Anda di halaman 1dari 8

1

KEUTAMAAN BASMALAH
Alhamdulillah
Perkataan seseorang: “‫ بسم هللا‬ “ sebelum memulai aktifitas artinya adalah :
“Saya memulai aktifitas ini dengan disertai dan meminta pertolongan kepada Allah mengharapkan
keberkahan dari-Nya. Allah adalah Tuhan (yang berhak disembah) yang dicintai yang semua hati
tertuju kepada-Nya dengan penuh rasa cinta, pengagungan dan ketaatan (ibadah), Dia juga Maha
pengasih dengan ramhat-Nya yang luas, Maha Penyayang yang menyampaikan rahmat-Nya kepada
semua makhluk-Nya”.
Terdapat sesuatu yang tersembunyi dalam ungkapan basmalah sebelum memulai aktifitas, kata yang
tersembuyi tersebut kira-kira: “Saya memulai aktifitas saya dengan basmalah, seperti: “ ‫ بسم هللا أقرأ‬ “
(dengan nama Allah saya membaca) maka kata kerja “ ‫رأ‬--‫ “ أق‬diakhirkan dan disembunyikan.
Contoh: “ ‫ “ بسم هللا أكتب‬,“  ‫( “ بسم هللا أقرأ‬dengan nama Allah aku menulis), “ ‫( “ بسم هللا أركب‬dengan nama
Allah aku berkendara), dan lain sebagainya. Atau permulaan (aktifitas) saya dengan nama Allah,
berkendara saya dengan nama Allah, bacaan saya dengan nama Allah, dan lain sebagainya. Ketika
kata kerjanya diakhirkan maka hal itu lebih baik untuk mendapatkan berkah dengan mendahulukan
nama Allah, dengan tujuan pengkhususan, yaitu; saya memulai dengan nama Allah tidak dengan
nama yang lain.
Lafdzul Jalalah (  ‫ ) هللا‬adalah nama yang paling agung dan yang paling ma’rifat (istilah gramatika
bahasa Arab), yang sebenarnya tidak membutuhkan definisi (karena sangat dikenal), ia adalah nama
khusus dari Dzat yang Maha Menciptakan –jalla jalaluhu- bukan yang lain-Nya. Menurut pendapat
yang benar bahwa nama Allah adalah pecahan dari kata: ( ‫) أله – يأله – ألوهة وإلهة‬, maka ia adalah ilah
yang berarti yang disembah.
Sedang kata (‫ )الرحمن‬, nama dari nama-nama Allah yang khusus bagi-Nya, yang artinya adalah
memiliki rahmat yang luas karena dengan bentuk: ‫ فعالن‬, menunjukkan arti penuh dan banyak, Ar
Rahman adalah nama Allah yang paling khusus setelah lafadz jalalah. Sebagaimana sifat rahmat
adalah sifat yang paling khusus bagi-Nya, oleh karenanya kebanyakan disebutkan setelah lafadz
jalalah, sebagaimana dalam firman-Nya:
)110 :‫ (سورة اإلسراء‬.. ‫قل ادعوا هللا أو ادعوا الرحمن‬
 “Katakanlah: "Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman…" (QS. Al Isra’: 110)
Kata (‫ )الرحيم‬ adalah salah satu dari nama-nama Allah dengan makna bahwa Dia (Allah)-lah yang
menyampaikan semua rahmat-Nya kepada siapa saja yang Dia kehendaki dari hamba-hamba-Nya.

