Anda di halaman 1dari 35

KOMPETENSI GURU

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Profesi Keguruan

Dosen : Dra. Sudillah MW, M.Pd

Oleh :

Dahlia : 1805115094
Salman Rusadi : 1805115098
Asfin Haniyah : 1805115105
Suprianto : 1805115116
Afifa Maulida Salsabilah : 1805115118
Olta Rika Sitompul : 1805115119

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR (PGSD)

FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MULAWARMAN

SAMARINDA 20
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pendidikan merupakan sesuatu yang penting dan utama dalam konteks
pembangunan bangsa dan Negara. Hal ini dapat terlihat dari tujuan nasional
bangsa Indonesia yang salah satunya yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa yang
menempati posisi yang strateggis dalam pembukaan UUD 1945. Dalam situasi
pendidikan, khususnya pendidikan formal di sekolah, guru merupakan komponen
yang pentinng dalam meningkatkan mutu pendidikan. Ini disebabkan guru berada
di barisan terdepan dalam pelaksanaan pendidikan.
Diperlukan sosok guru yang mempunyai kualifikasi, kompetensi dan
dedikasi yang tinggi dalam menjalankan tugas profesionalnya. Di dalam
pembahasan ini kita akan mengupas tentang “Kompetensi Guru”
Profesi guru merupakan bidang pekerjaan khusus yang memerlukan prinsip-
prinsip profesional. Mereka harus (1) memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan
idealisme, (2)memiliki kualifikasi pendidikan dan latar belakang pendidikan yang
sesuai dengan bidang tugasnya, (3) memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai
dengan bidang tugasnya. Di samping itu, mereka juga harus (4) mematuhi kode
etik profesi, (5) memiliki hak dan kewajiban dalam melaksanakan tugas, (6)
memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerjanya, (7)
memiliki kesempatan untuk mengembangkan profesinya secara berkelanjutan, (8)
memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas profesionalnya, dan
(9) memiliki organisasi profesi yang berbadan hukum (sumber UU tentang Guru
dan Dosen)
Kinerja dan kompetensi guru memikul tanggung jawab utama dalam
transformasi orientasi peserta didik dari ketidaktahuan menjadi tahu, dari
ketergantungan menjadi mandiri, dari tidak terampil menjadi terampil, dengan
metode-metode pembelajaran bukan lagi mempersiapkan peserta didik yang pasif,
melainkan peserta didik berpengetahuan yang senantiasa mampu menyerap dan
menyesuaikan diri dengan informasi baru dengan berikir, bertanya, menggali,
mencipta dan mengembangkan cara-cara tertentu dalam memecahkan masalah
yang berkaitan dengan kehidupannya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kompetensi
Ditinjau dari pandangan Filsafat Pendidikan Islam sebagaimana Al Ghozali
seorang Ulama’ Filosof ternama dalam kutipannya Ngainun dkk (Ngainun dkk,
2007, 11) bahwa guru memiliki profesi yang teramat penting dan terhormat, Imam
Al Ghozali mengungkapkan bahwa” Seorang yang berilmu kemudian bekerja
dengan ilmunya, dialah yang bernama orang besar di kolong langit ini, dia itu
ibarat matahari yang menyinari orang lain, dan menyinari dirinya sendiri. Ibarat
minyak kasturi yang wanginya dapat dinikmati orang lain, dan ia sendiri pun
harum. Siapa yang bekerja di bidang pendidikan, sungguh ia telah memilih
pekeejaan yang terhormat dan sangat penting, maka hendaknya ia memelihara
adab dan sopan santun dalam tugasnya.”
Guru yang ideal adalah guru yang melaksanakan tugasnya secara
professional yaitu guru yang memiliki kompetensi dalam melakukan tugas
pendidikan dan pengajaran. Kompetensi berasal dari kata competency, yang berarti
kemampuan atau kecakapan. Menurut kamus bahasa Indonesia (Badudu, 1996),
kompetensi dapat diartikan (kewenangan) kekuasaan untuk menentukan atau
memutuskan suatu hal.
Menurut Utsman, kompetensi adalah suatu hal yang menggambarkan
kualifikasi atau kemampuan seseorang, baik yang kualitatif maupun kuantitatif.
