Redaksi menerima tulisan masalah ilmu administrasi. Redaksi berhak menyingkat dan
mengedit tulisan yang akan dimuat tanpa mengubah substansi isinya. Hak cipta dilindungi
oleh undang-undang.
Jurnal Efisiensi – Februari 2015 – Vol. XIII No. 1 – ISSN 1412-1131 – Hal. 1-15 1
ABSTRAK
Birokrasi pemerintah di Indonesia pada masa Orde Baru sering
diindetikkan dengan birokrasi yang korup dan lamban. Kemudian,
birokrasi pada masa Orde Reformasi yang diharapkan dapat menampilkan
wajah baru dari birokasi Orde Baru, pada kenyataannya gagal untuk
merepresentasi birokrasi yang mampu memahami konteks pelayanan yang
sesungguhnya. Bahkan korupsi meraja lela sampai birokrasi tingkat paling
bawah. Ekspetasi publik pun tidak mampu terrpresentasi dengan baik pada
Orde Reformasi.
cekatan dan cerdas dalam me- para birokrat sekalipun sikap dan
nangani berbagai masalah yang perilaku para birokrat tersebut
dihadapi masyarakat juga kurang seolah-olah menampakkan sisi
empati akan permasalahan yang kemanusiaan dan berpihak pada
dialami masyarakat. Para birokrat rakyat miskin. Rakyat miskin
yang ada dalam birokrasi cen- sering dijadikan sasaran untuk
derung berperilaku sebagai mencari keuntungan pribadi
’majikan’ dari pada sebagai dengan kemasan mengangkat
’pelayan’. mereka dari kemiskinan dan
Warsito menambahkan keterpurukan.
bahwa selama ini, banyak keluh- Dengan demikian, semakin
an masyarakat mengenai biro- jelas bahwa kemiskinan sering
krasi, diantaranya terlalu lamban, dijadikan ajang untuk menarik
terlalu kaku dan birokratis, tidak simpati publik dengan mem-
profesional, kurang peka, lebih bungkusnya sedemikian rupa se-
sebagai pangreh praja dari pada hingga seolah-olah masyarakat
pamong praja, dan lebih me- miskin menjadi tokoh sentral
ngedepankan kekuasaan, ke- yang harus diprioritaskan dalam
wenangan dari pada pelayanan konsep pembangunan di suatu
(2007: 188). daerah. Namun demikian, hal
Walaupun berbagai upaya tersebut tidak sepenuhnya selaras
dilakukan untuk mematahkan dengan realita yang ada di mana
stigma tersebut, namun upaya jumlah orang miskin tidak
yang dilakukan terkesan tidak berkurang secara signifikan
maksimal bahkan cenderung jauh seperti apa yang disuarakan para
dari harapan publik di mana para pejabat birokrasi pemerintah.
birokrat terkesan lebih banyak Ramlan Surbakti (Santoso,
mengambil ’manfaat untuk diri 2008: 116) mengatakan bahwa
sendiri’. Bahkan di mata rakyat pada fenomena birokrasi di
miskin, birokrasi sudah tidak Indonesia, kewenangan besar
mendapat kepercayaan dari yang dimiliki birokrat memberi
rakyat miskin dan sering mem- dampak di mana hampir semua
bangkitkan emosi mereka karena aspek kehidupan masyarakat di-
merasa terperdaya oleh trik-trik tangani birokrasi. Kewenangan
paling atas hingga yang ter- Thoha (2008: 95), perilaku pe-
bawah. layanan kepada publik di-
Bahkan Agus Dwianto tengarahi masih belum memberi
(Santoso, 2008: 120) mengatakan kepuasan kepada masyarakat. Hal
bahwa kinerja pelayanan biro- ini bukan karena sumber daya
krasi pemerintah pada masa pegawainya yang kurang ber-
reformasi tidak banyak me- kualitas, akan tetapi bentuk ke-
ngalami perubahan secara signifi- lembagaan pemerintah daerah
kan. Para birokrat tetap me- banyak dinilai kurang responsif
nunjukkan derajad rendah pada dan akuntabilitas. Bahkan Thoha
akuntabilitas, responsivitas dan menambahkan bahwa akun-
efisiensi penyelenggaraan pe- tabilitas publik masih belum
layanan publik. Kualitas layanan menjadi prime perfomance
publik juga diperparah oleh suatu kinerja yang menonjol bagi
kenyataan bahwa birokrasi sering instansi atau pejabat di daerah.
