Anda di halaman 1dari 13

1

Cantrang yang Dilarang : Potret Dinamika Protes Nelayan Juwana

Arum Isnaeny Kasanti

arumisnaeny@student.undip.ac.id

Departemen Politik dan Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,

Universitas Diponegoro

Abstrak

Kebijakan larangan penggunaan cantrang yang termuat dalam Permen KP Nomor 2


Tahun 2015 merupakan solusi yang dibuat oleh KKP untuk menjaga keberlangsungan
ekosistem laut. Munculnya kebijakan ini mendorong protes nelayan di seluruh Indonesia,
termasuk di Juwana Kabupaten Pati, Jawa Tengah. Gerakan protes nelayan menolak kebijakan
larangan penggunaan cantrang dilakukan di daerah dan di pusat mulai tahun 2015 hingga 2018.
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan faktor-faktor yang mendorong gerakan protes serta
dinamika gerakan protes nelayan Juwana.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan
teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara mendalam dan dokumentasi. Data
yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan metode triangulasi, yaitu membandingkan
data hasil wawancara, data hasil pengamatan dan data dokumen.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa protes nelayan Juwana disebabkan oleh
beberapa faktor antara lain faktor ekonomi, faktor sosial budaya, dan faktor politik. Selain itu,
dinamika gerakan protes nelayan Juwana dalam menolak kebijakan larangan penggunaan
cantrang sangat panjang, mulai dari protes daerah, protes pusat, pengaduan ke lembaga dan
pertemuan dengan Menteri dan Presiden. Protes nelayan Juwana merupakan protes yang
muncul akibat kekecewaan nelayan terhadap kebijakan. Untuk itu, Kementrian Kelautan dan
Perikanan harus dapat menemukan alat tangkap yang efektif sebagai pengganti cantrang dan
terus melakukan pendekatan dengan nelayan Juwana untuk mengetahui permasalahan
sebenarnya mengapa nelayan tidak mau beralih alat tangkap. Bagi nelayan Juwana dapat
mengikuti kesepakatan yang telah diberikan oleh KKP terkait tidak menambah kapal cantrang,
tidak menaikkan tonase kapal dan beroperasi di Wilayah Pengelolaan Perikanan atau WPP
yang telah ditentukan.

Kata Kunci: Protes, Nelayan, Kebijakan Cantrang


2

Prohibited Cantrang : Potrait of the Juwana Fishermen Dynamics Protest

Arum Isnaeny Kasanti

arumisnaeny@student.undip.ac.id

Departement of Politics and Government, Faculty of Social and Political Sciences,

Diponegoro University

Abstract

The policy on prohibiting the use of cantrang contained in ministerial regulation


Maritime Affairs and Fisheries number 2 of 2015 is a solution made by the Minister of Maritime
Affairs and Fisheries to maintain the sustainability of the marine ecosystem. The emergence of
this policy encouraged fishermen protests throughout Indonesia, including in Juwana Pati
Regency, Central Java. The protest movement of fishermen rejected the policy of prohibiting
the use of cantrang in the regions and at the center from 2015 to 2018. This study aims to
explain the factors that encourage the protest movement and the dynamics of the Juwana
fishermen protest movement.
The method used in this study is decriptive qualitative with data collection techniques
throughobservation, in-depth interviews and documentation. The data obtained are then
analyzed using the regulation method, which compares the data from interviews, obsevational
data and document data.
The results showed that the protests of Juwana fishermen were caused by several factors
including economic factors, socio-cultural factors, and political factors.In addition, the
dynamics of the Juwana fishermen protest movement in rejecting the policy of prohibiting the
use of cantrang is very long, ranging from regional protests, central protests, complaints to
institutions and meetings with Ministers and the President. The protests of the Juwana
fishermen were protests that arose due to fishermen's disappointment with the policy. For this
reason, the Ministry of Maritime Affairs and Fisheries must be able to find an effective fishing
gear as a substitute for cantrang and continue to approach Juwana fishermen to find out the real
problems why fishermen do not want to switch fishing gear. Juwana fishermen can follow the
agreement given by the KKP related to not adding cantrang vessels, not increasing vessel
tonnage and operating in predetermined Fisheries Management Areas.

Keywords: Protest, Fishermen, Cantrang Policy


3

Cantrang yang Dilarang : Potret Dinamika Protes Nelayan Juwana

Arum Isnaeny Kasanti


arumisnaeny@student.undip.ac.id

Departemen Politik dan Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Universitas Diponegoro

