1351 1950 1 PB
1351 1950 1 PB
Abstrak
Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan gejala dan infeksi yang timbul karena rusaknya sistem
kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus Human Immunodeficiency Virus(HIV).HIV/AIDS merupakan salah satu masalah
kesehatan di dunia, khususnya di Indonesia. Jumlah kasus HIV/AIDS terus meningkat dari tahun ke tahun.HIV umumnya
ditularkan melalui kontak langsung antara lapisan kulit dalam (membran mukosa) atau aliran darah, dan cairan tubuh yang
mengandung HIV. Secara umum, pencegahan atau penanganan HIV/AIDS dibagi menjadi empat kategori, yaitu vaksin,
inhibitor entri makromolekular HIV, obat antiretroviral dan terapi berbasis asam nukleat. Beberapa jenis tanaman telah
diteliti dalam pengembangan terapi HIV dengan potensi menghambat aktivitas HIV-1 reverse transcriptase. Meskipun
penanganan yang telah ada dapat memperlambat laju perkembangan virus, namun penyakit ini belum benar-benar bisa
disembuhkan. Pencegahan infeksi HIV adalah dengan mengurangi resiko paparan HIV yang dilakukan dengan beberapa cara.
[J Agromed Unila 2015; 2(3):232-236]
Korespondensi: M. Rizki Prayuda | Jl. P. Bacan Gg. Jambu No. 30, Bandar Lampung | HP 082186910733
e-mail: rizkiprayuda60@yahoo.com
memiliki potensial sebagai terapi herbal untuk Ikatan rangkap gp120 dengan CD4 satu
HIV.2 reseptor kemokin menyebabkan ikatan virus
dengan membran stabil, kemudian
Isi gp41membantu fusi antara selubung virus dan
Acquired Immune Deficiency Syndrome membran sel, dan virus masuk ke dalam sel.
(AIDS) adalah sekumpulan gejala dan infeksi Kemudian T-cell-tropic strains HIV akan
atau sindrom yang timbul karena rusaknya berikatan dengan CXCR4 dan macrophage-
sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi tropic stains berikatan dengan CCR5.4,5
virus HIV atau infeksi virus-virus lain yang Setelah proses uncoating, virus RNA-
dapat menurunkan sistem kekebalan tubuh. dependent DNA polymerase akan
Virus penyebabnya disebut Human mentranskripsi genom RNA ke DNA yang akan
Immunodeficiency Virus (HIV) yaitu virus yang berintegrasi dengan sel DNA manusia. Integrasi
memperlemah kekebalan pada tubuh manusia. ini dimediasi oleh virus-encoded endonuclease
Orang yang terkena virus ini akan menjadi (integrase). mRNA virus ditranskripsi dari DNA
rentan terhadap infeksi oportunistik ataupun proviral oleh RNA polimerase sel tubuh
mudah terkena tumor. Meskipun penanganan manusia dan ditranslasikan menjadi beberapa
yang telah ada dapat memperlambat laju bentuk poliprotein besar. Poliprotein gag, pol,
perkembangan virus, namun penyakit ini dan env dipotong oleh enzim protease.