Menurut Ngainun dkk (2007, 14) kompetensi sendiri merupakan kemampuan dan
kewenangan guru dalam melaksanakan profesi keguruannya. Menurut Siti
Asdiqoh (2015, 19) kompetensi merupakan suatu tugas yang memadai atas
kepemilikan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang dituntut oleh
jabatan seseorang, selain itu sebagai pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai
dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak.
Pengertian kompetensi digabungkan dengan sebuah profesi yaitu guru atau
tenaga pengajar, maka kompetensi guru mengandung arti kemampuan seseorang
guru dalam melaksanakan kewajiban-kewajiban secara bertanggung jawab dan
layak atau kemampuan dan kewenangan guru dalam melaksanakan profesi
keguruannya.
Kompetensi guru adalah seperangkat penguasaan kemampuan yang harus
ada dalam diri guru agar dapat mewujudkan kinerjanya secara tepat dan efektif.
Mulyasa (2007, 10) menjelaskan sedikitnya terdapat dua kategori kompetensi yang
harus dimiliki oleh seorang guru:
1. Kompetensi professional yaitu kemahiran merancang, melaksanakan, dan
menilai tugas sebagai guru yang meliputi penguasaan ilmu pengetahuan dan
teknologi pendidikan,
2. Kompetensi personal yang meliputi etika, moral, pengabdian, kemampuan
sosial dan spiritual.
Kompetensi guru sangat penting dalam rangka penyusunan kurikulum. Ini
dikarenakan kurikulum pendidikan haruslah disusun berdasarkan kompetensi yang
dimiliki oleh guru. Tujuan, program pendidikan, system penyampaian, evaluasi,
hendaknya direncanakan sedemikian rupa agar relevan dengan tuntutan
kompetensi gru secara umum. Agar tujuan pendidikan tercapai, yang dimulai
dengan lingkungan belajar yang kondusif dan efektif, maka guru harus melengkapi
dan meningkatkan kompetensinya. Selaras dengan teori Taksonomi Bloom dalam
pendidikan sebagaiman dikutip Ngainun dkk (2007, 22), di antara kriteria-kriteria
kompetensi guru yang harus dimiliki meliputi:
1. Kompetensi kognitif, yaitu kompetensi yang berkaitan dengan intelektual
2. Kompetensi afektif, yaitu kompetensi atau kemampuan bidang sikap, perasaan,
menghargai pekerjaan dan sikap dalam menghargai hal-hal yang berkenaan
dengan tugas dan profesinya
3. Kompetensi psikomotorik, yaitu kemampuan guru yang meliputi segala
kecakapan dan berbagai keterampilan atau berperilaku yang berhubungan
dengan tugasnya sebagai pengajar.
Para guru di Indonesia menyadari bahwa jabatan guru adalah suatu profesi
yang mulia. Guru mengabdikan diri dan berbakti untuk mencerdaskan kehidupan
bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia seutuhnya, yaitu yang beriman,
bertaqwa, dan berakhlak mulia, srta menguasai IPTEKS dalam mewujudkan
masyarakat yang berkualitas. Para guru di Indonesia idealnya selalu tampil secara
profesional dengan tugas utamanya adalah mendidik, membimbing, melatih, dan
mengembangkan kurikulum atau perangkat kurikulum, sebagaimana bunyi prinsip
“ing ngarso sung tulodho, ing madya mangun karso, tut wuri handayani.” Artinya
seorang guru bila di
depan memberikan suri teladan atau contoh, di tengah memberikan prakarsa dan di
belakang memberikan dorongan atau motivasi.
Kode Etik Guru merupakan panduan bagi para guru memagari sikap guru
sebagai seorang pendidik, oleh karena itu para guru mempunyai 7 (tujuh) sikap
profesionalisme
kependidikan yang disesuaikan dengan kode etik guru UU No. 14
tahun 2005 yaitu :
1. Sikap Terhadap Peraturan Perundang-undangan Salah satu butir Kode Etik Guru
indonesia:”guru melaksanakan segala kebijaksanaan pemerintah dalam bidang
pendidikan”(PGRI, 1973). Kebijaksanaan pendidikan di negara kita di pegang oleh
pemerintah yaitu Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, kebijakan pusat maupun
daerah, maupun departemen lain dalam rangka pembinaan pendidikan di negara kita.
2. Sikap Terhadap Organisasi Profesi Guru

secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu organisasi PGRI sebagai sarana
perjuangan dan pengabdian. Selain itu dalam butir keenam dari Kode Etik dinyatan bahwa
Guru “ secara pribadi maupun bersama-sama,mengembangkan, dan meningkatkan mutu dan
martabat profesinya.

3. Sikap Tehadap Teman Sejawat


Dalam ayat 7 Kode Etik Guru:”Guru memlihara hubungan seprofesi, semangat kekluargaan,
dan kesetiakawanan sosial”. Ini berarti bahwa:

a) Guru menciptakan dan memlihara hubungan sesama guru dalam lingkungan kerjanya.

b) Guru menciptakan dan memelihara semangat kekeluargaan dan kesetiakawanan sosial


diluar maupun dalam lingkungan kerjanya.

4. Sikap Tehadap Anak Didik

Guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya
yang berjiwa pancasila(Kode Etik Guru Indonesia). Guru herus membimbing anak didikya.

5. Sikap Terhadap Tempat Kerjanya

Suasana yang baik di di tempat kerja akan meningkatkan produktivitas. Untuk itu “guru
menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang menunjang berhasilnya proses belajar
mengajar”(kode etik). Selain itu guru juga membina hubungan baik dengan orang tua dan
masyarakat sekitar.

6. Sikap Terhadap Pemimpin

Sikap seorang guru terhadap pemimpin ahrus positif, dalam pengertian harus bekerja sama
dalam menyukseskan program yang sudah disepakati, baik disekolah maupun di luar sekolah.

7. Sikap Terhadap Pekerjaan

Seorang guru hendaknya mencintai pekerjaannya dengan sepenuh hati. Melaksanakan tugas
melayani dengan penuh ketlatenan dan kesabaran.

B. Macam-macam kompetensi guru


Secara umum, guru harus memenuhi dua kategori yaitu memiliki capability
dan loyality, yakni guru itu harus memiliki kemampuan dalam bidang ilmu yang
diajarkannya, memiliki kemampuan teoritik tentang mengajar yang baik dan mulai
perencanaan, implementasi sampai evaluasi dan memiliki loyalitas keguruan,
yakni terhadap tugas-tugas yang tidak semata di dalam kelas, tetapi sebelum dan
sesudah kelas.
Menurut UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen menyatakan
bahwa kompetensi yang harus dimiliki oleh guru adalah kompetensi guru sebagai
dimaksud dalam Pasal 8 meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,
kompetensi sosial dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan
profesi. Sedangkan menurut peraturan Pemerintah nomor 74 Tahun 2008 tentang
guru pada pasal 2 disebutkan bahwa guru wajib memiliki kualifikasi akademik,
kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki
kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Sedangkan pengertian
kompetensi yang dimaksud adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan
perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai dan diaktualisasi oleh guru dalam
melaksanakan tugas keprofesionalan.
Menurut, PP No. 19 Tahun 2005 Pasal 28, Ayat 3 dan UU No. 14 Tahun
2005 Pasal 10, Ayat 1, menyatakan 17 “Kompetensi pendidik sebagai agen
pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak
usia dini meliputi: (a) kompetensi pedagogik, (b) kompetensi kepribadian, (c)
kompetensi profesional, dan (d) kompetensi sosial. a. Kompetensi Pedagogik
Kompetensi pedagogik adalah “kemampuan mengelola pembelajaran peserta
didik”. Depdiknas (2004:9) menyebut kompetensi ini dengan “kompetensi
pengelolaan pembelajaran.

