dengan fungsi normal tanpa organ dalam reproduksi wanita
(indung telur, rahim). Secara fisik bervariasi dari wanita tanpa pertumbuhan rambut
ketiak dan pubis sampai penampakan seperti layaknya pria namun infertil (tidak dapat
memiliki anak)
5. Parut pada rahim,- Parut pada endometrium (lapisan rahim) atau perlekatan intrauterine
(dalam rahim) yang disebut sebagai sindrom Asherman dapat terjadi karena tindakan
kuret, operasi sesar, miomektomi (operasi pengambilan mioma rahim), atau tuberkulosis.
Kelainan ini dapat dilihat dengan histerosalpingografi (melihat rahim dengan
menggunakan foto rontgen dengan kontras). Terapi yang dilakukan mencakup operasi
pengambilan jaringan parut. Pemberian dosis estrogen setelah operasi terkadang
diberikan untuk optimalisasi penyembuhan lapisan dalam rahim.
1. Disgenesis Gonadal,- Adalah tidak terdapatnya sel telur dengan indung telur yang
digantikan oleh jaringan parut. Terapi yang dilakukan dengan terapi penggantian hormon
pertumbuhan dan hormon seksual.
2. Kegagalan Ovari Prematur,- Kelainan ini merupakan kegagalan dari fungsi indung telur
sebelum usia 40 tahun. Penyebabnya diperkirakan kerusakan sel telur akibat infeksi atau
proses autoimun.
3. Tumor Ovarium,- Tumor indung telur dapat mengganggu fungsi sel telur normal.
C. Gangguan Susunan Saraf Pusat
BAB III
PENUTUP
3.1 SIMPULAN
Amenorrhea adalah istilah medis untuk tidak adanya periode menstruasi, baik secara permanen
atau sementara. Amenorrhea dapat diklasifikasikan sebagai primer atau sekunder. Dalam
amenorrhea primer, periode menstruasi tidak pernah dimulai (berdasarkan umur 16), sedangkan
amenorrhea sekunder didefinisikan sebagai tidak adanya menstruasi selama tiga siklus berturut-
turut atau jangka waktu lebih dari enam bulan pada wanita yang sebelumnya menstruasi. Siklus
menstruasi dapat dipengaruhi oleh banyak faktor internal seperti perubahan sementara di tingkat
hormonal, stres, dan penyakit, serta faktor eksternal atau lingkungan.
Siklus menstruasi normal terjadi karena perubahan kadar hormon dibuat dan dikeluarkan oleh
indung telur. Ovarium merespon sinyal hormon dari kelenjar pituitari yang terletak di dasar otak,
yang, pada gilirannya, dikendalikan oleh hormon yang diproduksi di hipotalamus otak.
Pengobatannya dapat berupa pemeriksaan USG, Histerosalpingografi, Histeroskopi, dan
Magnetic Resonance Imaging (MRI).
3.2 SARAN
3.2.1 Bagi Penulis
Diharapkan Karya Tulis Ilmiah ini dapat dijadikan acuan atau pedoman dalam memberikan
informasi tentang kesehatan reproduksi pada remaja khususnya tentang gangguan menstruasi
yaitu Amenorrhea.
Seringkali terjadi kasus pada wanita yang memiliki pengalaman gangguan haid. Terminologi
gangguan haid tersebut bervariasi berdasarkan karakteristik haid normal yaitu durasi 4-7 hari,
jumlah darah 30-80 ml, dan lama siklus 21-35 hari. Berikut gangguan haid pada masa
reproduksi dibagi berdasarkan :
Oligomenorrhea,- Gangguan haid dimana lama siklus nya lebih panjang yaitu lebih dari
35 hari. Biasanya disebabkan oleh gangguan HPO axis yaitu hyperprolactinemia,
kelainan thyroid. Gangguan ini banyak dialami oleh wanita yang memiliki metabolic
syndrome.
