Anda di halaman 1dari 6

Hadirin…

Dalam sebuah hadits diterangkan bahwa manusia manapun tidak akan pernah
lepas dan tidak akan selamat dari kekurangan dan dosa, kecuali dari kalangan
para anbiya dan rusul, hal ini sebagaimana Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:

‫ ُكلُّ اب ِْن آ َد َم َخطَّا ٌء َو َخ ْي ُر ْال َخطَّاِئي َْن التَّ َّواب ُْو َن‬.
“Setiap anak Adam adalah bersalah dan sebaik-baiknya orang yang melakukan
kesalahan adalah mereka yang mau bertaubat.”
Bahkan dalam hadits lainnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

َ ‫ق هللاُ َخ ْلقًا ي ُْذنِب‬


‫ َوهُ َو‬،‫ ثُ َّم يَ ْغفِ ُر لَهُ ْم‬،‫ُون‬ َ َ‫ لَ َخل‬،‫لَ ْو َأ َّن ْال ِعبَا َد لَ ْم ي ُْذنِب ُْوا‬
ْ
ِ ‫ال َغفُ ْو ُر الر‬.
‫َّح ْي ُم‬
“Seandainya para hamba tidak melakukan dosa niscaya Allah akan
menciptakan makhluk lain yang melakukan dosa, kemudian Allah akan
mengampuni mereka, dan Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.”

Lalu bagaimana bagi yang merasa bahwa Dosanya terlalu banyak, apakah
masih ada harapan untuk diampuni?
Jawabannya adalah sebagiaman terdapat dalam Hadits #42 dari Arbain An-
Nawawi berikut, moga bisa jadi renungan bagi orang yang putus harapan.
Dan hal ini sangat penting bagi kita bagaimana agar dosa-dosa kita diampuni
oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.

ِ11‫ هللا‬1‫ َل‬1‫ و‬1‫ر ُس‬1َ 111‫ت‬ ُ 1ْ1‫ ع‬1ِ‫ م‬1‫ َس‬:1‫ل‬1َ 1‫ ا‬1َ‫ ق‬1،1ُ‫ه‬1‫ع ْن‬1َ 11‫هللا‬ 1ُ 1‫ض َي‬ ِ ‫ َر‬11‫س‬ ٍ 1َ1‫ َأن‬1‫ن‬1ْ ‫ع‬

1‫ا‬11‫ َم‬1‫ك‬ 1ُ 1‫ َل‬1‫ا‬1َ‫ « ق‬:1‫ل‬1ُ 1‫ و‬1ُ‫ق‬1َ‫ﷺ ي‬
َ َّ1‫! ِإن‬1‫ َم‬1‫ َد‬1‫ آ‬1‫ َن‬1‫ ْب‬1‫ ا‬1‫ا‬1َ‫ ي‬:‫ى‬1‫ل‬1َ 1‫ا‬11‫ َع‬1َ‫ ت‬11‫هللا‬
‫واَل‬1َ 1‫ك‬َ 1‫ ْن‬1‫ ِم‬1‫ َن‬1‫كا‬1َ 1‫ا‬11‫ى َم‬1‫ل‬1َ ‫ َع‬1‫ك‬ َ 1َ‫ ل‬1‫ت‬ ُ ‫ر‬1
1ْ 1َ‫غ ف‬
1َ 1‫ِي‬1‫ن‬1َ‫وت‬1
1ْ ‫ َو َر َج‬1‫ِي‬1‫ن‬1َ‫ت‬1‫و‬1‫ َع‬1‫َد‬
‫الس َما ِء ثُ َّم‬ َّ ‫ان‬ َ ‫ك َع َن‬ َ ُ ‫ت ُذنُوب‬ ْ ‫ن آ َد َم! لَو بَلَ َغ‬ َ ‫ يَا ا ْب‬.‫ُأبَالِي‬
1‫ِي‬1‫ ن‬1َ‫ ت‬1‫ ْي‬1َ‫ َأت‬1‫و‬1َ‫ ل‬1‫ك‬ 1َ 1َ‫ ل‬1‫ت‬
َ َّ1‫! ِإن‬1‫ َم‬1‫ َد‬1‫ آ‬1‫ َن‬1‫ ْب‬1‫ ا‬1‫ا‬1َ‫ ي‬.1‫ك‬ 1َ 1‫ِي‬1‫ن‬1َ‫ ت‬1‫ر‬1ْ 1َ‫ ف‬1‫ ْغ‬1َ‫ ت‬1‫ ْس‬1‫ا‬
ُ 1‫ ْر‬1َ‫غ ف‬
ً 1‫ا‬1‫ْ ئ‬1‫ي‬1 ‫ َش‬1‫ي‬1ِ‫ب‬1 ‫ك‬ ُ ‫ ِر‬11‫ ْش‬1ُ‫ال ت‬َ 1‫ي‬1ِ‫ن‬1‫ْ َت‬1‫ي‬1ِ‫ق‬1َ‫ل‬1‫ َّم‬1ُ‫ ث‬1‫ا‬1َ‫ي‬1‫ا‬1‫ط‬
َ 1‫ َخ‬1‫ض‬ ِ ‫َأل ْر‬1‫ ا‬1 ‫ب‬1 ِ ‫ َرا‬1ُ‫ق‬1ِ‫ب‬
‫ْث َح َس ٌن‬ ٌ ‫ َح ِدي‬:‫ك ِبقُ َرابِهَا َم ْغفِ َرةً» َر َواهُ التِّرْ ِم ِذيُّ َوقَا َل‬ َ ُ‫َأَلتَ ْيت‬.

