KEUTAMAAN BASMALAH
Alhamdulillah
Perkataan seseorang: “ بسم هللا “ sebelum memulai aktifitas artinya adalah :
“Saya memulai aktifitas ini dengan disertai dan meminta pertolongan kepada Allah mengharapkan
keberkahan dari-Nya. Allah adalah Tuhan (yang berhak disembah) yang dicintai yang semua hati
tertuju kepada-Nya dengan penuh rasa cinta, pengagungan dan ketaatan (ibadah), Dia juga Maha
pengasih dengan ramhat-Nya yang luas, Maha Penyayang yang menyampaikan rahmat-Nya kepada
semua makhluk-Nya”.
Terdapat sesuatu yang tersembunyi dalam ungkapan basmalah sebelum memulai aktifitas, kata yang
tersembuyi tersebut kira-kira: “Saya memulai aktifitas saya dengan basmalah, seperti: “ بسم هللا أقرأ “
(dengan nama Allah saya membaca) maka kata kerja “ رأ-- “ أقdiakhirkan dan disembunyikan.
Contoh: “ “ بسم هللا أكتب,“ ( “ بسم هللا أقرأdengan nama Allah aku menulis), “ ( “ بسم هللا أركبdengan nama
Allah aku berkendara), dan lain sebagainya. Atau permulaan (aktifitas) saya dengan nama Allah,
berkendara saya dengan nama Allah, bacaan saya dengan nama Allah, dan lain sebagainya. Ketika
kata kerjanya diakhirkan maka hal itu lebih baik untuk mendapatkan berkah dengan mendahulukan
nama Allah, dengan tujuan pengkhususan, yaitu; saya memulai dengan nama Allah tidak dengan
nama yang lain.
Lafdzul Jalalah ( ) هللاadalah nama yang paling agung dan yang paling ma’rifat (istilah gramatika
bahasa Arab), yang sebenarnya tidak membutuhkan definisi (karena sangat dikenal), ia adalah nama
khusus dari Dzat yang Maha Menciptakan –jalla jalaluhu- bukan yang lain-Nya. Menurut pendapat
yang benar bahwa nama Allah adalah pecahan dari kata: ( ) أله – يأله – ألوهة وإلهة, maka ia adalah ilah
yang berarti yang disembah.
Sedang kata ( )الرحمن, nama dari nama-nama Allah yang khusus bagi-Nya, yang artinya adalah
memiliki rahmat yang luas karena dengan bentuk: فعالن, menunjukkan arti penuh dan banyak, Ar
Rahman adalah nama Allah yang paling khusus setelah lafadz jalalah. Sebagaimana sifat rahmat
adalah sifat yang paling khusus bagi-Nya, oleh karenanya kebanyakan disebutkan setelah lafadz
jalalah, sebagaimana dalam firman-Nya:
)110 : (سورة اإلسراء.. قل ادعوا هللا أو ادعوا الرحمن
“Katakanlah: "Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman…" (QS. Al Isra’: 110)
Kata ( )الرحيم adalah salah satu dari nama-nama Allah dengan makna bahwa Dia (Allah)-lah yang
menyampaikan semua rahmat-Nya kepada siapa saja yang Dia kehendaki dari hamba-hamba-Nya.
Kedua:
Basmalah disebutkan di tengah surat, inilah yang ditanyakan dalam soal di atas. Jumhur ulama’ dan
qari’ bependapat: tidak masalah memulai tengah surat dengan basmalah. Dikisahkan dari Imam
Ahmad tentang basmalah, setelah beliau berkata: janganlah ia meninggalkannya di awal surat: “Jika
ia membacanya pada sebagian surat bagaimana hukumnya ?, beliau menjawab: “Tidak masalah”.
(Al ‘Ibadi meriwayatkannya dari Syafi’i –rahimahullah- tentang sunnahnya membaca basmalah di
tengah surat.
Para imam qira’at berkata: “Sangat dianjurkan membaca basmalah jika di dalam ayat yang akan
dibacanya ada kata ganti yang kembali kepada Allah, seperti firman Allah:
)47 :إلَ ْي ِه يُ َر ُّد ِع ْل ُم السَّا َع ِة (سورة فصلت
“Kepada-Nyalah dikembalikan pengetahuan tentang hari kiamat”. (QS. Fushilat: 47)
Dan firman Allah yang lain:
ٍ َوهُ َو الَّ ِذي أَ ْن َشأ َ َجنَّا
)141 :ت (سورة األنعام
“Dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun…”. (QS. al An’am: 141)
Karena penyebutan ayat seperti ini setelah meminta perlindungan dari kejelekan akhlak dan bisa
jadi kembalinya kata ganti tersebut kepada syetan.
