Anda di halaman 1dari 6

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No.

2, (2013) ISSN: 2301-9271 1

EVALUASI RESIKO BAHAYA BERDASARKAN FAKTOR


LINGKUNGAN KERJA FISIK DAN K3 DENGAN ERGONOMIC
ASSESSMENT PADA PROSES PENGALENGAN NANAS
(STUDI KASUS : PT GREAT GIANT PINEAPPLE, LAMPUNG)
Ibrahim Yusuf Mahdi, Ir. Sritomo Wignjosoebroto, M.Sc.
Teknik Industri, Fakultas Teknik Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111
E-mail: ibrahimyusufmahdi@yahoo.com ; m_sritomo@ie.its.ac.id

Abstrak—Cannery Department merupakan departemen manusia (human factors) memegang peranan penting dalam
tempat dilakukannya proses pengalengan nanas dimana keselamatan dan kesehatan kerja yang secara langsung erat
memiliki jumlah tingkat kecelakaan kerja paling tinggi. kaitannya dengan pencapaian produktivitas kerja yang baik.
Kecelakaan kerja yang terjadi tentunya memiliki dampak Produktivitas kerja yang baik adalah dengan didukung oleh
kerugian, baik dampak terhadap para pekerja sendiri, terjaganya kenyamanan, keselamatan, dan kesehatan manusia
dampaknya terhadap proses kerja dalam pabrik, serta selaku pekerja. Potensi bahaya (hazard) adalah permasalahan
dampak terhadap produktivitas kinerja perusahaan. yang ada di perusahaan karena merupakan sumber resiko yang
Sehingga perlu adanya evaluasi terhadap hal ini. potensial mengakibatkan kerugian baik material, lingkungan,
Pada penelitian ini dilakukan ergonomic assessment maupun manusia (Rochmoeljati, 2007). Dengan
berdasarkan faktor lingkungan kerja fisik dan K3. Untuk memperhatikan ergo-safety, segala permasalahan yang bisa
faktor lingkungan kerja fisik digunakan kuisioner memberikan dampak yang membahayakan bagi keselamatan
lingkungan fisik. Untuk faktor keselamatan dan kesehatan maupun kesehatan manusia akan dapat diidentifikasi, dijaga,
kerja digunakan risk assessment, konsumsi energi, NASA dikelola, dan dirancang untuk memperoleh kondisi lingkungan
TLX, dan nordic body map. Skor dari faktor tersebut kerja yang nyaman, aman, dan sehat.
diintegrasikan dengan menggunakan centroid method Berdasarkan data kecelakaan yang terjadi pada Cannery
untuk mendapatkan skor akhir kategori pekerja. Department dan hal-hal yang terkait keselamatan dan
Berdasarkan hasil ergonomic assessment, diketahui kesehatan kerja pada proses pengalengan, maka diperlukan
bahwa sebagian besar pekerja kurang mampu untuk suatu evaluasi yang harus dilakukan dalam proses pengalengan
melakukan tugasnya. Rekomendasi perbaikan yang nanas di pabrik. Salah satu yang dapat dilakukan adalah dengan
diberikan berupa perbaikan ukuran dan dimensi kursi evaluasi ergonomi yang berbasis pada konsep keselamatan dan
tempat duduk pekerja, penambahan kipas sebagai kesehatan kerja.
treatment lantai licin serta pemasangan lampu dan sensor
pada area mesin seamer.
II. URAIAN PENELITIAN
Kata Kunci—Ergonomic Assessment, Kesehatan dan Tahap ergonomic assessment ini diawali dengan tahap
Keselamatan Kerja, Kecelakaan Kerja pendahuluan, yaitu mengidentifikasi dan merumuskan
permasalahan dalam proses pengalengan nanas, serta
menetapkan tujuan penelitian. Studi literatur dan studi lapangan
I. PENDAHULUAN
dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai
permasalahan yang ada.