HUKUM MEMBACA BASMALAH SEBELUM MEMBACA AL QUR’AN:


Pertama:
Basmalah disebutkan di awal surat selain surat Bara’ah (Taubah). Banyak di antara para ulama
menjelaskan: “Hukumnya mustahab (sunnah) membaca basmalah di awal surat dalam shalat
maupun di luar shalat. dan seyogyanya membaca basmalah itu selalu dijaga, bahkan sebagian ulama
mengatakan bahwa khatam al Qur’an tidak sempurna jika seorang qori’ tidak membaca basmalah
pada setiap awal surat kecuali surat Bara’ah. Ketika Imam Ahmad –rahimahullah- ditanya tentang
membaca basmalah pada setiap awal surat, beliau menjawab: “Janganlah ia meninggalkannya”.
2

Kedua:
Basmalah disebutkan di tengah surat, inilah yang ditanyakan dalam soal di atas. Jumhur ulama’ dan
qari’ bependapat: tidak masalah memulai tengah surat dengan basmalah. Dikisahkan dari Imam
Ahmad tentang basmalah, setelah beliau berkata: janganlah ia meninggalkannya di awal surat: “Jika
ia membacanya pada sebagian surat bagaimana hukumnya ?, beliau menjawab: “Tidak masalah”.
(Al ‘Ibadi meriwayatkannya dari Syafi’i –rahimahullah- tentang sunnahnya membaca basmalah di
tengah surat.
Para imam qira’at berkata: “Sangat dianjurkan membaca basmalah jika di dalam ayat yang akan
dibacanya ada kata ganti yang kembali kepada Allah, seperti firman Allah:
)47 :‫إلَ ْي ِه يُ َر ُّد ِع ْل ُم السَّا َع ِة (سورة فصلت‬
“Kepada-Nyalah dikembalikan pengetahuan tentang hari kiamat”. (QS. Fushilat: 47)
Dan firman Allah yang lain:
ٍ ‫َوهُ َو الَّ ِذي أَ ْن َشأ َ َجنَّا‬
)141 :‫ت (سورة األنعام‬
“Dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun…”. (QS. al An’am: 141)
Karena penyebutan ayat seperti ini setelah meminta perlindungan dari kejelekan akhlak dan bisa
jadi kembalinya kata ganti tersebut kepada syetan.
Ketiga:
Membacanya pada awal surat Bara’ah (Taubah), hampir tidak ada perbedaan di antara para ulama
bahwa hal tersebut makruh.
Shaleh berkata dalam “Masail” nya dari bapaknya Ahmad –rahimahullah-: Saya bertanya tentang
surat al Anfal dan surat at Taubah, apakah boleh bagi seseorang memisah antara kedua surat
tersebut dengan: ( ‫رحيم‬--‫رحمن ال‬--‫م هللا ال‬--‫ ? ) بس‬. Bapak saya berkata: “Dalam al Qur’an hendaknya
mencukupkan dengan apa yang sudah menjadi ijma’ para sahabat Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa
sallam- tidak ditambah dan tidak dikurangi”.
Keempat:
Membaca basmalah pada tengah surat Bara’ah. Para ulama qira’at berbeda pendapat dalam masalah
ini, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Ibnu Hajar al Haitsami dalam “Al Fatawa Al Fiqhiyah”:
1/52 beliau berkata: “As Sakhowi yang termasuk ulama qira’at berkata: “Tidak ada perbedaan
bahwa disunnahkan untuk memulai tengah ayat dari surat al Bara’ah dengan basmalah, dan
dibedakan antara di awal dan di tengah surat namun karena tidak mengandung manfaar pendapat ini
dibantah oleh al Ja’bari yang juga termasuk ulama qira’at bahwa pendapat yang mengatakan
makruh yang lebih dekat dengan kebenaran; karena memang menuntut untuk meninggalkan
basmalah di awal surat karena diturunkan dengan pedang, di dalam surat tersebut juga terdapat
sikap tercela dari orang-orang munafik yang pada surat yang lain tidak disebutkan, maka dari itu
tidak disyari’atkan membaca basmalah baik di awal maupun juga di tengah surat.
3

Apakah Basmalah Termasuk Al Fatihah ?