mengedepankan fungsi lain dari Kontrol yang dilakukan
pada fungsi layanan publik. masyarakat kurang memperoleh
Fungsi layanan publik men- respon. Lamanya waktu pelayan-
jadi bias dengan sikap pelayan an yang banyak dikeluhkan
publik yang belum sepenuhnya masyarakat tidak segera mem-
responsif terhadap apa yang peroleh perbaikan pelayanan
diharapkan publik untuk men- (2008: 95).
dapatkan pelayanan yang me- Koordinator ICW Ade
muaskan. Bahkan beberapa pe- Irawan menjelaskan, selain mem-
layan publik lebih fokus pada diri perkaya diri sendiri, motif
sendiri untuk mendapatkan man- korupsi politik adalah mem-
faat bagi dirinya sendiri dan perluas dan melanggengkan ke-
bukan pemanfaatan untuk kuasaan. Para pejabat politik
masyarakat. berlomba mengumpulkan pundi-
Situasi dan kondisi tersebut pundi untuk di-gunakan sebagai
juga berlaku pada pemerintah money politics dalam ajang
daerah yang belum menampak- pemilu dan pilkada. Mereka
kan hasil yang signifikan saat dengan culas memanfaatkan
otonomi dijalankan. Menurut kemiskinan rakyat untuk mem-
1. Tulisan merupakan suatu kajian ilmiah tentang masalah administrasi dan belum pernah
dipublikasikan pada media lain.
2. Tulisan disusun dengan sistematika ilmiah mencakup unsur-unsur : (a) judul, (b) abstrak (c)
pendahuluan tentang masalah yang dibahas, (d) tinjauan secara teoritis dan pembahasan, (e)
perspektif baru yang diajukan, (f) kesimpulan, (g) daftar pustaka dan, (h) biodata.
3. Judul tulisan dibuat secara singkat namun menggambarkan substansi isi, sebaiknya tidak lebih dari
sepuluh kata.
4. Abstrak yang menggambarkan intisari keseluruhan isi tulisan, disusun secara naratif, kurang lebih
100 kata, diketik satu spasi.
5. Di bawah abstrak ditulis kata kunci.
6. Penunjukan sumber acuan dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Azhar Kasirn (1998) menyatakan bahwa
b. Senada dengan pendapat Azhar Kasim (1998) bahwa
c. ... dikemukakan pula oleh Kristiadi (Azhar Kasim, 1998) kebijakan swastanisasi merupakan
....
7. Penulisan daftar pustaka:
a. Azhar Kasim. (nama, tahun, halaman). Pengukuran Efektivitas dalam Organisasi. Jakarta:
Lembaga Penerbit FEUI & PusatAntar Universitas Ilmu-ilmu Sosial.
b. March, J.G. dan J.P.Olsen (ed). 1990. Ambiguity and Choice in Organization. Oslo
Universitetsforlaget.
8. Biodata penulis dalam narasi, memuat nama lengkap, gelar, tempat dan tanggal lahir, pendidikan
terakhir, nama lembaga dan karya ilmiah yang relevan dengan masalah yang dibahas.
9. Nama penulis dan alamat dicantumkan di bawah judul, tanpa gelar.
10. Panjang tulisan 10 sampai 15 halaman kuarto ketik spasi ganda (MS Word, Arial 10), diterima
redaksi dalam bentuk print-out dua eksemplar dan CD.