Dari Anas bin Malik Radhiyallahu ‘Anhu, Beliau mengatakan, saya telah
mendengar Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Allah
Subhanahu wa Ta’ala berfirman: ‘Wahai anak Adam, selagi engkau berdoa
kepadaKu dan berharap kepadaKu, maka Aku akan ampuni dosa-dosamu
sebanyak apapun itu dan Aku tidak peduli. Wahai anak Adam, kalau
seandainya dosa-dosamu setinggi langit kemudian engkau beristighfar
kepadaKu niscaya Aku akan mengampuni dosa-dosa itu untukmu. Wahai anak
Adam, kalau seandainya engkau datang kepadaKu dengan sepenuh bumi
kesalahan kemudian engkau datang kepadaKu dalam keadaan tidak berbuat
syirik kepadaKu dengan sesuatupun, maka Aku akan mendatangimu dengan
sepenuh bumi ampunan.'” (HR. Tirmidzi, beliau mengatakan hadits hasan.)

Dalam hadits qudsi ini Allah Subhanahu wa Ta’ala menjelaskan ada tiga hal
yang bisa menghapuskan dosa seorang hamba.

TETAP BERDOA KEPADA ALLAH SUBHANAHU WA TA’ALA DAN TIDAK PUTUS


HARAPAN
َ 1َ‫ل‬
: 11‫ك‬ ُ 1‫ ْر‬1َ‫غ ف‬
1‫ت‬ 1َ 1‫ِي‬1‫ن‬1َ‫وت‬1 1ْ ‫ َو َر َج‬1‫ِي‬1‫ن‬1َ‫ت‬1‫و‬1‫ َع‬1‫ َد‬1‫ا‬11‫ َم‬1‫ك‬
َ َّ1‫! ِإن‬1‫ َم‬1‫ َد‬1‫ آ‬1‫ َن‬1‫ ْب‬1‫ ا‬1‫ا‬1َ‫ي‬
1‫ِي‬1‫ل‬1‫ا‬1َ‫ُأب‬ َ 1‫ ْن‬1‫ ِم‬1‫ َن‬1‫كا‬1َ 1‫ا‬11‫ى َم‬1‫ل‬1َ ‫َع‬
‫واَل‬1َ 1‫ك‬
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam hadits qudsi ini: “Wahai anak
Adam, selagi engkau berdoa kepadaKu, selagi engkau berharap kepadaKu,
maka niscaya Aku akan ampuni kesalahanmu sebanyak apapun itu, dan Aku
tidak peduli.”

