Anda di halaman 1dari 19

REDAKSI

Ketua Dewan Redaksi : Djihad Hisyam, M.Pd.


Sekretaris Redaksi : Siti Umi Khayatun Mardiyah, M.Pd.
Anggota Redaksi : Joko Kumoro, M.Si.
Muslikhah Dwihartanti, M.Pd.
Arwan Nur Ramadhan, M.Pd.
Sekretariat : Isti Kistiananingsih, S.Pd.
Alamat Redaksi : Prodi Pendidikan Administrasi Perkantoran
Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri Yogyakarta
Kampus Karangmalang Yogyakarta 555281
Telp. (0274) 586168 Ext. 583 Fax. (0274) 554902
Website : http://journal.uny.ac.id/index.php/efisiensi
Email: efisiensi@uny.ac.id

Redaksi menerima tulisan masalah ilmu administrasi. Redaksi berhak menyingkat dan
mengedit tulisan yang akan dimuat tanpa mengubah substansi isinya. Hak cipta dilindungi
oleh undang-undang.
Jurnal Efisiensi – Februari 2015 – Vol. XIII No. 1 – ISSN 1412-1131 – Hal. 1-15 1

MODEL KEPEMIMPINAN DALAM REFORMASI BIROKRASI


PEMERINTAH

Rumsari Hadi Sumarto


hrumsari@yahoo.com

ABSTRAK
Birokrasi pemerintah di Indonesia pada masa Orde Baru sering
diindetikkan dengan birokrasi yang korup dan lamban. Kemudian,
birokrasi pada masa Orde Reformasi yang diharapkan dapat menampilkan
wajah baru dari birokasi Orde Baru, pada kenyataannya gagal untuk
merepresentasi birokrasi yang mampu memahami konteks pelayanan yang
sesungguhnya. Bahkan korupsi meraja lela sampai birokrasi tingkat paling
bawah. Ekspetasi publik pun tidak mampu terrpresentasi dengan baik pada
Orde Reformasi.

Oleh karena itu, untuk meluruskan kembali birokrasi yang menjadi


harapan publik dibutuhkan figur pemimpin birokrasi yang mampu menjadi
pelayan publik dan membawa organisasi birokrasi pemerintah menjadi
birokrasi yang berpihak pada masyarakat. Pemimpin birokrasi tersebut
juga inovatif dan kreatif dalam mengemban fungsi pelayanan kepada
publik sehingga dapat menjadi representasi pemerintahan milik
masyarakat yang berorientasi pada kesejahteraan masyarakat

Kata kunci: Kepemimpinan, Birokrasi Pemerintah, Reformasi Birokrasi

Model Kepemimpinan dalam Reformasi Birokrasi Pemerintah


(Rumsari Hadi Sumarto)
Jurnal Efisiensi – Februari 2015 – Vol. XIII No. 1 – ISSN 1412-1131 – Hal. 1-15 2

Pendahuluan baik karena mental para pe-


Organisasi pada dasarnya mimpin birokrasi pemerintah
memiliki roh yang bersemayam yang tidak menjiwai sepenuhnya
didalamnya yang dapat memberi jiwa pelayanan.
label pencitraan suatu organisasi. Seperti dilansir pada Tribun
Apabila label citra negatif me- bahwa sampai akhir 2014, ter-
lekat pada suatu organisasi, maka catat 325 kepala dan wakil kepala
jangka waktu usia organisasi ter- daerah, 76 anggota DPR dan
sebut akan sulit bertahan lama, DPRD, serta 19 menteri dan
atau apabila organisasi tersebut pejabat lembaga negara yang ter-
tetap bertahan, keberadaannya jerat kasus korupsi. Sejak pe-
layak untuk dipertanyakan. Hal nerapan otonomi daerah, sekitar
tersebut dapat terjadi karena roh 70 persen dari total kepala dan
kehidupan tidak bersemayam lagi wakil kepala daerah diseret ke
di dalam organisasi tersebut. meja hijau. Anehnya, data
Dengan demikian, roh organisasi statistik itu tidak menggentarkan
akan berkembang dengan baik pejabat-pejabat lain.
bila unsur-unsur didalamnya juga http://www.tribunnews.com/nasio
tinggal dan menampilkan hal-hal nal/2014/12/25.
yang positif, termasuk dalam hal Tidak dapat dipungkiri
ini pemimpin dalam suatu bahwa realita tersebut sangat
organisasi baik organisasi swasta memprihatinkan karena harapan
maupun organisasi pemerintah. masyarakat tidak terakomodasi
Keberadaan organisasi pe- dengan baik oleh para pemimpin
merintah akhir-akhir ini sering publik. Apa yang yang menjadi
menjadi sorotan publik akibat ekspektasi publik tidak mampu
perilaku beberapa pemimpin bi- dicerna dengan baik oleh para pe-
rokrasi pemerintah yang korup mimpin birokrasi pemerintah
dan tidak mampu merepresentasi- yang sulit merubah mental pe-
kan roh kehidupan yang positif jabat menjadi seorang yang ber-
dalam organisasinya. Roh pe- jiwa pelayanan dan fokus pada
mimpin yang diharapkan sebagai masyarakatnya. Bila permasalah-
pemimpin pelayan publik tidak an dalam kepemimpinan biro-
mampu terrepresentasi dengan krasi tersebut dianggap sebagai