kelestarian sumber daya ikan di laut


A. PENDAHULUAN Indonesia
Kemunculan Permen KP
Pembangunan perekonomian Nomor 2 tahun 2015 mendapatkan
masyarakat tidak terlepas dari respon penolakan oleh nelayan.
pemanfaatan sumber daya yang ada. Penolakan dilakukan dengan
Tingkat persaingan yang semakin ketat melakukan protes baik skala lokal
memungkinkan berbagai cara dalam bahkan nasional. Kabupaten Pati
mengeksploitasi sumber daya tanpa khusunya Kecamatan Juwana sebagai
mempertimbangkan dampak untuk salah satu daerah yang melakukan
kehidupan di masa yang akan datang. penolakan terhadap kebijakan larangan
Penggunaan alat tangkap ikan cantrang catrang bersama dengan Front Nelayan
yang masuk dalam kategori trawl Bersatu (FNB) melakukan berbagai
menjadi polemik baru berkenaan aksi dan gerakan protes untuk menolak
dengan akibat dari penggunaannya. kebijakan yang telah disahkan 9 Januari
Penggunaan cantrang yang memiliki 2015. Penolakan terhadap Permen KP
tingkat selektivitas rendah dengan Nomor 2 Tahun 2015 belum mereda,
jumlah tangkapan sampingan lebih muncul peraturan baru nomor
besar dinilai dapat merusak ekosistem 71/PERMEN-KP/2016 tentang Jalur
laut. Penangkapan Ikan dan Alat
Pelarangan penggunaan Penangkapan Ikan di Wilayah
trawl telah ada sejak tahun 1980. Pengelolaan Perikanan Negara
Pelarangan penggunaan alat tangkap Republik Indonesia. Peraturan ini
ikan trawl kembali ditegaskan dengan semakin mempertegas larangan
berlakuknya Peraturan Menteri penggunaan cantrang untuk
Kelautan dan Perikanan Nomor 2 penangkapan ikan serta memunculkan
Tahun 2015 tentang Larangan aksi gerakan yang lebih besar oleh
Penggunaan Alat Penangkapan Ikan nelayan Juwana.
Pukat Hela (Trawls) dan Pukat Tarik Berdasarkan uraian diatas,
(Seine Nets) di Wilayah Pengelolaan maka tulisan ini akan membahas 2 poin.
Perikanan Negara Republik Indonesia Pertama, dinamika protes nelayan
yang menjelaskan bahwa alat tangkap Juwana dalam menolak kebijakan
ikan pukat tarik yang dilarang larangan penggunaan cantrang dan
penggunaannya meliputi: a. dogol kedua,. faktor-faktor yang
(danish seines); b. scottishseines; c. menyebabkan nelayan Juwana
pair seines; d. payang; e. cantrang; dan melakukan protes terhadap kebijakan
f. lampara dasar. Peraturan ini semakin larangan penggunaan cantrang .
menegaskan bahwa penggunaan trawl
tidak diperbolehkan.. Peraturan ini
dimaksudkan untuk meningkatkan
sumber daya ikan dan keberlangsungan
4

B. METODE PENELITIAN tidak membuahkan hasil sehingga


gerakan protes terus dilakukan.
Metode penelitian yang 2. Fase Pengaduan ke lembaga-
digunakan adalah pendekatan kualitatif lembaga
deskriptif dengan teknik pengumpulan Pada fase ini terdapat 2 lembaga
data yaitu wawancara, observasi dan yang menjadi tempat mengadu nelayan
dokumentasi. Penelitian ini dihasilkan Juwana. Pertama adalah Fraksi Partai
dari hasil wawancara yang dilakukan Kebangkitan Bangsa. Dalam
peneliti kepada beberapa informan pertemuan dengan Fraksi PKB, nelayan
yang terdiri dari Kepala Bidang menyampaikan keluhannya mengenai
Perikanan Tangkap Dinas Kelautan dan dampak dari kebijakan yang dibuat oleh
Perikanan Kabupaten Pati, Ketua KKP. Kedua adalah Ombudsman RI.
Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia Dimana nelayan Juwana bersama
(HNSI) Pati, WakilKetua Paguyuban dengan nelayan lainnya menuntut
Cantrang Mina Santosa, Ketua Front pencabutan Permen KP Nomor 2 Tahun
Nelayan Bersatu (FNB), nelayan 2015. Pada pengaduan ke Ombudsman
cantrang, pemilik kapal yang RI, mendapatkan hasil berupa
menggunakan alat tangkap cantrang rekomendasi Ombudsman RI untuk
dan LSM yang memiliki konsentrasi KKP yang berisi meminta KKp untuk
terhadap masalah larangan penggunaan menunda aturan tentang cantrang
cantrang. selama 2 tahun.
3. Fase protes setelah dikeluarkannya
C. HASIL PENELITIAN DAN Permen KP Nomor 71 Tahun 2016
PEMBAHASAN Saat rekomendasi Ombudsman
RI belum dilaksanakan oleh KKP, KKp
Dinamika Protes Nelayan Juwana mengeluarkan Permen KP Nomor 71
Tahun 2016 yang semakin memperjelas
Gerakan protes nelayan Juwana larangan penggunaan cantrang.
memiliki dinamika yang panjang, mulai Nelayan kembali takut melaut karena
dari protes yang dilakukan di daerah ada banyak operasi di tengah laut. Pada
hingga pusat. Dinamika gerakan protes fase ini, Gubernur Ganjar Pranowo
nelayan Juwana dibagi menjadi 3 fase, memiliki peran cukup banyak karena
sebagai berikut : beliau meminta KKP untuk
1. Fase protes awal kemunculan memperpanjang masa transisi dan
Permen KP Nomor 2 Tahun 2015 disetujui masa transisi hingga akhir
Setelah kemunculan Permen KP 2017. Pada awal tahun 2018 setelah
Nomor 2 Tahun 2015, mulai muncul masa transsi habis, nelayan Juwana
gerakan protes di daerah dan di pusat. kembali melakukan demo di istana
Protes di daerah dimulai tanggal 28 merdeka dengan masa yang lebih
Januari 2018 dengan melakukan aksi banyak.
blockade jalan pantura Pati-Rembang.
Pada fase ini, nelayan Faktor Penyebab Nelayan
mengatasnamakan dirinya sebagai Melakukan Protes
Front Nelayan Bersatu atau bisa
disingkat FNB. Protes kemudian Gerakan protes nelayan
dilanjutkan ke tingkat pusat yaitu di Juwana menolak kebijakan larangan
depan Kementrian KKP. Tuntutan yang penggunaan cantrang dipengaruhi oleh
disampaikan sama, yaitu menginginkan beberapa faktor. Pertama faktor
cantrang dilegalkan. Namun usaha ekonomi dimana cantrang merupakan
protes yang dilakukan nelayan Juwana alat penangkap ikan yang efektif dan
5