Syaikh Al ‘Utsaimin berkata: “Dalam masalah ini terdapat perbedaan pendapat di antara para
ulama. Ada di antara mereka yang berpendapat ia adalah termasuk ayat dari Al Fatihah dan dibaca
dengan keras dalam shalat jahriyah (dibaca keras oleh imam) dan mereka berpandangan tidak sah
orang yang shalat tanpa membaca basmalah karena ia termasuk surat Al Fatihah. Dan ada pula di
antara mereka yang berpendapat bahwa ia bukan bagian dari Al Fatihah namun sebuah ayat
tersendiri di dalam Kitabullah. Pendapat inilah yang benar. Dalilnya adalah nash serta konteks isi
surat tersebut.” Kemudian beliau merinci alasan beliau (lihat Tafsir Juz ‘Amma, hal. 9 cet Darul
Kutub ‘Ilmiyah).

Sahkah Shalat Tanpa Membaca Basmalah ?


Dari Anas radhiyallahu ‘anhu: Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Abu Bakar dan Umar
mengawali shalat dengan membaca Alhamdulillaahi Rabbil ‘aalamiin (Muttafaqun ‘alaihi).
Muslim menambahkan: Mereka semua tidak membaca bismillaahirrahmaanirrahiim di awal
bacaan maupun di akhirnya. Sedangkan dalam riwayat Ahmad, Nasa’i dan Ibnu Khuzaimah Anas
berkata: Mereka semua tidak mengeraskan bacaan bismillaahirrahmaanirrahiim. Di dalam riwayat
lainnya dalam Shahih Ibnu Khuzaimah dengan kata-kata: Mereka semua membacanya dengan sirr
(pelan)
Diantara faidah yang bisa dipetik dari hadits di atas adalah:
1. Tata cara Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para khulafa’ur rasyidin membuka bacaan
shalat dengan alhamdulillaahi rabbil ‘aalamiin.
2. Hadits ini menunjukkan bahwa basmalah bukan termasuk bagian awal dari surat Al Fatihah.
Oleh sebab itu tidak wajib membacanya beriringan dengan surat ini. Akan tetapi hukum
membacanya hanyalah sunnah sebagai pemisah antara surat-surat, meskipun dalam hal ini
memang ada perselisihan pendapat ulama.
Para imam yang empat berbeda pendapat tentang hukum membaca basmalah:
1. Imam Abu Hanifah, Syafi’i dan Ahmad berpendapat bacaan itu disyari’atkan di dalam
shalat.
2. Imam Malik berpendapat bacaan itu tidak disyari’atkan untuk dibaca dalam shalat wajib,
baik dengan pelan maupun keras.
Kemudian Imam yang tiga (Abu Hanifah, Syafi’i dan Ahmad) berselisih tentang hukum
membacanya:
1. Imam Abu Hanifah dan Ahmad berpendapat membacanya adalah sunnah bukan wajib
karena basmalah bukan bagian dari Al Fatihah.
2. Imam Syafi’i berpendapat membacanya adalah wajib.
(lihat Taudhihul Ahkaam, 1/413-414 cet. Dar Ibnul Haitsam)

Menjahrkan Basmalah dalam Shalat Jahriyah


Syaikh Ibnu ‘Utsaimin ditanya: Apakah hukum menjahrkan (mengeraskan bacaan) basmalah?
Beliau menjawab: “Pendapat yang lebih kuat adalah mengeraskan bacaan basmalah itu tidak
semestinya dilakukan dan yang sunnah adalah melirihkannya karena ia bukan bagian dari surat Al
Fatihah. Akan tetapi jika ada orang yang terkadang membacanya dengan keras maka tidak
mengapa. Bahkan sebagian ulama ada yang berpendapat bahwa hendaknya memang dikeraskan
kadang-kadang sebab adanya riwayat yang menceritakan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah
mengeraskannya (HR. Nasa’i di dalam Al Iftitah Bab Qiro’atu bismillahirrahmaanirrahiim (904),
4

