Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH PERPAJAKAN 2

Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)

DOSEN PENGAMPU:

Dra. Susfa Yetti, M.Si., Ak.

DISUSUN OLEH:

Kelompok 14 :

Nurika Valaena Putri ( RRC1C017016)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS JAMBI
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
Rahmat, Hidayah dan Inayah- Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
mata kuliah Perpajakan 2 dengan materi pembahasan tentang Pajak Bumi dan
Bangunan (PBB).
Tujuan dibuatnya makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Perpajakan 2. Tugas yang telah kami buat ini mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak, baik dari pihak pemberi referensi serta dosen pengampu mata kuliah
Perpajakan 2. Untuk itu kami ucapkan terima kasih kepada pihak yang telah
membantu dan berkontribusi dalam pembuatan tugas makalah Pajak Bumi dan
Bangunan (PBB).
Terlepas dari semua itu, kami menyadari bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tatanan bahasanya. Oleh karena itu kami
berlapang dada menerima segala saran dan kritik membangun dari pembaca agar
kami dapat memperbaikinya dan tidak mengulangi kesalahan serupa dikemudian
hari.
Harapan kami semoga tugas ini dapat bermanfaat dalam manambah
wawasan, pengatahuan dan inspirasi dari pembaca.

Jambi , April 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

1.1 Latar Belakang..........................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................1

1.3 Tujuan Penulisan.......................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3

2.1. Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan......................................................3

2.2. Objek Pajak Bumi dan Bangunan.............................................................3

2.3. Subjek Pajak Bumi dan Bangunan............................................................4

2.4. Tidak Termasuk Objek Pajak Bumi dan Bangunan..................................4

2.5. Undang-Undang yang Mengatur Pajak Bumi dan Bangunan...................4

2.6. Tarif Pajak Bumi dan Bangunan...............................................................5

2.7. Cara Mendaftarkan Objek Pajak Bumi dan Bangunan.............................5

2.8. Hak dan Kewajiban Wajib Pajak dalam Mendaftarkan Objek Pajak........5

2.9. Dasar Pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan............................................6

2.10. Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak.................................................7

2.11. Nilai Jual Kena Pajak (NJKP)...................................................................8

BAB III PENUTUP................................................................................................9

3.1 Kesimpulan................................................................................................9

3.2 Saran..........................................................................................................9

ii
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................10

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pajak merupakan sumber penerimaan Negara yang digunakan untuk
membiayai kepentingan umum yang akhirnya juga mencakup kepentingan pribadi
individu seperti kepentingan rakyat, pendidikan, kesejahteraan rakyat,
kemakmuran rakyat dan sebagainya. Sehingga pajak merupakan salah satu alat
untuk mencapai tujuan Negara.

Pemungutan pajak yang dilakukan oleh pemerintah merupakan sumber


terpenting penerimaan Negara. Penerimaan Negara dari pajak dapat dijadikan
indikator atas peran serta masyarakat (sebagai subjek pajak) dalam kontribusi
melakukan kewajiban perpajakan, karena pembayaran pajak yang dilakukan akan
dikembalikan lagi kepada masyarakat dalam bentuk tidak langsung, dan berupa
pengeluaran rutin dan pembangunan yang berguna bagi rakyat.

Pajak Bumi dan Bangunan adalah pungutan atas tanah dan bangunan yang
muncul karena adanya keuntungan dan/atau kedudukan sosial ekonomi bagi
seseorang atau badan yang memiliki suatu hak atasnya, atau memperoleh manfaat
dari padanya.

Dilihat dari sifatnya, Pajak Bumi dan Bangunan merupakan pajak yang
bersifat kebendaan. Artinya, besaran pajak terutang ditentukan dari keadaan objek
yaitu bumi dan/atau bangunan. Sedangkan keadaan subjeknya tidak ikut
menentukan besarnya barang.

Dari paparan di atas membuat penulis tertarik untuk membahas tentang


Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) tersebut dalam makalah ini.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, perumusan masalah yang dapat disusun
adalah sebagai berikut :

1. Apa yang dimaksud dengan PBB?


2. Apa yang menjadi objek PBB?

1
3. Siapa yang menjadi Subjek PBB?
4. Bagaimana tarif PBB?
5. Apa yang dimaksud NJOP?

