Anda di halaman 1dari 10

1

PROPOSAL

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN LANSIA


TENTANG PENYAKIT HIPERTENSI DI DESA PAO-PAO KECAMATAN
TANETE RILAU KABUPATEN BARRU TAHUN 2017

TRI SUTRIANI

201301216

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MUHAMMADIYAH SIDRAP
2017
2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi keperawatan dewasa ini

adalah memenuhi kebutuhan kesehatan bagi masyarakat. Menanggapi hal ini,

keperawatan telah memberikan penekanan lebih pada peran perawat sebagai

pendidik. Pengajaran atau pendidikan, sebagai fungsi keperawatan telah

dimasukkan dalam undang-undang praktik perawat dalam American Nurses

Association Standards Of Nursing Practice. Dengan demikian, pendidikan

kesehatan dianggap sebagai fungsi mandiri dari praktik keperawatan dan

merupakan tanggung jawab utama dari profesi keperawatan (Brunner &

Suddarth, 2001).

Pendidikan kesehatan identik dengan penyuluhan kesehatan karena

keduanya berorientasi pada perubahan perilaku dimana penyuluhan

merupakan kegiatan pendidikan yang bertujuan dalam mencapai perubahan

perilaku individu, keluarga, dan masyarakat dalam membina dan memelihara

perilaku sehat dan lingkungan sehat, serta berperan aktif dalam upaya

mewujudkan derajat kesehatan yang optimal (Efendi Nasrul, 1998).

Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo dalam bukunya pendidikan dan

perilaku kesehatan membagi kedalam 3 kelompok sasaran dari pendidikan


3

kesehatan, yaitu sasaran primer, sasaran sekunder dan sasaran tersier

(Notoatmodjo Soekidjo, 2010).

Pada kelompok primer masyarakat Desa termasuk sebagai sasaran

primer dimana membutuhkan perhatian dalam rangka mencapai derajat

kesehatan masyarakat yang optimal

Hipertensi atau tekanan darah tinggi, penyakit ini pula tidak

menunjukkan gejala dan tanda-tanda yang jelas. Sebagian besar penyebabnya

multi faktor, sekitar 95% penderitanya tidak diketahui penyebabnya dengan

jelas. Tanpa penganggulangan yang baik atau bila tidak segera diatasi ,"the

silent killer" ini cenderung menimbulkan komplikasi pada berbagai bagian

sasaran, yaitu jantung, pembuluh darah otak, pembuluh darah perifer, ginjal

dan retina.

Penderita hipertensi sangat heterogen, membuktikan bahwa penyakit

ini diderita oleh banyak orang yang datang dari berbagai sub kelompok

berisiko didalam masyarakat. Hal tersebut juga berarti bahwa hipertensi

dipengaruhi oleh faktor resiko ganda, baik yang bersifat endogen seperti

neurotransmitter, hormonal dan genetik, maupun yang bersifat eksogen,

seperti pola makan tinggi kalori, tinggi lemak, tinggi kolestrol, kebiasaan

merokok, kebiasaan minum alkohol, kebiasaan kurang gerak, dan ketegangan

jiwa, tiap-tiap faktor tersebut tidak sama kuatnya dalam menimbulkan

hipertensi pada seorang individu (Darmojo,1999).


4

Transisi diet dan kesehatan di Indonesia sudah mengikuti negara maju.

Banyak kebiasaan makan yang telah diadopsi oleh orang Indonesia yang

semakin memperburuk keadaan status gizi. Penyakit buatan manusia (man

made disease) dan penyakit degenerative sekarang telah menjadi masalah

utama kesehatan. Perubahan pola makan sebagai gaya hidup modern dewasa

ini menjurus ke sajian siap santap yang mengandung lemak, protein, dan

garam tinggi tapi rendah serat pangan (directery fiber) membawa konsekuensi

terhadap berkembangnya penyakit degeneratif seperti jantung, diabetes

mellitus, aneka kanker, dan hipertensi (Zukhair, Alii, 2009).

Beberapa ahli beranggapan bahwa tidak ada kolerasi antara hipertensi

dengan keluhan-keluhan subjektif yang sering diutarakan penderita. Bahkan

ada yang beranggapan bahwa keluhan hipertensi tidak ada yang spesifik.