Ibnu Hibban 1788, Ibnu Khuzaimah 499, Daruquthni 1/305, Baihaqi 2/46,58) Akan tetapi hadits
yang jelas terbukti keabsahannya menerangkan bahwa beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa
tidak mengeraskannya (berdasarkan hadits Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu: Aku pernah shalat
menjadi makmum di belakang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, di belakang Abu Bakar, di
belakang Umar dan tidak ada seorang pun di antara mereka yang memperdengarkan bacaan
bismillahirrahmanirrahiim (HR. Muslim dalam kitab Shalat Bab Hujjatu man Qoola la yajharu bil
basmalah (399)) Akan tetapi apabila seandainya ada seseorang yang menjahrkannya dalam rangka
melunakkan hati suatu kaum yang berpendapat jahr saya berharap hal itu tidak mengapa.” (Fatawa
Arkanil Islam, hal. 316-317)
Syaikh Abdullah bin Abdurrahman Al Bassaam mengatakan: “Syaikhul Islam mengatakan: Terus
menerus mengeraskan bacaan (basmalah) adalah bid’ah dan bertentangan dengan sunnah
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan hadits-hadits yang menegaskan cara keras dalam
membacanya semuanya adalah palsu.” (Taudhihul Ahkaam, 1/414) Imam Ibnu Katsir
mengatakan : “…para ulama sepakat menyatakan sah orang yang mengeraskan bacaan basmalah
maupun yang melirihkannya…” (Tafsir Al-Qur’an Al ‘Azhim, 1/22).

BERIKUT BEBERAPA KEUTAMAAN KALIMAT BASMALAH,

Pertama, pembukaan Alquran

Allah Ta’ala membuka kitab-Nya yang paling angung, yaitu Alquran dengan lafadz basmalah.
Demikian pula, semua surat dalam Alquran diawali dengan basmalah, kecuali surat At-Taubah.

Kedua, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengawali surat yang beliau kirim ke raja-raja,


untuk mengajak mereka masuk Islam, dengan lafadz basmalah. Seperti surat yang beliau kirim ke
raja heraklius.

Disebutkan oleh Ibnu Abbas dalam sebuah kisah yang panjang, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah
mengirim surat kepada raja Romawi, Heraclius. Selanjutnya dia mencari orang Mekah, yang saat itu sedang berdagang di
Syam. Pada saat yang sama, ternyata Abu Sufyan sedang menjalankan bisnis di Syam. Terjadilah dialog antara raja dengan
Abu Sufyan –sebelum ia masuk Islam- radhiallahu ‘anhu, membahas ciri-ciri nabi yang diutus di Mekah.

Selanjutnya Abu Sufyan menceritakan tentang isi surat yang

dikirim Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada Raja Heraclius :

‫ َسالٌَم َعلَى َم ِن‬:‫وم‬ ِ ‫الر‬ُّ ‫ ِم ْن حُمَ َّم ٍد َعْب ِد اللَّ ِه َو َر ُسولِِه إِىَل ِهَرقْ َل َع ِظي ِم‬،‫الر ِحي ِم‬
َّ ‫بِ ْس ِم اللَّ ِه الرَّمْح َ ِن‬
ِ ‫ أ‬،‫وك بِ ِدعاي ِة ا ِإلسالَِم‬
‫ فَِإ ْن‬، ِ ‫َجَر َك َمَّرَتنْي‬ْ ‫ك اللَّهُ أ‬َ ِ‫ يُ ْؤت‬،‫َسل ْم تَ ْسلَ ْم‬ ْ ْ َ َ َ ُ‫ فَِإيِّن أ َْدع‬،‫ أ ََّما َب ْع ُد‬،‫اتَّبَ َع اهلَُدى‬
‫ إِىَل َكلِ َم ٍة َس َو ٍاء َبْيَننَا َو َبْينَ ُك ْم أَ ْن‬/‫اب َت َعالَ ْوا‬ ِ ‫يسيِّني ” و {يا أَهل‬
ِ َ‫الكت‬
َ ْ َ َ َ
ِ ‫ك إِمْث األَ ِر‬
َ َ ‫ت فَِإ َّن َعلَْي‬ َ ‫َت َولَّْي‬
/‫ون اللَّ ِه فَِإ ْن َت َولَّْوا َف ُقولُوا‬ِ ‫ضا أَربابا ِمن د‬
ُ ْ ً َ ْ ً ‫ضنَا َب ْع‬
ِ ِ
ُ ‫الَ َن ْعبُ َد إِاَّل اللَّهَ َوالَ نُ ْش ِر َك بِه َشْيئًا َوالَ َيتَّخ َذ َب ْع‬
}‫ بِأَنَّا ُم ْسلِ ُمو َن‬/‫ا ْش َه ُدوا‬
Bismillahir rahmanir rahiim…
Dari Muhammad, hamba Allah dan utusan-Nya
5

