Anda di halaman 1dari 11

PETUNJUK PELAKSANAAN TAHAPAN PENGUKURAN GCP

PEKERJAAN PENYEDIAAN DATA PERAPATAN TITIK KONTROL UNTUK


ORTHOREKTIFIKASI

BAB I PENDAHULUAN

A. Penjelasan Umum
Berdasarkan UU No. 4 tentang Informasi Geospasial khususnya pada pasal 7
menyebutkan bahwa Peta Rupabumi Indonesia (RBI) merupakan salah satu komponen
Informasi Geospasial Dasar (IGD). IGD diselenggarakan secara bertahap dan sistematis
untuk seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan wilayah yuridiksinya.
Kebutuhan penyediaan peta RBI skala besar khususnya skala 1:5.000 terutama di
seluruh wilayah Indonesia memerlukan percepatan dalam pelaksanaannya. Salah satu
bentuk percepatan penyediaan peta RBI skala besar adalah percepatan penyediaan data
dasar dengan penyediaan citra tegak resolusi sangat tinggi sebagai alternatif pendukung
data foto udara.
Berdasarkan Instruksi Presiden Nomor 6 tahun 2012 tentang Penyediaan,
Penggunaan, Pengendalian Kualitas, Pengolahan dan Distribusi Data Satelit
Penginderaan Jauh Resolusi Tinggi, yang menyatakan bahwa Badan Informasi
Geospasial (BIG) berkewajiban untuk menyediakan citra tegak satelit penginderaan jauh
resolusi tinggi untuk keperluan survei dan pemetaan nasional.
Citra satelit resolusi sangat tinggi yang digunakan untuk pembuatan peta dasar
skala 1:5.000 harus dilakukan koreksi terlebih dahulu untuk menghilangkan distorsi akibat
sudut pengambilan citra dan ketinggian (relief) di atas permukaan bumi. Proses koreksi
yang disebut dengan orthorektifikasi citra ini memerlukan GCP (Ground Control Point atau
Titik Kontrol Tanah) yang tersebar di daerah cakupan citra dengan jumlah dan sebaran
tertentu tergantung luasan dan posisi citranya. Di samping GCP, juga diperlukan
pengukuran ICP (Independent Check Point atau Titik Uji Independen) yang akan
digunakan untuk menguji hasil orthorektifikasi nantinya.
Pada tahun 2014, Pusat Pemetaan Rupabumi dan Toponim sudah mulai
mengadakan kegiatan pengukuran GCP untuk keperluan orthorektifikasi citra SPOT yang
memiliki resolusi 1,5 m. Mulai tahun 2015, BIG menggunakan citra resolusi yang lebih
tinggi yaitu 0,5-0,65 m yang memerlukan titik kontrol (GCP dan ICP) yang lebih rapat.
Oleh karena itu, Pusat Pemetaan Rupabumi dan Toponim, mengadakan kegiatan
penyediaan data perapatan titik kontrol yang akan digunakan untuk proses orthorektifikasi
citra satelit resolusi sangat tinggi.

B. Maksud dan Tujuan


Maksud dari penyusunan petunjuk pelaksanaan ini untuk mendapatkan hasil
pekerjaan penyediaan perapatan titik kontrol untuk orthorektifikasi yang memenuhi
spesifikasi teknis.
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penyusunan petunjuk pelaksanaan ini adalah:
1. Tersedianya acuan atau pedoman teknis pelaksanaan penyediaan data perapatan
titik kontrol untuk orthorektifikasi dalam menghasilkan citra tegak resolusi sangat
tinggi.

1 dari 11
2. Terbentuknya kesamaan pemahaman terhadap hasil yang hendak dicapai dalam
pelaksanaan penyediaan data perapatan titik kontrol untuk orthorektifikasi.
3. Menetapkan tolak ukur yang harus dipenuhi untuk pelaksanaan penyediaan data
perapatan titik kontrol untuk orthorektifikasi.