Polymenorrhea,- Gangguan haid dimana lama siklus nya menjadi lebih pendek sekitar
<21 hari. Penyebabnya bisa karena fase luteal yang memendek dan anovulation. Kelainan
sistem endokrin juga bisa menyebabkan gangguan ini.
• Amenorrhea
Tidak terjadi haid pada seorang wanita dengan mencakup salah satu tanda sebagai berikut :
1. Tidak terjadi haid sampai usia 14 tahun, disertai tidak adanya pertumbuhan atau
perkembangan tanda kelamin sekunder.
2. Tidak terjadi haid sampai usia 16 tahun, disertai adanya pertumbuhan normal dan
perkembangan tanda kelamin sekunder.
3. Tidak terjadi haid untuk sedikitnya selama 3 bulan berturut-turut pada wanita yang
sebelumnya pernah haid.
• Dysmenorrhea
Istilah pada wanita saat merasa sakit/nyeri menstruasi. Rasa sakit datang pada saat melakukan
aktivitas normal. Dibagi menjadi 2 yaitu :
Primary : Dysmenorrhea yang tidak diketahui penyebab patologis. Dialami oleh wanita
dibawah 20 tahun. Gejala hampir mirip dengan endometriosis.
Secondary : Dysmenorrhea yang disebabkan oleh adanya kelainan patologis seperti
cervical stenosis, pelvis adhesions, dan uterine fibroids.
Perdarahan uterus abnormal yang terjadi tanpa adanya keadaan patologis pada pelvis, penyakit
sistemik tertentu atau kehamilan. Perdarahan yang bersifat unpredictable, volume perdarahan
yang tidak bisa ditentukan banyak atau sedikit dan durasi yang random.
Penyebab perdarahan oleh gangguan siklus ovulasi dan fungsi HPO axis sehingga terjadi
ketidakseimbangan hormon. Ketidakseimbangan tersebut mempengaruhi siklus menstruasi
menjadi tidak normal.
Faktor yang mempengaruhi kelainan ini bisa dilihat dari usia dan berat badan. Pada wanita
berusia 40-50 tahun 50% terkena kelainan ini, sedangkan wanita remaja 20% kemungkinan.
Berdasarkan berat badan dapat mempengaruhi, wanita yang memiliki berat badan lebih
cenderung berpotensi besar terkena DUB.
Klasifikasi
1. Ovulatorik
20% dari kasus DUB terjadi karena penurunan kadar estrogen sehingga memberikan feedback
negatif terhadap FSH dan LH. Maka terjadilah kadar progesteron yang turun.
2. Anovulatorik
80% dari kasus DUB dan terjadi pada masa perimenopause (40-50 tahun)
Epidemiologi. DUB sering menjadi masalah kebanyakan ginekologi. Diperkirakan 5% wanita
berusia 30-49 tahun mengeluhkan masalah menorrhagia. Di Indonesia belum ada yang
menyebutkan angka kekerapannya. Tidak jarang, kelainan ini menyebabkan kematian yang
diakibatjan oleh adanya hemorrhagic shock terutama pada penderita anemia dan iron deficiency.
Gejala dan tanda
Histologi
1. Ovarium :
Epitel germinativum : permukaan setiap ovarium di lapisi oleh epitel selapis kubis yg di
sebut epitel germinativum
Medulla ovarii : terletak di tengah ovarium. Terdiri atas jaringan ikat jarang, pembuluh
darah yang berjalan spiral, dan saraf. Medulla juga mengandung rete ovarii yang
homolog dengan dengan rete testis pada pria.
Korteks ovarium : mengandung folikel ovarium pada stadium yang berbeda-beda
perkembangan nya, tergantung usia,status kesehatan, dan jumlah kehamilan. Terdiri atas
oosit dan suatu lapisan sel epitel folikel yang ketebalan nya bervariasi.
2. Uterus :
Endomentrium : terdiri atas epitel endomentrium yang melekat pada membran basalis
dan sel stroma jaringan ikat, pembuluh darah, dan limfa. Kebanyakan sel epitel
endomentrium adalah sel sekretoris torak tinggi; sedikit bersilia.
