PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. Tujuan
1. Tujuan Umum :
1
2. Tujuan Khusus :
C. Sasaran
D. Dasar hukum
2
7. SK Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 270/Menkes/SK/III/2007
tentang pedoman manajerial pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah
sakit dan fasilitas kesehatan lainnya;
BAB II
3
KEBERSIHAN TANGAN ( HAND HYGIENE )
Pendahuluan
Informasi yang berkaitan dengan pentingnya memelihara kebersihan tangan saat ada
di lingkungan rumah sakit dan bagaimana cara memelihara kebersihan tersebut serta
fasilitas yang diperlukan untuk memelihara kebersihan tangan agar dapat mencegah
penyebaran kuman dari pasien ke pasien atau dari pasien ke petugas serta sebaliknya.
Definisi
Kebersihan tangan adalah proses yang secara mekanik melepaskan kotoran dan
debris dari kulit tangan dengan menggunakan sabun /cairan antiseptik atau handrubs
berbasis alkohol.
4
3. Sesudah kontak dengan pasien.
4. Setelah menangani cairan tubuh.
5. Setelah kontak dengan lingkungan sekitar pasien.
b. Indikasi lainnya:
1. Segera : Setelah tiba di tempat kerja
2. Sebelum : # Menyediakan /mempeRSUpkan obat-obatan
# MempeRSUpkan makanan.
# Memberi makan pasien.
# Meninggalkan rumah sakit.
3.Diantara : Prosedur tertentu pada pasien yang sama dimana
Tangan terkontaminasi, untuk menghindari
kontaminasi silang.
4. Setelah : # Melepas sarung tangan.
# Melepas alat pelindung diri
# Menggunakan toilet, menyentuh / melap hidung
dengan tangan.
5
Larutan antiseptik dipakai pada kulit atau jaringan hidup lainnya untuk menghambat
aktivitas atau membunuh mikroorganisme pada kulit. Kulit manusia tidak dapat
disterilkan . Tujuan yang ingin dicapai adalah penurunan jumlah mikroorganisme
pada kulit secara maksimal terutama kuman transien.
d. Pengeringan tangan
Gunakan tissue atau handuk sekali pakai untuk mengeringkan tangan, tidak
dibenarkan menggunakan pengering tangan mekanik (hand dryer).
e. Tempat limbah tissue bekas sekali pakai.
Jika menggunakan handuk sekali pakai, tempat handuk bekas diletakkkan pada
wadah tertutup dengan injakan kaki.
Harus diperhatikan saat pengisian ulang sabun / cairan antiseptik; bersihkan dahulu
tempat sabun / cairan antiseptik dan keringkan kemudian isi kembali tempat sabun /
cairan antiseptik. Hal ini untuk menghindari terjadinya kontaminasi bakteri pada larutan /
cairan antiseptik.
2. Cuci tangan dengan handrubs berbasis alkohol
Handrubs antiseptik berisi alkohol derivate isopropanol, etanol, n-propanol atau
kombinasi dua diantaranya dengan menambahkan emolien seperti gliserin, glisol
propelin atau sorbitol untuk melembabkan kulit.
7
Handrubs digunakan untuk tangan yang yang terlihat bersih dan efektif membunuh
flora resident dan flora transient
Larutan handrubs antiseptik lebih efektif, murah dan mudah dibuat. Membutuhkan
waktu untuk kebersihan tangan lebih singkat yaitu 15 detik.
Penempatan alkohol handrub dapat dimana saja dan mudah dijangkau oleh petugas
kesehatan , pasien dan pengunjung rumah sakit seperti di pintu masuk atau keluar
ruangan, di dekat lift , di poli-poli dimana banyak pasien dan keluarganya berkumpul,
di samping tempat tidur pasien, di setiap meja / trolley tindakan.
Tehnik cuci tangan dengan alkohol handrubs menggunakan tehnik cuci tangan 6 langkah
yaitu :
1. dimulai dari mengambil cairan handrubs di telapak tangan dengan menekan
tautan sekali tekan
2. gosokkan di telapak tangan, punggung tangan dan sela-sela jari tangan sampai
ujung jari tangan kanan dan sebaliknya tangan kiri, sela-sela jari kiri dan kanan,
kedua jari kanan dan kiri ditautkan, ibu jari tangan kiri dalam genggaman tangan
kanan diputar pada tangan kanan dan kiri bergantian, gosokkan ujung jari kanan
ke telapak kiri bergantian
3. tangan dalam keadaan bersih
4. dilakukan dalam waktu 20-30 detik
8
3. Cuci tangan bedah ( surgical hand washing)
Penggunaan cairan dengan aktifitas antimikroba yang luas terhadap bakteri dan
jamur.
Secara umum dapat menggunakan sabun yang mengandung chlorhexidine gluconate
atau povidine iodine.
Tidak dianjurkan untuk menyikat kuku (surgical srub) secara rutin karena akan
merusak kulit, sehingga mempermudah kuman berkembang biak dan menetap pada
kulit.
Direkomendasikan untuk menyikat kuku dengan sponge atau kombinasi sponge dan
sikat yang steril dan sekali pakai ( single-use ) pada operasi pertama di hari tersebut.
Cuci tangan bedah dilakukan minimal 3-5 menit
10
Lakukan hal yang sama untuk lengan yang lain dengan mengambil 5 ml alcohol
handrubs pada telapak tangan kanan dengan menekan dispenser dengan siku .
Cuci ujung jari tangan kedalam cairan alcohol handrubs pada tangan kiri untuk
dekontaminasi ujung-ujung jari (5 detik). Lakukan hal yang sama pada lengan kiri
seperti pada tangan kanan.
Kemudian ambilah 5 ml alcohol handrubs pada telapak tangan kiri dengan
menggunakan siku dan lakukan usapan dimulai dari telapak tangan, punggung
tangan kanan dan kiri, sela-sela jari- jari, tautkan kedua jari kiri dan tangan,
usapan pada ibu jari dengan gerakan memutar pada ibu jari kiri dan kanan,
gosokkan ujung-ujung jari pada telapak tangan lain bergantian kiri dan kanan,
terakhir biarkan tangan kering, dilanjutkan pemakaian gaun steril dan sarung
tangan steril.
Penerapan metode cuci tangan
11
Kuku jari yang panjang baik alami maupun buatan lebih mudah melubangi sarung
tangan (Olsen, dkk 1993). Oleh karena itu kuku harus dijaga tetap pendek, tidak lebih
dari 3 mm melebihi ujung jari.
2. Kuku buatan
Kuku buatan ( pembungkus kuku, ujung kuku, pemanjang akrilik ) yang dipakai oleh
petugas kesehatan dapat berperan dalam infeksi rumah sakit ( Hedderwick, dkk
2000). Selain itu telah terbukti bahwa kuku buatan dapat berperan sebagai reservoir
untuk bakteri gram negatif sehingga pemakaian oleh petugas kesehatan harus
dilarang.
3. Cat kuku
Penggunaan cat kuku saat bertugas tidak diperkenankan.
4. Perhiasan
Penggunaan perhiasan saat bertugas tidak diperkenankan.
12
‘
BAB III
ALAT PELINDUNG DIRI
Pelindung barier yang secara umum disebut sebagai alat pelindung diri ( APD ),
telah digunakan selama bertahun-tahun untuk melindungi pasien dari mikroorganisme yang
ada pada petugas kesehatan. Namun dengan munculnya AIDS dan hepatitis C serta
13
meningkatnya kembali tuberkulosis di banyak negara, pemakaian APD menjadi sangat
penting untuk melindungi petugas. Agar menjadi efektif, APD harus digunakan secara benar.
Misalnya gaun dan duk bolong telah terbukti dapat mencegah infeksi luka hanya bila dalam
keadaan yang kering. Sedangkan dalam keadaan basah, kain bertindak sebagai spons yang
menarik bakteri dari kulit atau peralatan melalui bahan kain sehingga dapat
mengkontaminasi luka operasi.