Allahu akbar.. Allah menegaskan bahwasannya sebanyak apapun dosa kita


Allah akan ampuni, Allah tidak peduli sebesar dan sebanyak apapun dosa itu.
Syaratnya adalah kita terus berdoa dan berharap kepada Allah Subhanahu wa
Ta’ala. Maka sebesar apapun dosa, hendaknya kita senantiasa berharap
ampunan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

BERISTIGHFAR KEPADA ALLAH SUBHANAHU WA TA’ALA


‫الس َما ِء ثُ َّم‬
َّ ‫ان‬ َ ‫ك عَ َن‬ َ ُ ‫ت ُذنُوب‬ ْ ‫ن آ َد َم! لَو بَلَ َغ‬ َ ‫يَا ا ْب‬
َ 1َ‫ ل‬1‫ت‬
11‫ك‬ 1َ 1‫ِي‬1‫ن‬1َ‫ ت‬1‫ر‬1ْ 1َ‫ ف‬1‫ ْغ‬1َ‫ ت‬1‫ ْس‬1‫ا‬.
ُ 1‫ ْر‬1َ‫غ ف‬
Wahai anak Adam, kalau seandainya dosa-dosamu setinggi langit kemudian
engkau beristighfar kepadaKu niscaya Aku akan mengampuni dosa-dosa itu
untukmu.

Istighfar adalah doa khusus. Yakni doa meminta agar kita diampuni oleh Allah
Subhanahu wa Ta’ala. Maghfirah artinya adalah Allah memaafkan kita, Allah
tidak menghisap kita dengan kesalahan tersebut, dan Allah Subhanahu wa
Ta’ala melindungi kita dampak buruk maksiat yang sudah kita lakukan itu.

Dalam sebuah ayat Allah menjekaskan diantara sifat orang yang bertakwa
diantaranya:

‫اح َشةً َأ ْو ظَلَ ُموا َأنفُ َسهُ ْم َذ َكرُوا هَّللا َ فَا ْستَ ْغفَرُوا‬ َ ‫َوالَّ ِذ‬
ِ َ‫ين ِإ َذا فَ َعلُوا ف‬
‫ِل ُذنُوبِ ِه ْم‬
“Orang-orang bertakwa itu adalah orang-orang yang jika jatuh dalam perkara
keji atau mendzalimi diri, mereka segera ingat Allah dan beristighfar
kepadaNya.” (QS. Ali ‘Imran[3]: 135)

Jadi orang-orang yang bertakwa bukanlah orang yang sama sekali tidak pernah
berbuat dosa. Mereka juga berbuat dosa, bahkan menurut ayat ini terkadang
mereka jatuh dalam perkara keji (dosa besar). Atau terkadang mereka jatuh
dalam kedzaliman terhadap diri sendiri (dosa-dosa kecil). Yang membedakan
mereka dari orang-orang yang buruk adalah orang-orang yang fasik ini kalau
jatuh dalam maksiat dan kesalahan kerasan (betah) terjerembab di sana.
Mereka merasa diri kotor sehingga tidak pantas berdoa kepada Allah
Subhanahu wa Ta’ala. Itulah orang-orang fasik.

Adapun orang-orang yang bertakwa ketika mereka sudah berusaha taat


ternyata masih jatuh juga dalam kesalahan, yang membedakan mereka adalah
segera ingat Allah kemudian beristighfar kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