Sifatnya yang sangat subjektif memberikan peluang besar untuk diekspresikan

secara berbeda oleh setiap penderita yang datang dari bagian kelompok dalam

populasi dengan tingkat pemahaman yang berbeda. Sebagai contoh, dikota

Semarang terlihat bahwa Hipertensi berhubungan dengan nyeri kepala, tetapi

dipedesaan tak satu pun keluhan itu yang signifikan. Itu berarti bahwa

penemuan kasus secara pasif akan sangat tidak berarti jika di bandingkan

dengan besar penduduk dan luas wilayah yang terkena (Darmojo,1999).

Diseluruh dunia, hipertensi merupakan masalah yang besar dan serius.

Disamping karena prevalensinya yang tinggi dan cenderung meningkat

dimasa yang akan datang, juga karena tingkat keganasannya yang tinggi
5

berupa kecacatan permanen dan kematian mendadak. Peningkatan ini tentu

saja sangat mencemaskan, oleh karena pada masyarakat yang tingkat

pengetahuannya rendah (Darmojo,1999).

Di dunia, hampir 1 milyar orang atau 1 dari 4 orang dewasa menderita

hipertensi. Tekanan darah tinggi merupakan penyakit kronis yang bisa

merusak organ tubuh manusia. Setiap tahun darah tinggi menjadi penyebab 1

dari 7 kematian (7 juta pertahun) di samping menyebabkan kerusakan jantung,

mata, otak dan ginjal (Depkes RI, 2009).

Dua pertiga penderita hipertensi hidup di negara miskin dan

berkembang. Prevalensi hipertensi di Indonesia 31,7 persen. Artinya, hampir

1 dari 3 penduduk usia 18 tahun ke atas menderita hipertensis (Hari Hipertensi

Sedunia, 2011).

Berdasarkan data World Health Organization (WHO) dari 70%

penderita hipertensi yang di ketahui hanya 25% yang mendapat pengobatan,

dan hanya 12,5% yang diobati dengan baik (adequately treated cases)

diperkirakan sampai tahun 2025 tingkat terjadinya tekanan darah tinggi akan

bertambah 60%, dan akan mempengaruhi 1,56 milyar penduduk di seluruh

dunia (DepKes RI, 2010).

WHO menetapkan hipertensi sebagai faktor risiko nomor tiga

penyebab kematian didunia dan bertanggung jawab terhadap 62% timbulnya

kasus stroke 49% timbulnya serangan jantung dan tujuh juta kematian

premature tiap tahunnya (www.Strokebethesda.com, 2011).


6

Menurut AHA (American Heart Assosiation) di Amerika tekanan

darah tinggi ditemukan satu dari setiap tiga orang atau 65 juta orang dan 285

atau 59 juta orang mengidap hipertensi. Semua orang yang mengidap

hipertensi hanya satu pertiganya yang mengetahui keadaanya dan hanya 61%

medikasi, dari penderita yang mendapat medikasi hanya satu pertiga mencapai

target darah yang optimal/normal (inaheart.or.id).

Di Asia penelitian di kota Taiwan, Taiwan menunjukan hasil sebagai

berikut : Penelitian pada usia diatas 65 tahun dengan kriteria hipertensi

berdasarkan Jivve ditemukan prevalensi hipertensi sebesar 60,4% (laki-laki

59,1%) dan perempuan (61,9%), yang sebelumnya telah terdiagnosis hipetensi

adalah 91,1% (laki-laki 29,4% dan perempuan 33,1%) hipertensi yang baru

terdiagnosis adalah 29,3% (laki-laki 29,7% dan perempuan 28,8%) (Vina

Ramitha, 2008).

Di negara maju, pengendalian hipertensi juga belum memuaskan

bahkan di banyak Negara pengendalian tekanan darah hanya 8% karena

menyangkut banyak faktor dari penderita, tenaga kesehatan, obat - obatan

maupun pelayanan kesehatan. Dr. dr. Siti Fadilah Supari, Sp.JP (K) seperti

yang juga ahli jantung menyatakan hipertensi sebenarnya merupakan penyakit

yang dapat dicegah bila faktor risiko dapat dikendalikan. Upaya tersebut

meiputi monitoring tekanan darah secara teratur program hidup sehat tanpa

asap rokok, peningkatan aktifitas fisik/gerakan badan diet yang sehat dengan

kalori seimbang melalui konsumsi tinggi serat, rendah lemak dan rendah
7

garam. Hal ini merupakan kombinasi upaya mandiri oleh individu atau

masyarakat dan didukung oleh program pelayanan kesehatan yang ada dan

harus dilakukan sedini mungkin (www.Depkes.co.id).