Dalam Undang-Undang No 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 10


dan Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
Pasal 28, disebutkan guru yang berkualitas harus memiliki empat kompetensi,
yaitu kompetensi pedagogik, professional, kepribadian, dan sosial.

1. Kompetensi Pedagogik
Kompetensi pedagogic dalam standar pendidikan nasional sebagaimana
dikutip Asmani (2009, 59) dalam penjelasan pasal 28 ayat 3 butir a adalah
kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman
terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi
hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan
berbagai potensi yang dimilikinya. Permendiknas No. 17 tahun 2007,
kompetensi pedagogis guru mata pelajaran terdiri dari 37 buah kompetensi yang
dirangkum dalam 10 Kompetensi inti sebagai kemampuan guru dalam
pengelolaan pembelajaran peserta didik yang meliputi hal-hal sebagai berikut:
a. Pemahaman wawasan/landasan kependidikan serta teori belajar dan prinsip-
prinsip pembelajaran
b. Pemahaman terhadap peserta didik, menguasai karakteristik peserta didik
dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial, kultur, emosional dan intelektual
c. Pengembangan kurikulum/silabus yang terkait dengan mata pelajaran yang
diampu
d. Berkomunikasi secara efektif, empatik dan santum dengan peserta didik
e. Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran
f. Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis
g. Pemanfaatan teknologi informasi dan berkomunikasi dalam pelajaran
h. Menyelenggarakan proses Evaluasi Hasil Belajar (EHB)
i. Memfasilitasi pengembangan peserta didik untuk mengaktulisasikan
berbagai potensi yang dimilikinya
j. Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran

Kompetensi pedagogik adalah “kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik”.


Depdiknas (2004:9) menyebut kompetensi ini dengan “kompetensi pengelolaan
pembelajaran.
Kompetensi ini dapat dilihat dari kemampuan merencanakan program belajar mengajar,
kemampuan melaksanakan interaksi atau mengelola proses belajar mengajar, dan
kemampuan melakukan penilaian.

1. .Kompetensi Menyusun Rencana Pembelajaran

Menurut Joni (1984:12), kemampuan merencanakan program belajar mengajar


mencakup kemampuan:

 merencanakan pengorganisasian bahan-bahan pengajaran,

 merencanakan pengelolaan kegiatan belajar mengajar,

 merencanakan pengelolaan kelas,

 merencanakan penggunaan media dan sumber pengajaran; dan

 merencanakan penilaian prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran.

Depdiknas (2004:9) mengemukakan kompetensi penyusunan rencana pembelajaran


meliputi (1) mampu mendeskripsikan tujuan, (2) mampu memilih materi, (3) mampu
mengorganisir materi, (4) mampu menentukan metode/strategi pembelajaran, (5) mampu
menentukan sumber belajar/media/alat peraga pembelajaran, (6) mampu menyusun perangkat
penilaian, (7) mampu menentukan teknik penilaian, dan (8) mampu mengalokasikan
waktu.Berdasarkan uraian di atas, merencanakan program belajar mengajar merupakan
proyeksi guru dan dosen dan dosen mengenai kegiatan yang harus dilakukan siswa selama
pembelajaran berlangsung, yang mencakup: merumuskan tujuan, menguraikan deskripsi
satuan bahasan, merancang kegiatan belajar mengajar, memilih berbagai media dan sumber
belajar, dan merencanakan penilaian penguasaan tujuan.

2. Kompetensi Melaksanakan Proses Belajar Mengajar

Melaksanakan proses belajar mengajar merupakan tahap pelaksanaan program yang


telah disusun. Dalam kegiatan ini kemampuan yang di tuntut adalah keaktifan guru dan dosen
menciptakan dan menumbuhkan kegiatan siswa belajar sesuai dengan rencana yang telah
disusun. Guru dan dosen harus dapat mengambil keputusan atas dasar penilaian yang tepat,
apakah kegiatan belajar mengajar dicukupkan, apakah metodenya diubah, apakah kegiatan
yang lalu perlu diulang, manakala siswa belum dapat mencapai tujuan-tujuan
pembelajaran.Pada tahap ini disamping pengetahuan teori belajar mengajar, pengetahuan
tentang siswa, diperlukan pula kemahiran dan keterampilan teknik belajar, misalnya: prinsip-
prinsip mengajar, penggunaan alat bantu pengajaran, penggunaan metode mengajar, dan
keterampilan menilai hasil belajar siswa.Yutmini (1992:13) mengemukakan, persyaratan
kemampuan yang harus di miliki guru dan dosen dan dosen dalam melaksanakan proses

belajar mengajar meliputi kemampuan:

(1) menggunakan metode belajar, media pelajaran, dan bahan latihan yang sesuai dengan
tujuan pelajaran, (2) mendemonstrasikan penguasaan mata pelajaran dan perlengkapan
pengajaran, (3) berkomunikasi dengan siswa, (4) mendemonstrasikan berbagai metode
mengajar, dan (5) melaksanakan evaluasi proses belajar mengajar.

Dalam pelaksanaan proses belajar mengajar menyangkut pengelolaan pembelajaran,


dalam menyampaikan materi pelajaran harus dilakukan secara terencana dan sistematis,
sehingga tujuan pengajaran dapat dikuasai oleh siswa secara efektif dan efisien. Kemampuan-
kemampuan yang harus dimiliki guru dan dosen dalam melaksanakan kegiatan belajar
mengajar terlihat dalam mengidentifikasi karakteristik dan kemampuan awal siswa,
kemudian mendiagnosis, menilai dan merespon setiap perubahan perilaku siswa.

2. Kompetensi Profesional
Definisi dari Kompetensi professional merupakan penguasaan materi
pembelajaran secara luas dan mendalam mencakup penguasaan materi
kurikulum mata pelajaran di sekolah dan substansi keilmuannya secara filosofis
(Asmani, 2009, 157). Senada dengan Endang Komara (2007) dalam Asmani
(2009, 157), kompetensi profesional adalah kompetensi yang berhubungan
dengan penyesuaian tugas-tugas guru. Dalam kaitannya dengan pendidikan
Islam, kompetensi ini dikombinasikan dengan nilai-nilai religiusitas.
Dalam pengertiannya, kompetensi professional religious yakni
kemampuan menjalankan tugasnya secara professional, yang didasarkan atas
ajaran islam (Ngainun dkk, 2007, 15). Dalam standar nasional pendidikan,
penjelasan pasal 28 ayat 3 butir c dikemukakan bahwa kompetensi professional
adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam
yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi
yang ditetapkan dalam standar nasional pendidikan. Terdapat sepuluh
kemampuan dasar keguruan yang menjadi tolok ukur kinerjanya sebagai
pendidik profesional sebagaimana yang disampaikan oleh Abdurrahman Al
Nahlawi dalam Ngainun dkk (2007, 18), diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Tujuan hidup, tingkah laku dan pola pikir pendidik hendaknya bersifat
Robbani yaitu bersandarkan kepada Allah, mentaati, mengabdi kepada Allah
dan mengikuti syari’atNya dengan mengenal sifat-sifatNya.
b. Menjalankan proses aktifitas pendidikan dengan penuh keikhlasan dengan
maksud dan harapan mendapatkan keridhoan Allah dan menegakkan
kebenaran.
c. Menjalankan aktivitas pendidikan dengan penuh kesabaran, karena tujuan
pendidikan tidak akan tercapai dengan tergesa-gesa.
d. Guru dituntut menguasai bahan ajar, membekali diri dengan ilmu
pengetahuan dan secara terus menerus membiasakan diri untuk mempelajari
dan mengkajinya.
e. Guru memiliki kemampuan mengolah program belajar mengajar.
f. Guru mampu mengelola kelas, usaha guru menciptakan situasi sosial
kelasnya yang kondusif untuk belajar sebaik mungkin.
g. Guru memiliki sikap tanggap dan responsive terhadap berbagai kondisi
perkembangan dunia, yang dapat mempengaruhi jiwa, keyakinan dan pola
pikir peserta didik.
h. Memperlakukan peserta didik dengan adil dalam menilai prestasi siswa
untuk kepentingan pengajaran.
i. Guru mengenal fungsi serta program pelayanan BK.
Guru yang menguasai dasar keilmuan dengan mantap akan dapat member
jaminan bahwa siswanya belajar sesuatu yang bermakna dari guru yang
bersangkutan.