Tunika mukosa : lumen tuba uterine di batasi oleh epitel selapis torak dan sel-sel bersilia
dan sel-sel sekretoris.epitel mukosa ini melekat pada membrane basalis yang berkembang
baik.
Tunika muskularis : sebelah luar tunika mukosa, tuba uterina mempunyai tunika
muskularis dari otot polos yang ketebalan nya bervariasi.
Tunika adventisia : lapis luar tuba uterine terdiri ats lapis tipis jaringan ikat yang di
bungkus oleh lapis serosa dari mesotel.
Siklus menstruasi
dr Irfan Mulyana Mustofa, SpOG menjelaskan bahwa haid yang normal dilihat dari 3 hal, yaitu:
lama, interval dan volume darahnya.
Gangguan haid karena interval:
dr Irfan menambahkan penyebab fisiologis terjadinya kasus amenorrhea atau tidak haid selama
tiga bulan yaitu pada wanita menjelang pubertas, kehamilan, menyusui dan menopause.
Sedangkan penyebab yang bersifat patologis jika terlambat haid atau bahkan sampai amenorhhea
disebabkan oleh karena beberapa hal, misalnya stres, riwayat operasi pengangkatan ovarium
(kandung telur), operasi pengangkatan rahim, gizi buruk, obesitas atau adanya tumor pada organ
kandungan.
Siklus Menstruasi Dipengaruhi Oleh Beberapa Faktor :
1. Faktor Psikis,- Emosi wanita seperti stress yang berlebihan akan mengacaukan system
ini, yang berkaitan dengan meningkatnya kadar hormon adrenalin pada saat terjadi stress.
2. Faktor Fisik,- Status fisik adalah keadaan dari anatomi dan fisiologi tubuh yang sangat
dipengaruhi oleh hereditas, status gizi, dan lingkungan, dimana semua faktor tersebut
dapat mempengaruhi umur menarche, siklus ataupun lama menstruasi.
3. Obat,- Obat yang diketahui menyebabkan masalah periode meliputi: kortikosteroid oral,
obat tiroid, antidepresan dan obat kemoterapi.
FAKTOR INTERNAL
Faktor enzim
Faktor vaskuler
Mulai fase proliferasi terjadi pembentukan sistem vaskularisasi dalam lapisan fungsional
endometrium. Pada pertumbuhan endometrium ikut tumbuh pula arteri-arteri, vena-vena. Dengan
regresi endometrium timbul statis dalam vena serta saluran-saluran yang menghubungkannya
dengan arteri, dan akhirnya terjadi nekrosis dan perdarahan dengan pembentukan hematom baik
dari arteri maupun dari vena.
Faktor prostaglandin
FAKTOR EKSTERNAL
Genetik
Pengaruh faktor genetik terhadap waktu pubertas diakibatkan oleh karakteristik ras atau
herediter. Variasi pubertas dari individu dipengaruhi oleh keturunan dan etnik yang tergantung
dari kontrol genetik yang mengekspresikan signal atau reseptor signal pada hipotalamus.6 Faktor
genetik memiliki hubungan yang sangat kuat antara IMT dan waktu pubertas.3,16 Hal ini
diakibatkan perbedaan faktor genetik yang akan mempengaruhi faktor hormon, sebagai contoh
faktor hormonal akan merangsang peningkatan IMT pada remaja dan awal pubertas. Studi
dengan ras dan karakteristik etnis yang berbeda seperti ras Negro Amerika, Afrika, Jepang,
Oriental, Israel dan Eskimo, memiliki pengaruh terhadap waktu pubertas, tetapi faktor
lingkungan lebih memiliki peranan dibandingkan dengan faktor ras. Beberapa laporan juga
menyebutkan hubungan yang signifikan antara umur menarche ibu dan anak.3
Beberapa studi mendapatkan faktor genetik mengendalikan variasi onset pubertas. Menarche dini
dihubungkan dengan A2 polymorphism dari gen CYP17 yang mengatur biosintesis androgen.