Kepada Heraclius, raja Romawi


Salaamun ‘ala manit-taba’al huda, amma ba’du
(keselamatan bagi yang mengikuti petunjuk, selanjutnya)
Saya mengajak Anda dengan seruan Islam. Masuklah Islam, niscaya Anda akan selamat. Allah akan
memberikan pahala kepada-Mu dua kali. Jika Anda berpaling (tidak menerima) maka Anda
menanggung semua dosa kaum Arisiyin. Katakanlah, “Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada
suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita
sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian
kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah”. Jika mereka berpaling maka
katakanlah kepada mereka: “Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri
(kepada Allah)”. (QS. Ali Imran: 64).
Hadis ini diriwayatkan Bukhari, Muslim, Abu Daud, Tirmidzi, dan yang lainnya.

Ketiga, basmalah merupakan isi surat yang dikirim oleh Nabi Sulaiman ‘alaihis shalatu was
salam kepada Ratu Saba’ yang ketika itu masih menyembah matahari. Allah berfirman,
menceraitakan kisah mereka,

‫اب َك ِرميٌ ( ) إِنَّهُ ِم ْن ُسلَْي َما َن َوإِنَّهُ بِ ْس ِم اللَّ ِه الرَّمْح َ ِن‬ ِ ِ


ٌ َ‫ت يَا أَيُّ َها الْ َمأَل ُ إِيِّن أُلْق َي إِيَلَّ كت‬
ْ َ‫قَال‬
ِِ ِ َّ
َ ‫الرحي ِم ( ) أَاَّل َت ْعلُوا َعلَ َّي َوأْتُويِن ُم ْسلم‬
‫ني‬
“Sang ratu berkata: Wahai para menteri, saya mendapatkan sepucuk surat yang mulia. Surat itu
dari Sulaiman, isinya: Bismillahir rahmanir rahiim. Janganlah kalian bersikap sombong di
hadapanku dan datanglah kepadaku dengan tunduk.” (QS. An-Naml: 29 – 31).

Tujuan utama Nabi Sulaiman mengirim surat ini adalah untuk mengajak mereka masuk Islam dan
meninggalkan kekufurannya. Mengingat pentingnya tujuan ini, Nabi Sulaiman mengawalinya
dengan basmalah.

Keempat, bacaan basmalah menjadi pemula untuk berbagai bentuk ibadah, seperti wudhu, atau
mandi dan tayamum, menurut pendapat sebagian ulama. Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,

‫اس َم اللَّ ِه َت َعاىَل َعلَْيه‬ ِ ‫اَل و‬


ْ ‫ضوءَ ل َم ْن مَلْ يَ ْذ ُك ِر‬
ُ ُ
“Tidak ada wudhu bagi orang yang tidak menyebut nama Allah (membaca basmalah).” (HR. Abu
Daud 101 dan dishahihkan al-Albani).

