Oleh :
Dahlia : 1805115094
Salman Rusadi : 1805115098
Asfin Haniyah : 1805115105
Suprianto : 1805115116
Afifa Maulida Salsabilah : 1805115118
Olta Rika Sitompul : 1805115119
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA 20
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pendidikan merupakan sesuatu yang penting dan utama dalam konteks
pembangunan bangsa dan Negara. Hal ini dapat terlihat dari tujuan nasional
bangsa Indonesia yang salah satunya yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa yang
menempati posisi yang strateggis dalam pembukaan UUD 1945. Dalam situasi
pendidikan, khususnya pendidikan formal di sekolah, guru merupakan komponen
yang pentinng dalam meningkatkan mutu pendidikan. Ini disebabkan guru berada
di barisan terdepan dalam pelaksanaan pendidikan.
Diperlukan sosok guru yang mempunyai kualifikasi, kompetensi dan
dedikasi yang tinggi dalam menjalankan tugas profesionalnya. Di dalam
pembahasan ini kita akan mengupas tentang “Kompetensi Guru”
Profesi guru merupakan bidang pekerjaan khusus yang memerlukan prinsip-
prinsip profesional. Mereka harus (1) memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan
idealisme, (2)memiliki kualifikasi pendidikan dan latar belakang pendidikan yang
sesuai dengan bidang tugasnya, (3) memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai
dengan bidang tugasnya. Di samping itu, mereka juga harus (4) mematuhi kode
etik profesi, (5) memiliki hak dan kewajiban dalam melaksanakan tugas, (6)
memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerjanya, (7)
memiliki kesempatan untuk mengembangkan profesinya secara berkelanjutan, (8)
memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas profesionalnya, dan
(9) memiliki organisasi profesi yang berbadan hukum (sumber UU tentang Guru
dan Dosen)
Kinerja dan kompetensi guru memikul tanggung jawab utama dalam
transformasi orientasi peserta didik dari ketidaktahuan menjadi tahu, dari
ketergantungan menjadi mandiri, dari tidak terampil menjadi terampil, dengan
metode-metode pembelajaran bukan lagi mempersiapkan peserta didik yang pasif,
melainkan peserta didik berpengetahuan yang senantiasa mampu menyerap dan
menyesuaikan diri dengan informasi baru dengan berikir, bertanya, menggali,
mencipta dan mengembangkan cara-cara tertentu dalam memecahkan masalah
yang berkaitan dengan kehidupannya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kompetensi
Ditinjau dari pandangan Filsafat Pendidikan Islam sebagaimana Al Ghozali
seorang Ulama’ Filosof ternama dalam kutipannya Ngainun dkk (Ngainun dkk,
2007, 11) bahwa guru memiliki profesi yang teramat penting dan terhormat, Imam
Al Ghozali mengungkapkan bahwa” Seorang yang berilmu kemudian bekerja
dengan ilmunya, dialah yang bernama orang besar di kolong langit ini, dia itu
ibarat matahari yang menyinari orang lain, dan menyinari dirinya sendiri. Ibarat
minyak kasturi yang wanginya dapat dinikmati orang lain, dan ia sendiri pun
harum. Siapa yang bekerja di bidang pendidikan, sungguh ia telah memilih
pekeejaan yang terhormat dan sangat penting, maka hendaknya ia memelihara
adab dan sopan santun dalam tugasnya.”
Guru yang ideal adalah guru yang melaksanakan tugasnya secara
professional yaitu guru yang memiliki kompetensi dalam melakukan tugas
pendidikan dan pengajaran. Kompetensi berasal dari kata competency, yang berarti
kemampuan atau kecakapan. Menurut kamus bahasa Indonesia (Badudu, 1996),
kompetensi dapat diartikan (kewenangan) kekuasaan untuk menentukan atau
memutuskan suatu hal.
Menurut Utsman, kompetensi adalah suatu hal yang menggambarkan
kualifikasi atau kemampuan seseorang, baik yang kualitatif maupun kuantitatif.
Menurut Ngainun dkk (2007, 14) kompetensi sendiri merupakan kemampuan dan
kewenangan guru dalam melaksanakan profesi keguruannya. Menurut Siti
Asdiqoh (2015, 19) kompetensi merupakan suatu tugas yang memadai atas
kepemilikan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang dituntut oleh
jabatan seseorang, selain itu sebagai pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai
dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak.
Pengertian kompetensi digabungkan dengan sebuah profesi yaitu guru atau
tenaga pengajar, maka kompetensi guru mengandung arti kemampuan seseorang
guru dalam melaksanakan kewajiban-kewajiban secara bertanggung jawab dan
layak atau kemampuan dan kewenangan guru dalam melaksanakan profesi
keguruannya.