Salah satu input yang memegang peranan penting dalam


pencapaian produktivitas adalah sumber daya manusia yang
Tahap kedua adalah pengumpulan data primer dan data
sekunder yang mendukung penelitian. Data primer yang
terlibat dalam proses bisnis tersebut (pekerja). Pekerja yang diambil antara lain lingkungan kerja, keluhan kerja,dan denyut
melakukan kerja berlebihan bahkan sampai mengalami jantung pekerja. Data sekunder yang diambil antara lain
kelelahan dan kejenuhan kerja akan mengakibatkan deskripsi perusahaan, resiko bahaya kerja, dan job desciption
berimbasnya penurunan tingkat produktivitas kerja. Dalam hal pekerja. Data-data yang diperoleh kemudian diolah untuk
ini, perlu diperhatikan pembagian distribusi fungsi, peran, dan mendapatkan peta bahaya kerja, nilai konsumsi energi, beban
beban kerja agar pekerja dapat bekerja sesuai dengan batas- kerja mental, skor nordic body map, dan skor lingkungan fisik.
batas yang dimiliki dan beban kerja menjadi tidak berlebihan. Skor yang didapatkan dari tiap faktor diintegrasikan dengan
Selain itu, sangat perlu diperhatikan juga perilaku tidak aman centroid method untuk mengetahui kategori akhir pekerja.
pekerja dan kondisi lingkungan kerja yang tidak aman yang Selanjutnya dibuat rekomendasi perbaikan dengan tujuan
dapat menjadi resiko kecelakaan kerja. Biro Pelatihan Tenaga mengurangi jumlah kecelakaan kerja yang terjadi.
Kerja menyebutkan bahwa dua hal tersebut merupakan Tahap analisa dilakukan untuk menguraikan hasil yang
penyebab terbesar kecelakaan kerja. diperoleh dari tahap sebelumnya. Hasil dari analisa kemudian
Saat ini, keselamatan dan kesehatan kerja sudah menjadi hal dimasukkan dalam simpulan penelitian dan saran untuk
yang mutlak diperhatikan dalam dunia industri. Faktor-faktor penelitian lanjutan.
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2013) ISSN: 2301-9271 2

III. HASIL DAN PEMBAHASAN Bahaya


Potensi
RAC Kategori Bahaya
PT GGP adalah perusahaan agribisnis yang bergerak di Berbahaya
High/serious
bidang perkebunan dan pengalenan nanas. PT Great Giant lantai licin 2
danger
Mengancam
Pineapple (GGP) didirikan pada tahun 1979 dengan akte High/serious
notaris nomor : 48 tanggal 14 Mei 1979. Lokasi perkebunan panas 2 Mengancam
danger
terletak di 2 (dua) Kabupaten yaitu Kabupaten Lampung air nanas 3
Medium/moderate
Sedang
Tengah dan Lampung Utara, sedangkan lokasi pabrik danger
pengalengannya terletak di Kampung Terbanggi Besar KM 77, High/serious
benda tajam 2 Mengancam
danger
Kecamatan Terbanggi Besar, Kabupaten Lampung Tengah, gas tabung
Provinsi Lampung. Luas lahan perkebunan nanas mencapai 5 Very low Abaikan
(emisi)
lebih kurang 33.000 hektar. gas buang
bahaya 5 Very low Abaikan
(emisi)
kimia
3.1 Proses Kerja debu 4 Low/minor danger Sedang
penggunaan
Berikut adalah alur proses kerja pada pabrik proses 5 Very low Abaikan
bahan kimia
pengalengan nanas : gerakan
Cannery Dept Process High/serious
bahaya mekanis 2 Mengancam
danger
mekanis mesin
Penimbangan Buah
5 menit O-1
(Weighing) tabrakan 5 Very low Abaikan
posisi kerja Medium/moderate
5 menit O-2
Penumpahan Buah 3 Sedang
(Dumping) bahaya statis danger
ergonomi Medium/moderate
1 menit O-3
Pencucian Buah kecerobohan 3 Sedang
(Washing) danger
Pemisahan Ukuran
1 menit O-4
Buah (Grading)
3.3 Konsumsi Energi
2 detik O–5
Pengupasan Kulit
(Peeling)
Untuk menentukan besarnya konsumsi energi yang
dihasilkan oleh pekerja dalam melakukan pekerjaannya
Pemotongan ujung &
2 detik O-6
pangkal digunakan persamaan berikut :
Y = 0.014 HR + 0.017 BB + 1.706
5 detik O-7 Coring and Slicing
Keterangan :
Y : Konsumsi oksigen (liter/menit)
Ins. 1 Seleksi Kualitas (Manual)