Model Kepemimpinan dalam Reformasi Birokrasi Pemerintah


(Rumsari Hadi Sumarto)
Jurnal Efisiensi – Februari 2015 – Vol. XIII No. 1 – ISSN 1412-1131 – Hal. 1-15 3

suatu fenomena yang sudah biasa mempertahankan keberadaannya


terjadi, maka akan menjadi pre- adalah:1) Pemimpin yang mampu
seden buruk bagi citra organisasi menciptakan, memelihara dan
birokrasi pemerintah. Dengan mengubah organisasi sesuai
demikian, sangat dibutuhkan fi- dengan tuntutan; 2) Pemimpin
gur pemimpin publik yang ber- sebagai animator; 3) Pemimpin
orientasi pada kesejahteraan sebagai pemelihara budaya
rakyatnya bukan hanya sekedar organisasi; 4) Pemimpin sebagai
pencitraan bahwa mereka ter- agen pembaharuan; 5) Pemimpin
kesan peduli dengan rakyatnya. yang memandang ke depan (me-
mpertajam persepsi, meningkat-
Kepemimpinan kan motivasi, kemampuan meng-
Konteks kepemimpinan analisis, dan membagi kekuasaan
biasanya memang lekat dan sulit secara proporsional).
untuk dilepaskan dari suatu Pemimpin sebagai agen pem-
organisasi. Organisasi akan men- baharuan dan selalu memandang
jadi lebih baik jika organisasi ke depan merupakan pemimpin
tersebut memiliki seorang pe- yang penuh dengan inisiatif, kre-
mimpin yang memiliki ciri-ciri ativitas dan inovasi sehingga
kepemimpinan yang positif se- organisasi tidak hanya stagnan
hingga mampu membawa roh tetapi mampu menghadirkan
organisasi berumur panjang. Pe- sesuatu yang baru yang mampu
mimpin tersebut diharapkan be- memberi angin segar bagi organi-
bas dari sikap dan perilaku yang sasi tersebut. Dengan banyaknya
tidak bermoral seperti tidak me- kreativitas dan inovasi yang
lakukan korupsi yang meng- dimiliki, pemimpin tersebut tidak
untungkan diri sendiri, dan selalu mudah cepat puas diri atas
menawarkan hal yang positif prestasi yang telah dicapai tetapi
kepada bawahan serta situasi di juga tidak arogan dengan kelebih-
sekeliling organisasi termasuk di- an yang dimiliki sehingga tidak
dalamnya memiliki jiwa pelayan. menganggap dirinya sebagai
Menurut Schein (Ibrahim, orang yang paling berjasa dan
2008: 894) pemimpin yang di- unggul dalam organisasi tersebut.
butuhkan agar organisasi dapat Bahkan dengan kreativitas dan

Model Kepemimpinan dalam Reformasi Birokrasi Pemerintah


(Rumsari Hadi Sumarto)
Jurnal Efisiensi – Februari 2015 – Vol. XIII No. 1 – ISSN 1412-1131 – Hal. 1-15 4

inovasi yang diciptakan akan nya dan mampu membawa masa


memberikan nilai tambah bagi depan organisasi dengan me-
organisasi yang dipimpinnya nerapkan strategi yang tepat
sehingga nilai tersebut juga akan untuk kemajuan organisasi.
dapat dirasakan besar manfaatnya Peran pemimpin dalam
oleh masyarakat. lingkungan birokrasi pemerintah
Pemimpin yang dibutuhkan juga memegang peranan penting
sekarang dan ke depan selayak- demi kemajuan dari organisasi
nya berusaha mengembangkan birokrasi pemerintah yang di-
mutu, karakter, pola pikir, prinsip pimpinnya. Pemimpin tersebut
dan keberanian, mempertahankan mampu memberi teladan bagi
visi ke depan, sangat peduli bawahannya dan memiliki ke-
lingkungan, memiliki kekuatan beranian termasuk berani men-
yang mengandung energi dan jauhkan diri dari praktik korupsi,
semangat menatap masa depan kolusi dan nepotisme. Para pe-
(Hesselbein dalam Ibrahim, 2008: mimpin mampu menggerakkan
95). Seorang pemimpin yang baik bawahannya untuk mengabdi
adalah pemimpin tersebut mampu kepada kepentingan masyarakat
menciptakan lingkungan organi- dalam arti selalu mengutamakan
sasi yang kreatif melakui pola kepentingan masyarakat di atas
pikir, prinsip dan ke-beraniannya kepentingannya sendiri. Jiwa
sehingga bawahan juga menjadi kreatif yang dimiliki seyogyanya
kreatif, selalu mengembangkan dapat menciptakan suatu model
budaya berpikir positif, menerap- pelayanan yang diharapkan
kan efisiensi dalam segala hal, publik. Pemimpin birokrasi pe-
memberdayakan bawahan, berani merintah harus berani meng-
melakukan perubahan dan berani ambil keputusan baik di dalam
mengambil sebuah keputusan organisasi itu sendiri maupun
yang tidak popular sekalipun. yang berkaitan dengan ke-
Peran pemimpin sangat vital, sejahteraan masyarakat. Walau-
dalam arti tidak hanya menjadi pun pada awalnya keputusan
sumber inspirasi dan inovasi, tersebut sulit diterima oleh
tetapi juga memberikan teladan bawahan bahkan masyarakat,
dalam berperilaku bagi bawahan- namun bila keputusan tersebut