Ketiga:
Membacanya pada awal surat Bara’ah (Taubah), hampir tidak ada perbedaan di antara para ulama
bahwa hal tersebut makruh.
Shaleh berkata dalam “Masail” nya dari bapaknya Ahmad –rahimahullah-: Saya bertanya tentang
surat al Anfal dan surat at Taubah, apakah boleh bagi seseorang memisah antara kedua surat
tersebut dengan: ( رحيم--رحمن ال--م هللا ال-- ? ) بس. Bapak saya berkata: “Dalam al Qur’an hendaknya
mencukupkan dengan apa yang sudah menjadi ijma’ para sahabat Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa
sallam- tidak ditambah dan tidak dikurangi”.
Keempat:
Membaca basmalah pada tengah surat Bara’ah. Para ulama qira’at berbeda pendapat dalam masalah
ini, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Ibnu Hajar al Haitsami dalam “Al Fatawa Al Fiqhiyah”:
1/52 beliau berkata: “As Sakhowi yang termasuk ulama qira’at berkata: “Tidak ada perbedaan
bahwa disunnahkan untuk memulai tengah ayat dari surat al Bara’ah dengan basmalah, dan
dibedakan antara di awal dan di tengah surat namun karena tidak mengandung manfaar pendapat ini
dibantah oleh al Ja’bari yang juga termasuk ulama qira’at bahwa pendapat yang mengatakan
makruh yang lebih dekat dengan kebenaran; karena memang menuntut untuk meninggalkan
basmalah di awal surat karena diturunkan dengan pedang, di dalam surat tersebut juga terdapat
sikap tercela dari orang-orang munafik yang pada surat yang lain tidak disebutkan, maka dari itu
tidak disyari’atkan membaca basmalah baik di awal maupun juga di tengah surat.
3
Ibnu Hibban 1788, Ibnu Khuzaimah 499, Daruquthni 1/305, Baihaqi 2/46,58) Akan tetapi hadits
yang jelas terbukti keabsahannya menerangkan bahwa beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa
tidak mengeraskannya (berdasarkan hadits Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu: Aku pernah shalat
menjadi makmum di belakang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, di belakang Abu Bakar, di
belakang Umar dan tidak ada seorang pun di antara mereka yang memperdengarkan bacaan
bismillahirrahmanirrahiim (HR. Muslim dalam kitab Shalat Bab Hujjatu man Qoola la yajharu bil
basmalah (399)) Akan tetapi apabila seandainya ada seseorang yang menjahrkannya dalam rangka
melunakkan hati suatu kaum yang berpendapat jahr saya berharap hal itu tidak mengapa.” (Fatawa
Arkanil Islam, hal. 316-317)
Syaikh Abdullah bin Abdurrahman Al Bassaam mengatakan: “Syaikhul Islam mengatakan: Terus
menerus mengeraskan bacaan (basmalah) adalah bid’ah dan bertentangan dengan sunnah
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan hadits-hadits yang menegaskan cara keras dalam
membacanya semuanya adalah palsu.” (Taudhihul Ahkaam, 1/414) Imam Ibnu Katsir
mengatakan : “…para ulama sepakat menyatakan sah orang yang mengeraskan bacaan basmalah
maupun yang melirihkannya…” (Tafsir Al-Qur’an Al ‘Azhim, 1/22).
Allah Ta’ala membuka kitab-Nya yang paling angung, yaitu Alquran dengan lafadz basmalah.
Demikian pula, semua surat dalam Alquran diawali dengan basmalah, kecuali surat At-Taubah.
Disebutkan oleh Ibnu Abbas dalam sebuah kisah yang panjang, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah
mengirim surat kepada raja Romawi, Heraclius. Selanjutnya dia mencari orang Mekah, yang saat itu sedang berdagang di
Syam. Pada saat yang sama, ternyata Abu Sufyan sedang menjalankan bisnis di Syam. Terjadilah dialog antara raja dengan
Abu Sufyan –sebelum ia masuk Islam- radhiallahu ‘anhu, membahas ciri-ciri nabi yang diutus di Mekah.
