Anda di halaman 1dari 2

VISUALISASI GRAFIK LAYOUT SCATTER SUHU-KEDALAMAN

Pada gambar tersebut menunjukan stratifikasi suhu berdasarkan kedalaman


di perairan Indonesia. Bisa dilihat bahwa pada setiap segmen atau zonasi pada
gambar tersebut terjadi perbedaan suhu yang dipengaruhi oleh kedalaman. Semakin
dalam perairan suhunya semakin turun. Penurunan suhu ini erat kaitannya dengan
berkurangnya penetrasi intensitas cahaya matahari yang masuk ke dalam perairan,
sehingga menyebabkan suhu di permukaan lebih tinggi dibandingkan dengan suhu
di dasar perairan. Karakteristik suhu semacam dapat disebabkan oleh topografi atau
kedalaman yang berhubungan dengan perbedaan penetrasi cahaya matahari
(Taringan dan Edward, 2000).

Perairan laut Indonesia umumnya memiliki sebaran suhu yang vertikal.


Sebaran suhu secara vertikal terbagi menjadi tiga lapisan yaitu lapisan hangat di
bagian teratas (biasa disebut mixed layer atau lapisan campuran), termoklin di
bagian tengah dan lapisan dingin di bagian bawah.

Pada lapisan atas atau biasa disebut mixed layer dengan kedalaman antara
0-100 meter suhu berada pada kisaran 25-31OC. Hal ini tersebut diperngaruhi oleh
intensitas cahaya matahari yang masuk ke perairan itu dimana sinar matahari yang
masuk sangat banyak. Menurut Santoso (2005) Hal ini berpengaruh terhadap
intensitas cahaya matahari yang masuk ke dalam perairan, dimana pada perairan
dangkal cahaya akan lebih mudah masuk hingga ke dasar perairan dibandingkan
dengan perairan yang lebih dalam.

Pada lapisan termoklin dengan kedalaman antara 100-200 meter mengalami


penurunan suhu secara drastis. Hal ini sesuai dengan literatur yang menyebutkan
bahwa termoklin merupakan lapisan dalam perairan laut dimana pada lapisan
tersebut terjadi penurunan temperatur yang cepat terhadap kedalaman (Nontji,
1993). Kedalaman termoklin merupakan parameter fisika lautan yang letaknya bisa
berubah-ubah secara vertikal.

DAFTAR PUSTAKA

Nontji, A. 1993. Laut Nusantara (2nd Ed.). Jakarta: Djambatan.

Santoso, A. “Pemantauan Hidrografi dan Kualitas Air Di Teluk Hurun Lampung


dan Teluk Jakarta”. Jurnal Teknologi Lingkungan Vol.6 No.3. Badan
Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT): Jakarta, 2005.

Sidjabat, M.M., 1974. Pengantar Oseanografi. Institut Pertanian Bogor: 238 pp.

Anda mungkin juga menyukai