Hadis ini berbicara tentang wudhu, namun ulama mengqiyaskannya untuk mandi dan tayamum,
karena semuanya adalah kegiatan bersuci.

Imam Ahmad berpendapat bahwa membaca ‘bismillah’ termasuk wajib wudhu (jika haditsnya
shahih[3]). Artinya, jika ditinggalkan dengan sengaja, batal-lah wudhunya. Namun jika ditinggalkan
karena lupa atau karena jahil (tidak tahu), maka wudhunya sah.
6

Sedangkan, jumhur (mayoritas ulama) berpendapat bahwa mengucapkan ‘bismillah’ hanyalah


sunnah. Jumhur menyatakan bahwa hukum mengucapkan ‘bismillah’ sebelum wudhu hanyalah
sunnah, bukan wajib. Jumhur menganggap bahwa makna ‘‫( ’الَ ُوضُو َء‬tidak ada wudhu) hanya
menunjukkan penafian kesempurnaan, bukan menyatakan wudhunya tidak sah. Jumhur menafsirkan
hadits seperti itu.
Sedangkan mengucapkan ‘bismillah’ di toilet yang tidak ada lagi tersisa najis, tempat tersebut
hanyalah tempat menunaikan hajat, kemudian najis yang ada dibersihkan dengan air sehingga
hilang dan tidak tersisa, maka hal ini tidak termasuk dalam istilah ‘‫’ال ُكـنُـف والحُشوش‬. Kedua istilah
tersebut adalah untuk tempat yang masih terdapat najis dan tidak hilang.

Adapun untuk toilet yang ada saat ini, maka itu jelas berbeda. Najis yang ada yaitu kencing dan
kotoran manusia pada toilet saat ini langsung bisa hilang setelah disiram dengan air, sehingga tidak
tersisa apa-apa. Sehingga boleh saja mengucapkan ‘bismillah’ ketika wudhu meskipun di
toilet. Na’am.

Kelima, perlindungan dari setan ketika makan

Orang yang makan atau minum dengan didahului membaca basmalah sebelumnya maka setan tidak
mampu untuk turut memakannya. Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda,

‫اس َم اللَّ ِه َت َعاىَل ىِف أ ََّولِِه‬ ِ ِ


ْ ‫اس َم اللَّه َت َعاىَل فَِإ ْن نَس َى أَ ْن يَ ْذ ُكَر‬ ْ ‫َح ُد ُك ْم َف ْليَ ْذ ُك ِر‬ ِ
َ ‫إذَا أَ َك َل أ‬
ِ ِ
ُ‫َفْلَي ُق ْل بِ ْس ِم اللَّه أ ََّولَهُ َوآخَره‬
“Apabila salah seorang di antara kalian makan, maka hendaknya ia menyebut nama Allah Ta’ala.
Jika ia lupa untuk menyebut nama Allah Ta’ala di awal, hendaklah ia mengucapkan: “Bismillaahi
awwalahu wa aakhirohu (dengan nama Allah pada awal dan akhirnya)”.” (HR. Abu Daud no.
3767 dan At Tirmidzi no. 1858. At Tirmidzi dan dishahihkan al-Albani).

Dari hudzaifah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫اس ُم اللَّ ِه َعلَْي ِه‬ ِ ِ


ْ ‫إِ َّن الشَّْيطَا َن لَيَ ْستَح ُّل الطَّ َع َام الَّذى مَلْ يُ ْذ َك ِر‬
“Sesungguhnya setan dibolehkan makan makanan yang tidak dibacakan nama Allah ketika hendak
dimakan.”(HR. Abu Daud no. 3766 dan dishahihkan al-Albani)