Alat Pelindung Diri mencakup sarung tangan, masker, alat pelindung mata
(pelindung wajah dan kaca mata), topi, gaun, apron dan pelindung lainnya.
Pedoman umum Alat Pelindung Diri ( APD )
1. Tangan harus selalu dibersihkan meskipun menggunakan APD
2. Lepas dan ganti segala perlengkapan APD yang dapat digunakan kembali yang
sudah rusak / sobek segera setelah diketahui APD tidak berfungsi optimal
3. Lepaskan semua APD segera setelah selesai memberikan pelayanan dan
menghindari kontaminasi
a. Lingkungan di luar ruang isolasi
b. Para pasien atau pekerja lain
c. Diri sendiri
4. Buang semua perlengkapan APD dengan hati-hati dan segera membersihkan
tangan / cuci tangan
5. Perkirakan risiko terpajan cairan tubuh atau area terkontaminasi sebelum
melakukan kegiatan perawatan / tindakan
6. Pilih APD sesuai dengan perkiraan risiko terjadi pajanan
7. Menyediakan sarana APD bila emergensi/ dibutuhkan
14
Memakai sarung tangan tidak dapat menggantikan tindakan mencuci tangan atau
pemakaian antiseptik yang digosokkan pada tangan.
Sebagian besar prosedur pengendalian nosokomial dan isolasi memerlukan sarung
tangan sebagai alat pelindung diri. Satu pasang sarung tangan harus digunakan untuk setiap
pasien, untuk menghindari kontaminasi silang ( CDC, 1987 ).
Bagi petugas kebersihan, petugas laundry, pekarya serta petugas yang menangani
dan membuang limbah medis diharuskan menggunakan sarung tangan rumah tangga, bila
tidak ada sarung tangan rumah tangga dapat menggunakan dua lapis sarung tangan.
Jenis sarung tangan :
1. Sarung tangan bersih
2. Sarung tangan steril
3. Sarung tangan rumah tangga
Untuk memenuhi tujuan tersebut, sarung tangan dikelompokkan menjadi :
1. Sarung tangan non-steril, yang digunakan untuk:
Melindungi tangan petugas dari semua cairan tubuh pasien ( kecuali keringat),
dan melindungi pasien dari mikroorganisme pada tangan petugas.
Merupakan pembatas fisik terpenting untuk mencegah transmisi atau
penyebaran infeksi, tetapi harus diganti setiap berpindah perawatan ke
bagian tubuh yang lain pada satu (1) pasien atau setiap berpindah ke pasien
lainnya untuk mencegah transmisi silang.
Tindakan-tindakan yang memerlukan sarung tangan non steril :
Pemeriksaan gigi dan mulut.
Melakukan pemeriksaan THT dan Mata.
Melakukan suctioning saluran nafas .
Asuhan keperawatan pada pasien seperti, menggosok gigi dan
membersihkan mulut, membersihkan mata – telinga – hidung ,
membersihkan alat kelamin atau dubur ( cebok ), mengganti popok /
diapers dan membuang diapers, melakukan vulva hygiene , mengukur dan
membuang urin dari kantong urin ( urin bag ), mengganti sprei – perlak –
stik laken, memasukkan obat supositoria melalui dubur, memasang dan
melepas selang NGT serta melepas kateter dan infus.
15
Membersihkan tempat tidur dan lemari pasien, troli tindakan, bedside
monitor, syringe pump monitor, inkubator dan standar infus.
Memegang atau menangani benda-benda habis pakai pasien seperti : linen,
baju pasien, kateter vena / urin / NGT / kassa / dressing infus atau luka ,
bekas jarum infus, instrumen medis yang tercemar cairan tubuh pasien.
16
b. Jaga agar kuku selalu pendek untuk menurunkan risiko sarung tangan
robek
c. Tarik sarung tangan bedah ke atas manset gaun operasi untuk
melindungi pergelangan tangan.
d. Gunakan pelembab untuk mencegah kulit tangan kering / berkerut.
e. Jangan menggunakan lotion atau krim berbasis minyak, karena akan
merusak sarung tangan dari bahan lateks.
f. Jangan menggunakan cairan pelembab yang mengandung parfum.
g. Jangan menyimpan sarung tangan di tempat dengan suhu yang terlalu
panas atau terlalu dingin misalnya di bawah sinar matahari langsung,
didekat pemanas , AC, cahaya ultraviolet, cahaya fluoresen atau mesin
rontgen, karena dapat merusak bahan sarung tangan sehingga mengurangi
efektifitas sebagai pelindung.
h. Jangan menggunakan sarung tangan pakai ulang.
B. Masker
Harus cukup besar untuk menutupi hidung, mulut, bagian bawah dagu dan rambut
pada wajah ( jenggot ). Masker dipakai untuk menahan cipratan yang keluar sewaktu
petugas kesehatan atau petugas bedah berbicara, batuk atau bersin serta untuk mencegah
percikan darah atau cairan tubuh lainnya memasuki hidung atau mulut petugas kesehatan.
Bila masker tidak terbuat dari bahan tahan cairan, maka masker tersebut tidak efektif untuk
mencegah kedua hal tersebut. Pada perawatan pasien yang telah diketahui atau dicurigai
menderita penyakit menular melalui udara atau droplet, masker yang digunakan harus dapat
17
mencegah partikel mencapai membran mukosa dari petugas kesehatan yang disebut
respirator.
Masker, goggle dan visor melindungi wajah dari percikan darah. Untuk melindungi
petugas dare infeksi saluran nafas maka diwajibkan menggunakan masker sesuai aturan
standar. Pada fasilitas kesehatan yang memadai petugas dapat memakai respirator sebagai
pencegahan saat merawat pasien multidrug resistance ( MDR ) atau extremely drug
resistance ( XDR ) TB.
Beberapa masker mengandung komponen lateks dan tidak bisa digunakan oleh
individu yang alergi terhadap lateks. Petugas harus mempunyai cukup waktu untuk
menggunakan dan melepaskan masker dengan baik sebelum bertemu dengan pasien.
D. Topi
Topi digunakan utuk menutup rambut dan kulit kepala sehingga serpihan kulit dan
rambut tidak masuk ke dalam luka selama pembedahan. Topi harus cukup besar untuk
menutup semua rambut. Meskipun topi dapat memberikan sejumlah perlindungan pada
pasien, tetapi tujuan utamanya adalah untuk melindungi pemakainya dari darah atau cairan
tubuh yang terpercik atau menyemprot.
E. Gaun pelindung
Digunakan untuk menutupi atau mengganti pakaian biasa atau seragam lain, pada
saat merawat pasien yang diketahui atau dicurigai menderita penyakit menular melalui
droplet / airborne. Pemakaian gaun pelidung terutama adalah untuk melindungi baju dan
kulit petugas kesehatan dari sekresi respirasi. Ketika merawat pasien yang diketahui atau
dicurigai menderita penyakit menular tersebut, petugas kesehatan harus mengenakan gaun
pelindung setiap memasuki ruangan untuk merawat pasien karena ada kemungkinan
terpercik atau tersemprot darah, cairan tubuh, sekresi atau ekskresi. Pangkal sarung tangan
18
harus menutupi ujung lengan gaun . Lepaskan gaun sebelum meninggalkan area pasien.
Setelah gaun dilepas pastikan bahwa pakaian dan kulit tidak kontak dengan bagian yang
potensial tercemar, lalu cuci tangan segera untuk mencegah berpindahnya organisme.