Model Kepemimpinan dalam Reformasi Birokrasi Pemerintah


(Rumsari Hadi Sumarto)
Jurnal Efisiensi – Februari 2015 – Vol. XIII No. 1 – ISSN 1412-1131 – Hal. 1-15 5

berkaitan dengan kebutuhan Mereka memiliki kepentingan


masyarakat secara umum, pe- dan untuk memenuhi kepentingan
mimpin tersebut akan tetap ber- tersebut, menjadikan birokrat
jalan ke arah yang dipandang bersikap diskriminatif dan tidak
sebagai arah yang benar dan taat asas. Mereka juga cenderung
membawa manfaat bagi banyak memperbesar ’kerajaan’ biro-
orang. krasinya; 2) Kinerja birokrasi dan
birokrat tidak dapat diukur. Order
Birokrasi yang mereka terima seringkali
Menurut Wibawa (2005: abstrak seperti meningkatkan ke-
327), birokrasi berasal dari kata cerdasan anak, menciptakan
biro (kantor) dan krasi (pe- manusia seutuhnya, dan men-
merintahan, pengelolaan sejahterakan seluruh manusia.
masyarakat). Dengan demikian, Karena sulit diukur, birokrasi
birokrasi adalah pemerintahan menjadi tidak terkontrol; 3)
atau pengelolaan masyarakat Kebijakan yang dibuat seringkali
yang dilakukan secara tertulis, sudah kadaluwarsa. Akibatnya
terencana, terdokumentasi secara jika birokrasi taat asas terhadap
rapi dan dilakukan orang-orang kebijakan yang dibuat secara
terdidik serta beradab. Kon- lambat ini, mungkin dampak
sekuensi dari aktivitas yang ter- negatif yang dihasilkan. Misal-
encana, tertulis dan terdokumen- nya, penanggulangan bencana
tasi tersebut adalah bahwa yang taat prosedur akan meng-
aktivitas tersebut dapat diukur hambat proses penyelamatan
keberhasilan atau kegagalannya. korban bencana.
Birokrasi dapat juga didefinisikan Banyak masalah publik
sebagai implementator kebijakan yang dihadapi akhir-akhir ini,
publik. tetapi yang paling utama adalah
Wibawa (2005: 328) juga perilaku birokrasi pemerintah
menambahkan bahwa ada tiga yang terus menomorduakan bah-
masalah yang melekat dalam kan mengorbankan kepentingan
birokrasi: 1) Birokrasi berisi publik. Masyarakat banyak me-
manusia sehingga mereka tidak nilai kinerja birokrasi yang
dapat 100% netral dan taat asas. lamban, tidak transparan, kurang

Model Kepemimpinan dalam Reformasi Birokrasi Pemerintah


(Rumsari Hadi Sumarto)
Jurnal Efisiensi – Februari 2015 – Vol. XIII No. 1 – ISSN 1412-1131 – Hal. 1-15 6

cekatan dan cerdas dalam me- para birokrat sekalipun sikap dan
nangani berbagai masalah yang perilaku para birokrat tersebut
dihadapi masyarakat juga kurang seolah-olah menampakkan sisi
empati akan permasalahan yang kemanusiaan dan berpihak pada
dialami masyarakat. Para birokrat rakyat miskin. Rakyat miskin
yang ada dalam birokrasi cen- sering dijadikan sasaran untuk
derung berperilaku sebagai mencari keuntungan pribadi
’majikan’ dari pada sebagai dengan kemasan mengangkat
’pelayan’. mereka dari kemiskinan dan
Warsito menambahkan keterpurukan.
bahwa selama ini, banyak keluh- Dengan demikian, semakin
an masyarakat mengenai biro- jelas bahwa kemiskinan sering
krasi, diantaranya terlalu lamban, dijadikan ajang untuk menarik
terlalu kaku dan birokratis, tidak simpati publik dengan mem-
profesional, kurang peka, lebih bungkusnya sedemikian rupa se-
sebagai pangreh praja dari pada hingga seolah-olah masyarakat
pamong praja, dan lebih me- miskin menjadi tokoh sentral
ngedepankan kekuasaan, ke- yang harus diprioritaskan dalam
wenangan dari pada pelayanan konsep pembangunan di suatu
(2007: 188). daerah. Namun demikian, hal
Walaupun berbagai upaya tersebut tidak sepenuhnya selaras
dilakukan untuk mematahkan dengan realita yang ada di mana
stigma tersebut, namun upaya jumlah orang miskin tidak
yang dilakukan terkesan tidak berkurang secara signifikan
maksimal bahkan cenderung jauh seperti apa yang disuarakan para
dari harapan publik di mana para pejabat birokrasi pemerintah.
birokrat terkesan lebih banyak Ramlan Surbakti (Santoso,
mengambil ’manfaat untuk diri 2008: 116) mengatakan bahwa
sendiri’. Bahkan di mata rakyat pada fenomena birokrasi di
miskin, birokrasi sudah tidak Indonesia, kewenangan besar
mendapat kepercayaan dari yang dimiliki birokrat memberi
rakyat miskin dan sering mem- dampak di mana hampir semua
bangkitkan emosi mereka karena aspek kehidupan masyarakat di-
merasa terperdaya oleh trik-trik tangani birokrasi. Kewenangan