10 menit
HR : Denyut jantung (denyut/menit)
O-8
Memasukkan dalam BB : Berat badan (kilogram)
kaleng
Sehingga didapatkan rekap perhitungan konsumsi energy
2 menit O-9
Suplai ke mesin syruper
& seamer
dan kategori beban kerja sebagai berikut :

5 detik O - 10 Pengisian Media Syrup Tabel 3.2 Kategori Beban Kerja


Konsumsi Denyut Energy
5 detik O - 11
Penutupan Kategori Beban
kaleng (Seaming) Oksigen Jantung Expenditure
Kerja
(L/min) (denyut/min) (Kkal/menit)
Pemasakan
12 – 25 menit O - 12
Produk (Cooking)
Sangat Ringan < 0.5 < 60 < 2.5

10 - 15 menit O - 13
Penyusunan
Produk ke Palet
Ringan 0.5 -1 60-100 2.5 - 5
(Palletizing)
Sedang 1.1-1.5 101-125 5.1 - 7.5
5 menit Ins. 2 Selection
Berat 1.6 -2 126-150 7.5 - 10
Gambar 3.1 OPC Cannery Department Sangat Berat 2.1-2.5 151-175 10.1 - 12.5

3.2 Risk Analysis 3.4 Nordic Body Map


Risk analysis dilakukan untuk mengidentifikasi dan Nordic body map merupakan kuesioner yang digunakan
menganalisa resiko yang mungkin muncul dalam pekerjaan untuk mengetahui bagian tubuh operator yang sakit saat
yang dilakukan. Ada tiga tahapan yang dilakukan. Tahap melakukan proses kerja. Bagian tubuh yang memiliki skor
pertama adalah identifikasi bahaya yang ada, tahap kedua tertinggi akan diolah dengan standardize nordic questionnaire
adalah menentukan seberapa sering bahaya tersebut terjadi, dan untuk mengetahui lama waktu keluhan, konsekuensi, serta lama
tahap yang ketiga adalah memetakan bahaya tersebut. Berikut waktu kerja hilang.
hasil dari risk analysis :
Tabel 3.3 Rekap Nordic Body Map
Tabel 3.1 Kelompok Bahaya
Potensi No Lokasi Tubuh Rata-rata
Bahaya RAC Kategori Bahaya
Berbahaya
bahaya High/serious 1 leher 2,16666667
kebisingan 2 Mengancam
fisik danger
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2013) ISSN: 2301-9271 3