Hipertensi di Indonesia terdaftar sebagai penyakit pembunuh ketiga

setelah penyakit jantung dan kanker. Hasil survei kesehatan rumah tangga

tahun 1995 menunjukan prevalensi penyakit hipertensi atau tekanan darah

tinggi di Indonesia cukup tinggi 83 per 1.000 anggota rumah tangga. Pada

umumnya perempuan lebih banyak menderita hipertensi dibandingkan dengan

pria. Prevalensi di daerah luar Jawa dan Bali lebih besar dibandingkan kedua

pulau ini. Hal ini berkaitan erat dengan pola makanan terutama konsumsi

garam yang umumnya lebih tinggi di luar pulau Jawa dan Bali (Zukhair Alii,

2009).

Prevalensi hipertensi di Indonesia pada daerah urban dan rural berkisar

antara 17-21%. Data secara nasional yang belum lengkap, sebagian besar

penderita hipertensi di Indonesia tidak terdeteksi, sementara mereka yang

terdeteksi umumnya tidak menyadari kondisi penyakitnya (Depkes RI, 2009).

Dari berbagai penelitian epidemiologis yang dilakukan di Indonesia

menunjukkan 1,8 – 18,8% penduduk yang berusia 20 tahun adalah penderita

hipertensi. Prevalensi di Sumatera Selatan dari penelitian menunjukan angka

6,3% sampai 9,17 %. Lebih banyak diderita oleh wanita dibandingkan laki-

laki (Zukhair, 200).


8

Pada tahun 2010, diperoleh informasi bahwa dari lima urutan PTM

(Penyakit Tidak Mematikan) di Sulawesi Selatan Hipertensi berada pada

urutan ke dua sebanyank 20,87% (Dinas Kesehatan SulSel,2010).

Menurut data Dinas Kesehatan Sulawesi Selatan tahun 2011 diketahui

bahwa penyakit hipertensi merupakan penyakit ke lima dari 10 penyakit

utama dengan jumlah kasus 57.071 (DinKes SulSe, 2011).

Berdasarkan data dari rekapan kunjungan pasien di Puskesmas

Mattombong kabupaten Pinrang selama tahun 2010 dan 2011 terdapat 243

dan 325 penderita hipertensi. Dari jumlah tersebut kasus tertinggi desa

Patobong yaitu 48 orang (14,77%).

Berdasarkan data dan permasalahan tersebut maka peneliti tertarik

untuk meneliti tentang Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap

Pengetahuan Masyarakat Tentang Penyakit Hipertensi di Desa Patobong

Kecamatan Mattiro Sompe Kabupaten Pinrang.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut dapat dirumuskan bahwa

”Bagaimana Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap Pengetahuan

Masyarakat tentang Penyakit Hipertensi Di Desa?”


9

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Untuk memperoleh “Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap

Pengetahuan Masyarakat Desa Patobong Tentang Penyakit Hipertensi”

2. Tujuan khusus

a. Diketahuinya pengaruh pengetahuan masyarakat desa Patobong

tentang penyakit Hipertensi sebelum dilakukan intervensi penyuluhan

kesehatan.

b. Diketahuinya pengaruh pengetahuan masyarakat desa Patobong

tentang penyakit Hipertensi setelah dilakukan intervensi penyuluhan

kesehatan.

c. Diketahuinya pengaruh penyuluhan kesehatan terhadap pengetahuan

masyarakat desa Patobong tentang penyakit Hipertensi.

D. Manfaat Penelitian

1. Praktis

a. Bagi Profesi Keperawatan

Hasil penelitian ini akan menjadi bahan bacaan.

b. Bagi Peneliti

Merupakan pengalaman berharga bagi peneliti dan memperluas

wawasan pengetahuan mengenai judul yang diteliti.


10

2. Teoritis

Menambah khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan

dan wawasan dalam bidang ilmu kesehatan.

3. Ilmiah

Hasil penelitian ini dapat memperkaya ilmu pengetahuan yang

merupakan salah satu manfaat bagi penelitian berikutnya

Anda mungkin juga menyukai