efisien menurut nelayan dengan waktu mewadai nelayan cantrang. Pada awal
trip yang singkat. Kondisi nelayan persiapan gerakan, pihak Paguyuban
Juwana yang sebagian besar memiliki Mina Santosa memfasilitasi untuk
pinjaman di bank membuat pemakaian mengadakan pertemuan yang bertujuan
alat cantrang adalah pilihan yang tepat membahas tindakan apa yang akan
karena dapat memperlancar dilakukan. Protes sebagai hasil dari
pembayaran utang di bank. Selain itu, kesepakatan bersama kembali
mengganti alat tangkap cantrang dipersiapkan dengan membahas
dengan alat tangkap lainnya seperti bagaimana protes yang akan dilakukan,
yang dianjurkan oleh KKP tidak lah apa saja yang akan dilakukan, kapan,
mudah. Dibutuhkan biaya yang besar berapa biaya yang dibutuhkan serta
untuk melakukan perombakan dan bagaimana biaya tersebut didapatkan.
penyesuaian kapal. Kedua faktor sosial Dalam persiapan protes terdapat
budaya, nelayan Juwana yang telah beberapa tokoh yang berpengaruh
lama menggunakan alat cantrang terhadap berjalannya protes, mereka
beranggapan bahwa cantrang bukan adalah koordinator protes dan
trawl dan cantrang tidak merusak koordinator FNB yaitu Rasmijan, Heri
lingkungan. Ketiga, faktor politik yaitu Budiarto, Bambang Wicaksono, dan
tidak adanya komunikasi KKP dengan Hadi Sutrisno. Semuanya adalah warga
nelayan yang menggunakan cantrang Desa Bendar Kecamatan Juwana
pada saat memutuskan kebijakan Kabupaten Pati.
larangan penggunaan cantrang. Selain 2. Penentuan Ide
itu, tidak adanya penjelasan ilmiah Dalam melakukan sebuah
terkait dampak catrang terhadap gerakan pasti ada proses penentuan ide.
ekosistem laut membuat nelayan Dalam menentukan ide protes, nelayan
kecewa dan merasa curiga terhadap Juwana melakukan kumpul bersama di
kemunculan peraturan tersenut. paguyuban terlebih dahulu dan
menentukan ide protes secara bersama-
Protes Nelayan Juwana sama. Selama tindakan yang dilakukan
adalah untuk kepentingan bersama,
Penolakan terhadap nelayan Juwana setuju untuk
diberlakukannya Permen KP Nomor 2 melakukan protes. Penentuan ide yang
Tahun 2015 diwujudkan dalam bentuk dilakukan di paguyuban membuka
protes yang berkepanjangan mulai ruang bagi seluruh nelayan baik
tahun 2015 hingga 2018. Protes yang pemilik kapal, nahkoda maupun ABK
disampaikan nelayan berupa untuk menyampaikan usulan mengenai
penolakan, keberatan, boikot dan tindakan protes yang akan dilakukan.
pemogokan disampaikan beramai- Sebagian besar ide protes yang
ramai di berbagai kesempatan. dilakukan di daerah adalah protes
Sebagaimana dinamika protes yang dengan cara blockade jalan, unjuk rasa
dijelaskan sebelumnya, gerakan protes dan penyampaian orasi. Ini dilakukan
yang dilakukan nelayan Juwana dengan tujuan untuk mengundang
memiliki tahapan-tahapan mulai dari perhatian media massa serta
persiapan, penentuan ide hingga masyarakat sehingga protes yang akan
pelaksanaan protes. dilakukan kedepannya dapat menjadi
1. Persiapan Protes peringatan bagi KKP maupun Presiden.
Persiapan protes dilakuka 3. Pelaksanaan Protes
dengan musyawarah bersama. Tahapan Setelah melalui tahap
persiapan protes dipermudah dengan persiapan dan penentuan ide,
adanya Paguyuban Mina Sentosa yang selanjutnya adalah pelaksanaan protes.
6