‫ فاستغفروه إنه‬،‫ وأستغفر هللا لي ولكم ولجميع المسلمين والمسلمات‬،‫أقول قولي هذا‬
‫هو الغفور الرحيم‬
ِ1‫ ه‬1‫ ِد‬1‫ ْو‬1‫و ُج‬1َ ِ1‫ِّه‬1‫ ن‬1‫ى َم‬1‫ل‬1َ ‫ َع‬1ُ‫ه‬1َ‫ ل‬1ِ‫ر‬1‫ك‬1ْ 1‫ ُّش‬1‫ل‬1‫وا‬1َ 1،ِ1‫ِ ه‬1‫ن‬1‫ ا‬1‫ َس‬1‫ى ِإ ْح‬1‫ل‬1َ ‫ هَّلِل ِ َع‬1‫ ُد‬1‫ ْم‬1‫ َح‬1‫ ْل‬1َ‫ا‬
1، 1ِ‫ِه‬1‫ ْأ ن‬1‫ِ َش‬1‫ ل‬11ً ‫ا‬1‫ م‬1‫ ْي‬1‫ظ‬
ِ 1‫ ْع‬1َ‫ ت‬11‫هللا‬
1ُ ‫ ِإاَّل‬1َ‫ه‬1َ‫ اَل ِإل‬1‫ن‬1ْ ‫ َأ‬1‫ ُد‬1َ‫ ه‬1‫وَأ ْش‬1َ 1، 1ِ‫ِه‬1‫ن‬1‫ ا‬1َ‫ِ ن‬1‫ ت‬1‫ ْم‬1‫وا‬1َ
‫س ْول ُ ُه اَلدَّاعِ ي ىَل‬ ‫ر‬ ‫و‬ ‫ه‬
ُ ‫د‬
ُ ‫ب‬ ‫ع‬
َ ً ‫ن ُمحَ َّمدا‬ َّ ‫وَأ ْش َه ُد َأ‬
‫ْ ِإ‬ ُ َ َ ْ َ
.ِ1‫ِه‬1‫ن‬1‫ا‬1‫ع َو‬1ْ ‫وَأ‬1َ ِ1‫ِه‬1‫ب‬1‫ ا‬1‫ َح‬1‫ص‬ 1ْ ‫وَأ‬1َ ِ1‫ِه‬1‫ل‬1‫ى آ‬1‫ل‬1َ ‫ِ َو َع‬1‫ ه‬1‫ ْي‬1َ‫عل‬1َ 11‫هللا‬
1ُ ‫ ى‬1‫ل‬1َّ 11‫ص‬ َ 1‫؛‬1ِ‫ِه‬1‫ن‬1‫وا‬1َ ْ‫ِرض‬
. ‫ اِتَّ ُق ْوا هللاَ تَ َعاىَل‬:ِ‫َأ َّما ب َ ْع ُد عِ َبا َد هللا‬
TAUHID DAN MENGESAKAN ALLAH SUBHANAHU WA TA’ALA
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman di akhir hadits qudsi ini:
‫خ َطايَا ثُ َّم‬ ‫ن آ َد َم! ن َّ َ َأ‬
َ ‫ض‬ ِ ‫اب اَأل ْر‬ ِ ‫ك لَو تَ ْي َتنِي ب ِ ُق َر‬ ‫ِإ‬ َ ْ‫يَا اب‬
َ 1ُ‫ ت‬1‫ ْي‬1َ‫ َأَلت‬11ً ‫ا‬1‫ ئ‬1‫ ْي‬1‫ َش‬1‫ بِي‬1‫ك‬
1ً1‫ ة‬1‫ َر‬1ِ‫ ف‬1‫ ْغ‬1‫ َم‬1‫ا‬11َ‫ِه‬1‫ب‬1‫ا‬1‫ َر‬1ُ‫ بِق‬11‫ك‬ ُ ِ1‫ر‬1‫ش‬1ْ 1ُ‫ ت‬1‫ال‬
َ 1‫ِي‬1‫ ن‬1َ‫ ت‬1‫ِ ْي‬1‫ق‬1َ‫»ل‬
“Wahai anak Adam kalau seandainya engkau datang kepadaKu dengan
sepenuh bumi dosa, kemudian engkau datang kepadaKu dalam keadaan
engkau tidak berbuat syirik kepadaKu dengan sesuatupun, maka Aku akan
datang kepadamu dengan sepenuh bumi ampunan.”
Kalau seandainya seorang hamba memiliki sepenuh bumi dosa, saking
banyaknya dosanya maka dari ujung ke ujung ke ujung bumi ini dipenuhi
dengan dosa-dosa. Allah berjanji akan mendatangkan sepenuh bumi ampunan.
Allahu akbar.

Bagaimana caranya? Syaratnya adalah dengan datang kepada Allah Subhanahu


wa Ta’ala dalam keadaan mengesakan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan tidak
berbuat syirik kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala sama sekali.

Inilah keutamaan tauhid yang juga ditegaskan oleh firman Allah Subhanahu wa


Ta’ala dalam Surah Al-An’am ayat 82:

‫ون‬ َ ‫ين آ َمنُوا َولَ ْم يَ ْلبِسُوا ِإي َمانَهُ ْم بِظُ ْل ٍم ُأو ٰلَِئ‬
َ ‫ك لَهُ ُم اَأْل ْم ُن َوهُ ْم ُم ْهتَ ُد‬ َ ‫الَّ ِذ‬
“Orang-orang yang beriman dan mereka tidak mencampuri keimanan mereka
dengan kedzaliman, maka mereka akan mendapatkan keamanan dan mereka
adalah orang-orang yang mendapatkan petunjuk.”  (QS. Al-An’am[6]: )