Kompetensi guru adalah seperangkat penguasaan kemampuan yang harus
ada dalam diri guru agar dapat mewujudkan kinerjanya secara tepat dan efektif.
Mulyasa (2007, 10) menjelaskan sedikitnya terdapat dua kategori kompetensi yang
harus dimiliki oleh seorang guru:
1. Kompetensi professional yaitu kemahiran merancang, melaksanakan, dan
menilai tugas sebagai guru yang meliputi penguasaan ilmu pengetahuan dan
teknologi pendidikan,
2. Kompetensi personal yang meliputi etika, moral, pengabdian, kemampuan
sosial dan spiritual.
Kompetensi guru sangat penting dalam rangka penyusunan kurikulum. Ini
dikarenakan kurikulum pendidikan haruslah disusun berdasarkan kompetensi yang
dimiliki oleh guru. Tujuan, program pendidikan, system penyampaian, evaluasi,
hendaknya direncanakan sedemikian rupa agar relevan dengan tuntutan
kompetensi gru secara umum. Agar tujuan pendidikan tercapai, yang dimulai
dengan lingkungan belajar yang kondusif dan efektif, maka guru harus melengkapi
dan meningkatkan kompetensinya. Selaras dengan teori Taksonomi Bloom dalam
pendidikan sebagaiman dikutip Ngainun dkk (2007, 22), di antara kriteria-kriteria
kompetensi guru yang harus dimiliki meliputi:
1. Kompetensi kognitif, yaitu kompetensi yang berkaitan dengan intelektual
2. Kompetensi afektif, yaitu kompetensi atau kemampuan bidang sikap, perasaan,
menghargai pekerjaan dan sikap dalam menghargai hal-hal yang berkenaan
dengan tugas dan profesinya
3. Kompetensi psikomotorik, yaitu kemampuan guru yang meliputi segala
kecakapan dan berbagai keterampilan atau berperilaku yang berhubungan
dengan tugasnya sebagai pengajar.
Para guru di Indonesia menyadari bahwa jabatan guru adalah suatu profesi
yang mulia. Guru mengabdikan diri dan berbakti untuk mencerdaskan kehidupan
bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia seutuhnya, yaitu yang beriman,
bertaqwa, dan berakhlak mulia, srta menguasai IPTEKS dalam mewujudkan
masyarakat yang berkualitas. Para guru di Indonesia idealnya selalu tampil secara
profesional dengan tugas utamanya adalah mendidik, membimbing, melatih, dan
mengembangkan kurikulum atau perangkat kurikulum, sebagaimana bunyi prinsip
“ing ngarso sung tulodho, ing madya mangun karso, tut wuri handayani.” Artinya
seorang guru bila di
depan memberikan suri teladan atau contoh, di tengah memberikan prakarsa dan di
belakang memberikan dorongan atau motivasi.
Kode Etik Guru merupakan panduan bagi para guru memagari sikap guru
sebagai seorang pendidik, oleh karena itu para guru mempunyai 7 (tujuh) sikap
profesionalisme
kependidikan yang disesuaikan dengan kode etik guru UU No. 14
tahun 2005 yaitu :
1. Sikap Terhadap Peraturan Perundang-undangan Salah satu butir Kode Etik Guru
indonesia:”guru melaksanakan segala kebijaksanaan pemerintah dalam bidang
pendidikan”(PGRI, 1973). Kebijaksanaan pendidikan di negara kita di pegang oleh
pemerintah yaitu Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, kebijakan pusat maupun
daerah, maupun departemen lain dalam rangka pembinaan pendidikan di negara kita.
2. Sikap Terhadap Organisasi Profesi Guru
secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu organisasi PGRI sebagai sarana
perjuangan dan pengabdian. Selain itu dalam butir keenam dari Kode Etik dinyatan bahwa
Guru “ secara pribadi maupun bersama-sama,mengembangkan, dan meningkatkan mutu dan
martabat profesinya.
a) Guru menciptakan dan memlihara hubungan sesama guru dalam lingkungan kerjanya.
Guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya
yang berjiwa pancasila(Kode Etik Guru Indonesia). Guru herus membimbing anak didikya.
Suasana yang baik di di tempat kerja akan meningkatkan produktivitas. Untuk itu “guru
menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang menunjang berhasilnya proses belajar
mengajar”(kode etik). Selain itu guru juga membina hubungan baik dengan orang tua dan
masyarakat sekitar.
Sikap seorang guru terhadap pemimpin ahrus positif, dalam pengertian harus bekerja sama
dalam menyukseskan program yang sudah disepakati, baik disekolah maupun di luar sekolah.