Pada anak perempuan di amerika alleles CYP17 tidak berhubungan dengan perkembangan
payudara yang dini. CYP17 berhubungan kuat dengan A4 alleles CYP3 merupakan enzim yang
mempengaruhi katabolisme testosteron.16 Studi kohort di Kanada tidak menemukan hubungan
antara umur menarche dan variasi polymorphik gen CYP3A4, CYP17, CYP1B1 dan CYP1A2.6
Hal ini menunjukkan pengaruh dari gen dalam mengendalikan biosintesis, kerja dan metabolime
steroid seks dalam penentuan genetik dari waktu pubertas dengan kemungkinan variasi antara
Negara dan populasi.6,8
Lingkungan
Di samping faktor genetik, faktor lingkungan seperti nutrisi dan stres juga berperan dalam awitan
pubertas. Pada keadaan malnutrisi dapat dijumpai pubertas yang terlambat.9 Studi di Amerika
Serikat mendapatkan awitan pubertas yang lebih dini dibandingkan data normal yang dibuat 2
dekade sebelumnya. Hal ini dihubungkan dengan peningkatan prevalensi overweight dan
obesitas pada remaja.17
Berbagai stres seperti penyakit akut ataupun kronis dapat menekan HPG Axis. Latihan fisik dan
kompetisi olahraga yang intensif seperti senam dapat mengakibatkan stres fisik dan psikologis
yang berhubungan dengan keterlambatan pubertas.9,15,17 Pada anak yang bermigrasi atau
diadopsi ke luar negeri dapat terjadi kejar tumbuh (catch-up growth) dan terpicu pubertas dini.
Hal Ini diduga akibat anak keluar dari lingkungan yang penuh stres. Keadaan ini dihubungkan
pula dengan peningkatan aktivitas metabolik pada masa kejar tumbuh. Namun pada keadaan lain
lingkungan yang penuh stres dan hubungan orangtua yang tidak nyaman dapat pula
menyebabkan timbulnya pubertas dini (Gambar 2.7).6 Respon neuroendokrin terhadap berbagai
faktor lingkungan menunjukkan pola yang berbeda. Hal ini menunjukkan bahwa faktor
lingkungan tertentu menggunakan beberapa jalur spesifik dalam mempengaruhi pubertas.
Berbagai faktor seperti siklus pajanan terhadap cahaya, musim, dan bahan kimia yang
mengganggu sistem endokrin juga dikatakan dapat mempengaruhi awitan pubertas.6,7
Studi di Kazakhstan, yang meneliti pubertas anak di kota dan desa, mendapatkan hubungan
antara status pubertas dan faktor lingkungan dimana pada anak di kota memiliki pubertas yang
lebih cepat.18 suatu studi tahun 2001 yang dilakukan di Sumatera utara mendapatkan perbedaan
yang bermakna rerata usia awitan pubertas antara murid wanita perkotaan dengan pedesaan
dimana murid wanita perkotaan lebih cepat mengalami pubertas dibanding pedesaan.19
Beberapa studi epidemiologi dalam 30 tahun terakhir ini mendapatkan hubungan antara pubertas
dini pada perempuan dan peningkatan IMT. Kebanyakan dari studi ini menggunakan menarche
sebagai marker primer pubertas, tetapi analisa dari studi National Health Examination Survey III
(NHANES) menunjukkan peningkatan IMT juga berhubungan dengan marker pubertas lainnya
seperti payudara dan rambut pubis.20 Beberapa penelitian pada remaja menunjukkan adanya
hubungan IMT dengan waktu pubertas. Studi pada tahun 1997 mendapatkan ada pengaruh
hormon leptin terhadap IMT pada saat tahap 2 dari perkembangan pubertas. Pada perempuan
kadar leptin meningkat (r=0.47 dan P<0.0001), sedangkan pada lelaki terjadi penurunan kadar
leptin (r=-0.34 dan P<0.0001). Hal ini mempengaruhi IMT remaja perempuan yang relatif lebih