C. Ruang Lingkup
Petunjuk pelaksanaan tahapan persiapan pengukuran GCP pekerjaan penyediaan
data perapatan titik kontrol untuk orthorektifikasi ini terdiri dari subtahapan sebagai
berikut:
1. Persiapan alat dan personil tahapan pengukuran GCP
2. Mobilisasi pengukuran GCP
3. Koordinasi dengan instansi terkait
4. Pemasangan dan pengukuran titik ikat bantu (jika ada)
5. Pengukuran GCP/ICP
6. Pengolahan data pengukuran GCP/ICP
7. Pembuatan deskripsi ICP dan /ICP
8. Demobilisasi pengukuran GCP
9. Pelaporan tahapan pengukuran GCP

2 dari 11
BAB II PELAKSANAAN

Pelaksanaan pekerjaan perapatan GCP terdiri dari subtahapan pekerjaan yang


masing-masing akan diuraikan sebagai berikut:

A. Persiapan Alat dan Personil


Persiapan personil dan peralatan adalah pekerjaan pertama yang harus dilakukan
pada setiap awal pekerjaan oleh Ketua Tim Pelaksana dan koordinator pekerjaan dengan
melakukan pengisian formulir pengecekan personil dan peralatan. Hasil ini dimaksudkan
untuk menjamin bahwa personil dan peralatan yang digunakan telah sesuai dengan
rencana detil pekerjaan yang dibuat pada tahapan persiapan. Pekerjaan ini termasuk
pemberian pemahaman dan pembagian kerja kepada operator serta pengumpulan bahan
dan peralatan.
Personil yang harus disiapkan pada tahapan ini terdiri dari ketua tim pelaksana, staf
administrasi, koordinator, surveyor pengukuran GCP dan asisten surveyor pengukuran
GCP dengan spesifikasi personil sesuai dengan kontrak. Adapun rincian tugas untuk
masing-masing personil adalah sebagai berikut:
1. Ketua Tim Pelaksana
a. Bertanggung jawab terhadap seluruh pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan
spesifikasi teknis yang ditetapkan
b. Memberikan arahan kepada seluruh tim pelaksana terkait pelaksanaan
pekerjaan
c. Mengkoordinasikan seluruh tim pelaksana dalam pelaksanaan pekerjaan,
dibantu koordinator
d. Melaksanakan monitoring dan evaluasi internal tim pelaksana sekurang-
kurangnya satu kali dalam satu bulan
e. Melaksanakan koordinasi dengan Tim BIG selama pelaksanaan pekerjaan
f. Menyusun laporan pelaksanaan pekerjaan, dibantu oleh para koordinator
2. Koordinator Pengukuran GCP
a. Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan tahapan pekerjaan sesuai bidang
tugasnya
b. Memberikan arahan kepada tim pelaksana dibawah koordinasinya terkait
pelaksanaan tahapan pekerjaan yang menjadi bidang tugasnya
c. Mengkoordinasikan tim pelaksana sesuai bidang tugasnya
d. Mengawasi pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan oleh tim pelaksana
e. Melaksanakan monitoring dan evaluasi internal tim pelaksana sekurang-
kurangnya satu kali dalam satu minggu
f. Membantu Ketua Tim Pelaksana dalam melaksanakan koordinasi teknis
dengan Tim BIG selama pelaksanaan pekerjaan
g. Melaksanakan kontrol kualitas internal terhadap hasil pekerjaan yang
dilaksanakan oleh para surveyor
h. Melaksanakan penyiapan bahan untuk penyusunan laporan pelaksanaan
pekerjaan sesuai bidang tugasnya
i. Bertanggung jawab kepada Ketua Tim Pelaksana
3. Surveyor Pengukuran
a. Melaksanakan pekerjaan pengukuran titik kontrol berdasarkan petunjuk dan
arahan teknis dari Koordinator
b. Menguasai teknis pelaksanaan pada tahapan pekerjaan yang dilakukan
c. Melakukan identifikasi titik kontrol pada citra satelit
d. Melakukan pembuatan AOI titik kontrol
e. Melaksanakan pekerjaan pengolahan data titik kontrol (GCP dan ICP)
f. Mengisi personal logbook dalam setiap pelaksaan pekerjaan
g. Bertanggung jawab kepada Koordinator Pengukuran GCP
4. Staf Administrasi

3 dari 11
a. Membantu Ketua Tim Pelaksana dalam hal administrasi pekerjaan
b. Bertanggung jawab kepada Ketua Tim Pelaksana
5. Asisten Surveyor Pengukuran
a. Mengisi personal logbook dalam setiap pelaksaan pekerjaan
b. Mengisi formulir logsheet
c. Melakukan dokumentasi pelaksanaan pengukuran
d. Membantu surveyor pengukuran dalam melaksanakan tugasnya
e. Bertanggung jawab kepada Koordinator Pengukuran GCP
6. Tenaga Lokal (opsional)
a. Membantu pelaksanaan pemasangan titik ikat baru
b. Bertanggung jawab kepada Koordinator Pengukuran GCP