Seorang guru hendaknya mencintai pekerjaannya dengan sepenuh hati. Melaksanakan tugas
melayani dengan penuh ketlatenan dan kesabaran.
1. Kompetensi Pedagogik
Kompetensi pedagogic dalam standar pendidikan nasional sebagaimana
dikutip Asmani (2009, 59) dalam penjelasan pasal 28 ayat 3 butir a adalah
kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman
terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi
hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan
berbagai potensi yang dimilikinya. Permendiknas No. 17 tahun 2007,
kompetensi pedagogis guru mata pelajaran terdiri dari 37 buah kompetensi yang
dirangkum dalam 10 Kompetensi inti sebagai kemampuan guru dalam
pengelolaan pembelajaran peserta didik yang meliputi hal-hal sebagai berikut:
a. Pemahaman wawasan/landasan kependidikan serta teori belajar dan prinsip-
prinsip pembelajaran
b. Pemahaman terhadap peserta didik, menguasai karakteristik peserta didik
dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial, kultur, emosional dan intelektual
c. Pengembangan kurikulum/silabus yang terkait dengan mata pelajaran yang
diampu
d. Berkomunikasi secara efektif, empatik dan santum dengan peserta didik
e. Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran
f. Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis
g. Pemanfaatan teknologi informasi dan berkomunikasi dalam pelajaran
h. Menyelenggarakan proses Evaluasi Hasil Belajar (EHB)
i. Memfasilitasi pengembangan peserta didik untuk mengaktulisasikan
berbagai potensi yang dimilikinya
j. Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran
(1) menggunakan metode belajar, media pelajaran, dan bahan latihan yang sesuai dengan
tujuan pelajaran, (2) mendemonstrasikan penguasaan mata pelajaran dan perlengkapan
pengajaran, (3) berkomunikasi dengan siswa, (4) mendemonstrasikan berbagai metode
mengajar, dan (5) melaksanakan evaluasi proses belajar mengajar.
2. Kompetensi Profesional
Definisi dari Kompetensi professional merupakan penguasaan materi
pembelajaran secara luas dan mendalam mencakup penguasaan materi
kurikulum mata pelajaran di sekolah dan substansi keilmuannya secara filosofis
(Asmani, 2009, 157). Senada dengan Endang Komara (2007) dalam Asmani
(2009, 157), kompetensi profesional adalah kompetensi yang berhubungan
dengan penyesuaian tugas-tugas guru. Dalam kaitannya dengan pendidikan
Islam, kompetensi ini dikombinasikan dengan nilai-nilai religiusitas.
Dalam pengertiannya, kompetensi professional religious yakni
kemampuan menjalankan tugasnya secara professional, yang didasarkan atas
ajaran islam (Ngainun dkk, 2007, 15). Dalam standar nasional pendidikan,
penjelasan pasal 28 ayat 3 butir c dikemukakan bahwa kompetensi professional
adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam
yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi
yang ditetapkan dalam standar nasional pendidikan. Terdapat sepuluh
kemampuan dasar keguruan yang menjadi tolok ukur kinerjanya sebagai
pendidik profesional sebagaimana yang disampaikan oleh Abdurrahman Al
Nahlawi dalam Ngainun dkk (2007, 18), diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Tujuan hidup, tingkah laku dan pola pikir pendidik hendaknya bersifat
Robbani yaitu bersandarkan kepada Allah, mentaati, mengabdi kepada Allah
dan mengikuti syari’atNya dengan mengenal sifat-sifatNya.
b. Menjalankan proses aktifitas pendidikan dengan penuh keikhlasan dengan
maksud dan harapan mendapatkan keridhoan Allah dan menegakkan
kebenaran.
c. Menjalankan aktivitas pendidikan dengan penuh kesabaran, karena tujuan
pendidikan tidak akan tercapai dengan tergesa-gesa.
d. Guru dituntut menguasai bahan ajar, membekali diri dengan ilmu
pengetahuan dan secara terus menerus membiasakan diri untuk mempelajari
dan mengkajinya.
e. Guru memiliki kemampuan mengolah program belajar mengajar.
f. Guru mampu mengelola kelas, usaha guru menciptakan situasi sosial
kelasnya yang kondusif untuk belajar sebaik mungkin.
g. Guru memiliki sikap tanggap dan responsive terhadap berbagai kondisi
perkembangan dunia, yang dapat mempengaruhi jiwa, keyakinan dan pola
pikir peserta didik.
h. Memperlakukan peserta didik dengan adil dalam menilai prestasi siswa
untuk kepentingan pengajaran.
i. Guru mengenal fungsi serta program pelayanan BK.
Guru yang menguasai dasar keilmuan dengan mantap akan dapat member
jaminan bahwa siswanya belajar sesuatu yang bermakna dari guru yang
bersangkutan.
