Anda di halaman 1dari 4

1

Etnosentrisme yaitu suatu kecenderungan yang menganggap nilai-nilai dan norma-


norma kebudayaannya sendiri sebagaai sesuatu yang prima, terbaik, mutlak dan
diepergunakan sebagai tolok ukur untuk menilai dan membedakannya dengan
kebudayaan lain. Etnosentrisme merupakan kecenderungan tak sadar untuk
menginterpretasikan atau menilai kelompok lain dengan tolok ukur kebudayaannya
sendiri. Sikap etnosentrisme dalam tingkah laku berkomunikasi nampak canggung, tidak
luwes.

Faktor Penyebab Etnosentrisme

Hal ini membuat individu atau kelompok tersebut merasa memiliki kebudayaan dan
sejarah tersebut. Berbagai identitas tersebut, yakni berupa bahasa, kebiasaan, hingga
peristiwa masa lalu yang berasal dari nenek moyang. Bangsa Indonesia mempunyai
banyak suku, ras, agama, dan golongan. Etnosentrisme ialah sebagai salah satu bentuk
sikap, maka dapat disederhanakan bahwa pembentukan etnosentrisme sama halnya
dengan pembentukan sikap, sikap terbentuk dari adanya interaksi sosial yang dialami oleh
individu.

Factor external

Etnosentrisme dapat disimpulkan bahwa etnosentrisme ialah pandangan atau paham


bahwa kelompok atau kebudayaan sendiri lebih baik dari pada kelompok atau
kebudayaan lain. Serta menganggap nilai dan norma kebudayaan sendiri lebih baik dan
bisa dijadikan standar bagi kebudayaan yang lain. interaksi antara kelompok maupun
sesama anggota kelompok, dimana sangat menghargai hubungan hirarkis dalam
kolompok namun bersifat autoritarisme dalam memandang kelompok lain dan merasa
berhak mendominasi kelompok lainnya

Faktor politik

Faktor politik merupakan faktor mendasar penyebab munculnya sikap etnosentrisme,


terutama masyarakat yang cenderung tradisional dan tidak rasional. Masyarakat yang
terlibat daam politik seringkali hanya mementingkan kepentingan mereka sendiri mulai
dari suku, etnis, agama dsb.

Contoh Etnosentremi di Indonesia


Penggunaan koteka bagi laki-laki dewasa di Papua. Bagi masyarakat non Papua
pedalaman, penggunaan koteka mungkin merapakan hal yang memalukan. Namun bagi
masayarakat pedalaman Papua, menggunakan koteka sebagai penutup kelamin mereka
adalah hal wajar dan menjadi kebanggaan tersendiri.

Diskriminasi Diskriminasi merujuk kepada pelayanan yang tidak adil terhadap individu
tertentu, di mana layanan ini dibuat berdasarkan karakteristik yang diwakili oleh individu
tersebut. Diskriminasi merupakan suatu kejadian yang biasa dijumpai dalam masyarakat
manusia, ini disebabkan karena kecenderungan manusian untuk membeda-bedakan yang
lain.

Diskriminasi dibagi menjadi 2 yaitu:

1. Diskriminasi langsung, terjadi saat hukum, peraturan atau kebijakan jelas-jelas


menyebutkan karakteristik tertentu, seperti jenis kelamin, ras, dan sebagainya, dan
menghambat adanya peluang yang sama.
2. Diskriminasi tidak langsung, terjadi saat peraturan yang bersifat netral menjadi
diskriminatif saat diterapkan di lapangan.
2

Contoh sikap Diskriminasi di tempat kerja

Diskriminasi dapat terjadi dalam berbagai macam bentuk:

1. Struktur gaji
2. Bagaimana perekrutan
3. Strategi yang dianut dalam promosi
4. Kondisi kerja umum bersifat diskriminatif

Diskriminasi di tempat kerja memiliki arti mencegah seseorang memenuhi aspirasi


profesional dan pribadi mereka tanpa memperhatikan prestasi. Teori statistik diskriminasi
berdasarkan pada gagasan bahwa perusahaan tidak dapat mengontrol produktivitas
pekerja secara individu. Akibatnya, pengusaha cenderung mengandalkan karakteristik
terlihat, seperti ras atau jenis kelamin, sebagai indikator produktivitas, sering diasumsikan
anggota dari kelompok tertentu memiliki tingkat produktivitas.

Penyebab Diskriminasi

Berikut adalah beberapa penyebab terjadinya diskriminasi, antara lain : Mekanisme


pertahanan psikologi, yang berarti seseorang akan melimpahkan kepada orang lain ciri-
ciri yang tidak disukai tentang dirinya. Kekecewaan. Orang yang kecewa akan
meletakkan kekecewaan mereka kepada 'kambing hitam'

Tindakan diskriminasi yang terjadi dalam masyarakat umum disebabkan oleh dua hal,
yaitu:
Prasangka merupakan perasaan negatif terhadap seseorang atau kelompok semata-mata
berdasar pada keanggotaan dalam sebuah kelompok tertentu. Prasangka dari suatu
kelompok terhadap kelompok lain muncul karena agresi. Sebuah kelompok akan
melakukan agresi apabila usahanya untuk memperoleh kekuasaan terhalang. Apabila
agresi terhalang oleh kelompok lain, maka agresi akan dialihkan dengan
mengkambinghitamkan kelompok lain tersebut. Tindakan ini akan berkembang menjadi
prasangka yang dianut oleh anggota kelompok yang melancarkan agresi.
Stereotip merupakan citra kaku tentang kelompok ras atau budaya lain tanpa
memerhatikan kebenaran dari citra tersebut. Contoh stereotip adalah pandangan terhadap
lapisan bawah masyarakat yang dinilai bersifat malas, bodoh, tidak berambisi, dan lain-
lain.