E. Apron
Apron terbuat dari karet atau plastik. Merupakan penghalang tahan air untuk
sepajang bagian depan tubuh petugas keehatan. Petugas kesehatan harus mengenakan
apron dibawah gaun penutup ketika melakukan perawatan langsung pada pasien ,
membersihkan pasien atau melakukan prosedur dimana ada risiko tumpahan darah, cairan
tubuh atau sekresi. Hal ini penting jika gaun pelindung tidak tahan air. Apron akan
mencegah cairan tubuh pasien mengenai baju dan kulit petugas kesehatan.
G. Pelindung kaki
Digunakan untuk melindungi kaki dari cedera akibat benda tajam atau benda berat
yang mungkin jatuh secara tidak sengaja ke atas kaki. Oleh karena itu, sandal , “sandal jepit”
atau sepatu yang terbuat dari bahan lunak ( kain ) tidak boleh dikenakan. Sepatu boot karet
atau sepatu kulit tertutup memberikan lebih banyak perlindungan , tetapi harus dijaga tetap
bersih dan bebas kontaminasi darah atau tumpahan cairan tubuh lain. Penutup sepatu tidak
diperlukan jika sepatu bersih. Sepatu yang tahan terhadap benda tajam dan kedap air harus
tersedia di kamar bedah.
19
2. Kenakan pelindung kaki
3. Kenakan sepasang sarung tangan pertama
4. Kenakan gaun luar
5. Kenakan celemek plastik
6. Kenakan sepasang sarung tangan kedua
7. Kenakan masker
8. Kenakan penutup kepala
9. Kenakan pelindung mata
Langkah-langkah melepaskan APD pada ruang perawatan isolasi kontak dan airborne :
1. Lepaskan sepasang sarung tangan ( atau sarung tangan bagian luar )
a. Bagian luar sarung tangan telah terkontaminasi
b. Pegang bagian luar sarung tangan dengan sarung tangan lainnya, lepaskan
c. Pegang sarung tangan yang telah dilepas dengan menggunakan tangan yang
masih memakai sarung tangan
d. Selipkan jari tangan yang sudah tidak memakai sarung tangan di bawah
sarung tangan yang belum dilepas di pergelangan tangan
e. Lepaskan sarung tangan di atas sarung tangan pertama
20
f. Buang sarung tangan di tempat limbah infeksius
g. Lakukan kebersihan tangan
2. Lepaskan celemek/apron
3. Lepaskan gaun pelindung
a. Ingatlah bahwa bagian depan gaun dan lengan gaun pelindung telah terkontaminasi.
b. Lepas tali.
c. Tarik dari leher dan bahu dengan memegang bagian dalam gaun pelindung saja.
d. Balik gaun pelindung.
e. Lipat atau gulung menjadi gulungan dan letakkkan di wadah yang telah disediakan
untuk diproses ulang atau buang di tempat limbah infeksius.
4. Disinfeksi tangan yang mengenakan sarung tangan
5. Lepaskan pelindung mata
a. Ingatlah bahwa bagian luar kacamata atau pelindung wajah telah terkontaminasi.
b. Untuk melepasnya pegang karet atau gagang kacamata.
c. Letakkan di wadah yang telah disediakan untuk diproses ulang atau dalam tempat
limbah infeksius.
6. Lepaskan penutup kepala
7. Lepaskan masker
a. Bagian depan masker telah terkontaminasi “jangan disentuh “.
b. Lepaskan tali bagian bawah dan kemudian tali atau karet bagian atas.
c. Buang ke tempat limbah infeksius.
8. Lepaskan pelindung kaki
9. Lepaskan sepasang sarung tangan bagian dalam
10. Cuci tangan dengan sabun dan air bersih
21
1. Poli Anak - Masker bedah
- Sarung tangan non steril
2. Poli Gigi - Masker Bedah
- Sarung tangan non steril.
- Goggle
- Apron
3. Poli Kebidanan - Masker
- Sarung tangan non steril.
- Sarung tangan steril
- Goggle
- Apron
4. Poli Bedah - Masker .
- Sarung tangan non steril.
- Sarung tangan steril.
- Apron
5. Poli Rawat Jalan Umum ( Kulit, - Masker
Mata, peny Dalam, saraf ) - Sarung tangan steril
- Sarung tangan non steril.
- Apron
- Goggle
6. Radiologi - Masker
- Sarung tangan non steril.
- Sarung tangan Rumah
Tangga.
- Baju pasien
- Apron radiologi
- Film bagde.
22
- Apron
- Sepatu tertutup
- Goggle
- Topi
9. Perinatologi - Masker
- Sarung tangan steril
- Sarung tangan non steril.
- Apron
- Goggle
23
- Pelindung wajah/visor.
11. Kamar operasi dan Kamar kuret - Masker
- Sarung tangan steril
- Sarung tangan non steril.
- Jas operasi steril
- Baju OK
- Apron
- Goggle
- Sepatu tertutup.
- Topi
- Pelindung wajah/visor
12. Gizi - Topi kerja.
- Masker
- Celemek.
- Sarung tangan non steril/ plastik
- Sepatu tertutup dan tidak licin.
13. Farmasi - Masker bedah
- Jas lab.
- Sarung tangan steril
- Sarung tangan non steril.
- Topi kerja.
No. Wilayah/area APD yang harus tersedia
BAB IV
Pendahuluan
Semua limbah yang tidak terkontaminasi seperti kertas, kotak, botol, wadah plastik
dan sisa makanan dapat dibuang dengan biasa atau dikirim ke dinas pembuangan limbah
setempat atau tempat pembuangan limbah umum (CDC 1985, Rutala 1993) .
26
darah, kasa, kapas dan lain-lain dan dari laboratorium seperti darah, tinja, dahak, urin,
biakan mikrobiologi harus dianggap terkontaminasi. Alat-alat yang dapat melukai misalnya
jarum, pisau yang dapat menularkan penyakit-penyakit seperti hepatitis B, hepatitis C, AIDS
juga digolongkan sebagai limbah terkontaminasi.
Definisi
Sampah rumah sakit adalah semua sisa-sisa bahan yang tidak dipakai lagi setelah
proses pelayanan, dibagi menjadi sampah medis dan sampah non medis.
Pengelolaan limbah
Secara umum limbah dapat dibedakan menjadi limbah cair dan limbah padat. Limbah
padat biasa disebut juga sampah, tidak semua sampah rumah sakit berbahaya. Limbah yang
berasal dari rumah sakit dibedakan atas :
1. Limbah non infeksius, yaitu limbah yang tidak kontak dengan darah atau cairan tubuh
sehingga disebut sebagai risiko rendah
Pemisahan sampah
Dimulai dari awal penghasil limbah, limbah dipisahkan sesuai dengan jenis limbah
dan ditempatkan sesuai dengan jenis limbah. Limbah cair segera dibuang ke wastafel di
spoelhoek. Penampungan sampah harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
29
c. Wadah khusus berwarna kuning yang tidak tembus benda tajam dan kedap air :
sampah infeksius seperti jarum suntik, skapel, jarum LP, jarum intravena dan lain-lain
d. Wadah khusus untuk kaleng-kaleng aerosol dan pecahan kaca
Untuk perhatian :
Jangan mengisi kantong plastik terlalu penuh, setelah ¾ penuh agar dapat diikat dengan
rapat.
Alat untuk mengangkut sampah di dalam rumah sakit dapat berupa gerobag / troli yang
memenuhi ketentuan sebagai berikut :
a. Permukaan bagian dalamnya harus rata dan kedap air
b. Mudah untuk dibersihkan dan tertutup
c. Mudah untuk diisi dan dikosongkan
Tempat pengumpulan sampah harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Mudah dijangkau.
b. Terletak di area terbuka, aman dan kering.
c. Bebas dari tikus dan serangga.
d. Area pengumpulan sampah dilengkapi dengan pagar.
30
e. Relatif jauh dari ruang perawatan, dapur dan rumah tinggal.
f. Tersedia fasilitas pencucian/ pembersihan.