1.3 Tujuan Penulisan


Berdasarkan penjabaran rumusan masalah di atas, dapat disimpulkan
tujuan penulisan makalah ini adalah :

1. Memberikan informasi tentang apa yang dimaksud PBB.


2. Memberikan informasi tentang apa saja Objek PBB.
3. Memberikan informasi tentang siapa saja Subjek PBB.
4. Memberikan informasi tentang bagaimana tarif PBB.
5. Memberikan informasi tentang NJOP.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan


Pajak Bumi dan Bangunan adalah pungutan atas tanah dan bangunan yang
muncul karena adanya keuntungan dan/atau kedudukan sosial ekonomi bagi
seseorang atau badan yang memiliki suatu hak atasnya, atau memperoleh manfaat
dari padanya.

Dilihat dari sifatnya, Pajak Bumi dan Bangunan merupakan pajak yang
bersifat kebendaan. Artinya, besaran pajak terutang ditentukan dari keadaan objek
yaitu bumi dan/atau bangunan. Sedangkan keadaan subjeknya tidak ikut
menentukan besarnya barang.

2.2. Objek Pajak Bumi dan Bangunan


Contoh objek bumi:

a. Sawah.
b. Ladang.
c. Kebun.
d. Tanah.
e. Pekarangan.
f. Tambang.

Contoh objek bangunan:

a. Rumah tinggal
b. Bangunan usaha
c. Gedung bertingkat
d. Pusat perbelanjaan
e. Pagar mewah
f. Kolam renang
g. Jalan tol.

3
2.3. Subjek Pajak Bumi dan Bangunan
Subjek PBB adalah orang pribadi dan badan yang secara nyata memiliki
hal-hal berikut ini:

a. Mempunyai hak atas bumi.


b. Memperoleh manfaat atas bumi.
c. Memiliki bangunan.
d. Menguasai bangunan.
e. Memperoleh manfaat atas bangunan.

2.4. Tidak Termasuk Objek Pajak Bumi dan Bangunan


Tidak semua objek bumi bangunan bisa dikenakan PBB. Terdapat juga
objek pajak yang tidak dapat dikenakan PBB. Namun, objek pajak tersebut harus
memiliki kriteria tertentu yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 12
Tahun 1994 tentang Pajak Bumi dan Bangunan. Berikut ini daftar kriteria
tersebut:

 Objek pajak tersebut digunakan semata-mata untuk kepentingan umum


dibidang ibadah, sosial, kesehatan, pendidikan, dan kebudayaan nasional,
yang tidak dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan.
 Digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala, atau yang sejenis
dengan hal tersebut.
 Objek pajak merupakan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan wisata,
taman nasional, tanah penggemkbalaan yang dikuasai suatu desa, dan
tanah negara yang belum dibebani suatu hak.
 Objek pajak digunakan oleh perwakilan diplomatik, konsultan berdasarkan
asas perlakuan timbal balik.
 Objek pajak digunakan oleh badan atau perwakilan organisasi
internasional yang ditentukan oleh menteri keuangan.

2.5. Undang-Undang yang Mengatur Pajak Bumi dan Bangunan


Pungutan atas PBB didasarkan pada Undang-Undang Nomor 12 Tahun
1994 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang
Pajak Bumi dan Bangunan.

4
Sejak berlakunya Undang-Undang Nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak
dan Retribusi Daerah, maka kewenangan dalam pemungutan Pajak Bumi dan
Bangunan Sektor Pedesaan dan Perkotaan (PBB P2) telah diserahkan ke
pemerintah kabupaten/kota. Sedangkan, untuk PBB sektor Pertambangan,
Perhutanan, dan Perkebunan (PBB P3) masih di bawah wewenang pemerintah
pusat melalui Direktorat Jenderal Pajak (DJP).

2.6. Tarif Pajak Bumi dan Bangunan


Tarif pajak bumi dan bangunan yang berlaku sejak dahulu hingga saat ini
masih sama, yakni sebesar 0,5%.

2.7. Cara Mendaftarkan Objek Pajak Bumi dan Bangunan


Bagi Anda yang ingin mendaftarkan objek PBB, baik untuk orang pribadi
maupun badan, Anda harus mendaftarkan Objek Pajak di Kantor Pelayanan Pajak
(KPP), Kantor Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP) yang wilayah
kerjanya meliputi letak objek pajak yang akan Anda daftarkan.

Sesampainya di sana, Anda perlu meminta formulir Surat Pemberitahuan


Objek Pajak (SPOP) yang sudah tersedia secara gratis di KPP dan KP2KP
setempat. Agar prosesnya berjalan dengan lancar, maka Anda juga perlu
memahami hak dan kewajiban Anda sebagai pendaftar objek pajak bumi dan
bangunan Anda.