Prejudis, atau Prasangka berasal dari bahasa Latin. Pracjudicium yang berarti preseden
atau suatu penilaian berdasarkan keputusan dan pengalaman terdahulu. Richard W.
Brislin mengartikan prasangka sosial sebagai suatu sikap tidak adil, menyimpang atau
tidak toleran terhadap sekelompok orang. Prasangka itu sendiri bremacam-macam. Dan
yang paling populer adalah prasangka sosial kesukuan, agama dan gender.

Gerungan mengartikan prasangka sosial sebagai sikap perasaan orang-prang terhadap


golongan masnusia tertentu. Golongan ras atau golongan kebudayaan yang berlainan
dengan orang yang berprasangka itu. Prasangka sosial itu terdiri atas sikap-sikap sosial
yang negatif terhadap golongan lain dan mempengaruhi tingkah laku golongan manusia
tadi.

Tindakan diskriminatif dalam prasangka sosial dapat saja berupa tindakan-tindakan


bercorak menghambat-hambat, merugikan perkembangan orang yang diprasangkai,
bahkan mengancam kehidupan pribadi orang –orang yang hanya karena kebetulan
mereka berasal dari golongan orang yang diprasangkai.

Faktor-faktor yang menumbuhkan prasangka : Kepentingan. Jika terjadi benturan


kepentingan antara satu orang dengan orang lain terlebih orang yang berbenturan
kepentingan itu berasal dari kelompok atau golongan yang berbeda.
3

Faktor Kepribadian dari Orang yang Berprasangka. Orang yang berprasangka


biasanya memiliki kepribadian yang tidak toleran, kurang mengenal diri sendiri, kurang
berdaya cipta, tidak merasa aman, memupuk hayalan dan lain-lain.

Faktor Frustasi dan Agresi. Prasangka sosial dapat menjelma ke dalam tindakan-
tindakan diskriminatif, agresif terhadap orang yang diprasangkai. Teori frustasi yang
menimbulkan agresi, di mana orang- orang akan mengalami frustasi apabila maksd-
maksud dan keinginan yang diperjuangkan dengan intensif mengalami kegagalan atau
hambatan, akibatnya timbul perasaan jengkel atau perasaan-perasaan agresif yang akan
ditumpahkan kepada orang lain. Hal ini yang dinamakan denagn teori Seapegatisme :teori
kambing hitam.

prasangka mempunyai tiga komponen dasar yaitu kognitif, afektif, dan konatif (Mann
dalam Azwar 2003) :

1. Komponen kognitif
Komponen ini melibatkan apa yang dipikirkan dan diyakini oleh subjek mengenai objek
prasangka. Stereotip adalah salah satu contoh bentuk dari komponen kognitif.
2. Komponen afektif
Komponen ini melibatkan perasaan atau emosi (negatif) individu yang berprasangka
ketika berhadapan atau berpikir tentang anggota kelompok yang tidak mereka sukai.
Aspek emosional inilah yang biasanya berakar paling dalam dan bertahan sebagai
komponen sikap. Komponen ini sering disamakan dengan perasaan yang dimiliki
terhadap sesuatu. Namun, perasaan pribadi seringkali dapat berbeda perwujudannya
dengan perilaku aktual individu. Azwar (2003) menambahkan bahwa reaksi emosional
banyak dipengaruhi oleh kepercayaan (apa yang dipercayai) sebagai sesuatu yang benar
dan berlaku bagi objek tertentu.
3. Komponen konatif
Komponen ini melibatkan kecenderungan untuk berperilaku dengan cara tertentu
(negatif) atau bermaksud untuk melakukan tindakan (negatif) tersebut terhadap kelompok
yang menjadi target prasangka.

Contoh prejudis atau prasangka dalam psikolagi social

Prasangka di dalam psikologi sosial bahkan bisa membuat hubungan interpersonal


seseorang menjadi lebih terganggu. Melalui prasangka pula, seseorang bisa cenderung
terus saja berpikir negatif tetapi tidak ada alasan yang jelas dalam mendasari hal tersebut.
Berikut adalah beberapa contoh dari prasangka yang disesuaikan dengan teori-teori
mengenai psikologi prasangka. Kita bisa mempelajari lebih lanjut tentang teori prasangka
ini, setidaknya contoh-contoh ini bisa menjadi pengantar yang bagus sebelum kita
mempelajari teori prasangka:

Perbandingan sosial seperti misalnya membandingkan status sosial, status ekonomi,


kecantikan dan karakter juga bisa memicu timbulnya prasangka. Sebagai contoh, orang
yang lebih kaya tetapi jarang bergabung dalam kegiatan sosial mungkin akan dinilai
sebagai orang yang kikir dan sombong.
4

Daftar Pustaka

Syahid, Bilal.2021. Etnosentrisme – Pengertian, Metateori, Konsep, Faktor, Penyebab,

Dampak, Contoh, Para Ahli. https://www.gurupendidikan.co.id/etnosentrisme/ Diakses

pada tanggal 21 april 2021


Naykala.2017. Apa yang dimaksud dengan prasangka https://www.dictio.id/t/apa-yang-

dimaksud-dengan-prasangka/9030.Diaskes pada tanggal 21 april 2021

Anda mungkin juga menyukai