belum benar-benar bisa disembuhkan.3 Poliprotein gag akan membentuk inti protein
Human Immunodeficiency Virus (HIV) (p24) dan protein matriks (p17). Sedangkan
dan virus-virus sejenisnya umumnya ditularkan poliprotein pol akan membentuk reverse
melalui kontak langsung antara lapisan kulit transcriptase, integrase, dan protease. Dengan
dalam (membran mukosa) atau aliran darah, demikian akan terbentuk virus baru. Virus
dengan cairan tubuh yang mengandung HIV immatur ini mempunyai prekusor poliprotein
seperti darah, air mani, cairan vagina, cairan yang dibentuk di sitoplasma.6
preseminal, dan air susu ibu. Penularan dapat Virus immatur dibelah dari sel membran
terjadi melalui hubungan intim (vaginal, anal, oleh enzim protease. Pembelahan ini
ataupun oral), transfusi darah, jarum suntik membentuk virus yang matur dan infeksius Sel
yang terkontaminasi, antara ibu dan bayi T yang telah diinfeksi oleh HIV akan berada di
selama kehamilan, bersalin, atau menyusui, kelenjar getah bening sehingga mencapai
serta bentuk kontak lainnya dengan cairan- ambang replikasi yang akan dicapai dalam 2-6
cairan tubuh tersebut.1,4 minggu. Selanjutnya akan terjadi pengeluaran
Pada awal infeksi, HIV tidak segera plasma viremia. Proses ini disebut dengan
menyebabkan kematian dari sel yang di infeksi HIV primer. Virus akan menyebar ke
infeksinya tetapi terlebih dahulu mengalami seluruh tubuh dan puncak viremia akan
replikasi (penggandaan), sehingga ada menurun secara spontan selepas 2-4 minggu
kesempatan untuk berkembang dalam tubuh disebabkan respon imun primer terhadap HIV.
penderita tersebut, yang lambat laun akan Walaupun plasma viremia ditekan setelah
menghabiskan atau merusak sampai jumlah serokonversi, virus HIV masih terdapat dalam
tertentu dari sel limfosit T. Setelah beberapa tubuh dan genom HIV dapat ditemukan dalam
bulan sampai beberapa tahun kemudian, sel T. Setelah puncak viremia berkurang, sel
barulah pada penderita akan terlihat gejala CD4 akan kembali ke tingkat dasar, tetapi tetap
klinis sebagai dampak dari infeksi HIV tersebut. lebih rendah dari yang terlihat pada saat pre-
Masa antara terinfeksinya HIV dengan infeksi ini tahap dikatakan infeksi HIV kronik
timbulnya gejala-gejala penyakit (masa asimptomatik. Masa laten infeksi ini berlaku
inkubasi) adalah 6 bulan sampai lebih dari 10 selama 10 tahun.4─6
tahun, rata-rata 21 bulan pada anak-anak dan Pencegahan HIV penting terhadap
60 bulan pada orang dewasa.3,4 kesehatan masyarakat, termasuk sirkumsisi
Setelah virus masuk ke dalam tubuh pada pria, pemberian antiretroviral pada
maka target utamanya adalah limfosit CD4 pencegahan transmisi ibu yang terinfeksi
karena virus mempunyai afinitas terhadap terhadap anaknya, terapi antiretroviral pada
molekul permukaan CD4 yaitu gp120. Setelah orang yang terinfeksi HIV untuk mencegah
itu HIV gp120 akan berinteraksi reseptor transmisi dan antiretroviral untuk profilaksis
kemokin CXCR4 dan CCR5 dipermukaan sel. pada pemaparan. Tehnik pencegahan yang
masih dalam proses penelitian adalah vaksin Beberapa makromolekul anion telah
dan mikrobisida vagina.7 Cara utama untuk diketahui dapat menghambat pengikatan HIV-1
mencegah infeksi HIV adalah dengan ke sel CD4 dengan cara berinteraksi dengan
mengurangi resiko paparan HIV seperti envelope glycoproteins. Selain itu, potensinya
berhubungan seksual tanpa kondom atau sebagai profilaktik telah dibuktikan oleh
menggunakan jarum bersama dan peralatan banyak clinical trial. Walaupun inhibitor entri
injeksi lainnya.8 makromolekular menunjukkan hasil yang baik
Selama bertahun-tahun, pengobatan pada hewan coba, clinical trial pada manusia
untuk HIV/AIDS terus dikembangkan. gagal menunjukkan hasil yang signifikan
Perkembangan penanganan profilaksis apabila dibandingkan dengan placebo.