Pengelolaan limbah
Limbah infeksius saat ini pengelolaan limbah infeksius di RSU Andhika dilakukan oleh
pihak kedua melalui MOU yang disepakati kedua belah pihak dan sesuai standar yang
berlaku secara nasional dan internasional.
Limbah benda tajam sekali pakai seperti spuit / jarum suntik, jarum jahit, silet dan pisau
skapel setelah dimasukkan kedalam wadah tahan air dan tahan tusuk dimasukan ke dalam
kantong sampah infeksius untuk dikirim & dikelola oleh pihak kedua. Limbah non infeksius
dapat dibuang dan dikelola oleh dinas pembuangan sampah yang dikelola oleh Pemda
setempat.
Pengelolaan limbah bahan - bahan kimia ; termasuk sisa-sisa bahan-bahan kimia sewaktu
pengepakan , bahan-bahan kadaluwarsa atau kimia dekomposisi, atau bahan kimia tidak
dipakai lagi jika tidak terlalu banyak dapat dikumpulkan dalam wadah limbah terinfeksi dan
kemudian dikubur. Jika tidak memungkinkan dapat dikembalikan ke pemasok.
Dalam jumlah sedikit limbah farmasi ( obat atau bahan obat-obatan ) dapat
dikumpulkan dalam wadah terinfeksi dan dibuang atau dikubur dengan aman. Jangan buang
obat sitostatik dan antibiotik ke dalam sungai, kali, telaga atau danau, tetapi lakukan
isenerasi dengan suhu tinggi dan sisanya dikubur. Pembuangan limbah obat sitostatik pada
kantong plastik kuning berlabel ungu limbah sitostatik dan dikelola oleh pihak kedua.
Bahan yang mengandung logam berat seperti baterei, thermometer air raksa,
tensimeter air raksa atau cadmium cara pembuangannya adalah melalui perusahaan daur
ulang. Jika tidak bisa dapat dilakukan enkapsulasi. Bahan ini tidak boleh diisenerasi karena
uap yang dihasilkan beracun dan tidak boleh dikubur karena mengakibatkan polusi air tanah.
Pengelolaan limbah ini dikelola oleh pihak kedua, rumah sakit hanya mengumpulkan dalam
wadah khusus untuk selanjutnya diserahkan kepada pihak kedua . Karena air raksa
merupakan neurotoksin maka untuk mengurangi polusi sebaiknya gantilah thermometer dan
tensimeter air raksa dengan yang tidak mengandung air raksa.
Jika thermometer pecah :
- Pakai sarung tangan pada kedua belah tangan.
- Kumpulkan semua butiran air raksa yang jatuh dengan sendok dan tuangkan dalam
wadah kecil tertutup untuk dibuang atau dipakai kembali.
31
Sampah rumah sakit dikelola sebagai berikut :
1. Sampah di masing-masing ruangan perawatan, laboratorium, ruang operasi dan
sebagainya pembuangannya dipisahkan berdasarkan pemisahan sampah infeksius
dan sampah non infeksius oleh petugas/ tenaga kesehatan di unit tersebut
2. Proses pengangkutan sampah dilakukan oleh tenaga kebersihan yang sudah
mendapatkan latihan khusus dan dalam pengawasan pihak terkait.
3. Pengawasan pengelolaan sampah rumah sakit dilakukan oleh petugas rumah tangga
untuk sampah non infeksius dan petugas IKLPS untuk sampah infeksius yang sudah
mendapatkan latihan khusus.
Evaluasi pengelolaan sampah
Evaluasi pengelolaan sampah dilakukan untuk mengetahui apakah tujuan
pengelolaan sampah di rumah tercapai. Evaluasi dilakukan secara berkala.
Evaluasi dilakukan dengan melakukan penilaian terhadap :
a. Akumulasi sampah yang tidak terangkut/terolah dan terbakar.
b. Pengukuran tingkat kepadatan lalat terutama pada pengumpulan sampah dapur
dan lain-lain.
c. Ada tidaknya keluhan dari masyarakat yang bertempat tinggal di sekitar rumah
sakit, pengunjung rumah sakit, pasien maupun petugas rumah sakit sendiri.
KRITERIA TEMPAT SAMPAH
1. Tempat sampah injak dan tertutup
2. Mudah dibersihkan
3. Khusus untuk ruang OK dan ruang tindakan menggunakan tempat sampah
terbuka
32
BAB V
Untuk menghindari perlukaan atau kecelakaan kerja maka semua benda tajam harus
digunakan sekali pakai, dengan demikian jarum suntik bekas tidak boleh digunakan lagi.
Sterilitas jarum suntik dan alat kesehatan lain yang menembus kulit atau mukosa harus
dapat dijamin. Keadaan steril tidak dapat dijamin jika alat-alat tersebut dipakai ulang
walaupun sudah di otoklaf. Tidak dianjurkan untuk melakukan daur ulang atas pertimbangan
penghematan karena 17 % kecelakaan kerja disebabkan oleh luka tusukan sebelum atau
selama pemakaian, 70 % terjadi sesudah pemakaian dan sebelum pembuangan serta 13
%sesudah pembuangan. Hampir 40 % kecelakaan ini dapat dicegah dan kebanyakan
kecelakaan kerja akibat melakukan penyarungan jarum suntik setelah penggunaan.
33
Setiap petugas kesehatan bertanggung jawab atas jarum dan alat tajam yang
digunakan sendiri, yaitu sejak pembukaan packing, penggunaan, dekontaminasi hingga ke
penampungan sementara yang berupa wadah tahan tusukan. Untuk menjamin ketaatan
prosedur tersebut maka perlu menyediakan wadah limbah tajam / tempat pembuangan alat
tajam di setiap ruangan, misalnya pada ruang tindakan atau perawatan yang mudah
dijangkau petugas.
Risiko kecelakaan juga terjadi pada saat memindahkan alat-alat tajam dari satu orang
ke orang lainnya, karena itu tidak dianjurkan menyerahkan alat tajam secara langsung
melainkan menggunakan tehnik tanpa sentuh ( hand free ) yaitu menggunakan nampan
atau alat perantara dan membiarkan petugas mengambil sendiri dari tempatnya.
Risiko perlukaaan juga dapat ditekan dengan mengupayakan situasi kerja dimana
petugas kesehatan mendapatkan pandangan bebas tanpa halangan dengan cara
meletakkkan pasien pada posisi yang mudah dilihat dan mengatur sumber pencahayaan
yang baik.
Wadah tempat jarum dan benda tajam adalah wadah bersifat kedap air, tidak mudah
bocor dan tahan tusukan. Sebaiknya wadah penampung jarum suntik bekas digantung di
samping troley agar tidak tersenggol petugas dan tumpah. Wadah penampung jarum suntik
bekas pakai harus dapat dipergunakan satu tangan, agar saat memasukkan jarum tidak perlu
memegangnya dengan tangan yang lain. Wadah ditutup dan diganti setelah ¾ bagian terisi
limbah, dan setelah ditutup tidak boleh dibuka kembali. Hal ini agar tidak terjadi perlukaan
pada pengelola sampah. Limbah benda tajam kemudian dikelola bersama-sama limbah
infeksius dengan memasukkkannya ke kantong limbah infeksius ( kantong kuning ) untuk
dilakukan isenerasi oleh pihak kedua.
34
Pecahan kaca diperlakukan sebagai benda tajam. Pecahan kaca potensial
menyebabkan perlukaan yang akan memudahkan kuman masuk ke dalam aliran darah. Saat
membersihkan harus menggunakan sarung tangan tebal ( sarung tangan rumah tangga ) dan
menggunakan kertas yang tebal untuk mengumpulkan dan meraup pecahan kaca / gelas.