Model Kepemimpinan dalam Reformasi Birokrasi Pemerintah


(Rumsari Hadi Sumarto)
Jurnal Efisiensi – Februari 2015 – Vol. XIII No. 1 – ISSN 1412-1131 – Hal. 1-15 7

yang terlalu besar tersebut meng- kelola pemerintahan yang baik,


akibatkan lebih menonjolnya maka reformasi birokrasi me-
peran birokrasi sebagai pem-buat rupakan suatu keharusan yang
kebijakan dari pada pelaksana tidak dapat ditawar.
kebijakan, dan lebih bersifat Orde reformasi sebenarnya
’menguasai’ dari pada melayani diharapkan mampu merubah
masyarakat. wajah dan citra birokrasi pe-
Pandangan negatif yang merintah. Namun demikian, fakta
mengarah pada birokrasi di justru memperlihatkan bahwa
Indonesia yaitu adanya penyakit reformasi birokrasi tidak mem-
birokrasi (bureaupathology) yang bawa dampak yang berarti bagi
selama ini dikenal dengan masyarakat Indonesia. Akibatnya
birokratism. Hal ini berkaitan masyarakat tidak dapat banyak
dengan pelayanan pemerintah memetik manfaat nyata dari Orde
yang menyangkut sistem dan Reformasi. Kurangnya komitmen
prosedur yang berbeli-belit, pemerintah terhadap reformasi
memakan waktu, biaya dan birokrasi ini sejalan dengan
tenaga (Warsito, 2007: 202). kurangnya komitmen pemerintah
Fenomena tersebut terjadi karena untuk memberantas KKN dalam
tradisi birokrasi yang dibentuk birokrasi pemerintahan Indonesia
lebih sebagai alat penguasa untuk selama ini.
menguasai masyarakat dengan Lantu, dkk (2007: 5)
segala sumber dayanya. Oleh mengatakan bahwa paradigma
karena itu perlu adanya reformasi dan pola pikir yang kolusi,
birokrasi. Pola birokrasi yang nepotis dan korup semakin
cenderung sentralistik dan kurang menjadi-jadi. Bahkan tampaknya
peka terhadap apa yang menjadi perilaku tersebut telah melebihi
ekspetasi publik, harus segera tindak penyimpangan di jaman
ditinggalkan, dan kemudian di- Orde Baru yang dikecam dan
fokuskan menjadi birokrasi yang dijadikan agenda reformasi untuk
terbuka, transparan, akuntabel, diberantas. Jikalau dahulu hal itu
profesional dan mampu mem- terjadi lewat satu komando dari
berikan pelayanan publik dengan atas, sekarang telah menyebar ke
baik. Untuk mewujudkan tata semua lapisan birokrasi dari yang

Model Kepemimpinan dalam Reformasi Birokrasi Pemerintah


(Rumsari Hadi Sumarto)
Jurnal Efisiensi – Februari 2015 – Vol. XIII No. 1 – ISSN 1412-1131 – Hal. 1-15 8

paling atas hingga yang ter- Thoha (2008: 95), perilaku pe-
bawah. layanan kepada publik di-
Bahkan Agus Dwianto tengarahi masih belum memberi
(Santoso, 2008: 120) mengatakan kepuasan kepada masyarakat. Hal
bahwa kinerja pelayanan biro- ini bukan karena sumber daya
krasi pemerintah pada masa pegawainya yang kurang ber-
reformasi tidak banyak me- kualitas, akan tetapi bentuk ke-
ngalami perubahan secara signifi- lembagaan pemerintah daerah
kan. Para birokrat tetap me- banyak dinilai kurang responsif
nunjukkan derajad rendah pada dan akuntabilitas. Bahkan Thoha
akuntabilitas, responsivitas dan menambahkan bahwa akun-
efisiensi penyelenggaraan pe- tabilitas publik masih belum
layanan publik. Kualitas layanan menjadi prime perfomance
publik juga diperparah oleh suatu kinerja yang menonjol bagi
kenyataan bahwa birokrasi sering instansi atau pejabat di daerah.
mengedepankan fungsi lain dari Kontrol yang dilakukan
pada fungsi layanan publik. masyarakat kurang memperoleh
Fungsi layanan publik men- respon. Lamanya waktu pelayan-
jadi bias dengan sikap pelayan an yang banyak dikeluhkan
publik yang belum sepenuhnya masyarakat tidak segera mem-
responsif terhadap apa yang peroleh perbaikan pelayanan
diharapkan publik untuk men- (2008: 95).
dapatkan pelayanan yang me- Koordinator ICW Ade
muaskan. Bahkan beberapa pe- Irawan menjelaskan, selain mem-
layan publik lebih fokus pada diri perkaya diri sendiri, motif
sendiri untuk mendapatkan man- korupsi politik adalah mem-
faat bagi dirinya sendiri dan perluas dan melanggengkan ke-
bukan pemanfaatan untuk kuasaan. Para pejabat politik
masyarakat. berlomba mengumpulkan pundi-
Situasi dan kondisi tersebut pundi untuk di-gunakan sebagai
juga berlaku pada pemerintah money politics dalam ajang
daerah yang belum menampak- pemilu dan pilkada. Mereka
kan hasil yang signifikan saat dengan culas memanfaatkan
otonomi dijalankan. Menurut kemiskinan rakyat untuk mem-