Sedangkan peralatan utama dan bahan yang digunakan dalam pelaksanaan


pekerjaan ini yaitu:
No Jenis Peralatan Keterangan
1 Laptop untuk Ketua Tim Pelaksana, Staf Administrasi,
Koordinator Pengukuran GCP dan Surveyor
Pengukuran
2 GNSS Receiver dan untuk masing-masing Tim Pengukuran
Kelengkapannya, Dual
Frequency
3 GPS Handheld dan untuk masing-masing Tim Pengukuran
Kelengkapannya
4 Kamera Digital untuk masing-masing Tim Pengukuran
5 Kompas Digital untuk masing-masing Tim Pengukuran
6 GIS Software untuk Koordinator Pengukuran GCP
7 GNSS Processing
Software
8 Printer A3
9 Scanner A4
10 Harddisk (HD) 4 TB

Hasil penyiapan personil dan peralatan dicatat pada formulir pemeriksaan alat
dan personil yang ditanda tangan oleh masing-masing personil. Disediakan dalam cetak
(asli) dan kemudian discan untuk disimpan dalam pdf sebagai hasil digitalnya.

B. Mobilisasi Pengukuran GCP


Mobilisisasi tim kerja:
1. Masing-masing tim dilengkapi dengan peralatan dan data yang diperlukan selama
melakukan pengukuran di lapangan. Peralatan dan data yang akan digunakan
harus dicek oleh masing-masing anggota tim (surveyor dan asisten surveyor)
untuk memastikan bahwa peralatan dan data yang dibawa telah lengkap dan siap
digunakan pada saat di lapangan. Misalnya baterai GPS telah cukup terisi,
memastikan bahwa memori GPS masih cukup untuk digunakan selama 1 hari
pengukuran, menyiapkan papan penanda titik, alat tulis, dan lainnya.
2. Pengarahan dan pertemuan teknis bersama seluruh personil lapangan untuk
pembagian tugas telah dilakukan oleh koordinator pekerjaan dan ketua tim
pelaksana
3. Mobilisasi dilakukan masing-masing tim menuju basecamp yang telah ditentukan

C. Koordinasi dengan Instansi Terkait


Melakukan koordinasi dengan instansi dan pihak terkait di lokasi pengukuran titik

4 dari 11
kontrol. Koordinasi dimaksudkan dengan menyampaikan surat pemberitahuan
pelaksanaan kegiatan kepada Pemerintah Provinsi terkait dan dicatat pada tanda terima
surat. Selain itu, melakukan koordinasi jika titik-titik yang direncanakan ternyata berada di
dalam instansi/ perusahaan/ lingkungan pribadi, dengan mengkomunikasikan keperluan
pelaksanaan pekerjaan supaya dapat diizinkan melaksanakan pendirian alat, perekaman
data dan pendokumentasian kegiatan.
Jika ditemui kendala, maka dikomunikasikan kepada tim BIG yang ditugaskan untuk
mendampingi pelaksanaan kegiatan.

D. Pemasangan dan Pengukuran Titik Ikat Bantu (jika ada)


Dalam pembuatan dan pengukuran untuk titik ikat bantu, memperhatikan hal-hal
sebagai berikut:
1. Kriteria umum lokasi titik ikat bantu:
a) punya ruang pandang langit yang bebas ke segala arah di atas elevasi
15o
b) jauh dari objek-objek reflektif yang mudah memantulkan sinyal GPS,
untuk meminimalkan atau mencegah terjadinya multipath
c) jauh dari objek-objek yang dapat menimbulkan interferensi elektris
terhadap penerimaan sinyal GPS,
d) kondisi dan struktur tanahnya stabil,
e) mudah dicapai (lebih baik dengan kendaraan bermotor),
f) sebaiknya ditempatkan di tanah milik negara,
g) ditempatkan pada lokasi dimana monumen/pilar tidak mudah terganggu
atau rusak, baik akibat gangguan manusia, binatang, ataupun alam,
h) penempatan titik pada suatu lokasi juga harus memperhatikan rencana
penggunaan lokasi yang bersangkutan di masa depan, dan
i) titik-titik harus dapat diikatkan minimal ke satu titik yang telah diketahui
koordinatnya, untuk keperluan perhitungan, pendefinisian datum, serta
penjagaan konsistensi dan homogenitas dari datum dan ketelitian titik-titik
dalam jaringan.
2. Pengukuran Titik Ikat Baru diikatkan ke stasiun Jaring Kontrol Geodesi milik BIG
selama minimal 12 jam
3. Ketelitian Horizontal masing-masing titik ≤ 0,05 meter
4. Ketelitian Vertikal masing-masing titik ≤ 0,10 meter
5. Disajikan per titik dan rekap keseluruhan titik dalam sistem koordinat geografis dan
UTM
6. Koordinat pendekatan yang dicatat pada formulir pengukuran pengamatan adalah
koordinat di akhir pengukuran