Untuk membawa pecahan kaca atau gelas dianjurkan dengan membungkusnya dalam
gulungan kertas yang digunakan untuk meraupnya, masukkkan ke dalam kardus dan diberi
label pecahan kaca. Flacon obat masuk ke dalam kategori benda tajam sehingga
pengelolaannya dalam safety box / wadah benda tajam.
- Wadah benda tajam merupakan limbah medis dan harus dimasukkkan ke dalam
kantong medis sebelum isenerasi oleh pihak kedua.
- Idealnya semua benda tajam dapat diisenerasi, bila tidak mungkin dapat dikubur dan
dikapurisasi bersama limbah lain.
35
BAB VI
Petugas kesehatan yang merawat pasien penyakit menular melalui udara harus
mendapatkan pelatihan mengenai cara penularan dan penyebaran, tindakan pencegahan
dan pengendalian infeksi yang sesuai dengan protocol bila terpajan. Petugas yang tidak
terlibat langsung dengan pasien harus mendapatkan penjelasan secara umum mengenai
penyakit tersebut.
Petugas kesehatan yang kemungkinan kontak dengan pasien penyakit menular melalui
udara atau lingkungan yang terkontaminasi oleh virus, perlu melakukan langkah-langkah
sebagai berikut :
a. Mendapatkan vaksinasi dengan vaksin flu yang dianjurkan WHO yaitu vaksin flu inter-
pandemik.
b. Jika terjadi kontak, petugas kesehatan harus dipantau suhu tubuhnya 2 ( dua ) kali
sehari untuk mengetahui adanya demam.
36
c. Jika terjadi demam, petugas harus dibebas tugaskan dari merawat pasien dan
dilakukan uji diagnostik. Jika penyebab tidak teridentifikasi petugas kesehatan harus
diberi pengobatan antivirus ( misalnya aseltamivir 75-150 mg setiap hari selama 7
hari ).
Petunjuk pencegahan infeksi untuk petugas kesehatan yang kontak dengan penyakit
menular
a. Petugas kesehatan harus menggunakan alat pelindung diri ( APD ) yang sesuai untuk
kewaspadaan standar berdasarkan penularan secara kontak, droplet atau udara.
c. Semua petugas kesehatan yang flu harus dievaluasi untuk memastikan agen
penyebab.
d. Jika petugas kesehatan mengalami gejala demam atau gangguan pernafasan dalam
jangka waktu 10 hari setelah terpajan penyakit menular melalui udara, maka petugas
kesehatan perlu dibebas tugaskan dan dirawat di ruang isolasi.
e. Petugas kesehatan harus melaporkan kepada tim kesehatan kerja dan Tim PPI di
rumah sakit.
f. Surveilans aktif dilakukan terhadap demam dan gejala gangguan pernafasan bagi
petugas kesehatan yang terpajan.
g. Selama musim flu petugas kesehatan yang mengalami gejala flu dianjurkan untuk
diam di rumah sampai 24 jam setelah demam menurun atau terdiagnosis penyakit
lain.
Petunjuk bagi petugas yang mengalami kecelakaan tertusuk jarum bekas pakai
a. Jangan panik.
c. Lapor ke Tim PPI. Tim PPI akan melakukan tindak lanjut dengan:
37
menentukan status pasien sebagai sumber jarum / alat tajam bekas pakai
terhadap status HIV, HBV, HCV.
e. Bila status pasien bebas HIV, HBV, HCV dan bukan masa inkubasi tidak perlu tindakan
khusus, dan bila petugas khawatir dapat dilakukan konseling untuk petugas.
f. Bila status pasien HIV, HBV, HCV positif maka tentukan status petugas kesehatan
tersebut dan petunjuk pemberian ARV terlampir.
Tata laksana pajanan, Jika terpajan cairan tubuh pasien terindikasi virus Hepatitis B
1. Segera bilas dengan air mengalir atau air dengan jumlah yang banyak dan sabun atau
antiseptik.
2. Bila darah mengenai kulit yang utuh tanpa luka atau tusukan , cuci dengan sabun dan
air mengalir atau larutan garam dapur.
3. Bila darah mengenai mulut, ludahkan dan kumur-kumur dengan air beberapa kali.
4. Jika terpercik pada mata, cucilah mata dengan air mengalir atau larutan air garam
fisiologis / NaCl 0,9 % ( irigasi mata ) .
5. Jika darah memercik ke hidung, hembuskan keluar dan bersihkan dengan air.
6. Bagian tubuh yang tertusuk jarum tidak boleh dihisap dengan mulut dan di pijat-pijat
atau ditekan-tekan.
7. Laporkan dan catat kejadian pajanan kepada pihak pihak yang berwenang yaitu
atasan langsung dan Komite PPI atau K3.
8. Komite PPI melakukan telaah pajanan.
9. Lakukan profilaksis pasca pajanan untuk Hepatitis B sebelum 72 jam dan sesuai
pedoman profilaksis pasca pajanan untuk Hepatitis B.
Tata laksana pajanan jika terpajan cairan tubuh pasien terindikasi virus HIV
1. Segera bilas dengan air mengalir atau air dengan jumlah yang banyak dan sabun atau
antiseptik.
38
2. Bila darah mengenai kulit yang utuh tanpa luka atau tusukan , cuci dengan sabun dan
air mengalir atau larutan garam dapur.
3. Bila darah mengenai mulut, ludahkan dan kumur-kumur dengan air beberapa kali.
4. Jika terpercik pada mata, cucilah mata dengan air mengalir atau larutan air garam
fisiologis / NaCl 0,9 % ( irigasi mata ) .
5. Jika darah memercik ke hidung, hembuskan keluar dan bersihkan dengan air.
6. Tertusuk jarum, bilaslah dengan air mengalir dan antiseptik, desinfeksi luka tusuk
dengan bethadine selama 5 menit / alkohol selama 3 menit.
7. Bagian tubuh yang tertusuk jarum tidak boleh dihisap dengan mulut dan di pijat-pijat
atau ditekan-tekan.
8. Laporkan dan catat kejadian pajanan kepada pihak pihak yang berwenang yaitu
atasan langsung dan Komite PPI atau K3.
9. Komite PPI melakukan telaah pajanan pasien yang dicurigai HIV berdasarkan :
a. Menentukan katagori pajanan ( KP )
b. Menentukan katagori Status HIV ( KS )
c. Menentukan pengobatan Profilaksis Pasca Pajanan sesuai kategori pajanan
dan kadar RNA HIV dari sumber pajanan
10. Pemberian profilaksis pasca pajanan dari pasien terinfeksi HIV harus sudah diberikan
4 jam setelah pasca pajanan dan sesuai pedoman profilaksis pasca pajanan dari
pasien terinfeksi HIV.
11. Lakukan konseling untuk pemeriksaan laboratorium.
12. Lakukan konseling pemberian pasca pajanan dan ketersediaan obat.
13. Lakukan monitoring dan evaluasi .
14. Pencatatan dan pelaporan.
b. Petugas laboratorium harus mempunyai contoh serum dasar yang disimpan untuk
kepentingan dimasa depan
c. Pemberian vaksin diberikan spesifik, contoh vaksin flu untuk mencegah flu dan vaksin
hepatitis B untuk pencegahan hepatitis B
39
d. Petugas yang menangani spesimen dari pasien penyakit menular harus lapor jika
mengalami gejala utama penyakit tersebut seperti sesak nafas atau demam, serta
dilakukan pemantauan ketat terhadap petugas yang bersangkutan
e. Buat daftar petugas yang menangani spesimen yang berasal dari pasien yang sedang
diamati terhadap kemungkinan menderita penyakit menular
a. Semua bahan spesimen harus dianggap infeksius, sehingga petugas yang mengambil
spesimen, mengumpulkan atau membawa bahan spesimen harus mengikuti dengan
benar kewaspadaan standar untuk meminimalisasi pajanan.
b. Spesimen diletakkan dalam wadah anti bocor yang memiliki tutup berulir yaitu
wadah plastik untuk spesimen biohazard.
c. Formulir permintaan harus diberi label dengan jelas sesuai dengan jenis penyakit
menular dan petugas laboratorium penerima harus diberi tahu atau ditelpon bahwa
spesimen dalam perjalanan.