Saat mendengar ayat ini para sahabat merasa berat. Syaratnya sangat berat.
Karena untuk bisa selamat dunia dan akhirat, agar bisa mendapatkan hidayah,
seseorang disyaratkan harus yang beriman kemudian tidak mencampuri
keimanan mereka dengan kedzaliman. Siapa di antara kita yang tidak pernah
mendzalimi dirinya sendiri? Ini adalah pemahaman para sahabat ketika
mendengar ayat ini. Tapi kemudian pemahaman itu diluruskan oleh Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, beliau menjelaskan bahwa yang dimaksud
bukanlah kedzaliman secara mutlak, tapi maksudnya adalah kedzaliman akbar,
yaitu berbuat syirik kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Dan sebesar-besar kezaliman yang dilakukan seseorang adalah


kesyirikan. Yaitu mensekutkan Allah dengan yang lainnya,
Sebagaimana perkataan Lukman kepada putranya,
‫ك لَظُ ْل ٌم َع ِظي ٌم‬
َ ْ‫ي اَل تُ ْش ِر ْك بِاهَّلل ِ ِإ َّن ال ِّشر‬
َّ َ‫يَا بُن‬

“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia


memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu
mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah)
adalah benar-benar kezaliman yang besar”. [Quran Lukman: 13].