3. Kompetensi Kepribadian
Kepribadian menurut Theodore M. Newcom sebagaimana dikutip Asmani
(2009, 103) menjelaskan pengertian kepribadian sebagai organisasi sikap-sikap
(predispositions) yang dimiliki seorang sebagai latar belakang terhadap
perilakunya. Kompetensu kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang
mantap, berakhlak mulia, arif dan beribawa serta menjadi teladan peserta didik.

Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan pasal 28 ayat 3 butir


bdikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi kepribadian adalah
kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan beribawa,
menjadi teladan bagi peserta didik.

Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir b4,
dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi kepribadian adalah kemampuan
kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, 19 arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi
peserta didik, dan berakhlak mulia.

Sosok seorang guru haruslah memiliki kekuatan kepribadian yang positif yang dapat
dijadikan sumber inspirasi bagi peserta didiknya. Dikemukakan pula oleh Ki Hajar
Dewantara dalam sistem pendidikan yang diinginkannya yaitu guru harus “Ing ngarsa sung
tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani”. Artinya bahwa guru harus contoh dan
teladan yang baik, membangkitkan motivasi berlajar siswa serta mendorong/memberikan
dukungan dari belakang. Berdasarkan hasil rapat Asosiasi LPTKI (Lembaga Pendidikan
Tenaga Kependidikan Indonesia) di Unesa Surabaya Tahun 2006 dalam Abdul Hadis dan
Nurhayati (2010: 27-28) kompetensi kepribadian dapat dijabarkan menjadi subkompetensi
dan pengalaman belajar sebagai berikut: 1) Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap,
stabil, dewasa, arif dan berwibawa:

a) Berlatih membiasakan diri untuk menerima dan memberi kritik dan saran.

b) Berlatih membiasakan diri untuk menaati peraturan.

c) Berlatih membiasakan diri untuk bersikap dan bertindak secara konsisten.

d) Berlatih mengendalikan diri dan berlatih membiasakan diri untuk menematkan persoalan
secara proporsonal.

e) Berlatih membiasakan diri melaksanakan tugas secara mandiri dan bertanggung jawab.

2) Menampilkan diri sebagai pribadi yang berakhlak mulia dan sebagai teladan bagi peserta
didik dan masyarakat:

a) Berlatih membiasakan diri berperilaku yang mencerminkan keimanan dan ketakwaan.

b) Berlatih membiasakan diri beperilaku santun.

c) Berlatih membiasakan diri berperilaku yang dapat diteladani oleh peserta didik dan
masyarakat.

3) Mengevaluasi kinerja sendiri:

a) Berlatih dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan sendiri.

b) Berlatih mengevaluasi kierja sendiri dan

c) Berlatih menerima kritikan dan saran dari peserta didik.

4) Mengembangkan diri secara berkelanjutan:

a) Berlatih memanfaatkan berbagai sumber belajar untuk meningkatkan pengetahuan,


keterampilan, dan kepribadian.
b) Mengikuti berbagai kegiatan yang menunjang pengembangan profesi.

c) Berlatih mengembangkan dan menyelenggarakan kegiatan yang menunjang profesi guru.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kompetensi kepribadian


adalah kemampuan seorang guru untuk menampilkan kepribadian yang mantap, stabil,
dewasa, arif, berwibawa dan menjadi teladan bagi peserta didiknya. Dalam hal ini, seorang
guru haruslah memiliki pribadi dan pembawaan yang dapat dijadikan sebagai contoh dan
panutan bukan hanya bagi peserta didiknya tetapi juga bagi lingkungan sekitarnya.