Model Kepemimpinan dalam Reformasi Birokrasi Pemerintah


(Rumsari Hadi Sumarto)
Jurnal Efisiensi – Februari 2015 – Vol. XIII No. 1 – ISSN 1412-1131 – Hal. 1-15 9

beli suara. Mereka tak mau ber- Adapun strategi reformasi


susah-payah melakukan kerja birokrasi antara lain: 1) Pem-
politik dan sosial untuk merebut baharuan mind set (pola pikir)
hati rakyat. dan culture set (budaya kerja); 2)
http://www.tribunnews.com/nasio Sistem manajemen pemerintahan,
nal/2014/12/25. yaitu penciptaan pola dasar
Dengan demikian, re- organisasi pemerintah, perubahan
formasi birokrasi harus kembali dari manajemen ketatausahaan ke
pada koridor yang benar. Re- manajemen sumber daya manusia
formasi biroktrasi harus mampu aparatur, simplikasi dan oto-
men-jawab keinginan publik bah- matisasi tata laksana, sistem dan
kan mampu mematahkan ang- prosedur dan mekanisme pe-
gapan ’miring’ publik terhadap layanan publik, perbaikan sistem
kinerja birokrasi pemerintah. pengelolaan aset milik negara,
Lebih rinci Sedarmayanti pembaharuan sistem manajemen
memaparkan bahwa reformasi keuangan pelayanan publik, dan
birokrasi berarti: 1) Perubahan perbaikan sistem pengawasan dan
cara berpikir; 2) Perubahan akuntabilitas aparatur
penguasa menjadi pelayan; 3) (Sedarmayanti 2009: 76).
Mendahulukan peranan dari Dengan demikian, refor-
wewenang; 4) Tidak berpikir masi birokrasi pada dasarnya me-
hasil produksi tetapi hasil akhir; rupakan suatu perubahan secara
5) Perubahan manajemen kinerja; mendasar, baik mind set, maupun
6) Mewujudkan pemerintahan culture set penyelenggara negara
yang baik, bersih dan stransparan dari mentalitas yang menguasai
dan profesional, bebas korupsi, masyarakat menjadikan pe-
kolusi dan nepotisme melalui nyelenggara negara (birokrasi)
penataan kelembagaan, penata-an yang melayani masyarakat serta
ketatalaksanaan, penataan sumber tata kelola pemerintahan yang
daya manusia aparatur, akun- dapat meminimalisir terjadinya
tabilitas, dan pelayanan dan tindakan KKN. Perubahan cara
kualitas pelayanan (2009: 71 – berpikir dan budaya penting
72). untuk segera direformasi me-
ngingat selama ini pelayan publik

Model Kepemimpinan dalam Reformasi Birokrasi Pemerintah


(Rumsari Hadi Sumarto)
Jurnal Efisiensi – Februari 2015 – Vol. XIII No. 1 – ISSN 1412-1131 – Hal. 1-15 10

sudah nyaman pada zona yang ini harus dibenahi melalui


tercipta pada kurun waktu sekian leardership development; 3)
lama sehingga sulit untuk mer- Membangun sistem birokrasi:
ubah mind set dan culture set yaitu dimulai dari pembenahan
mereka yang harus berfokus pada struktur, pe-nerapan strategi yang
pelayanan yang sesuai ekspektasi tepat dan pembenahan budaya
publik. organisasi; 4) Membangun ling-
Untuk membenahi biro- kungan birokrasi. Para birokrat
krasi, selayaknya perbaikan biro- dianjurkan untuk memperhitung-
krasi dimulai dari manusia yang kan pengaruh lingkungan baik
ada dalam birokrasi. Oleh karena lingkungan politik, hukum,
itu, memperbaiki birokrasi harus ekonomi, sosial budaya dan
dimulai dengan merubah cara etnologi agar tidak terjadi
berpikir, budaya dan moral para ketimpangan dalam mencapai
birokrat. Namun demikian, per- kesejahteraan masyarakat.
baikan birokrasi juga tergantung Adanya kepedulian dan ke-
dari pihak yang berkuasa yaitu terlibatan masyarakat dapat men-
pemimpin birokrasi pemerintah. dorong percepatan pembenahan
Keban (2008: 261) me- birokrasi di Indonesia.
ngemukakan bahwa ada beberapa Masyarakat harus disadarkan
aspek untuk memperbaiki bahwa pembenahan birokrasi
birokrasi, diantaranya: 1) Mem- adalah agenda yang menentukan
bangun visi birokrasi: yaitu di- nasib mereka. Pembenahan dapat
lakukan melalui proses inter- dilakukan dengan memotivasi
nalisasi atau institusionalisasi para elit birokrasi untuk me-
mulai dari tingkat nasional lakukan perubahan demi ke-
sampai tingkat kabupaten/kota, pentingan publik. Para elit
sehingga para elit birokrat me- birokrasi juga harus diberi
miliki unity purpose, niat dan keleluasaan untuk melakukan
komitmen bersama membangun perubahan tersebut.
negara Indonesia; 2) Membangun Pada era saat ini, birokrat
manusia birokrasi: hal yang di- dan birokrasi dituntut untuk
benahi terutama pada kualitas customer’s oriented atau
kepemimpinan birokrasi. Aspek customer approach pada