Obat Anti Retro Viral (ARV) harus diberikan dalam waktu kurang dari 4 jam.
40
STATUS HIV PASIEN
Kulit utuh Tidak perlu PPP Tidak perlu Tidak perlu PPP
PPP
Tusukan Berikan rejimen 2 Berikan Berikan rejimen 3 AZT 300 mg/12 jam
(benda obat rejimen 2 obat selama 28 hari
tajam obat
3 TC 150 mg/12 jam
solid)
selama 28 hari
Tusukan Berikan rejimen 2 Berikan Berikan rejimen 3
(benda obat rejimen 3 obat Lop/r 400/100 mg/ 12
berongga)
41
ALUR TATA LAKSANA PASCA PAJANAN HIV
Apakah sumber pajanan berupa darah, cairan tubuh Atau bahan lain
yang berpotensi menularkan infeksi ( OPIM ), atau alat kesehatan
yang tercemar dari salah satu bahan tersebut.
Tidak
Ya
Tidak perlu
Volume?
PPP Lebih berat
sedikit Banyak (mis: Tidak
(mis: jarum
(mis: satu tumpahan berat (mis:
tetes, darah yang jarum berlubang
42
yang besar,
tusukan
banyak atau
yang dalam,
beberapa
dalam solid atau darah
tetes
waktu goresan terlihat di
percikan
singkat) superfisial) alkes,
darah dalam
jarum
waktu lama)
bekas
pasien)
KP 1 KP 2 KP 2 KP 3
Keterangan :
1. OPIM (other potentially infectious material) = semen sekret vagina, cairan serebrouspinal,
sinovial, pleural, perikardial dan amnion, jaringan
2. Pajanan terhadap OPIM harus ditelaah kasus perkasus, pada umumnya OPIM termasuk dalam
katagori beresiko rendah.
3. PPP ( post exposure prophylaxis)
4. Kulit disebut kompromis bila didapati pecah, adanya dermatitis, lecet atau luka terbuka.
Kontak dengan kulit yang utuh dianggap tidak berisiko.
Tapi kulit yang utuh kontak dengan darah yang banyak atau kontak dalam waktu yang lama
dianggap berisiko terjadi penularan HIV.
43
Tidak
HIV HIV diketahui Tidak diketahui
negatif positif status HIV- sumbernya
nya
Pajanan dengan
KS tidak diketahui
titer tinggi,
Pajanan mis.AIDS
dengan titer lanjut,infeksi
rendah, mis HIV primer, VL
asimtomatik yang meningkat
dan CD 4 atau tinggi atau
Tidak perlu PPP
tinggi CD4 rendah
Umumnya tidak
perlu PPP
KS 1 KS 2
Keterangan :
Sumber pajanan dinyatakan tidak terinfeksi HIV ( HIV negative ) apabila spesimen
yang diambil pada saat atau dalam waktu yang dekat dengan pajanan telah
dikonfirmasi dengan
pemeriksaan laboratorium dan memberikan hasil negatif terhadap
antibodi HIV,
pemeriksaan PCR untuk HIV atau antigen HIV p24 serta tidak ada tanda-
tanda penyakit
seperti infeksi HIV. Sumber disebut terinfeksi HIV ( HIV positif ) apabila ada
hasil pemeriksaan laboratorium yang menyatakan positif adanya antibody
HIV, PCR HIV, atau antigen HIV p 24 atau didiagnosis AIDS oleh dokter.
44
Katagori Pajanan Katagori Status
(KP) /Kadar RNA HIV
sumber (KS) Anjuran Pengobatan
Dianjurkan AZT/3TC. Kebanyakan pajanan masuk
dalam katagori ini, namun belum pernah
2 1 (rendah ) ditemukan kenaikan risiko penularan.
2
2 Dianjurkan AZT/3TC + indinavir atau nelfinavir.
Keterangan :
2. Dosis : AZT ; 3 kali sehari @ 200mg oral atau 2 kali sehari @300 mg
Indinavir ; 3 kali sehari @ 800 mg oral, 1 jam sebelum makan atau 2 jam
setelah makan disertai banyak minum (1,5 L/hari), diet rendah lemak.
45
BAB VII
Salah satu aspek dalam pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit adalah
pengendalian lingkungan rumah sakit. Lingkungan rumah sakit jarang mentransmisikan
penyakit infeksi nosokomial , namun pada pasien-pasien yang imunokompromis harus
46
diwaspadai dan diperhatikan karena dapat menimbulkan beberapa penyakit infeksi lainnya
seperti infeksi saluran pernafasan Aspergilus, Legionella, Mycobacterium TB, Varicella
Zoster, Hepatitis B dan HIV.
Tujuanya untuk menciptakan lingkungan yang bersih, aman dan nyaman sehingga
dapat meminimalkan atau mencegah terjadinya transmisi mikroorganisma dari lingkungan
kepada pasien, petugas, pengunjung dan masyarakat di sekitar rumah sakit sehinggga
infeksi nosokomial dan kecelakaan kerja dapat dicegah.
Desinfeksi
Disinfektan yang dilakukan di rumah sakit dilakukan setelah tahap pembersihan dan
menggunakan larutan yang dianjurkan sesuai dengan petunjuk pabrik sehingga dapat
mengurangi tingkat kontaminasi permukaan lingkungan.
Hanya perlengkapan dan permukaan yang pernah bersentuhan dengan kulit atau mukosa
pasien atau sudah sering disentuh oleh petugas kesehatan yang memerlukan disinfeksi
setelah dibersihkan.
4. Larutan, kain lap dan kain pel harus diganti secara berkala sesuai peraturan
yang berlaku.
6. Tempat – tempat di sekitar pasien harus bersih dari peralatan yang tidak
diperlukan sehingga memudahkan pembersihan menyeluruh setiap hari.
Kegiatan pembersihan adalah tugas berat yang memerlukan banyak pekerja dan di
lingkungan tertentu risiko terpajan benda-benda tajam sangat besar.
a. Dinding; permukaan dinding yang dibuat harus kuat, rata dan kedap air sehingga mudah
dibersihkan secara periodik setiap 3-6 bulan sekali. Cat dinding berwarna terang dan cat
yang digunakan tidak luntur dan tidak mengandung logam berat.
b. Langit-langit harus kuat; berwarna terang dan mudah dibersihkan, tinggi minimal 2,70
meter dari lantai, kerangka langit-langit harus kuat dan jika terbuat dari kayu harus anti
rayap.
c. Lantai; terbuat dari bahan yang kuat, halus, kedap air , tidak licin, berwarna terang,
permukaan rata, tidak bergelombang sehingga mudah dibersihkan minimal 3 kali sehari
atau jika diperlukan. Pertemuan lantai dengan dinding harus berbentuk lengkung agar
mudah dibersihan. Lantai yang selalu kontak dengan air harus mempunyai kemiringan
yang cukup untuk ke arah saluran pembuangan air limbah.
d. Atap; harus kuat, tidak bocor dan tidak menjadi tempat perindukan binatang.
e. Pintu; harus kuat, cukup tinggi, cukup lebar dan dapat mencegah masuknya serangga,
tikus dan binatang pengganggu lainnya.
f. Jaringan instalasi; pemasangan jaringan instalasi air minum , air bersih, air limbah, gas,
listrik, sistem penghawaan, sarana komunikasi dan lain-lainnya harus memenuhi
persyaratan teknis kesehatan agar aman dan nyaman, mudah dibersihkan dari tumpukan
debu. Pemasangan pipa air minum tidak boleh bersilang dengan pipa air limbah dan tidak
boleh bertekanan negatif untuk menghindari pencemaran air minum.
g. Furnitur; dibersihkan rutin setiap hari, khusus tempat tidur pasien gunakan cairan
disinfektan, furnitur menggunakan bahan yang tidak menyerap debu dan cairan tubuh
serta mudah dibersihkan dari debu dan cairan tubuh.
h. Fixtur dan fitting; peralatan yang menetap di dinding didisain agar mudah dibersihkan.