Keenam, penjagaan dari gangguan setan ketika berhubungan badan

dari Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,


7

ِ ‫ اللَّ ُه َّم َجنِّْبنَا الشَّْيطَا َن و َجن‬،‫اس ِم اللَّ ِه‬


‫ِّب‬ ِ‫ “ب‬:‫ال‬ ‫ق‬ ‫ه‬ ‫ل‬ ‫َه‬ ‫أ‬ ‫ى‬ ِ‫َن أَح َد ُكم إِذَا أَراد أَ ْن يأْت‬ َّ
َ ْ َ َ ُ َ ْ َ َ َ َ ْ َ ‫لَ ْو أ‬
ِ
‫ضَّرهُ َشْيطَا ٌن أَبَ ًدا‬
ُ َ‫ك مَلْ ي‬َ ‫ فَِإنَّهُ إِ ْن يُ َقد َّْر َبْيَن ُه َما َولَ ٌد ىِف َذل‬،“‫الشَّْيطَا َن َما َر َز ْقَتنَا‬
“Jika salah seorang dari kalian (suami) ketika ingin menggauli istrinya, dan dia membaca doa:
‘Dengan (menyebut) nama Allah, …dst’, kemudian jika Allah menakdirkan (lahirnya) anak dari
hubungan intim tersebut, maka setan tidak akan bisa mencelakakan anak tersebut selamanya.”
(HR. Bukhari no.141 dan Muslim no.1434)

Ketujuh, penghalang antara pandangan jin dan aurat manusia.

Seperti yang sering kita bahas, kita tidak bisa melihat jin, namun jin bisa melihat kita dalam semua
keadaan. Tidak segan-segan, jin yang kurang bertanggung jawab, juga akan melihat kita dalam
posisi ketika tidak berbusana. Untuk menanggulangi hal ini, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam mengajarkan agar ketika buka pakaian, kita tidak lupa membaca basmalah.

Dari Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫ بِ ْس ِم اللَّ ِه‬:‫ول‬ ِ
ِ َ ‫ات بيِن‬ ِ
َ ‫ أَ ْن َي ُق‬،َ‫َح ُد ُه ُم اخلَاَل ء‬
َ ‫ إ َذا َد َخ َل أ‬:‫آد َم‬ َ ‫َسْتُر َما َبنْي َ أ َْعنُي ِ اجل ِّن َو َع ْو َر‬
“Penghalang antara mata jin dengan aurat bani Adam, apabila kalian masuk kamar kecil,
ucapkanlah bismillah.” (HR. Turmudzi 606 dan dishahihkan al-Albani).

Kedelapan, penghalang setan untuk membuka tempat barang berharga.

Beberapa harta berharga yang kita simpan di malam hari, juga akan menjadi incaran setan. Dia
berusaha mengganggu kita dengan mengotori makanan atau mengambil barang berharga itu. Untuk
mengatasi hal ini, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan umatnya agar ketika
menutup semua makanan dengan membaca basmalah.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

ِ‫ وأَ ْغل‬،‫الس َقاء‬


‫ فإن الشَّْيطَا َن اَل حَيُ ُّل‬،‫اج‬ ‫ر‬
َ َ ‫الس‬
ِّ ‫وأطفؤا‬ ، ‫اب‬
َ ‫ب‬
َْ‫ل‬ ‫ا‬ ‫وا‬ ‫ق‬
ُ َ َ ِّ ‫ َوأ َْو ُكوا‬،َ‫ اإْلِ نَاء‬/‫َغطُّوا‬
‫ض على إِنَائِِه‬ َ ‫ فَِإ ْن مل جَيِ ْد أحدكم إال أَ ْن َي ْعُر‬،ً‫ف إِنَاء‬
ِ
ُ ‫ وال يَ ْكش‬،‫ وال َي ْفتَ ُح بَابًا‬،ً‫س َقاء‬
ِ
‫ َف ْلَي ْف َع ْل‬،‫اس َم اللَّ ِه‬
ْ ‫ودا َويَ ْذ ُكَر‬ ً ُ‫ع‬
“Tutuplah bejana, ikatlah geribah (tempat menyimpan air yang terbuat dari kulit), tutuplah pintu,
matikanlah lentera (lampu api), karena sesungguhnya setan tidak  mampu membuka geribah yang
terikat, tidak dapat membuka pintu, dan tidak juga dapat menyingkap bejanan yang tertutup. Bila
engkau tidak mendapatkan tutup kecuali hanya dengan melintangkan di atas bejananya sebatang
ranting, dan menyebut nama Allah, hendaknya dia lakukan.” (HR. Muslim)
8