Model Kepemimpinan dalam Reformasi Birokrasi Pemerintah


(Rumsari Hadi Sumarto)
Jurnal Efisiensi – Februari 2015 – Vol. XIII No. 1 – ISSN 1412-1131 – Hal. 1-15 11

masyarakat yang memiliki oleh pemerintah. Oleh karena itu,


differentiated. Birokrasi dan biro- diperlukan pimpinan yang secara
krat dituntut dalam konsep dan terbuka mengasosiasikan kedua
perilaku yang mengarah pada komponen tersebut (Warsito,
putting the customer’s in the 2007: 210).
driver set (Warsito, 2007: 190). Untuk mewujudkan good
Dengan demikian, birokrasi governance, reformasi ke-
harus merubah ’frame’nya men- pemimpinan dalam birokrasi
jadi birokrasi yang melayani dapat dilakukan dengan meng-
publik secara nyata dan bukan adakan pembaharuan, diantara-
hanya slogan-slogan semu yang nya adalah reformasi harus
tidak pernah terealisir dan di- dilakukan secara sistematis dan
rasakan publik. Pemimpin biro- terpadu dalam memberikan
krasi diharapkan mampu menjadi pelayanan yang dapat memenuhi
pionir dan pemrakarsa serta ekspetasi atau harapan
teladan bagi bawahannya untuk masyarakat. Pada era reformasi
menjadi pelayan masyarakat. ini, birokrat terutama pemimpin
birokrasi pemerintah dituntut
Model Kepemimpinan dalam untuk akuntabel (accountability),
Ranah Birokrasi di Indonesia terbuka, peka dan tanggap atas
Kepemimpinan tidak bisa apa yang diinginkan publik,
lepas dari birokrasi. Ke arah bersikap profesional, integritas,
mana birokrasi berjalan tidak dan netral tidak memihak.
lepas dari gaya kepemimpinan Akuntabilitas sangat pen-
yang ada. Keberadaan pemimpin ting karena pemimpin birokrasi
dalam birokrasi dapat membawa pemerintah harus dapat memper-
birokrasi ke arah yang lebih baik, tanggungjawabkan kinerjanya ke-
tetapi bisa sebaliknya menjadikan pada masyarakat. Akuntabilitas di
birokrasi kehilangan daya atau sini mencakup pada efisiensi dan
kekuatan. penghematan dana, kekayaan dan
Dengan sendirinya, sumber daya manusia, dan
masyarakat juga harus tahu me- sumber-sumber lainnya. Akun-
ngenai seberapa besar kekuatan tabilitas juga mensyaratkan agar
dan kemampuan yang dimiliki pemimpin tidak hanya terpaku

Model Kepemimpinan dalam Reformasi Birokrasi Pemerintah


(Rumsari Hadi Sumarto)
Jurnal Efisiensi – Februari 2015 – Vol. XIII No. 1 – ISSN 1412-1131 – Hal. 1-15 12

pada per-aturan yang ada, tetapi suatu tempat. Masyarakat sebagai


juga menetapkan suatu proses sosok manusia adalah masyarakat
yang berkelanjutan dalam mem- yang tidak diam tetapi kritis bila
berikan pelayanan prima kepada mendapat perlakuan yang tidak
masyarakat. Dengan demikian, layak dalam mengakses pe-
pemimpin diharapkan dapat men- layanan publik. Masyarakat saat
jadi representasi pemerintahan ini adalah masyarakat modern
milik masyarakat yang ber- yang menuntut pelayanan cepat
orientasi pada kesejahteraan ber- dan modern serta transparan.
sama dan pemanfaatannya dapat Oleh karena itu, pemimpin
dirasakan bersama. birokrasi pemerintah seyogyanya
Robert Muller (Ibrahim, peka akan kebutuhan masyarakat
2008: 99) merumuskan ke- saat ini.
pemimpinan dalam birokrasi Menurut Wise (Keban,
pada era globalisasi hendaknya 2008: 252), birokrat yang di-
memiliki karakter: 1) Ber- hasilkan selama ini lebih ber-
orientasi kepada manusia; 2) postur politico dan delegates dari
Memberi perhatian sungguh- pada trustee. Postur birokrat
sungguh terhadap implementasi; sebagai politico cenderung me-
3) Memperhitungkan dan me- manfaatkan jabatannya untuk
manfaatkan kondisi lingkungan; melayani kepentingan ideologi
4) Berorientasi pada cara berpikir dan posisinya, dan sebagai
sistem; 5) Pragmatis, fleksibel, delegates, cenderung bertindak
dan mampu mengelola ketidak- sebagai wakil partai atau
pastian dan keragaman; 6) Ber- kelompok. Hal ini harus dihindari
orientasi pada masa depan. karena akan menggangu
Untuk menjadi seorang netralitas birokrasi dan mem-
pemimpin yang baik di dalam bangkitkan distrust di kalangan
sebuah birokrasi pemerintahan masyarakat. Postur yang ideal
perlu mengetahui bagaimana adalah trustee yaitu birokrat
birokrasi tersebut dilaksanakan. benar-benar bekerja untuk me-
Tidak dapat dipungkiri bahwa menuhi kepentingan publik.
fokus utama adalah masyarakat Oleh karena itu, pemimpin
sebagai manusia yang hidup di birokrasi harus membangun dan