4. Kompetensi Sosial
Guru yang efektif adalah guru yang mampu membawa siswanya dengan
berhasil mencapai tujuan pengajaran. Mengajar di depan kelas merupakan
perwujudan interaksi dalam proses komunikasi. Menurut Undang-undang Guru
dan Dosen kompetensi sosial adalah “kemampuan guru untuk berkomunikasi
dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru,
orangtua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar
Guru sebagaimana dalam jargon orang jawa “digugu lan ditiru”, di sini
guru sebagai sari tauladan, sikap serta segala tingkah lakunya menjadi cermin
masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Kompetensi sosial adalah kemampuan
guru sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara
efektif dengan peserta didik, sesame pendidik, tenaga kependidikan, orang
tua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar. Dalam Standar Nasional
Pendidikan pasal 28 ayat 3 butir d, dikemukakan Kompetensi sosial merupakan
kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan
bergaul secara efektif dengan peserta didik dan masyarakat sekitar.
Hak tersebut diuraikan dalam RPP tentang guru bahwa kompetensi sosial
merupakan guru sebagai bagian dari masyarakat yang sekurang-kurangnya
memiliki 4 indikator kompetensi sebagaimana Asmani (2009, 149-150)
menjabarkan diantaranya:
a. Berkomunikasi secara lisan, tulisan dan isyarat
b. Menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional
c. Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga
kependidikan, orang tua/wali peserta didik; dan
d. Bergaul secara santun dengan masyarakat.

Dalam Standar Nasional Pendidikan, dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan


kompetensi sosial adalah kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk
berkomunikasi dan 23 bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga
kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.

Hal tersebut dijelaskan lebih lanjut dalam RPP tentang Guru, bahwa kompetensi
sosial merupakan kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat yang sekurang-kurangnya
memiliki kompetensi untuk: - Berkomunikasi secara lisan, tulisan, dan isyarat -
Menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional - Bergaul secara efektif
dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik .

Berdasarkan hasil rapat Asosiasi LPTKI (Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan


Indonesia) di Unesa Surabaya Tahun 2006 dalam Abdul Hadis dan Nurhayati B (2010: 27-
28)kompetensi sosial dapat dijabarkan menjadi sub kompetensi dan pengalaman belajar
sebagai berikut:

1) Berkomunikasi secara efektif dan empatik dengan peserta didik, orangtua peserta didik,
sesama pendidik, tenaga kependidikan dan masyarakat.

a) Mengkaji hakikat dan prinsip-prinsip komunikasi yang efektif dan empatik.

b) Berlatih berkomunikasi secara efektif dan empatik.

c) Berlatih mengevaluasi komunikasi yang efektif dan empatik.

2) Berkontribusi terhadap pengembangan pendidikan di sekolah dan masyarakat: a) Berlatih


merancang berbagai program untuk pengembangan pendidikan di lingkungan sekolah dan
lingkungan sekitar. b) Berlatih berperan serta dalam penyelenggaraan berbagai program di
sekolah dan di lingkungannya.

3) Berkontribusi terhadap pengembangan pendidikan di tingkat lokal, regional, nasional, dan


global: a) Berlatih mengidentifikasi dan menganalisis masalah-masalah pendidikan pada
tataran lokal, regional, nasional, dan global. b) Berlatih mengembangkan alternatif
pemecahan masalah-masalah pendidikan pada tataran lokal, regional, nasional, dan global. c)
Berlatih merancang program pendidikan pada tataran lokal, regional, dan nasional

4) Memanfaatkan teknologi komunikasi dan informasi (ICT) untuk berkomunikasi dan


mengembangkan diri:

a) Mengkaji berbagai perangkat ICT.

b) Berlatih mengoperasikan berbagai peralatan ICT untuk berkomunikasi.

c) Berlatih memanfaatkan ICT untuk berkomunikasi dan mengembangkan kemampuan


profesional.