1‫ ِإ َّن‬1﴿1 ‫ل‬1‫ا‬1‫ ق‬11‫ث‬1‫ي‬1‫ ح‬11‫ه‬1‫س‬1‫ف‬1‫ن‬1‫ ب‬1 ‫ه‬1‫ي‬1‫أ ف‬1‫د‬1‫ ب‬1‫ر‬1‫أم‬1‫ ب‬1‫م‬1‫ك‬1‫ر‬1‫ أم‬111‫ هللا‬1‫ن‬1‫ا‬
1‫ا‬1‫و‬1ُ‫ ن‬1‫ َم‬1‫ آ‬1‫ َن‬1‫ ي‬1‫ ِذ‬1َّ‫ل‬1‫ ا‬1‫ا‬11َ‫ه‬1‫ َأ ُّي‬1‫ا‬1َ‫ ي‬1ِّ‫ِي‬1‫ب‬1َّ‫ن‬1‫ل‬1‫ى ا‬1‫ل‬1َ ‫ َع‬1‫ َن‬1‫ و‬1ُّ‫ ل‬1‫ص‬َ 1ُ‫ ي‬1ُ1‫ه‬1َ‫ ت‬1‫اَل ِئ َك‬1‫و َم‬1َ 1َ ‫هَّللا‬
1‫ ا‬1‫ ًم‬1‫ِي‬1‫ ل‬1‫ ْس‬1َ‫ ت‬1‫ا‬1‫ و‬1‫ِّ ُم‬1‫ ل‬1‫و َس‬1َ ِ1‫ ه‬1‫ ْي‬1َ‫عل‬1َ 1‫ا‬1‫و‬1ُّ‫ ل‬1‫ص‬
َ ﴾
11‫ت‬1‫ي‬11ّ‫ل‬1‫ ص‬1‫ا‬1‫م‬1‫ ك‬1 ‫ د‬1‫ ّم‬1‫ح‬1‫ م‬1‫ل‬1‫ آ‬1‫لى‬1‫ وع‬1 ‫ د‬1‫ ّم‬1‫ح‬1‫ م‬1‫لى‬1‫ ع‬1ّ1‫ل‬1‫ ص‬1‫ ّم‬1‫ه‬1‫ل‬1‫ل‬1‫ا‬
111‫ن‬1‫ي‬1‫م‬1‫ل‬1‫س‬1‫م‬1‫ل‬1‫ا‬1‫ و‬11‫ت‬1‫ا‬1‫ن‬1‫م‬1‫ؤ‬1‫م‬1‫ل‬1‫ا‬1‫ و‬11‫ن‬1‫ي‬1‫ن‬1‫م‬1‫ؤ‬1‫م‬1‫ل‬1‫ ل‬1‫ر‬1‫ف‬1‫ اغ‬1‫ ّم‬1‫ه‬1‫ل‬1‫ل‬1‫ا‬
11‫ع‬1‫ي‬1‫م‬1‫ س‬1 ‫ك‬1ّ1‫ إن‬1 ‫ت‬1‫ا‬1‫و‬1‫ألم‬1‫ا‬1‫ و‬11‫م‬1‫ه‬1‫ن‬1‫ م‬1‫ء‬1‫ا‬1‫ي‬1‫ألح‬1‫ ا‬111‫ت‬1‫ا‬1‫م‬1‫ل‬1‫س‬1‫م‬1‫ل‬1‫ا‬1‫و‬
. 1 ‫ت‬1‫ا‬1‫و‬1‫ع‬1‫ ّد‬1‫ل‬1‫ ا‬111‫ب‬1‫ي‬1‫ج‬1‫ م‬11‫ب‬1‫ي‬1‫ر‬1‫ق‬
‫ال‬1‫ و‬1 ‫ن‬1‫ا‬1‫م‬1‫ي‬1‫إل‬1‫ا‬1‫ ب‬1‫ا‬1‫ن‬1‫و‬1‫ق‬1‫ب‬1‫ س‬1 ‫ن‬1‫ي‬1‫ذ‬1ّ‫ل‬1‫ ا‬1‫ا‬1‫ن‬1‫ن‬1‫ا‬1‫و‬1‫خ‬1‫إل‬1‫ و‬1‫ا‬1‫ن‬1‫ ل‬1‫ر‬1‫ف‬1‫ اغ‬1‫ ّم‬1‫ه‬1‫ل‬1‫ل‬1‫ا‬
1‫ف‬1‫ رءو‬1 ‫ك‬1ّ1‫ إن‬1‫ا‬1‫ن‬1‫ ر ّب‬1‫ا‬1‫و‬1‫ن‬1‫م‬1‫ آ‬1 ‫ن‬1‫ي‬1‫ذ‬1ّ‫ل‬1‫ غالً ل‬1‫ا‬1‫ن‬1‫ب‬1‫و‬1‫ل‬1‫ ق‬1 ‫ى‬1‫ ف‬11‫ل‬1‫ع‬1‫ج‬1‫ت‬
1‫م‬1‫ي‬1‫رح‬
1‫ا‬1‫ن‬1‫د‬1‫ وز‬1‫ا‬1‫ن‬1‫ت‬1‫م‬1ّ‫ل‬1‫ ع‬1‫ا‬1‫م‬1‫ ب‬1 ‫ا‬1‫ن‬1‫ع‬1‫ف‬1‫ن‬1‫ا‬1‫ و‬1 ‫ا‬1‫ن‬1‫ع‬1‫ف‬1‫ن‬1‫ ي‬1‫ا‬1‫ م‬1‫ا‬1‫ن‬1‫م‬1ّ‫ل‬1‫ ع‬1‫ ّم‬1‫ه‬1‫ل‬1‫ل‬1‫ا‬
. 1‫ا‬1‫م‬1‫ل‬1‫ع‬
‫اللهم أع ّنا عىل ذكرك و شكرك و حسن عبادتك ‪.‬‬ ‫ّ‬