2.8. Hak dan Kewajiban Wajib Pajak dalam Mendaftarkan Objek Pajak
Berikut ini hak-hak Anda ketika mengurus atau mendaftarkan Objek Pajak Anda
ke KPP dan KP2KP:

1. Anda dapat memperoleh formulir SPOP secara GRATIS pada KPP,


KP2KP, atau tempat lain yang sudah ditunjuk oleh pemerintah.
2. Anda berhak mendapatkan penjelasan, keterangan tentang tata cara
pengisian maupun penyampaian kembali SPOP pada KPP atau KP2KP
setempat.
3. Anda berhak mendapatkan tanda terima pengembalian SOPO dari KPP
atau KP2KP setempat.

5
4. Anda boleh memperbaiki atau mengisi ulang SPOP jika terdapat kesalahan
dalam pengisian. Namun, perbaikan ini juga harus disertai dengan
fotokopi bukti sah sertifikat tanah, akta jual beli tanah, dan lain
sebagainya.
5. Anda juga berhak menunjuk pihak lain selain pegawai DJP dengan syarat
melampirkan surat kuasa khusus yang disertai meterai, sebagai tanda atas
kuasa wajib pajak untuk mengisi serta menandatangani SPOP.
6. Anda berhak mengajukan permohonan secara tertulis soal penundaan
penyampaian SPOP asalkan tidak melampaui batas waktu dan
menyebutkan alasan-alasan yang sah.

Sedangkan kewajiban Anda sebagai wajib pajak dalam mendaftarkan


objek pajak Anda melalui KPP atau KP2KP adalah:

1. Kewajiban Anda sebagai wajib pajak yang memiliki objek pajak bumi dan
bangunan adalah mendaftarkan objek pajak dengan mengisi SPOP.
2. Ketika mengisi SPOP harus jelas, benar, dan lengkap. Artinya, data dapat
dibaca sehingga tidak menimbulkan salah tafsir, sesuai dengan keadaan
yang sebenarnya, dan data terisi seluruhnya, kemudian ditandatangani,
serta melampirkan surat kuasa khusus jika proses pengisian/pengurusan
SPOP dikuasakan.
3. Memberikan atau menyampaikan kembali SPOP yang telah Anda isi ke
KPP Pratama atau KP2KP setempat paling lambat 30 hari setelah formulir
SPOP diterima.
4. Jika ada perubahan data, Anda wajib melaporkan perubahan atas data
objek pajak ke KPP Pratama atau KP2KP setempat dengan mengisi
kembali SPOP sebagai perbaikan SPOP yang salah sebelumnya dengan
melampirkan beberapa dokumen pendukung seperti, Fotokopi sertifikat
tanah, akta jual beli tanah, dan lain sebagainya.

2.9. Dasar Pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan


Setelah mengetahui pengertian PBB, dasar hukumnya, subjek dan objek
PBB, tarif, serta cara mendaftarkan obejk pajak, kini Anda juga perlu tahu dasar
PBB. Dasar pengenaan pajak bumi dan bangunan adalah Nilai Jual Objek Pajak
(NJOP).

NJOP merupakan harga rata-rata atau harga pasar pada transaksi jual beli
tanah. Dalam hal ini, objek pajaknya adalah bumi dan bangunan. Setiap tahun,

6
biasanya Menteri Keuangan dengan mendengarkan pertimbangan bupati/walikota
menetapkan NJOP. Penetapan tersebut didasarkan atas sejumlah hal seperti:

Dasar penetapan NJOP bumi:

- Letak.
- Pemanfaatan.
- Peruntukan.
- Kondisi Lingkungan.

Dasar penetapan NJOP bangunan:

- Bahan yang digunakan dalam bangunan.


- Rekayasa.
- Letak.
- Kondisi lingkungan.

Terdapat juga dasar penetapan NJOP saat tidak ada transaksi jual beli.