Dokumentasi pelaksanaan pengukuran titik ikat baru:


1. Mengisi dan melengkapi logsheet pada titik kontrol. Logsheet yang telah lengkap
diisi discan dan diberi nama sesuai dengan nama titik kontrol.
2. Melakukan dokumentasi obyek yang menunjukan empat arah mata angin,
disimpan dalam folder sesuai dengan nama titik kontrol. Dokumentasi obyek pada
saat alat sedang didirikan diperlukan untuk keperluan rekonstruksi obyek pada
saat pengolahan orthorektifikasi. Arah utara menggunakan acuan arah utara
obyek pada citra
3. Foto obyek jauh yang menunjukkan arah utara dengan jarak ± 15m dari obyek
yang dapat menggambarkan kenampakan obyek dan sekitarnya
4. Data pengamatan titik kontrol disimpan dalam format RAW sesuai dengan
peralatan yang digunakan lalu dikonversi ke dalam format RINEX

Data yang harus diperoleh di lapangan untuk titik ikat bantu adalah:
1. Log sheet (formulir pengukuran) yang sudah terisi disertai dengan foto

5 dari 11
dokumentasi
2. Data pengamatan GNSS untuk titik ikat bantu

E. Pengukuran GCP/ICP
Pelaksanaan pengukuran GCP/ICP dilakukan dengan memperhatikan ketentuan
sebagai berikut:
1. Alat ditempatkan pada obyek yang telah direncanakan sesuai dengan AOI yang
dibawa, serta sesuai dengan pembagian kerja yang telah ditentukan:
a. Jika data sebaran titik sudah di upload di aplikasi google maps atau
semacamnya, tim survei melakukan navigasi ke arah titik yang akan diukur
melalui google maps. Menuju ke lokasi dapat dilakukan juga dengan
melihat AOI, terdapat koordinat pendekatan yang menunjukkan lokasi titik
yang akan dituju.
b. Setelah mendekati titik yang dimaksud, kemudian mencocokkan
kenampakannya dengan AOI (bisa menggunakan AOI cetak, kalau kurang
jelas, maka menggunakan AOI yang digital, dan apabila diperlukan dapat
melihat raw data citra).
c. Jika obyek yang dimaksud masih sesuai dengan kenampakan di citra,
maka alat ditempatkan pada obyek yang dimaksud dengan memperhatikan
kondisi sekitar: misalnya apakah ada bangunan, tumbuhan atau obyek
tinggi lainnya yang diperkirakan akan menutupi jangkauan penerimaan
sinyal alat yang digunakan
d. Jika obyek yang direncanakan tidak dapat diakses atau karena adanya
perubahan kondisi lapangan, dan faktor-faktor lainnya. Pengukuran
GCP/ICP dilanjutkan menuju titik cadangan dalam hal titik cadangan juga
tidak bisa digunakan, maka dilakukan reposisi titik. Reposisi titik diatur
pada bagian 5.
2. Pengukuran titik kontrol menggunakan metode statik diferensial dengan bentuk
radial dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Pengukuran titik kontrol bersifat independen antar titik pengamatan
(baseline dibentuk dengan stasiun CORS atau pilar JKG terdekat).
b. Lama pengamatan tiap titik kontrol disesuaikan dengan panjang baseline

c. Jarak Baseline (km) Lama Pengamatan (menit) Bila


0-30 45 jarak
30-50 60
50-75 90
75-100 120
baseline >100 km maka dibuat titik ikat bantu. Ketentuan terkait
pembuatan dan pengukuran titik ikat bantu dapat dilihat pada bagian D.
3. Pengaturan alat untuk pengukuran
Pengaturan alat untuk pengukuran titik kontrol sebagai berikut:
BASE i. Arah antena menghadap ke utara (ditandai dengan
(titik ikat) mounting kabel antena mengarah ke utara dengan
bantuan kompas)
ii. Elevation mask diset 10o
iii. Interval perekaman data per ≤15 detik
Titik Ikat Bantu i. Arah antena menghadap ke utara (ditandai dengan
mounting kabel antena mengarah ke utara dengan
bantuan kompas)
ii. Elevation mask diset 10o
iii. Interval perekaman data per ≤ 30 detik
iv. Diukur selama 12 jam