Pelaksanaan protes merupakan melakukan aksi protes. Sederhananya,


implementasi dari persiapan dan aksi protes nelayan Juwana muncul
penentuan ide yang telah karena nelayan merasa kekecewaan
dimusyawarahkan bersama. Setiap yang dalam hingga berujung pada
protes yang dilaksanakan nelayan kemarahan akibat dari berlakukannya
Juwana pasti ada koordinator protes Permen Nomor 2 Tahun 2015 yang
yang berperan dalam menjaga protes melarang penggunaan alat cantrang.
tetap kondusif dan aman. Baik untuk Nelayan Juwana yang telah nyaman
protes di pusat maupun protes dengan pendapatan hasil tangkapan ikan
dilakukan di daerah. Pelaksanaan dengan menggunakan alat cantrang
protes nelayan Juwana tidak melalui tidak dapat dengan mudah melepaskan
kendala, semua aksi protes yang cantrang sebagai alat tangkap yang
dilakukan selalu berjalan dengan tertib efektif dan efisien. Sebelum
dan aman. Peran koordinator protes diberlakukannya Permen Nomor 2
dalam mengatur berjalannya protes Tahun 2015, nelayan Juwana dapat
agar tepat sasaran menjadi kunci dalam dengan tenang mencari ikan di laut guna
pelaksanaan protes. Dalam pelaksanaan memenuhi kebutuhan hidup dan
protes nelayan Juwana selalu mensejahterakan keluarga, begitupun
didampingi dan dikawal oleh pihak dengan alat tangkap cantrang yang telah
kepolisian baik polda maupun polres. digunakan sejak jaman nenek moyang
Pelaksanaan protes yang berupa bukan merupakan alat tangkap yang
penyampaian tuntutan dengan cara dilarang atau merusak lingkungan.
berorasi merupakan aksi damai yang Sekarang cantrang menjadi salah satu
dijunjung tinggi oleh nelayan Juwana. alat tangkap yang memiliki keuntungan
besar dengan waktu trip singkat dan
Kemunculan Protes Nelayan Juwana jumlah tangkapan pun banyak. Nelayan
Juwana mulai merasakan keuntungan
Protes yang dilakukan nelayan
penggunaan alat cantrang dan ingin terus
Juwana dalam menolak kebijakan
mengembangkan cantrang dengan
larangan penggunaan cantrang
menambah grosston kapal agar dapat
merupakan bentuk aksi kolektif
menhasilkan tangkapan yang lebih
masyarakat nelayan yang memiliki rasa
banyak. Hal ini tidak sejalan dengan
kecewa yang sama akibat dari
KKP yang mengeluarkan kebijakan
diberlakukannya Permen Nomor 2
larangan penggunaan cantrang melalui
Tahun 2015. Nelayan yang kecewa
Permen KP Nomor 2 Tahun 2015.
terhadap diberlakukannya peraturan
Berlakukan Permen Nomor 2
tersebut mengasosiasikan diri mereka
Tahun 2015 justru membuat nelayan
kedalam sebuah aksi massa nelayan
Juwana berada dalam kondisi deprivasi
cantrang dan menyampaikan segala
relatif yang memunculkan protes
tuntutan, keluh kesahnya melalui protes
nelayan Juwana. Ini terjadi karena
baik di daerah maupun di pusat.
nelayan memiliki harapan yang tinggi
Pemilihan aksi protes bukan tanpa
terhadap alat tangkap cantrang yang
alasan. Nelayan menganggap cara yang
telah memenuhi kebutuhan mereka
paling mudah untuk merubah sesuatu
salama ini, berbanding terbalik dengan
yang telah diputuskan adalah dengan
KKP yang melarang penggunaan
mengumpulkan massa. Oleh karena itu,
cantrang dengan kebijakan yang ada.
nelayan Juwana yang memiliki
Terdapat kesenjangan antara apa yang
kesamaan nasib, merasa kecewa
telah dan diinginkan nelayan Juwana
terhadap pemerintah dan kehilangan
dengan apa yang diberikan KKP.
rasa aman dalam mencari nafkah bersatu
Nelayan Juwana sebagai salah satu
dan menciptakan sebuah identitas untuk
7