49
i. Gorden; bahan terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan, tidak bergelombang, warna
terang. Gorden dicuci 1-3 bulan sekali dan tidak menyentuh lantai.
j. Disain ruangan; alkohol hand rubs disediakan ditempat yang mudah diraih, wastafel perlu
diadakan 1 buah tiap 6 tempat tidur pasien, sedangkan di ruang high care 1 wastafel untuk
tiap 1 tempat tidur. Jarak antar tempat tidur yang ideal 2,5 meter.
Lingkungan
1. Ventilasi
Ventilasi ruangan adalah proses memasukkan dan menyebarkan udara luar, dan atau
udara daur ulang yang telah diolah dengan tepat dimasukkkan ke dalam gedung atau
ruangan. Ventilasi untuk mempertahankan kualitas udara dalam ruangan yang baik,aman
untuk keperluan pernafasan.
Ventilasi yang memadai dan aliran udara satu arah yang terkontrol harus diupayakan
di fasilitas pelayanan kesehatan untuk mengurangi penularan pathogen yang ditularkan
dengan penularan obligant atau preferensial melalui airborne ( misalnya tuberkulosis paru-
paru, campak, cacar air ). Sebagian besar penyakit pernafasan tidak menular melalui udara
dengan cepat dalam jarak jauh di lingkungan layanan kesehatan dan pasien dapat dilindungi
dengan tanpa sistem kontrol ventilasi lingkungan.
50
Jendela ditutup 8,8
Jenis ventilasi lingkungan dan factor - faktor yang mempengaruhi pilihan metode
ventilasi. Ada tiga jenis ventilasi utama yaitu :
1. Ventilasi mekanis, menggunakan fan untuk mendorong aliran udara melalui suatu
gedung, jenis ini dapat dikombinasikan dengan pengkondisian dan penyaringan
udara.
2. Ventilasi alami menggunakan cara alami untuk mendorong aliran udara melalui suatu
gedung adalah tekanan angin dan tekanan yang dihasilkan oleh perbedaan
kepadatan antara udara di dalam dan di luar gedung yang dinamakan efek cerobong.
51
dingin.
Prinsip ventilasi alami adalah menghasilkan dan meningkatkan aliran udara luar
gedung menggunakan cara alami seperti gaya angin dan gaya apung termal dari satu lubang
ke lubang lain untuk mencapai ACH yang diharapkan. Penelitian terbaru mengenai sistem
ventilasi alami di Peru menunjukan bahwa ventilasi alami efektif mengurangi penularan
tuberkulosis di rumah sakit.
Ruang isolasi sebaiknya terletak jauh dari bagian-bagian rumah sakit yang lain dan
dibangun di tempat yang diperkirakan mempunyai karakteristik angin yang baik sepanjang
tahun. Udara harus diarahkan dari tempat perawatan pasien ke tempat terbuka di luar
gedung yang jarang digunakan dan dilalui orang. Pasien ditempatkan dekat dinding luar
dekat jendela terbuka, bukan dekat dinding dalam. Penggunaan ventilasi alami terhadap
pajanan pasien terhadap vektor antropoda ( misalnya nyamuk ) di daerah endemi.
Pemasangan exhaust fan pada ruang isolasi dengan tujuan menbantu meningkatkan
ACH sampai tingkat yang diharapkan dan menghasilkan tekanan negatif. Kipas harus
dipasang di dinding luar tempat udara kamar dapat dibuang langsung ke lingkungan luar
yang tidak dilalui orang. Ukuran dan jumlah exhaust fan yang diperlukan tergantung pada
ACH yang diharapkan, yang harus diukur dan diuji coba sebelum digunakan.
Ruang isolasi transmisi infeksi melalui airborne yang berventilasi mekanis harus
menggunakan sistem kontrol untuk menghasilkan tingkat ventilasi yang memadai dan arah
aliran udara terkontrol. Tekanana udara negatif terkontrol sehubungan dengan lingkungan
sekitar 12 ACH; dan pembuangan udara ke luar yang benar, atau penyaringan udara
partikulat efisiensi tinggi (HEPA ) terkontrol atas udara kamar sebelum diedarkan kembali
52
ke bagian-bagian rumah sakit yang lain. Pintu kamar harus selalu tertutup dan pasien harus
tetap berada di dalam kamar.
2. Air
Pertahankan temperatur air panas 51 derajat dan air dingin 20 derajat celcius.
Pertahankan resirkulasi tetap air panas didistribusikan ke unit perawatan. Anjurkan pasien
keluarga, pengunjung berhati-hati dari keran.
Jangan memegang es langsung dengan tangan, gunakan skop, dan cuci tangan
sebelum mengambilnya.
3. Permukaan lingkungan
d. Jangan menggunakan high level desinfektan / cairan kimiawi untuk peralatan non
kritikal dan permukaaan lingkungan.
g. Hindari metode pembersihan permukaan yang luas yang menghasilkan mist atau
aerosolisasi.
i. Bersihkan dan disinfeksi permukaan yang sering disentuh seperti pegangan pintu, bed
rails, light switch.
k. Selesai operasi terakhir setiap hari, bersihkan ruangan dengan wet vacum atau mop
lantai dan dinding dengan menggunakan pembersih.
53
l.Prosedur menggunakan mops, cloths and solution,
Bersihkan mops dan kain pembersih setelah dipakai dan biarkan kering
sebelum dipakai lagi.
n. Lakukan vakum karpet di area umum fasilitas pelayanan sarana kesehatan dan area
umum pasien secara regular.
p. Tidak diizinkan bunga segar atau kering, tanaman pot atau bunga di area pelayanan
pasien.
54
BAB VIII
Prosedur Isolasi
c. Jika ruangan tidak tersedia seperti point b, buat tekanan negatif di dalam
ruangan pasien dengan memasang pendingin ruangan atau kipas angin agar
aliran udara keluar gedung melalui jendela. Jendela harus mengarah keluar
dan tidak mengarah kearah publik..
d. Jaga pintu tertutup setiap saat dan jelaskan kepada pasien mengenai perlunya
tindakan – tindakan pencegahan.
e. Pastikan setiap orang yang masuk memakai alat pelindung diri ( APD ) yang
sesuai ; masker ( masker efisiensi tinggi atau jika terpaksa masker bedah ),
gaun, pelindung wajah, pelindung mata dan sarung tangan.
1.3. Pasien harus diletakkan di kamar terpisah bila memungkinkan kontaminasi luas
terhadap lingkungan, misal pada pasien dengan luka lebar dengan cairan keluar,
diare, perdarahan tidak terkontrol.
1.4. Pasien dengan luka dan infeksi gram positif diletakan di kamar terpisah dengan pintu
tertutup diwaspadai transmisi melalui udara ke kontak.
1.5. Pasien TBC dewasa diletakkan di kamar terpisah atau kohort dengan ventilasi
dibuang keluar dengan exhaust ke area tidak ada orang lalu lalang.
1.6. Pasien dengan varicella atau yang diduga transmisi airborne, diletakkan di kamar
tepisah dengan udara terkunci.
1.7. Pasien anak dan pasien gangguan mental diletakkan dengan kamar terpisah dengan
pasien dewasa lainnya.