6 dari 11
ROVER i. GNSS Receiver terikat dengan BASE.
(titik kontrol) ii. Elevation mask diset 10o
iii. Interval perekaman data per ≤ 15 detik.
BASE harus dipastikan menyala pada saat ROVER melakukan pengukuran dan
dimatikan setelah semua ROVER selesai melakukan perekaman.
File hasil pengamatan memperhatikan hal- hal sebagai berikut:
a. Nama file raw: <namatitik>.xx, dimana xx adalah jenis file ekstensi sesuai
dengan alat masing-masing yang digunakan
b. Satu titik dalam satu DOY (Day Of Year) memiliki 1 RINEX
c. Header RINEX berisikan informasi yang sesuai dengan logsheet (tipe dan
SN (serial number) receiver, tipe dan SN antena, tinggi alat)
d. Penamaan file RINEX untuk titik control (GCP dan ICP): G1234DOY
Keterangan: G atau I : GCP atau ICP

1234 : nomor titik


DOY : DOY hari pengukuran
e. Untuk file pengukuran di BASE, ukuran file minimal adalah 300kB (kilo
byte), data ukuran < 300kB tidak digunakan
4. Dokumentasi pelaksanaan pengukuran titik kontrol:
a. Mengisi dan melengkapi logsheet pada titik kontrol, baik di BASE maupun
di ROVER. Logsheet yang telah lengkap diisi discan dan diberi nama
sesuai dengan nama titik kontrol.
b. Melakukan dokumentasi obyek yang menunjukan empat arah mata angin,
disimpan dalam folder sesuai dengan nama titik kontrol. Dokumentasi
obyek pada saat alat sedang didirikan diperlukan untuk keperluan
rekonstruksi obyek pada saat pengolahan orthorektifikasi. Arah utara
menggunakan acuan arah utara obyek pada citra. Contoh foto empat arah
mata angin dapat dilihat pada:

7 dari 11
c. Foto obyek jauh yang menunjukkan arah utara dengan jarak ± 15m dari
obyek yang dapat menggambarkan kenampakan obyek. Foto titik ROVER
diperlukan untuk keperluan identifikasi pada saat proses pengolahan
orthorektifikasi, sedangkan untuk BASE diperlukan untuk memastikan
bahwa titik tidak berpindah posisi dari yang tercatat di BIG.
d. Data pengamatan titik kontrol disimpan dalam format RAW sesuai dengan
peralatan yang digunakan lalu dikonversi ke dalam format RINEX.
e. Rekap hasil pengukuran per hari untuk setiap tim beserta kelengkapan file
pendukungnya. Rekap harian dicatat pada log pengukuran.
f. Untuk efisiensi pelaksanaan pekerjaan, pelaksana melakukan kompilasi
hasil pengukuran (data perekaman GNSS dan dokumentasinya), rekap,
evaluasi dan QC internal harian untuk memastikan bahwa titik yang diukur
setiap harinya telah sesuai dengan spesifikasi. Dan jika ada yang belum
sesuai, maka dapat dilakukan pengukuran ulang pada saat di lapangan.
5. Reposisi titik:
a. Pelaksana pekerjaan wajib menyampaikan kepada Tim BIG bila terdapat
titik kontrol yang tidak dapat diukur sesuai rencana (reposisi) karena
ternyata tidak dapat diakses atau karena adanya perubahan kondisi
lapangan, dan faktor-faktor lainnya. Reposisi tetap harus memperhatikan
ketentuan sebagai berikut:
i. Berdasarkan sebaran titik dari Pemberi Kerja
ii. Obyek dapat diidentifikasi secara jelas dan akurat baik pada citra
dan di lapangan. Citra yang dimaksud adalah citra yang diberikan
oleh Pemberi Kerja.
iii. Obyek harus berada pada permukaan tanah
iv. Obyek bukan merupakan bayangan
v. Obyek tidak memiliki pola yang sama
vi. Obyek merupakan permanen dan diam serta diyakini tidak akan
mengalami perubahan atau pergeseran pada saat pengukuran
GNSS
vii. Bentuk obyek harus jelas dan tegas.
viii. Warna obyek harus kontras dengan warna disekitarnya.
ix. Terdapat akses menuju lokasi titik kontrol
x. Bukan berada di sudut atau pojok yang tertutup atap bangunan
xi. Mempertahankan sebaran titik kontrol untuk keperluan pengolahan
orthorektifikasi
xii. Mendapatkan persetujuan dari Pemberi Kerja