tinggi daripada lelaki terutama pada saat berusia 12 tahun. Studi ini, juga menyatakan bahwa ada
hubungan antara penurunan kadar leptin dan peningkatan kadar testosteron pada lelaki (r=-0.43
dan P<0,0001).21
Hal ini diperkuat dengan penelitian lainnya, yang menyatakan adanya korelasi negatif kadar
leptin dengan kadar testosteron dan maturitas seksual pada remaja lelaki.22 Suatu studi di
Malawi mendapatkan hubungan yang sangat lemah antara IMT dengan usia tulang sebagai dasar
menentukan usia pubertas (r=0.0225).23 Sedangkan Bundak dkk, menyatakan adanya korelasi
negatif yang kurang bermakna antara IMT dengan usia pubertas (r=-0.3 dan P=0.05).24
Kaplowitz menyatakan masih banyak yang belum diketahui bagaimana hubungan antara
komposisi tubuh dengan waktu pubertas. Namun ada peningkatan prevalensi obesitas dan
pubertas dini pada remaja lelaki dan perempuan selama lima dekade terakhir di Amerika Serikat.
Hal ini diduga adanya peran hormon leptin terhadap HPG Axis.20
Usia menarche sangat tergantung dari status nutrisi. Dimana didapatkan usia menarche yang
lebih cepat pada anak dengan status nutrisi yang baik dibandingkan dengan anak dengan status
nutrisi yang buruk.25 Studi di Kenya didapatkan anak lelaki yang malnutrisi memiliki
keterlambatan pubertas.26
Penyakit Kronis
Beberapa laporan mendapatkan efek patologi yang mempengaruhi menarche. Studi di Brazil
melaporkan 422 anak perempuan diabetes dan 455 anak perempuan normal, didapatkan anak
diabetes mengalami waktu pubertas yang lebih cepat.2 Post, dkk melaporkan hal yang hampir
sama, dimana rerata umur menarche 12.77 (± 1.49) tahun pada anak diabetes dan 13.55 (±1.51)
tahun pada anak non-diabetik.5
Proses menstruasi
Pada setiap siklus menstruasi, FSH yang dikeluarkan oleh hipofisis merangsang perkembangan
folikel-folikel di dalam ovarium (indung telur). Pada umumnya hanya 1 folikel yang terangsang
namun dapat perkembangan dapat menjadi lebih dari 1, dan folikel tersebut berkembang menjadi
folikel de graaf yang membuat estrogen. Estrogen ini menekan produksi FSH, sehingga hipofisis
mengeluarkan hormon yang kedua yaitu LH. Produksi hormon LH maupun FSH berada di
bawah pengaruh releasing hormones yang disalurkan hipotalamus ke hipofisis. Penyaluran RH
dipengaruhi oleh mekanisme umpan balik estrogen terhadap hipotalamus. Produksi hormon
gonadotropin (FSH dan LH) yang baik akan menyebabkan pematangan dari folikel de graaf yang
mengandung estrogen. Estrogen mempengaruhi pertumbuhan dari endometrium. Di bawah
pengaruh LH, folikel de graaf menjadi matang sampai terjadi ovulasi. Setelah ovulasi terjadi,
dibentuklah korpus rubrum yang akan menjadi korpus luteum, di bawah pengaruh hormon LH
dan LTH (luteotrophic hormones, suatu hormon gonadotropik). Korpus luteum menghasilkan
progesteron yang dapat mempengaruhi pertumbuhan kelenjar endometrium. Bila tidak ada
pembuahan maka korpus luteum berdegenerasi dan mengakibatkan penurunan kadar estrogen
dan progesteron. Penurunan kadar hormon ini menyebabkan degenerasi, perdarahan, dan
pelepasan dari endometrium. Proses ini disebut haid atau menstruasi. Apabila terdapat
pembuahan dalam masa ovulasi, maka korpus luteum tersebut dipertahankan.