nelayan yang berhasil mengembangkan Nelayan Juwana memberikan


usaha dengan alat cantrang hanya ingin apresiasi akan kinerja KKP dalam
mendapat dukungan dari pemerintah meningkatkan kemakmuran nelayan
bukan mendapat pembatasan dari Indonesia dengan mengeluarkan
pemerintah sebagaimana yang terjadi kebijakan-kebijakan yang mendukung
sekarang. Selama ini nelayan Juwana nelayan Indonesia seperti mengusir kapal-
merasa telah memberikan dampak kapal asing yang beroperasi di wilayah
positif bagi pembangunan ekonomi di laut Indonesia. Kebijakan-kebijakan KKP
daerah. Pembuatan kebijakan oleh KKP yang demikian memberikan harapan besar
sebagai instansi yang bertanggungjawab bagi nelayan dalam mencapai
terhadap kemakmuran nelayan justru kemakmuran. Diberlakukannya Permen
dapat mematikan mata pencaharian Nomor 2 Tahun 2015 menjadi pukulan
nelayan cantrang Juwana yang nantinya bagi nelayan cantrang. Harapan yang
berakibat juga pada kesejahteraan dibangun berdasarkan kebijakan-
nelayan Juwana. kebijakan KKP secara tiba-tiba dipukul
Kesenjangan antara harapan oleh kebijakan KKP sendiri yang
nelayan dengan peraturan yang ada melarang penggunaan alat tangkap yang
dirasakan oleh semua nelayan yang selama ini digunakan nelayan. Kondisi ini
terkena dampak dari adanya peraturan sejalan dengan kondisi deprivasi progresif
tersebut sehingga kekecewaan terhadap dimana kebijakan-kebijakan yang
KKP bukan hanya dialami individu dikeluarkan awalnya mendukung nelayan
melainkan kelompok nelayan. sehingga harapan nelayan meningkat dan
Sebagaimana deprivasi fraternalistik, berjalan beriringan dengan
kelompok nelayan cantrang berada pada ditetapkannnya kebijakan, kemudian pada
kondisi dimana dengan adanya Permen waktu tertentu, kebijakan yang
Nomor 2 Tahun 2015, mereka dikeluarkan justru merugikan salah satu
membandingkan keadaan kelompok kelompok nelayan. Kondisi ini akan
mereka sekarang yang dipenuhi rasa menciptakan kekecewaan kelompok
was-was dan tidak bebas dalam bekerja nelayan Juwana yang dirugikan dan
dengan keadaan kelompok mereka menyebabkan kelompok tersebut mudah
dimasa lalu yang nyaman bekerja tanpa tersulut protes. Protes yang dilakukan
dihantui oleh operasi laut akibat nelayan Juwana dapat dikatakan sebagai
larangan penggunaan cantrang. protes yang teratur dan tidak merusak.
Harapan nelayan Juwana akan Pelaksanaan protes tidak merugikan
kemakmuran yang diperoleh dengan masyarakat dan tidak menganggu
menggunakan cantrang yang dilakukan ketentraman warga. Dalam aksi protesnya,
dengan keberanian untuk meminjam nelayan Juwana berusaha menyampaikan
uang di bank sebagai cara meningkatkan aspirasinya dengan melakukan blokade
usaha akan sia-sia jika kebijakan jalan, orasi, unjuk rasa dan pertemuan
mengenai larangan penggunaan sebagaimana fase protes baik di lokal
cantrang diterapkan. Melihat dari segi maupun pusat tanpa ada kekerasan dan
efektifitas dan efisiensi cantrang dalam perusakan fasilitas publik. Jika melihat
menangkap ikan menjadikan harapan dari tingkatan protes, tindakan protes yang
nelayan Juwana akan kemakmuran dilakukan oleh nelayan Juwana dalam
hidup dengan cantrang semakin menyampaikan penolakkannya terhadap
meningkat. Apapun akan dilakukan kebijakan masuk dalam tingkatan protes
untuk tetap mempertahankan cantrang simbolik dimana protes yang dilakukan
sebagai alat penangkapan ikan yang hanya berupa simbol untuk
legal. menyampaikan tuntutannya. Selama
masyarakat masih menganggap aksi protes
8