Model Kepemimpinan dalam Reformasi Birokrasi Pemerintah


(Rumsari Hadi Sumarto)
Jurnal Efisiensi – Februari 2015 – Vol. XIII No. 1 – ISSN 1412-1131 – Hal. 1-15 13

memelihara trust dari masyarakat. kerja sama tim dan pengem-


Trust bukan merupakan ke- bangan komunitas, keterlibatan
yakinan buta (unconditional personal dalam proses pembuatan
belief) masyarakat terhadap pe- keputusan serta perilaku peduli
mimpin birokrasi, tetapi suatu dan etis.
reasoned expetation. Masyarakat Lebih rinci Sedarmayanti
akan percaya pada birokrasi jika (2009: 204) mengemukakan
birokrasi bertindak etis, adil, dan fokus utama pemimpin pelayan
tidak mengancam hak dan ke- adalah: 1) Pengembangan pe-
pentingan masyarakat, serta me- gawai; 2) Penciptaan nilai tambah
miliki niat baik dan selalu peduli bagi pelanggan; 3) Terciptanya
dengan kondisi sosial ekonomi kepuasan pelanggan; 4) Keber-
masyarakat (Keban, 2008: 253). hasilan organisasi berkesinam-
Selama ini masyarakat ber- bungan.
sikap apatis terhadap program Menurut Larry Spears
yang didesain oleh birokrasi (Lantu, dkk 2007: 40 – 43),
pemerintah karena setelah di- karakteristik pemimpin pelayan
realisasi biasanya tidak selaras adalah mendengarkan, empati,
dengan konteks pelayanan yang menyembuhkan, kesadaran diri,
adil dan merata bahkan men- persuasif, konseptualisasi, ke-
gancam kepentingan masyarakat. mampuan melihat masa depan,
Begitu banyak kasus korupsi kemampuan melayani, komitmen
pada program yang sebenarnya pada pertumbuhan individu, dan
dana tersebut menjadi hak rakyat. membangun komunitas.
Hector Ruiz (Sedarmayanti Sudah saatnya pemimpin
2009: 202) menekankan bahwa birokrasi pemerintah berfokus
inti tugas pemimpin adalah me- pada pelayanan publik yang se-
layani. Model baru kepemimpin- nyatanya dengan menciptakan
an saat ini adalah model ke- nilai tambah bagi masyarakatnya
pemimpinan yang mencoba sehingga akan tercapai kepuasan
simultan meningkatkan per- publik. Point penting yang harus
tumbuhan personal pegawai dan ditekankan adalah pemimpin
memperbaiki kualitas pelayanan birokrasi harus mampu melayani
organisasi melalui kombinasi dengan sepenuh hati pada

Model Kepemimpinan dalam Reformasi Birokrasi Pemerintah


(Rumsari Hadi Sumarto)
Jurnal Efisiensi – Februari 2015 – Vol. XIII No. 1 – ISSN 1412-1131 – Hal. 1-15 14

masyarakatnya dan bukan me- bawah, tetapi dari atas. Ke-


rekasa pelayanan tersebut untuk sadaran dan komitmen perlu-nya
kepentingan pribadi dan mem- reformasi sangat diharapkan
perkaya diri. Pemimpin birokrasi datangnya dari atas atau pimpin-
mampu mendengarkan dan an. Dengan demikian, pemimpin
empati akan suara publik, atas birokrasi pada dasarnya me-
apa yang dikehendaki publik. rupakan key person untuk mem-
Dengan komitmen yang tinggi bawa perubahan pada reformasi
untuk menjadi pelayan bagi birokrasi.
masyarakatnya, maka tujuan ber- Oleh karena itu, peran
sama membangun dan men- pemimpin untuk menciptakan
sejahterakan masyarakat akan wajah birokrasi yang lebih
menjadi fokus utama dan benar- humanis, mampu menjadi pe-
benar dapat direalisasi. layan yang baik, mengedepankan
profesionalitas sangat besar dan
Kesimpulan signifikan untuk terwujudnya
Birokrasi ideal yang di- pelayanan yang memuaskan bagi
harapkan oleh masyarakat adalah publiknya. Pemimpin dalam biro-
birokrasi yang dapat memberikan krasi diharapkan dapat menjadi
pelayanan seperti apa yang di- representasi pemerintahan milik
harapkan oleh masyarakat. Biro- masyarakat yang berorientasi
krasi bukan merupakan ’sesuatu’ pada kesejahteraan bersama.
yang menakutkan bagi mas-
yarakat sehingga masyarakat Daftar Pustaka
enggan ’bersinggungan’ dengan http://www.tribunnews.com/nasio
birokrasi walaupun pada ke- nal/2014/12/25/sejak-otonomi-
nyataannya mereka harus ’ber- daerah-70-persen-kepala-dan-
singgungan’ dengan birokrasi. wakil-kepala-daerah-terjerat-
Dengan demikian, tuntutan korupsi
kesadaran dan perubahan makna Ibrahim, H. Amin, 2008, Pokok-
birokrasi akan memberi warna pokok Administrasi Publik dan
baru bagi pelaksanaan demokrasi Implementasinya, PT Refika
pemerintah. Reformasi birokrasi Aditama, Bandung
bukan dimulai dari tingkat