Jadi kompetensi sosial guru merupakan kemampuan guru untuk menyesuaikan diri
kepada tuntunan kerja di lingkungan sekitar pada saat menjalankan tugasnya sebagai seorang
guru. Dalam menjalani perannya tersebut guru, sebisa mungkin harus dapat menjadi sosok
pencetus dan pelopor pembangunan di lingkunga sekitar terutama yang berkaitan erat dengan
pendidikan. Melalui interaksinya yang baik dengan peserta didik,sesama pendidik, tenaga
pendidik dan wali peserta didik tentunya akan sangat mendukung proses pendidikan sehingga
mencapai tujuan pendidikan yang lebih baik.

C.Peran Kompetensi Guru dalam proses kegiatan belajar mengajar

Guru sebagai seorang pendidik dapat melaksanakan perannya jika guru


tersebut memenuhi empat syarat kompetensi. Guru akan mampu mendidik dan
mengajar apabila dia mempunyai kompetensi kepribadian, misalnya mempunyai
kestabilan emosi, memiliki rasa tanggung jawab yang besar terhadap anak didiknya.
Serta bersifat terbuka dan peka terhadap perkembangan teknologi. Pada kompetensi
professional seorang guru harus menguasai ilmu yaitu dengan pengetahuan yang luas,
menguasai bahan pengajaran serta ilmu-ilmu yang berhubungan dengan mata
pelajaran yang diajarkan menguasai teknologi dan kurikulum pendidikan.
Kompetensi sosial misalnya guru memiliki ketrampilan dalam membina
hubungan antara guru dengan murid, guru dengan guru, guru dengan kepala sekolah,
guru dengan komite, serta guru dengan masyarakat atau lingkungan. Dan kompetensi
pedagogik dimana seorang guru harus dapat memahami peserta didiknya,
mengembangkan kurikulum atau silabus, merancang pembelajaran serta
mengevaluasi hasil belajar. Sehingga dengan begitu, seorang guru dapat menjalankan
perannya sebagai seorang pendidik.
Keberhasilan guru melaksanakan perannya dalam bidang pendidikan sebagian
besar terletak pada kemampuannya melaksanakan berbagai peranan yang bersifat
khusus dalam situasi khusus. Karena dengan memiliki guru yang berkompeten, maka
akan berpengaruh juga pada hasul belajar para siswanya. Dengan begitu betapa
pentingnya guru yang berkompeten, artinya guru yang mampu melaksanakan unjuk
kerja secara profesional sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya. Tugas dan
tanggung jawab pokok seorang guru salah satunya yaitu guru sebagai pengajar,
pembimbing dan administrator kelas.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kompetensi guru adalah seperangkat penguasaan kemampuan yang harus ada
dalam diri guru agar dapat mewujudkan kinerjanya secara tepat dan efektif.
Dalam Undang-Undang No 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 10
dan Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan Pasal 28, disebutkan guru yang berkualitas harus memiliki empat
kompetensi, yaitu kompetensi edagogic, professional, kepribadian, dan sosial.
Namun dalam kurun waktu terakhir ada beberapa penambahan diantaranya
kompetensi personal dan kompetensi spiritual.
B. Saran
Untuk menjadi seorang guru yang baik ada 4 kompetensi yang harus dimiliki
yaitu kompetensi pedagogic, kompetensi kepribadian, kompetensi
professional dan kompetensi sosial. 4 kompetensi tersebut harus dimiliki
seorang guru agar guru dapat melakukan tugas dan wewenangnya dengan
maksimal.
Guru dapat meningkatkan kompetensi-kompetensinya dari makalah ini
DAFTAR PUSTAKA

Badudu, Kamus Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1996.


Depag, Petunjuk dan pelaksanaan penyusunan laporan Akuntabilitas Kinerja satuan
organisasi/kerja lapangan di lingkungan Departemen Agama, Sekjen Biro
organisasi dan tata laksana, Jakarta, 2007.
Ngainun Naim dan Achamd Patoni, Materi Penyusunan Desain Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam (MPDP-PAI), Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2007.
Siti Asdiqoh, M.Si, Etika Profesi Keguruan, LP2M, 2015
Usman, Moh. Uzer. (1994). Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Bahan Ajar

Anda mungkin juga menyukai