tersebut bukanlah sesuatu yang untuk mewujudkan tujuan bersama


mengancam maka aksi protes dapat melalui tindakan-tindakan kolektif.
dikatakan sebagai protes simbolik. Hal ini Tindakan kolektif dalam protes menjadi
didukung oleh pelaksanaan protes lokal basis utama dan satu-satunya sumber
maupun pusat yang dilakukan nelayan daya yang dimiliki sebuah gerakan untuk
Juwana yang mendapat kemudahan dalam menentang pihak-pihak yang lebih kuat.
perijinan baik di Polres, Polda maupun Nelayan sebagai salah satu elemen
Mabes. Kemudahan perijinan yang masyarakat memiliki identitas yang khas
diberikan tidak serta merta membuat dengan kedekatan secara fisik membuat
nelayan bertindak seenaknya dalam nelayan memiliki ikatan personal dan
pelaksanaan protes. Adanya ijin dari kedekatan satu sama lain. Kedekatan
Polres, Polda maupun Mabes bertujuan inilah yang memungkinkan nelayan
untuk mengawal nelayan dengan selalu tergabung dalam aksi massa untuk
menanyakan tindak lanjut dari gerakan berpartisipasi dalam protes. Protes
yang dilakukan nelayan. sebagai bagian dari aksi massa tidak akan
Tindakan nelayan yang tetap terlaksana apabila tidak ada partisipasi
mempertahankan cantrang sebagai alat dari perorangan, kelompok atau
penangkap ikan yang efektif dan tidak organisasi tertentu. Setiap pelaku aksi
merusak lingkungan merupakan cara massa pasti memandang partisipasi
nelayan untuk meyakinkan pemerintah sebagai suatu hal yang penting.
bahwa kebijakan mengenai larangan Partisipasi terhadap protes yang
penggunaan cantrang tidak seharusnya dilakukan nelayan Juwana terwujud
disahkan. Protes menolak Permen KP sebagai akibat dari adanya kekecewaan
Nomor 2 Tahun 2015 dengan tetap yang dirasakan bersama oleh nelayan
menggunakan alat tangkap cantrang cantrang Juwana yang kemudian
merupakan juga bentuk protes anti memungkinkan adanya potensi
kerjasama yang dilakukan nelayan mobilisasi atau terbentuknya orang-orang
Juwana terhadap KKP. Tingkatan protes yang mempunyai sikap positif terhadap
anti kerjasama (noncooperation) juga aksi protes itu sendiri. Orang yang
muncul dalam protes nelayan. Pada menjadi bagian dari potensi mobilisasi
tingkatan protes anti kerjasama, nelayan merupakan orang-orang yang baik secara
Juwana terus mendesak pemerintah dalam langsung maupun tidak langsung terkena
hal ini Kementrian Kelautan dan dampak dari adanya Permen KP Nomor 2
Perikanan (KKP) untuk memperpanjang Tahun 2015, terutama kebijakan tentang
ijin cantrang dan mengeluarkan Surat Ijin larangan penggunaan cantrang. Potensi
Penangkapan Ikan (SIPI) dan Surat Ijin mobilisasi nelayan Juwana juga terbentuk
Usaha Perikanan (SIUP) bagi kapal karena adanya kesamaan nasib dan rasa
cantrang yang selama ini tidak diterbitkan dirugikan oleh adanya kebijakan. Mereka
akibat munculnya Permen KP Nomor 2 mengasosiasikan diri mereka sebagai
Tahun 2015. Adanya masa transisi untuk nelayan cantrang yang kemudian
beralih alat tangkap tidak didindahkan membentuk rasa simpati terhadap aksi
nelayan Juwana . Nelayan Juwana tetap dan mulai menumbuhkan sikap untuk
ingin menggunakan alat tangkap cantrang bersama-sama berjuang mempertahankan
dan enggan unruk berganti alat tangkap. cantrang. Nelayan Juwana yang
membaca adanya potensi tersebut
Partisipasi Protes Nelayan Juwana bersama-sama dengan Front Nelayan
Bersatu atau FNB menguatkan potensi
mobilisasi yang ada hingga dapat menjadi
Partisipasi merupakan bagian penting bagian dari protes itu sendiri yang
dalam sebuah protes. Protes sebagai
bagian dari aksi massa merupakan upaya
9

diperkuat dengan melakukan upaya- nahkoda dan seluruh ABK kapal


upaya mobilisasi. cantrang atau minimal 15 ABK untuk
Adanya organisasi atau jaringan- ikut andil dan berpartisipasi dalam
jaringan yang memiliki kesamaan tujuan protes. Adanya ancaman tersebut
juga tidak luput dari potensi mobilisasi. membuat pemilik kapal dan nahkoda
Bagi nelayan Juwana, kerjasama antar harus mencari pengganti apabila ada
nelayan yang memiliki tujuan bersama ABK yang berhalangan hadir dalam
harus ditampung dan diperjuangkan protes. Hal ini dilakukan agar jumlah
bersama. Jaringan yang memiliki masa protes tidak berkurang.
kesamaan tujuan harus dapat direkrut Semua tahapan partisipasi
untuk menciptakan aksi yang lebih besar yang telah disebutkan diatas merupakan
dengan banyaknya jumlah partisipasi tahapan partisipasi nelayan Juwana
dalam aksi. Oleh karena itu dalam dalam menolak kebijakan larangan
meningkatkan partisipasi protes, penggunaan cantrang. Tidak mudah
Paguyuban Mina Santosa sebagai membuat perorangan, kelompok, atau
paguyupan khusus nelayan cantrang organisasi untuk ikut bergabung dalam
memiliki peran tersendiri dalam sebuah gerakan protes. Maka yang terjadi
perekrutan dan upaya mobilisasi. diatas tentu dilengkapi dengan apa yang
Paguyuban berperan memberikan info dinamakan sebagai penghalang
kepada para pemilik kapal cantrang partisipasi. Wujud dari penghalang
mengenai tindakan yang akan dilakukan. partisipati ditemui pada gerakan protes
Upaya ini dilakukan dengan yang terjadi di akhir 2017 dimana Front
memanfaatkan media WhatsApp untuk Nelayan Bersatu sebagai salah satu pihak
menginfokan kepada pemilik kapal yang berkontribusi dalam gerakan protes
cantrang. Nantinya pemilik kapal melawan kebijakan larangan penggunaan
cantrang akan meneruskan informasi cantrang menyatakan bubar dan
mengenai rencana aksi kepada nahkoda mengundurkan diri dari semua urusan
dan ABK kapal cantrang. Dari sinilah yang berkaitan dengan cantrang. Hal ini
upaya untuk merekrut dan memobilisasi terjadi karena koordinator FNB yaitu
masa dimulai. Bambang Wicaksono merasa tujuan
Walaupun sebagian nelayan utama dari aksi protes telah berubah dan
cantrang memiliki potensi untuk protes yang sekarang dilakukan adalah
dimobilisasi, namun ABK merupakan protes yang syarat akan kepentingan
kelompok yang kurang memiliki politis.
motivasi untuk berpartisipasi dalam Selama kurun waktu 2015
protes. Motivasi dalam protes hingga 2018 setidaknya telah terdapat
dipengaruhi oleh keuntungan dan lebih dari 6 kali protes baik di pusat
kerugian yang didapat dari keikutsertaan maupun di daerah. Pelaksaan protes
protes. Dalam protes nelayan Juwana sendiri dapat dikatakan berhasil apabila
ada ABK yang secara sadar ada tuntutan yang disampaikan dapat
berpartisipasi karena memiliki motivasi ditanggapi oleh lembaga atau institusi
untuk berpartisipasi berdasarkan dari yang diprotes. Protes yang dilakukan oleh
perhitungan untung dan rugi karena ini nelayan Juwana dan nelayan pantura
memang untuk kepentingan bersama, lainnya dapat dikatakan membuahkan
namun ada juga yang berpartisipasi hasil karena selama protes dilakukan,
karena terpaksa. Hal ini terjadi karena terjadi penundaan diberlakukannya
dalam pelaksanaan protes, untuk Permen Nomor 2 Tahun 2015 atau
menunjukkan masa protes yang banyak, perpanjangan transisi hingga 4 kali, yang
berdasarkan kesepakatan bersama pertama pada protes yang dilakukan pada
koordinator protes mewajibkan setiap awal tahun 2015 bersamaan dengan
10