- Perbandingan Harga dengan Objek Lainnya: objek lain yang dimaksud


merupakan objek yang masih sejenis, lokasinya berdekatan, memiliki
fungsi yang sama dengan objek lain yang sudah diketahui nilai jualnya.
Penggunaan objek lain yang memiliki kriteria tersebut sebagai gambaran
yang kurang lebih bisa mendekati nilai objek yang dibandingkan.
Sehingga NJOP yang ditetapkan pun memiliki hitungan yang benar.
- Nilai Perolehan Baru: penetapan NJOP dengan nilai perolehan baru yang
dimaksud adalah dengan menghitung biaya yang sudah dikeluarkan untuk
memperoleh objek pajak. Penilaian tersebut nantinya akan dikurangi
dengan penyusutan yang terjadi, seperti penyusutan yang terjadi pada
kondisi fisik objek pajak.
- Nilai Jual Pengganti: nilai jual pengganti yang dimaksud adalah penetapan
NJOP berdasarkan pada hasil produk onjek pajak. Jadi, nilai jualnya
didasarkan pada keluaran yang dihasilkan oleh objek pajak itu sendiri.

2.10. Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak


NJOPTKP merupakan batas Nilai Jual Objek Pajak atas bumi dan
bangunan yang tidak kena pajak. Besarnya NJOPTKP di masing-masing wilayah
memang berbeda-beda. Namun, berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan
Nomor 201/KMK.04/2000 ditetapkan, NJOPTKP untuk setiap daerah di

7
kabupaten/kota setinggi-tingginya senilai Rp12.000.000 dengan memperhatikan
ketentuan sebagai berikut:

- Setiap wajib pajak memperoleh pengurangan NJOPTKP sebanyak 1 kali


dalam 1 Tahun Pajak.
- Jika wajib pajak memiliki lebih dari 1 objek pajak, maka yang bisa atau
mendapat pengurangan NJOPTKP hanya 1 objek pajak yang nilainya
paling besar dan tidak bisa digabungkan dengan objek pajak lainnya yang
wajib pajak miliki.

2.11. Nilai Jual Kena Pajak (NJKP)


Nilai Jual Kena Pajak (NJKP) merupakan dasar penghitungan PBB. NJKP
juga dikenal sebagai assessment value atau nilai jual objek yang akan dimasukan
dalam perhitungan pajak terutang. Artinya, NJKP merupakan bagian dari NJOP.

Dalam KMK Nomor 201/KMK.04/2000, terdapat ketentuan persentase NJKP


sudah ditetapkan oleh pemerintah. Berikut ini rinciannya:

- Objek pajak perkebunan sebesar 40%.


- Objek pajak pertambangan sebesar 40%.
- Objek pajak kehutanan sebesar 40%.

Objek pajak lainnya seperti Pedesaan dan Perkotaan dilihat dari nilai
NJOP-nya, yakni:

- Jika NJOP-nya > Rp1.000.000.000,00, persentase NJKP sebesar 40%.


- Jika NJOP-nya < Rp1.000.000.000,00, persentase NJKP sebesar 20%.

8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa, Pajak Bumi dan
Bangunan adalah pungutan atas tanah dan bangunan yang muncul karena adanya
keuntungan dan/atau kedudukan sosial ekonomi bagi seseorang atau badan yang
memiliki suatu hak atasnya, atau memperoleh manfaat dari padanya.

Dilihat dari sifatnya, Pajak Bumi dan Bangunan merupakan pajak yang
bersifat kebendaan. Artinya, besaran pajak terutang ditentukan dari keadaan objek
yaitu bumi dan/atau bangunan. Sedangkan keadaan subjeknya tidak ikut
menentukan besarnya barang.

Nilai Jual Kena Pajak (NJKP) merupakan dasar penghitungan PBB. NJKP
juga dikenal sebagai assessment value atau nilai jual objek yang akan dimasukan
dalam perhitungan pajak terutang. Artinya, NJKP merupakan bagian dari NJOP.
NJOPTKP merupakan batas Nilai Jual Objek Pajak atas bumi dan bangunan yang
tidak kena pajak.

3.2 Saran
Dari uraian di atas penulis menyarankan kepada pembaca sekalian agar
manfaat dari pembahasan mengenai pajak pertambahan nilaidapat disebar luaskan
dan memberikan wawasan positif bagi yang membacanya, sehingga literasi terkait
PBB dapat terus berkembang dan makalah ini dapat menjadi sumber informasi
yang bermanfaat bagi pembacanya.

9
DAFTAR PUSTAKA

Mardiasmo. Perpajakan. 1987. Yogyakarta: Andi Offset.


Maulida. Rani. 2018. Mengenal Pajak Bumi dan Bangunan.
https://www.online-pajak.com/tentang-pajak/pajak-bumi-dan
bangunan#:~:text=Pajak%20Bumi%20dan%20Bangunan%20adalah,atau
%20memperoleh%20manfaat%20dari%20padanya. (diakses tanggal 29
April 2021)

10

Anda mungkin juga menyukai