HIV/AIDS selalu berfokus pada pencegahan Kenyataannya, entri inhibitor seperti cellulose
penyakitnya. Hal ini disebabkan karena obat sulfate menunjukkan peningkatan risiko
untuk HIV/AIDS belum dapat menyembuhkan penularan HIV karena kerusakan epitelium
penyakit ini secara maksimal.9,10 vagina.9
Idealnya, obat untuk profilaksis HIV/AIDS Oleh karena kurangnya keberhasilan dari
memiliki kriteria seperti aman digunakan vaksin dan inhibitor entri makromolekular,
dalam jangka panjang baik secara in vitro terdapat konsensus yang menggunakan obat-
maupun in vivo, tidak terdapat efek samping obatan dengan aktivitas antiretroviral yang
local maupun sistemik, dapat digunakan pada telah terbukti sebagai profilaksis untuk HIV.
berbagai pasien, mudah dibuat dalam skala Dengan adanya konsentrasi yang cukup dari
besar, biaya produksi yang murah, tidak obat antiretroviral dapat membantu
berinteraksi dengan obat lain, tidak pencegahan infeksi HIV. Obat yang beraksi
berdegradasi pada pH vagina (pH 4-5) atau pH sebelum integrase antara HIV dengan DNA
fisiologis (pH 7,4), dapat menghambat strain manusia berguna sebagai profilaksis HIV. Selain
HIV yang resisten terhadap obat, bersifat itu, obat yang beraksi pada entri HIV, fusi HIV,
sangat potent dan dapat bersifat long term HIV reverse transcriptase dan HIV integrase
walau dalam sekali konsumsi. Namun, hingga sedang diteliti sebagai profilaksis HIV.7
saat ini hal tersebut masih belum dapat Untuk profilaksis HIV, agen antiretroviral
tercapai. 9─12 telah terbukti baik secara local maupun oral.
Secara umum, penanganan profilaksis Saat ini, nucleoside reverse transcriptase
HIV/AIDS dibagi menjadi empat kategori, yaitu inhibitors (NRTIs) seperti tenofovir dan
vaksin, inhibitor entri makromolekular HIV, emtricitabine telah terbukti pada berbagai
Obat antiretroviral dan terapi berbasis asam clinical trial sebagai profilaksis HIV. Walaupun
nukleat. 9─12 hasil dari clinical trial tersebut menjanjikan,
Pengembangan vaksin untuk HIV/AIDS tidak satupun yang dapat memberikan
merupakan strategi yang paling banyak diteiliti complete protection. Penggunaan kombinasi
untuk berbagai penyakit akibat infeksi virus. obat antiretroviral pada terapi HIV untuk
Namun, pengembangan vaksin yang aman dan meningkatkan khasiat dan menurunkan
efektif untuk HIV sangatlah sulit. Keragaman resistensi dan efek samping.9─11
genetik yang luas dan tingkat mutasi yang Banyak penelitian terhadap beberapa
tinggi adalah rintangan utama dalam jenis tanaman dalam mengidentifikasi potensi
pengembangan vaksin HIV.Selain itu, tumbuhan yang mampu menangani kasus HIV
karakteristik envelope glycoprotein (gp120) HIV seperti salah satunya dengan potensi
seperti such as variable loops, glycosylated N- menghambat aktivitas HIV-1 reverse
terminus dan flexible conformation membuat transcriptase.13 Pisang mengandung banana
HIV dapat menghindari respon imun dari host- lectins yang memiliki potensi untuk
nya. Hingga saat ini, beberapa clinical trialtelah menghambat aktivitas HIV-1reverse
dilakukan untuk mengevaluasi efisiensi vaksin ranscriptase, supresi proliferasi sel kanker dan
dalam pencegahan HIV. RV144 adalah clinical stimulasi aktivitas makrofag. Lektin merupakan
trial yang pertama yang dapat memberikan protein non-imun yang mampu mengenali dan
proteksi 31% pada fase ke-3. Walaupun mengikat karbohidrat tanpa
terdapat perkembangan, profilaksis secara memodifikasinya.14
lengkap masih belum dapat tercapai.9,11 Rambutan (Nephelium lappaceum L)
adalah salah satu tumbuhan lain yang