rekomendasi ombudsman RI berhasil curiga terhadap kemunculan peraturan


mengubah perpanjangan masa transisi tersebut.
hingga 1 tahun yang berakhir pada Protes nelayan Juwana muncul
Desember 2016. Dilanjutkan dengan karena adanya kekecewaan yang
protes dan penyampaian keluh kesah dirasakan bersama oleh nelayan cantrang
kepada Gubernur Ganjar Pranowo yang terhadap diberlakukannya kebijakan
kemudian berhasil memperpanjang masa larangan penggunaan cantrang. Nelayan
transisi dari Januari hingga Juni 2017, memiliki harapan yang tinggi terhadap
kemudian diperpanjang lagi hingga akhir alat tangkap cantrang yang telah
2017, dan pada demo terakhir yang memenuhi kebutuhan mereka salama ini,
dilakukan pada 17 Januari 2018 berhasil berbanding terbalik dengan KKP yang
melunakkan kebijakan dengan melarang penggunaan cantrang dengan
perpanjangan cantrang dan masa transisi kebijakan yang ada. Terdapat kesenjangan
hingga bata waktu yang belum antara apa yang telah diperoleh dan
ditentukan. diinginkan nelayan Juwana dengan apa
yang diberikan KKP. Wujud dari
kekecewaan ini mendorong depeivasi
D. KESIMPULAN DAN SARAN progresif nelayan Juwana sebagai
pendorong munculnya aksi protes..
Kesimpulan Protes yang dilakukan nelayan
Juwana termasuk dalam protes simbolik
Protes nelayan Juwana menolak dan anti kerjasama. Protes yang dilakukan
kebijakan larangan penggunaan cantrang selalu diberi kemudahan dalam perijinan
dipengaruhi oleh beberapa faktor. Pertama sehingga tidak mengalami kendala yang
faktor ekonomi dimana cantrang serius saat melakukan protes. Hal ini
merupakan alat penangkap ikan yang didukung dengan peran coordinator protes
efektif dan efisien menurut nelayan yang mampu mengontrol protes agar
dengan waktu trip yang singkat. Kondisi berjalan dengan tertib tanpa kekerasan.
nelayan Juwana yang sebagian besar Pelaksanaan gprotes yang
memiliki pinjaman di bank membuat dilakukan nelayan Juwana dapat dikatakan
pemakaian alat cantrang adalah pilihan berhasil walaupun belum dapat
yang tepat karena dapat memperlancar melegalkan cantrang. Dari semua protes
pembayaran utang di bank. Selain itu, yang dilakukan mulai tahun 2015 hingga
mengganti alat tangkap cantrang dengan 2018, telah terjadi perpanjangan masa
alat tangkap lainnya seperti yang transisi cantrang hingga 4 kali dan
dianjurkan oleh KKP tidak lah mudah. sekarang masih dalam masa transisi
Dibutuhkan biaya yang besar untuk sampai batas waktu yang belum
melakukan perombakan dan penyesuaian ditentukan.
kapal. Kedua faktor sosial budaya,
Saran
nelayan Juwana yang telah lama
menggunakan alat cantrang beranggapan
Gerakan protes nelayan Juwana
bahwa cantrang bukan trawl dan cantrang
terjadi karena tidak adanya komunikasi
tidak merusak lingkungan. Ketiga, faktor
dari KKP terkait Permen Nomor 2 Tahun
politik yaitu tidak adanya komunikasi
2015 yang dinilai merugikan nelayan.
KKP dengan nelayan yang menggunakan
Nelayan kecewa dengan diberlakukannya
cantrang pada saat memutuskan kebijakan
larangan penggunaan cantrang tanpa
larangan penggunaan cantrang. Selain itu,
alasan yang jelas. Oleh karena itu, (1)
tidak adanya penjelasan ilmiah terkait
Kementrian Kelautan dan Perikanan harus
dampak catrang terhadap ekosistem laut
dapat menemukan alat tangkap yang
membuat nelayan kecewa dan merasa
efektif sebagai pengganti cantrang, (2)
11

