Anda di halaman 1dari 3

“ Antara Pagi dan Kau seperti Malam dan

Kenangan “

“Kita bukan musuh,


kita juga bukan sepasang kekasih,
kita hanyalah dua insan yg pernah saling sayang dgn banyaknya kenangan yg sekarang
dipaksa untuk menghilang.”

Untukmu yg pernah singgah Disetiap pertemuan pasti akan ada perpisahan.

Dulu pernah ada canda tawa, suka dan duka, yg pernah kita lewati Bersama, aku
sangat merindukanmu, merindukan kenangan disaat aku, kamu, kita tertawa Bersama, tapi
semua itu sirna dalam beberapa saat, sirna saat perpisahan itu datang, dan perpisahan itu
datang untuk memisahkan kita.

Kepergianmu seakan meninggalkan jejak, yang membuatku ingat dan tak mungkin
beranjak. Ragamu masih ada, suara pun masih terdengar merdu seperti dahulu, senyumanmu
masih indah untuk dipandang dikala hati tersesat. Memilih sendiri bukan berarti tidak ingin
mencari. Namun menjaga hati karena takut Kembali tersakiti dan memilih menunggu yg
pasti. Agar hati berkumpul Bersama org yg benar-benar mencintai bukan menyakiti lalu
pergi. Perasaan itu masih ada dan tidak berubah dalam hatiku kenangan seseorang yg pernah
ku kenal dalam hidup ini meskipun kita sudah berpisah. Aku masih ingat segalanya dan
senyumanmu lah yg sulit hilang dari ingatan, bekasnya masih hangat tersimpan, pergimu
adalah untuk bahagiamu, bahagiamu bahagiaku juga, jiwaku masih bertahan meski setengah
sayapku telah pergi.

“jika rasamu palsu , setidaknyajanganpernahhadir


untuk menemani hariku “

Yang menyakitkan adalah yang menjadi ketidakmungkinanku,


harapan semu yang selalu memenuhi relung hatiku,
tak adakah keindahan yang nyata untukku, untuk mempertahankan ke kukuhan hati dan jiwa.
Hanya hujan yang bisa menutupi air mata kesedihan, di kala sang Mentari enggan menyinari
hati, dikala sang malam mengalahkan seruan kepedihan, dikala pijakan kaki tak menentu,
dikala secuil semangat terkalahkan oleh rasa Lelah.

“ senyum dalam luka, tawa dalam tangis, tersungkur dalam terjalnya jalan kehidupan,
sadar jika berharap terlalu lebih pada manusia hanya aka nada kekecewaan. “

Mungkin tuhan cemburu karena dihati terukir nama seseorang yang bukan muhrimku,
karena disetiap sepertiga malamku hanya nama ( DIA ) yang disebutkan diakhir sujud dan
doaku. Berharap dialah jodohku, mungkin kata itu terlalu memaksakan takdir sampai aku
kecewa dengan harapan ku sendiri.

Kadang aku tak membutuhkan seseorang karena sang Mentari saja sudah
menghangatkan,
kadang aku tak membutuhkan suara merdumu karena angin saja bisa membisikan
kesejukannya.
aku hanyalah serpihan rating yang tak dibutuhkan.

Dunia ini penuh drama. Karena dunia hanyalah panggung sandiwara. Dikala detak
jantung tak seirama dengan detak jarum jam, disaat itu pula waktu terasa berharga untuk disia
siakan.

Kita memandang langit yang sama, berpijak pada bumi yang sama, mungkin hanya
jarak yang memisahkan, entah kapan kita akan berlabuh pada labuan yang sama, menatap
keindahan semesta Bersama tanpa ada sekat yang membatasi pandangan kita, kita bukanlah
magnet yang saling Tarik menarik maupun tolak menolak, kau hanyalah seseorang yang
pernah singgah dan beranjak pergi begitu saja pergi meninggalkan luka.

Pada akhirnya kenangan mengambil alih jalan air matanya, lagu-lagu lama yang tak
sengaja Kembali terdengar, dari aroma parfum yg dikenal, dari tempat-tempat yang pernah
didatangi, dari malam-malam yang dulu tak pernah sepi, kau adalah hal-hal Bahagia yang
belakangan ini menjelma menjadi air mata.

Jalan pulangmu bukan bersamaku, tempat pulangmu bukanlah aku, dan aku memang
bukan tujuan akhir, pada akhirnya merelakan bukan lagi pilihan. Insomnia yang memaksaku
tetap berada dibawah alam sadar dan menatap layer kaca yang penuh dengan dunia maya,
aku berharap pada rindu yang terselip diantara pekatnya awan hitam yang menggumpal
dikala mendung. Sengaja ku letakkan setinggi itu sebab harapku tuhan melihatnya dan
membalas rasa yang anarkis itu dengan sebuah temu. Ku pikir kau lah penutup semua kisah
dan ternyata aku salah nyatanya kau hanya singgah lantas menjadikanku tempatmnu berkeluh
kisah, dan kamu adalah serangkaian ketidak sengajaan yang ku temukan dan kemudian aku
dengan sengaja kau tinggalkan.

Kita hanyalah sebatas pernah, pernah saling menemukan, pernah saling merasakan
nyaman, hingga pernah saling merasa takut kehilangan, kita juga pernah saling merasa bahwa
kau tercipta untukku, bahawa telingamu adalah tempatku bercerita, bahwa jemari kita
terciptauntuk saling bertautan.

Kita hanya dua orang yang sedang singgah karena tersesat, hingga pada akhirnya kita
menemukan jalan pulang yang berbeda. Kadang lebih baik tidak sempat memiliki, daripada
sempat memiliki namun akhirnya tersakiti. Kadang lebih baik mencitai dalam diam, daripada
mengungkapkan namun terlewati..

Bersambung…

Anda mungkin juga menyukai