8 dari 11
b. Untuk titik reposisi, pelaksana membuat AOI reposisi sesuai dengan
ketentuan:
i. Penomoran AOI disesuaikan dengan ketentuan dari Pemberi Kerja.
Dengan menambahkan huruf R. Contoh: ABC1234_R.jpg untuk
AOI reposisi dari titik GCP ABC1234 dan IABC1234_R.jpg untuk
AOI reposisi dari titik ICP IABC1234
ii. Layout cetak AOI sesuai dengan yang diberikan oleh Pemberi
Kerja. Cetak dapat diserahkan setelah demobilisasi tim kerja
c. Prosedur pengukuran titik kontrol dengan reposisi sama dengan pada
bagian 2, 3 dan 4.

Data yang harus diperoleh di lapangan untuk pengukuran titin kontrol adalah:
1. Log sheet (formulir pengukuran) BASE dan ROVER yang sudah terisi disertai
dengan foto dokumentasi
2. Data pengamatan GNSS titik kontrol dalam format raw sesuai alat yang digunakan
dan rinex

F. Pengolahan Data Pengukuran GCP/ICP


Setelah selesai dilakukan pengukuran GCP dan ICP, maka dilakukan pengolahan
hasil pengukuran dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Pengolahan data hasil pengamatan dengan metode statik differensial dilakukan
dengan perangkat lunak pengolah data GNSS berlisensi atau open source untuk
mendapatkan nilai koordinat horizontal dan vertikal titik GCP/ICP. Maksimum nilai
ketelitian koordinat horizontal dan vertikal titik kontrol (GCP dan ICP) adalah 15
cm dan 30 cm.
2. Data hasil pengolahan titik kontrol (report hasil pengolahan data GNSS)
disajikan dalam sistem koordinat geografis dan UTM per titik, serta dalam rekap
keseluruhan titik.
3. Hasil pengolahan disusun dalam daftar titik kontrol sesuai dengan format dari
Pemberi Kerja
4. Titik Ikat Bantu Ketelitian Horizontal masing-masing titik ≤ 0,05 meter, Ketelitian
Vertikal masing-masing titik ≤ 0,10 meter.
5. Disajikan per titik dan rekap keseluruhan titik dalam sistem koordinat geografis
dan UTM

G. Pembuatan Deskripsi GCP dan ICP


Setelah selesai dilakukan pengukuran GCP dan ICP, maka dilakukan pembuatan
Deskripsi Titik dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Deskripsi titik dibuat dengan menggunakan format dari Pemberi Kerja
2. Deskripsi titik dibuat untuk setiap titik yang sudah diukur dan diolah

Hasil pelaksanaan subtahapan pekerjaan ini adalah file deksripsi titik kontrol yang
disimpan dalam format pdf.

H. Demobilisasi Pengukuran GCP


Demobilisasi dilakukan dengan memulangkan tim pelaksana di lapangan kembali ke
kantor pelaksana setelah semua subtahapan pekerjaan yang harus dilakukan selesai
dilaksanakan.

D. Pelaporan Tahap Pengukuran GCP


Pelaporan tahapan persiapan dilakukan ketika keseluruhan subtahapan pekerjaan
sudah selesai dilakukan. Pelaporan dalam bentuk cetak dan digital (pdf) dokumen
laporan tahapan pengukuran GCP.

9 dari 11
10 dari 11
BAB III PENUTUP

Demikian dokumen ini dibuat untuk digunakan sebagai pendukung pelaksanaan


pekerjaan penyediaan data perapatan titik kontrol untuk orthorektifikasi. Adapun hal-hal
yang belum jelas atau belum tercantum dalam dokumen ini, dapat langsung
dikonsultasikan kepada Pemberi Kerja.

11 dari 11

Anda mungkin juga menyukai