‫اللهم إنّا نسألك الهدى وال ّتقى والعفاف والغنى ‪.‬‬ ‫ّ‬
‫ا‪1‬ل‪1‬ل‪1‬ه‪1‬م ‪ 1‬ال ت‪1‬د‪1‬ع‪ 1‬ل‪1‬ن‪1‬ا‪ 1‬ف‪1‬ي ‪ 1‬م‪1‬ق‪1‬ا‪1‬م‪1‬ن‪1‬ا ‪ 1‬ه‪1‬ذ‪1‬ا‪ 1‬ذ‪1‬ن‪1‬بً‪11‬ا‪ 1‬إال غ‪1‬ف‪1‬ر‪1‬ت‪1‬ه‪ 1‬و‪1‬ال‬
‫ض‪ 1‬ا‪ 1‬إال ش‪1‬ف‪1‬ي‪1‬ت‪1‬ه‪ 11‬و‪1‬ال د‪1‬ي‪1‬نً‪11‬ا‪ 1‬إال‬ ‫ع‪1‬ي‪1‬بً‪11‬ا‪ 1‬إال س‪1‬ت‪1‬ر‪1‬ت‪1‬ه‪ 1‬و‪1‬ال م‪1‬ر‪1‬ي‪ً 1‬‬
‫ق‪1‬ض‪1‬ي‪1‬ت‪1‬ه ‪ 1‬و‪1‬ال ض‪1‬ا‪1‬اًل إال ه‪1‬د‪1‬ي‪1‬ت‪1‬ه ‪ 1‬و‪1‬ال ج‪1‬ا‪1‬ئ ًع‪ 1‬ا‪ 1‬إال أط‪1‬ع‪1‬م‪1‬ت‪1‬ه ‪ 1‬و‪1‬ال‬
‫ع‪1‬اريً‪1‬ا‪ 1‬إال ك‪1‬س‪1‬و‪1‬ت‪1‬ه ‪. 1‬‬
‫ر ّب‪1‬ن‪1‬ا‪ 1‬اغ‪1‬ف‪1‬ر‪ 1‬ل‪1‬ن‪1‬ا‪ 1‬و‪1‬ل‪1‬و‪1‬ا‪1‬ل‪1‬د‪1‬ي‪1‬ن‪1‬ا‪ 1‬و‪1‬ارح‪1‬م‪1‬ه‪1‬م‪1‬ا ‪ 1‬ك‪1‬م‪1‬ا‪ 1‬ر ّب‪1‬ي‪1‬ا‪1‬ن‪1‬ا‪ 1‬ص‪1‬غ‪1‬ا ً‪1‬را‪. 1‬‬
‫ر ّب‪1‬ن‪1‬ا‪ 1‬آ‪1‬ت‪1‬ن‪1‬ا‪ 1‬ف‪1‬ى ‪ 1‬ا‪1‬ل‪ّ 1‬د‪ 1‬ن‪1‬ي‪1‬ا‪ 1‬ح‪1‬س‪1‬ن‪1‬ة ‪ 1‬و‪1‬ف‪1‬ى‪ 1‬ا‪1‬آل‪1‬خر‪1‬ة‪ 1‬ح‪1‬س‪1‬ن‪1‬ة ‪ 1‬و‪1‬ق‪1‬ن‪1‬ا‪1‬‬
‫ع‪1‬ذ‪1‬ا‪1‬ب ‪ 1‬ا‪1‬ل‪1‬نّ‪11‬ار ‪.‬‬
‫ن هللاَ يَْأ‬
‫ان َوِإ ْي َتا ِء ذِى‬ ‫س َ‬ ‫ح َ‬ ‫ْل َواِْإل ْ‬ ‫ِ‬ ‫د‬ ‫لع‬
‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ا‬‫ِ‬ ‫ب‬ ‫ُ‬ ‫ر‬‫م‬‫ُ‬ ‫عِ َبا َد هللاِ ! ِإ َّ‬
‫ح َش‪ 1‬ا‪1‬ء‪1َ ِ1‬وا‪ْ 1‬ل‪ُ 1‬م‪ْ 1‬ن‪َ 1‬ك‪ِ 1‬ر‪1َ 1‬و ْا‪1‬لَ‪1‬ب‪ْ 1‬غ‪ 1‬يِ‪ 1‬يَ‪ِ 1‬ع‪ 1‬ظُ‪ُ 1‬ك‪ْ 1‬م‪11‬‬ ‫ع نِ‪ْ 1‬ا‪1‬ل‪1‬فَ‪1ْ1 1‬‬
‫ْا‪1‬ل‪1‬قُ‪1ْ 1‬ر‪1‬بَ‪11‬ى‪1َ 1‬ويَ‪ْ 1‬ن‪ 1‬هَ‪11‬ى‪1َ 1‬‬
‫اشكُرُ ْوا عَ ىَل‬ ‫اذ ُكرُواهللاَ يَ ْذ ُك ْر ُك ْم‪َ ,‬و ْ‬ ‫ن‪َ ،‬ف ْ‬ ‫ل َ َعلَّكُ ْم تَ َذ َّكرُ ْو َ‬
‫نِ َع‪ِ 1‬م‪ 1‬ه‪ ِ1‬يَ‪ِ 1‬ز ْد‪ُ 1‬ك‪ْ 1‬م‪1َ 1‬ولَ‪ِ 1‬ذ‪ْ 1‬ك‪1‬رُ‪1‬هللاِ‪َ 1‬أ ْ‪1‬ك بَ‪ُ 1‬ر‬

Anda mungkin juga menyukai