Varicella Diare
56
Demam berdarah dengue Diabetes mellitus
Hepatitis Hipertensi
Morbili Osteoporosis
Kolera Gastritis
Polio Chepalgia
Pertusis Thypoid
Rabies Vertigo
Antraks Gout
Meningitis Anemia
Chikungunya Hipotensi
TB Paru Asma
Transportasi pasien yang infeksius dibatasi jika sangat perlu saja. Jika mikroba virulen,
lakukan hal-hal berikut jika pasien harus dipindahkan; pasien diberi APD ( masker dan
gaun ), ingatkan petugas di area yang akan dituju tentang kedatangan pasien, beritahu
57
pasien tujuan dari kewaspadaan yang dilakukan agar tidak terjadi transmisi kepada orang
lain.
b. Beritahu tempat yang akan menerima secepat mungkin sebelum pasien tiba.
d. Semua petugas yang terlibat transportasi pasien harus menggunakan APD yang
sesuai.
Edukasi oleh petugas tentang kebersihan tangan dan kewaspadaan isolasi untuk
mencegah penyebaran infeksi kepada keluarga pendamping atau orang lain. Edukasi
untuk pemakaian APD seperti petugas kecuali sarung tangan.
5. Pemulangan pasien
Jika pasien dipulangkan sebelum masa isolasi berakhir, maka pasien harus diisolasi di
rumah sampai dengan batas waktu penularan. Edukasi keluarga tentang cara kebersihan
diri, kebersihan tangan, pencegahan dan pengendalian infeksi dan perlindungan diri
terhadap infeksi sesuai dengan cara penularan penyakit menular yang diderita pasien.
Lakukan pembersihan dan disinfeksi ruangan yang benar.
6. Pemulasaran jenazah
a. Pasien yang dinyatakan meninggal oleh dokter, diobservasi selama 2 jam di ruang
perawatan pasien tersebut.
c. Jika dalam 2 jam pasien tetap didiagnosa meninggal, pasien dibawa ke kamar
jenazah.
58
d. Setelah administrasi dan surat kematian selesai dibuat, jenazah diizinkan untuk
dibawa pulang oleh keluarga. Tanpa memandikan dan mengkafaninya terlebih
dahulu.
Kebersihan pernafasan dan etika batuk adalah dua cara penting untuk mengendalikan
penyebaran infeksi disumbernya.
Semua pasien, pengunjung, dan petugas kesehatan harus dianjurkan untuk selalu
mematuhi etika batuk dan kebersihan pernafasan untuk mencegah sekresi pernafasan.
59
BAB IX
1. Perendaman ( precleaning )
Precleaning dilakukan dengan cara merendam dengan cara merendam alat dengan
larutan enzymatik atau deterjen untuk melepas noda, darah, lemak dan cairan tubuh
lainnya dari suatu benda sehingga memudahkan untuk pemrosesan selanjutnya.
Pemilahan alat dilakukan langsung oleh pamakai sebelum melepas APD. Alat
kesehatan direndam 5- 10 menit atau sesuai produk.
2. Pembersihan ( cleaning )
3. Desinfeksi
60
Pemilihan cara pengelolaan alat kesehatan sesuai risiko infeksi dan jenis penggunaan
alat dengan kategori kritikal, semikritikal dan non kritikal.
4. Sterilisasi
Sterilisasi adalah proses pengelolaan suatu alat atau bahan dengan tujuan
mematikan semua mikroorganisme termasuk endospora. Sterilisasi merupakan cara
yang paling aman dan efektif untuk pengelolaan alat kesehatan yang berhubungan
langsung dengan darah atau jaringan di bawah kulit yang secara normal bersifat
steril.
Pemilihan cara pemrosesan alat kesehatan sesuai risiko infeksi dan jenis penggunaan alat
61
bebas mikroorganisme kecuali sterilisasi.
spora.
1. Berspektrum luas
3. Tidak dipengaruhi faktor lingkungan, yaitu tetap aktif dengan adanya zat organik seperti
darah, sputum, feses, tidak rusak oleh sabun, deterjen dan zat kimia lainnya yang
mungkin digunakan bersama
4. Tidak toksis
7. Mudah pemakaiannya
8. Tidak berbau
9. Ekonomis
62
11. Stabil dalam konsentrasi aktifnya
1. Alcohol
2. Klorin
3. Formaldelhid
4. Glutaraldehid
6. Yodofora
7. Asam parasetat
8. Fenol
Sterilisasi
Sterilisasi adalah cara yang paling aman dan paling efektif untuk pengelolaan alat kesehatan
yang berhubungan langsung dengan darah atau jaringan di bawah kulit yang secara normal.
Metode Sterilisasi
Sterilisasi dapat digunakan dengan suhu tinggi dan suhu rendah. Penyimpanan alat
steril harus dilakukan dengan baik dalam lemari tertutup, suhu udara sejuk dan kering serta
tidak terlalu sering dijamah.
Alat steril yang dibungkus harus diperhatikan umur steril ( steril file ) yaitu selama
alat masih terbungkus, semua alat steril dianggap tetap steril. Faktor – faktor yang
mempengaruhi umur steril adalah jenis material yang digunakan untuk membungkus
( packing ), jumlah petugas yang menangani bungkusan, kebersihan, kelembaban dan suhu
63
tempat penyimpanan, apakah bungkusan dibiarkan terbuka atau tertutup dan apakah
bungkusan tahan debu.
Jika ragu akan sterilitas paket maka alat dianggap tercemar dan harus disterilkan
kembali sebelum pemakaian.
Alat yang tidak dibungkus harus digunakan segera setelah dikeluarkan. Alat yang
tersimpan pada wadah steril dan tertutup apabila yakin tetap steril paling lama 1 minggu,
tetapi kalau ragu harus di sterilkan kembali.
Tidak diizinkan menyimpan alat dalam larutan. Mikroorganisme dapat tumbuh dan
berkembang pada larutan antiseptik maupun disinfektan.
B. Pengelolaan linen
Penanganan linen yang sudah digunakan oleh klien diperlakukan sama dengan
pengelolaan pasien infeksius sesuai pengelolaan linen.
Prinsip umum
Petugas kesehatan harus menggunakan APD yang sesuai saat memilah linen kotor.
Semua linen yang sudah digunakan harus dimasukkkan ke dalam kantong atau wadah
yang tidak mudah rusak saat di angkut.
Pisahkan linen kotor tercemar dengan linen kotor yang tidak tercemar.
Semua bahan padat pada linen yang kotor harus dihilangkan, dibuang ke dalam toilet
dan dibilas dengan air. Linen kotor tersebut kemudian langsung dimasukkan ke dalam
kantong linen di kamar pasien.
Linen yang sudah digunakan kotor harus dibawa dalam kereta/trolley tertutup
dengan hati-hati untuk mencegah kontaminasi permukaan lingkungan atau orang
sekitarnya.
64
Transportasi trolley linen kotor dan trolley linen bersih harus dipisahkan.
Cuci dan keringkan linen sesuai standar dan prosedur tetap fasilitas pelayanan
kesehatan. Untuk pencucian dengan air panas, cuci linen menggunakan
detergen/desinfektan dengan air bersuhu 70 ⁰ C selama minimal 25 menit. Pencucian
dengan temperatur rendah <70⁰ C digunakan bahan kimia yang cocok dengan
konsentrasi yang sesuai untuk pencucian temperatur rendah.
65
DAFTAR PUSTAKA
Kementrian kesehatan RI, 2011, cetakan ketiga, Pedoman pencegahan dan pengendalian
infeksi di rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya, Jakarta
Kementrian kesehatan RI, 2012, Pedoman pencegahan dan pengendalian infeksi HIV bagi
petugas kesehatan , Jakarta.
Friedman Candace, Newsom William, IFIC Basic Concepts of Infections Control, 2 nd editon,
revised 2011, Ireland, United Kingdom.
World health organization, 2009 , WHO Guidelines on Hand Hygiene in Health Care : a
Summary
66