terus melakukan pendekatan dengan


nelayan Juwana untuk mengetahui
permasalahan sebenarnya mengapa
nelayan tidak mau beralih alat tangkap. (3)
Bagi nelayan Juwana dapat mengikuti
kesepakatan yang telah diberikan oleh
KKP terkait tidak menambah kapal
cantrang, (4) tidak menaikkan tonase
kapal dan (5) beroperasi di Wilayah
Pengelolaan Perikanan atau WPP yang
telah ditentukan.
12

DAFTAR PUSTAKA

Amanah, S., & Farmayanti, N. (2014). Pemberdayaan Sosial Petani-Nelayan,


Keunikan Agroekosistem, dan Daya Saing. (S. Amanah, Ed.). Jakarta:
Pustaka Obor Indonesia.
Editor. (2011). Sociological Reference Guide;Theories of Social Movements. (S.
Press, Ed.). New Jersey.
Feierabend, I. K., & Gurr, T. R. (1971). Why Men Rebel. The American Political
Science Review (Vol. 65). https://doi.org/10.2307/1955058
Galuh, I. G. A. A. (2017). Media Sosial Dan Demokrasi: Transformasi Aktivitas
Media Sosial ke Gerakan Nyata Bali Tolak Reklame. Yogyakarta:
PolGov.
Haryanto, & Masoed, M. (1997). Gerakan Politik. Jakarta: BPP Depdagri.
Helmi, A., & Satria, A. (2012). Fisher ’ s Adaptation Strategies to Ecological
Changes Abstract. Makara Hubs-Asia, 16(1), 68–78.
https://doi.org/10.7454/mssh.v16i1.1494
Herdiansyah, H. (2011). Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu ilmu Sosial.
Jakarta: Salemba Humanika.
Kecamatan Juwana dalam Angka 2018. (2018). 33180.1811. Retrieved from
https://patikab.bps.go.id/publication/2018/09/26/2f030bd7806b0a35f2
964768/kecamatan-juwana-dalam-angka-2018.html
Kinseng, R. A. (2017). Decentralisation and the Living Conditions and Struggle
of Fishers: A Study in West Java and East Kalimantan. Journal of
Sustainable Development, 10(2), 71.
https://doi.org/10.5539/jsd.v10n2p71
Klandermans, B. (2005). Protes Dalam Kajian Psikologi Sosial. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Lestariono, T., Rosyid, A., & Wijayanto, D. (2013). Perbedaan Tingkat
Pendapatan Nelayan dan Tingkat Kelayakan Finansial Usaha
Perikanan Tangkap Payang dan Cantrang di Pelabuhan Perikanan
Pantai Tawang Kabupaten Kendal. Jurnal of Fisheries Resources
Utilization Management and Tecnology, 2(3), 20–29.
Lofland, J. (2015). Protes : Studi Tentang Perilaku Kolektif dan Gerakan Sosial.
Yogyakarta: Resist Book.
Manalu, D. (2009). Gerakan Sosial dan Perubahan Kebijakan Publik : Studi
Kasus Gerakan Perlawanan Masyarakat Batak vs PT Inti Indorayon
Utama di Sumatra Utara. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Manan, M. A. (2010). Nelayan Desa Bendar: Strategi dalam Mengatasi Kendala
Usaha Perikanan Tangkap. Jurnal Masyarakat Dan Budaya, 12(10),
307–330.
Moleong, L. J. (2013). Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Muntholib, A. (2009). Gerakan Protes Sosial Petani di Jawa pada Masa Kolonial
(dalam Perspektif Sejarah Sosial Pedesaan). Forum Ilmu Sosial, 36(1),
73–80. Retrieved from
http://garuda.ristekdikti.go.id/journal/article/136537
13

Nababan, B. O., Solihin, A., & Christian, Y. (2018). Indonesia Marine Felllows
Program -MFP : Dampak Sosial Ekonomi Kebijakan Larangan Pukat
Hela dan Pukat Tarik di Pantai Utara Jawa. PKSPL IPB.
Pramono, B. (2006). Strategi Pengelolaan Perikanan Jaring Arad Yang Berbasis
Di Kota Tegal. IPB (Bogor Agricultural University), Bogor.
Satria, A. (2015). Pengantar Sosiologi Masyarakat Pesisir. Jakarta: Yayasan
Pustaka Obor Indonesia. Retrieved from www.obor.or.id
Satria, G. (2017). Gerakan Perlawanan Masyarakat Pegunungan Rembang
Terhadap Pembangunan Pabrik Semen Indonesia Pada Tahun 2014-
2017.
Sugiyono. (2012). METODE PENELITIAN PENDIDIKAN pendekatan
Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Anda mungkin juga menyukai