Pengelolaan dan pengembangan lembaga memerlukan suatu perencanaan strategis ,yaitu suatu
pola atau struktur sasaran yang saling mendukung dan melengkapi menuju ke arah tujuan yang
menyeluruh. Metode perencanaan strategi yang terbukti mampu menganalisis lembaga dengan
efektif untuk mengetahui tentang kekuatan dan kelemahan lembaga, hal-hal yang mengancam
keberlangsungan lembaga dan peluang lembaga untuk terus eksis adalah analisis SWOT.
Analisis SWOT
Analisis SWOT (singkatan bahasa Inggris dari strength, weaknesses, opportunities dan threats)
adalah metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi
kekuatan,kelemahan,peluang dan ancaman pada sebuah proyek, lembaga, program maupun
institusi.
Istilah SWOT dari perkataan Strength yang artinya kekuatan, weaknesses artinya kelemahan,
opportunities artinya peluang dan threats artinya ancaman.
adalah situasi atau kondisi , sda, sdm yang merupakan kekuatan dari lembaga. Strength ini bersifat
internal.
Contoh :
2. Sarpras lengkap
3. Lembaga unggulan
Adalah kelemahan yang terdapat di lembaga Weaknesses ini juga bersifat internal.
Contoh :
Adalah peluang-peluang dari luar lembaga yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan lembaga
Contoh :
adalah kondisi yang mengancam dari luar yang ketika tidak diantisipasi akan membahayakan
keberlangsungan lembaga.
contoh:
1. Anak usia dini dari lingkungan sekitar yang jumlahnya semakin sedikit.
2. Banyaknya lembaga PAUD yang lebih baik dan berkualitas berdiri di sekitar lembaga kita.
Sementara maksud dari analisa SWOT sendiri adalah untuk meneliti dan menentukan dalam hal
manakah lembaga itu:
Langkah-langkah SWOT:
Penutup
Analisis SWOT secara sederhana dipahami sebagai pengujian terhadap kekuatan dan
kelemahan internal sebuah organisasi /lembaga, serta kesempatan dan ancaman lingkungn
eksternalnya. SWOT adalah perangkat umum yang didesian yang digunakan sebagai langkah awal
dalam proses pembuatan keputusan dan sebagai perencanaan strategis dalam berbagai terapan
(Johson,dkk, 1989; Bartol dkk,1991)
Jika analisis SWOT ini digunakan dengan benar maka dimungkinkan bagi lembaga untuk
mendapatkan gambaran menyeluruh mengenai situasi lembaga. Sedangkan pemahaman mengenai
faktor-faktor eksternal (yang terdiri atas ancaman dan kesempatan) yang dikolaborasikan dengan
suatu pengujian mengenai kekuatan dan kelemahan lembaga akan membantu dalam
mengembangkan sebuah visi tentang masa depan lembaga, sehingga sebuah lembaga akan terus
eksis dan kreatif untuk melakukan pengembangan-pengembangan yang semua itu akhirnya akan
sangat berpengaruh terhadap peningkatan kualitas pendidikan anak usia dini.
Jawaban no 6
berkualitas. Untuk jenjang pendidikan SMP dan SM yang menggunakan sistem guru
mata pelajaran, banyak pula terjadi ketidaksesuaian antara pelajaran yang diajarkan
dengan latar belakang pendidikan guru. Pada jenjang SMP, SMA dan SMK persentase
guru yang belum memiliki kualifikasi masing-masing adalah 36%, 33%, dan 43%.
Pada pendidikan tinggi, peningkatan mutu dan kualifikasi dosen menjadi faktor
yang sangat mempengaruhi proses pendidikan. Pada tahun 2003, dari 58.664 orang di
perguruan tinggi negeri (PTN), proporsi dosen dengan pendidikan tertinggi S2/S3 baru
mencapai 54,50%. Sedangkan pada PTS, dari jumlah 88.865 orang dosen yang ada,
Dari data BPS (2004) juga dilaporkan bahwa aspek fisik juga menujukan bahwa
kondisi prasarana dan sarana pendidikan belum sepenuhnya memadai, hal ini antara lain
dapat dilihat dari ketersediaan perpustakaan di sekolah. Secara nasional, baru 27,6% SD
yang sudah memiliki perpustakaan sekolah. Di samping itu, terjadi sebaran yang kurang
(57,8%) yang rusak ringan dan rusak berat. Sementara pada jenjang SMP dari sekitar
187.480 ruang belajar terdapat 31.198 lokal SMP/MTs (17,7%) yang juga mengalami rusak
ringan dan berat. Pada jenjang SM terdapat sekitar 13.777 lokal (15,6%) yang rusak ringan
ketidaknyamanan pada proses belajar mengajar, juga akan berdampak pada keengganan
Jawaban no 3
negara. Berhasil atau tidaknya tingkat keberhasilan suatu pemerintahan baik di negara
berkembang maupun negara maju dapat dilihat dari indikator pendidikan. Dalam UU
No. 25/2009 tentang Pelayanan Publik pasal 5 ayat 2, pendidikan merupakan salah satu
penelitian ini, dari sisi masukan (input) dapat dilihat dari indikator pendidikan
pendidikan dibagi total belanja pemerintah daerah dan hasilnya dikalikan seratus
dengan PDRB per kapita (PDRB), c) Rasio Siswa per Guru SMP/MTs (RSG), d)
PDRB per kapita digunakan oleh Robalino (2001), Uchimura (2009), dan Rubio
pemerintah, PDRB per kapita, dan rasio siswa per guru. Sedangkan Wei-qing
penelitiannya.
2. Keluaran (Output). Output merupakan hasil yang dicapai dari suatu program,
aktivitas, dan kebijakan. Mengukur output lebih sulit dilakukan terutama untuk
2009). Output adalah keluaran yang bisa dikendalikan dari dalam institusi, seperti
dalam penelitian ini dapat dilihat dari indikator pendidikan yaitu angka lulusan
SMP/MTs (AL).
3. Dampak (Outcome). Outcome adalah dampak yang ditimbulkan dari suatu aktivitas
tertentu. Outcome seringkali dikaitkan dengan tujuan atau target yang hendak
dicapai (Mardiasmo, 2009). Outcome dalam penelitian ini dapat dilihat dari
penelitiannya.