Model Kepemimpinan dalam Reformasi Birokrasi Pemerintah


(Rumsari Hadi Sumarto)
Jurnal Efisiensi – Februari 2015 – Vol. XIII No. 1 – ISSN 1412-1131 – Hal. 1-15 15

Keban, Yeremias T., 2008, Enam Utomo, Warsito, 2007,


Dimensi Strategis Administrasi Publik Baru
Administrasi Publik, Konsep, Indonesia, Pustaka Pelajar,
Teori dan Isu, Gava Media, Yogyakarta
Yogyakarta Wibawa, Samudra, 2005,
Lantu, Donald, dkk, 2007, Reformasi Administrasi,
Servant Leadership, Gradiens Bunga Rampai Pemikiran
Books, Yogyakarta Administrasi Negara/Publik,
Santoso, Panji, 2008, Gava Media, Yogyakarta
Administrasi Publik, Teori dan
Aplikasi Good Governance,
PT Refika Aditama, Bandung Biodata
Sedarmayanti, 2009, Reformasi Rumsari Hadi Sumarto, SIP,
Administrasi Publik, MPA, merupakan staf pengajar di
Reformasi Birokrasi dan ASMI DESANTA, Jl. Wates 99,
Kepemimpinan Masa Kawasan Bayeman Permai,
Depan, Refika Aditama, Yogyakarta. Menyelesaikan studi
Bandung S1 dan S2 di Universitas Gajah
Thoha, Miftah, 2008, Birokrasi Mada pada bidang ilmu Ilmu
Pemerintah Indonesia di Era Administrasi Negara.
Reformasi, Prenada Media
Group, Jakarta

Model Kepemimpinan dalam Reformasi Birokrasi Pemerintah


(Rumsari Hadi Sumarto)
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN PENDIDIKAN ADMINISTRASI
Alamat: Karangmalang Yogyakarta, 55281, Telp. (0274) 586168 Ext. 583 Fax. (0274) 554902
Website : http://journal.uny.ac.id/index.php/efisiensi | e-mail : efisiensi@uny.ac.id

RAMBU-RAMBU TEKNIS PENULISAN UNTUK EFISIENSI

1. Tulisan merupakan suatu kajian ilmiah tentang masalah administrasi dan belum pernah
dipublikasikan pada media lain.
2. Tulisan disusun dengan sistematika ilmiah mencakup unsur-unsur : (a) judul, (b) abstrak (c)
pendahuluan tentang masalah yang dibahas, (d) tinjauan secara teoritis dan pembahasan, (e)
perspektif baru yang diajukan, (f) kesimpulan, (g) daftar pustaka dan, (h) biodata.
3. Judul tulisan dibuat secara singkat namun menggambarkan substansi isi, sebaiknya tidak lebih dari
sepuluh kata.
4. Abstrak yang menggambarkan intisari keseluruhan isi tulisan, disusun secara naratif, kurang lebih
100 kata, diketik satu spasi.
5. Di bawah abstrak ditulis kata kunci.
6. Penunjukan sumber acuan dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Azhar Kasirn (1998) menyatakan bahwa
b. Senada dengan pendapat Azhar Kasim (1998) bahwa
c. ... dikemukakan pula oleh Kristiadi (Azhar Kasim, 1998) kebijakan swastanisasi merupakan
....
7. Penulisan daftar pustaka:
a. Azhar Kasim. (nama, tahun, halaman). Pengukuran Efektivitas dalam Organisasi. Jakarta:
Lembaga Penerbit FEUI & PusatAntar Universitas Ilmu-ilmu Sosial.
b. March, J.G. dan J.P.Olsen (ed). 1990. Ambiguity and Choice in Organization. Oslo
Universitetsforlaget.
8. Biodata penulis dalam narasi, memuat nama lengkap, gelar, tempat dan tanggal lahir, pendidikan
terakhir, nama lembaga dan karya ilmiah yang relevan dengan masalah yang dibahas.
9. Nama penulis dan alamat dicantumkan di bawah judul, tanpa gelar.
10. Panjang tulisan 10 sampai 15 halaman kuarto ketik spasi ganda (MS Word, Arial 10), diterima
redaksi dalam bentuk print-out dua eksemplar dan CD.

Anda mungkin juga menyukai