Kesembilan, menghalangi setan menginap di dalam rumah

Bacaan basmalah diucapkan ketika masuk rumah, bisa menjadi penghalang bagi setan untuk ikut
memasukinya atau menginap di dalamnya.

Dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ِ ‫ فَ َذ َكر اهلل ِعْن َد دخولِِه و ِعْن َد طَع ِام‬،‫الرجل بيتَه‬


‫يت‬
َ َ ِ
‫ب‬‫م‬ ‫اَل‬ : ‫ن‬
ُ ‫ا‬ َ‫ط‬ ‫َّي‬
ْ ‫الش‬ ‫ال‬
َ َ‫ق‬ ، ‫ه‬ َ َ ُُ َ َ ُ َْ ُ ُ َّ ‫إِ َذا َد َخ َل‬
‫ أ َْد َر ْكتُ ُم‬:‫ال الشَّْيطَا ُن‬ َ َ‫ ق‬،‫ َفلَ ْم يَ ْذ ُك ِر اهللَ ِعْن َد ُد ُخولِِه‬،‫ َوإِ َذا َد َخ َل‬،َ‫ َواَل َع َشاء‬،‫لَ ُك ْم‬
‫اء‬ ‫ش‬
َ ‫ع‬ ‫ل‬
ْ ‫ا‬ ‫و‬ ‫يت‬ ِ‫ب‬ ‫م‬ ‫ل‬
ْ ‫ا‬ ‫م‬ُ‫ت‬ ‫ك‬
ْ ‫ر‬‫َد‬
ْ ‫أ‬ : ‫ال‬
َ ‫ق‬
َ ، ِ ‫ وإِ َذا مَل ي ْذ ُك ِر اهلل ِعْن َد طَع ِام‬،‫الْمبِيت‬
‫ه‬
َ َ َ َ َ ُ َ َ َ َْ َ َ َ
“Jika seseorang masuk rumahnya dan dia mengingat nama Allah ketika masuk dan ketika makan,
maka setan akan berteriak: ‘Tidak ada tempat menginap bagi kalian dan tidak ada makan malam.’
Namun jika dia tidak mengingat Allah ketika masuk maka setan mengatakan, ‘Kalian mendapatkan
tempat menginap’ dan jika dia tidak mengingat nama Allah ketika makan maka setan mengundang
temannya, ‘Kalian mendapat jatah menginap dan makan malam’.” (HR. Muslim).

Kesepuluh, menjadi syarat halalnya hewan sembelihan

Diantara keberkahan basmalah, orang yang menyembelih binatang dengan menyebut basmalah,
hewan sembelihannya bisa menjadi halal. Sebaliknya, orang yang menyembelih binatang tanpa
mengucapkan basmalah, baik disengaja maupun lupa, sembelihannya batal, dan hewan itu tidak
boleh dimakan. Allah berfirman,

‫اس ُم اللَّ ِه َعلَْي ِه َوإِنَّهُ لَِف ْس ٌق‬ ِ


‫ر‬ ‫ك‬
َ ‫ذ‬
ْ ‫ي‬ ‫مَل‬ ‫َّا‬ ‫واَل تأْ ُكلُوا مِم‬
ْ ُْ َ َ
“Janganlah kalian makan (hewan) yang tidak disebutkan nama Allah ketika menyembelihnya. Itu
sesuatu yang fasik (tidak halal).” (QS. Al-An’am: 121).

Allahu a’lam

Anda mungkin juga menyukai