3. Kompetensi Kepribadian
Kepribadian menurut Theodore M. Newcom sebagaimana dikutip Asmani
(2009, 103) menjelaskan pengertian kepribadian sebagai organisasi sikap-sikap
(predispositions) yang dimiliki seorang sebagai latar belakang terhadap
perilakunya. Kompetensu kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang
mantap, berakhlak mulia, arif dan beribawa serta menjadi teladan peserta didik.
Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir b4,
dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi kepribadian adalah kemampuan
kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, 19 arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi
peserta didik, dan berakhlak mulia.
Sosok seorang guru haruslah memiliki kekuatan kepribadian yang positif yang dapat
dijadikan sumber inspirasi bagi peserta didiknya. Dikemukakan pula oleh Ki Hajar
Dewantara dalam sistem pendidikan yang diinginkannya yaitu guru harus “Ing ngarsa sung
tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani”. Artinya bahwa guru harus contoh dan
teladan yang baik, membangkitkan motivasi berlajar siswa serta mendorong/memberikan
dukungan dari belakang. Berdasarkan hasil rapat Asosiasi LPTKI (Lembaga Pendidikan
Tenaga Kependidikan Indonesia) di Unesa Surabaya Tahun 2006 dalam Abdul Hadis dan
Nurhayati (2010: 27-28) kompetensi kepribadian dapat dijabarkan menjadi subkompetensi
dan pengalaman belajar sebagai berikut: 1) Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap,
stabil, dewasa, arif dan berwibawa:
a) Berlatih membiasakan diri untuk menerima dan memberi kritik dan saran.
d) Berlatih mengendalikan diri dan berlatih membiasakan diri untuk menematkan persoalan
secara proporsonal.
e) Berlatih membiasakan diri melaksanakan tugas secara mandiri dan bertanggung jawab.
2) Menampilkan diri sebagai pribadi yang berakhlak mulia dan sebagai teladan bagi peserta
didik dan masyarakat:
c) Berlatih membiasakan diri berperilaku yang dapat diteladani oleh peserta didik dan
masyarakat.
4. Kompetensi Sosial
Guru yang efektif adalah guru yang mampu membawa siswanya dengan
berhasil mencapai tujuan pengajaran. Mengajar di depan kelas merupakan
perwujudan interaksi dalam proses komunikasi. Menurut Undang-undang Guru
dan Dosen kompetensi sosial adalah “kemampuan guru untuk berkomunikasi
dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru,
orangtua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar
Guru sebagaimana dalam jargon orang jawa “digugu lan ditiru”, di sini
guru sebagai sari tauladan, sikap serta segala tingkah lakunya menjadi cermin
masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Kompetensi sosial adalah kemampuan
guru sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara
efektif dengan peserta didik, sesame pendidik, tenaga kependidikan, orang
tua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar. Dalam Standar Nasional
Pendidikan pasal 28 ayat 3 butir d, dikemukakan Kompetensi sosial merupakan
kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan
bergaul secara efektif dengan peserta didik dan masyarakat sekitar.
Hak tersebut diuraikan dalam RPP tentang guru bahwa kompetensi sosial
merupakan guru sebagai bagian dari masyarakat yang sekurang-kurangnya
memiliki 4 indikator kompetensi sebagaimana Asmani (2009, 149-150)
menjabarkan diantaranya:
a. Berkomunikasi secara lisan, tulisan dan isyarat
b. Menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional
c. Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga
kependidikan, orang tua/wali peserta didik; dan
d. Bergaul secara santun dengan masyarakat.
Hal tersebut dijelaskan lebih lanjut dalam RPP tentang Guru, bahwa kompetensi
sosial merupakan kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat yang sekurang-kurangnya
memiliki kompetensi untuk: - Berkomunikasi secara lisan, tulisan, dan isyarat -
Menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional - Bergaul secara efektif
dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik .
1) Berkomunikasi secara efektif dan empatik dengan peserta didik, orangtua peserta didik,
sesama pendidik, tenaga kependidikan dan masyarakat.
Jadi kompetensi sosial guru merupakan kemampuan guru untuk menyesuaikan diri
kepada tuntunan kerja di lingkungan sekitar pada saat menjalankan tugasnya sebagai seorang
guru. Dalam menjalani perannya tersebut guru, sebisa mungkin harus dapat menjadi sosok
pencetus dan pelopor pembangunan di lingkunga sekitar terutama yang berkaitan erat dengan
pendidikan. Melalui interaksinya yang baik dengan peserta didik,sesama pendidik, tenaga
pendidik dan wali peserta didik tentunya akan sangat mendukung proses pendidikan sehingga
mencapai tujuan pendidikan yang lebih baik.