َسالٌَم َعلَى َم ِن:وم ِ الرُّ ِم ْن حُمَ َّم ٍد َعْب ِد اللَّ ِه َو َر ُسولِِه إِىَل ِهَرقْ َل َع ِظي ِم،الر ِحي ِم
َّ بِ ْس ِم اللَّ ِه الرَّمْح َ ِن
ِ أ،وك بِ ِدعاي ِة ا ِإلسالَِم
فَِإ ْن، ِ َجَر َك َمَّرَتنْيْ ك اللَّهُ أَ ِ يُ ْؤت،َسل ْم تَ ْسلَ ْم ْ ْ َ َ َ ُ فَِإيِّن أ َْدع، أ ََّما َب ْع ُد،اتَّبَ َع اهلَُدى
إِىَل َكلِ َم ٍة َس َو ٍاء َبْيَننَا َو َبْينَ ُك ْم أَ ْن/اب َت َعالَ ْوا ِ يسيِّني ” و {يا أَهل
ِ َالكت
َ ْ َ َ َ
ِ ك إِمْث األَ ِر
َ َ ت فَِإ َّن َعلَْي َ َت َولَّْي
/ون اللَّ ِه فَِإ ْن َت َولَّْوا َف ُقولُواِ ضا أَربابا ِمن د
ُ ْ ً َ ْ ً ضنَا َب ْع
ِ ِ
ُ الَ َن ْعبُ َد إِاَّل اللَّهَ َوالَ نُ ْش ِر َك بِه َشْيئًا َوالَ َيتَّخ َذ َب ْع
} بِأَنَّا ُم ْسلِ ُمو َن/ا ْش َه ُدوا
Bismillahir rahmanir rahiim…
Dari Muhammad, hamba Allah dan utusan-Nya
5
Ketiga, basmalah merupakan isi surat yang dikirim oleh Nabi Sulaiman ‘alaihis shalatu was
salam kepada Ratu Saba’ yang ketika itu masih menyembah matahari. Allah berfirman,
menceraitakan kisah mereka,
Tujuan utama Nabi Sulaiman mengirim surat ini adalah untuk mengajak mereka masuk Islam dan
meninggalkan kekufurannya. Mengingat pentingnya tujuan ini, Nabi Sulaiman mengawalinya
dengan basmalah.
Keempat, bacaan basmalah menjadi pemula untuk berbagai bentuk ibadah, seperti wudhu, atau
mandi dan tayamum, menurut pendapat sebagian ulama. Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
Hadis ini berbicara tentang wudhu, namun ulama mengqiyaskannya untuk mandi dan tayamum,
karena semuanya adalah kegiatan bersuci.
Imam Ahmad berpendapat bahwa membaca ‘bismillah’ termasuk wajib wudhu (jika haditsnya
shahih[3]). Artinya, jika ditinggalkan dengan sengaja, batal-lah wudhunya. Namun jika ditinggalkan
karena lupa atau karena jahil (tidak tahu), maka wudhunya sah.
6
Adapun untuk toilet yang ada saat ini, maka itu jelas berbeda. Najis yang ada yaitu kencing dan
kotoran manusia pada toilet saat ini langsung bisa hilang setelah disiram dengan air, sehingga tidak
tersisa apa-apa. Sehingga boleh saja mengucapkan ‘bismillah’ ketika wudhu meskipun di
toilet. Na’am.
Orang yang makan atau minum dengan didahului membaca basmalah sebelumnya maka setan tidak
mampu untuk turut memakannya. Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda,
Seperti yang sering kita bahas, kita tidak bisa melihat jin, namun jin bisa melihat kita dalam semua
keadaan. Tidak segan-segan, jin yang kurang bertanggung jawab, juga akan melihat kita dalam
posisi ketika tidak berbusana. Untuk menanggulangi hal ini, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam mengajarkan agar ketika buka pakaian, kita tidak lupa membaca basmalah.
بِ ْس ِم اللَّ ِه:ول ِ
ِ َ ات بيِن ِ
َ أَ ْن َي ُق،ََح ُد ُه ُم اخلَاَل ء
َ إ َذا َد َخ َل أ:آد َم َ َسْتُر َما َبنْي َ أ َْعنُي ِ اجل ِّن َو َع ْو َر
“Penghalang antara mata jin dengan aurat bani Adam, apabila kalian masuk kamar kecil,
ucapkanlah bismillah.” (HR. Turmudzi 606 dan dishahihkan al-Albani).
Beberapa harta berharga yang kita simpan di malam hari, juga akan menjadi incaran setan. Dia
berusaha mengganggu kita dengan mengotori makanan atau mengambil barang berharga itu. Untuk
mengatasi hal ini, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan umatnya agar ketika
menutup semua makanan dengan membaca basmalah.
Bacaan basmalah diucapkan ketika masuk rumah, bisa menjadi penghalang bagi setan untuk ikut
memasukinya atau menginap di dalamnya.
Diantara keberkahan basmalah, orang yang menyembelih binatang dengan menyebut basmalah,
hewan sembelihannya bisa menjadi halal. Sebaliknya, orang yang menyembelih binatang tanpa
mengucapkan basmalah, baik disengaja maupun lupa, sembelihannya batal, dan hewan itu tidak
boleh dimakan. Allah berfirman,
Allahu a’lam