Rekap Standardize Nordic Questionnaire


No Lokasi Tubuh Rata-rata Lama
Konsekuensi Akibat Waktu Kerja
Operator Keluhan
Sakit Hilang
2 bahu kiri 2,36666667 Sakit
18 2,2 1 1
3 bahu kanan 2,56666667 19 3 2 1
4 lengan atas kiri 1,56666667 20 2,3 1,2 1,1
21 1,6 1,4 1
5 punggung 2,23333333 22 2,2 1 1
6 lengan atas kanan 1,63333333 23 4,5 2 1
24 3,3 1,5 1
7 pinggang 2,4 25 1 1,4 1
8 pinggul 2,03333333 26 2,5 1,2 1,2
27 1 1 1
9 pantat 1,96666667 28 1,9 1 1
10 siku kiri 1,36666667 29 3 1,3 1,2
30 1 1,4 1
11 siku kanan 1,36666667
12 lengan bawah kiri 1,46666667 3.5 NASA Task Load Index
13 lengan bawah kanan 1,76666667 Pengolahan beban kerja mental dilakukan untuk mengetahui
pergelangan tangan pengaruh mental yang mempengaruhi performansi pekerja
14 kiri 1,76666667 ketika melakukan pekerjaannya. Hal ini dibutuhkan melihat
pergelangan tangan kemungkinan menjadi tingkat prioritas pekerja dalam
15 kanan 1,96666667
mempengaruhi kinerjanya. NASA TLX ini digunakan untuk
16 telapak tangan kiri 1,7 menghitung beban kerja mental. Metode ini terdiri dari dua
telapak tangan tahapan, yaitu perbandingan berpasangan enam deskriptor dan
17 kanan 2
pemberian bobot.
18 paha kiri 1,53333333
19 paha kanan 1,56666667 Tabel 3.5 Rata-Rata Perhitungan Rating Scale
20 lutut kiri 1,6
Kebutuhan Total Product Rata-rata
21 lutut kanan 1,66666667 Kebutuhan Fisik (KF) 12105 807
22 betis kiri 2,16666667 Kebutuhan Mental (KM) 2855 190,33333
23 betis kanan 2,13333333 Kebutuhan Waktu (KW) 3235 215,66667
pergelangan kaki
24 kiri 1,63333333 Performansi (P) 6585 439
pergelangan kaki Usaha (U) 9225 615
25 kanan 1,76666667
Tingkat Stres (TS) 4395 293
26 kaki kiri 1,86666667
27 kaki kanan 2,03333333 3.6 Lingkungan Kerja Fisik
Lingkungan fisik kerja merupakan faktor yang perlu
Tabel 3.4 Rekap Standardize Nordic Questionnaire diperhatikan dalam kaitannya mengamati resiko bahaya yang
Rekap Standardize Nordic Questionnaire menimbulkan kecelakaan kerja. Untuk mengetahui apakah
Lama lingkungan fisik kerja menimbulkan gangguan terhadap pekerja
Konsekuensi Akibat Waktu Kerja
Operator Keluhan
Sakit
Sakit Hilang dalam bekerja maka dilakukan penyebaran kuisioner mengenai
1 1,3 1,1 1,1 faktor-faktor lingkungan apa saja yang mempengaruhi
2 2,5 1,3 1 lingkungan kerja
3 1,2 1,4 1,2
4 1,6 1,2 1,1 3.7 Skoring Ergonomic Assessment
5 3,4 1,7 1
Pada sub bab sebelumnya telah dilakukan pengolahan data
6 4,1 1,5 1,3
7 1,2 1 1
terhadap faktor yang ditentukan dalam ergonomic assessment.
8 2,3 1 1 Metode yang digunakan antara lain konsumsi energi untuk
9 3,4 1,7 1 beban fisik kerja, NASA TLX untuk beban kerja mental, nordic
10 4,5 2,9 1,1 body map questionnaire dan standardize nordic questionnaire
11 2,6 1,2 1 untuk keluhan kerja, dan lingkungan fisik kerja. Dari
12 2,8 1,8 1 pengolahan data tersebut didapatkan skor masing-masing
13 1,4 2 1,1
14 3 1 1
faktor kemudian dibandingkan tiap pekerja untuk mengetahui
15 3,4 1,6 1 apakah pekerja mampu melakukan perkerjaan yang diberikan.
16 2,5 1,4 1 Skoring ergonomic assessment ini dilakukan dengan tahap
17 1 1 1 pembobotan skor, kemudian pengkategorian skor, dan terakhir
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2013) ISSN: 2301-9271 4

tahap penentuan kategori pekerja. Berikut hasil rekap nilai licin, perbaikan berdasarkan nilai ergonomic assessment, dan
centroid dan penentuan kategori pekerja : pemberian lampu dan sensor di area mesin seamer.

Tabel 3.6 Rekap Nilai Centroid dan Penentuan Kategori


NORMALISASI
Nordi Nilai Kategori 3.9 Analisa Keselamatan Kerja
Operator Konsumsi Lingkungan
c Body Centroid Pekerja Penilaian keselamatan kerja pada Cannery Department
Energi Fisik kerja
Map digunakan risk analysis. Dengan menggunakan risk analysis ini
1 0,1 0,3 0,4 0,22 Mampu akan dapat diketahui kategori dari masing-masing potensi
bahaya yang ada. Berdasarkan hasil risk analysis yang telah
2 0,5 0,3 0,2 0,36475 Mampu
dilakukan, diperoleh hasil beberapa jenis bahaya yang masuk
3 0,1 0,3 0,3 0,17325 Mampu dalam kategori high / serious danger, medium / moderate
4 0,2 0,3 0,5 0,30475 Mampu danger, dan very low. Bahaya yang termasuk dalam kategori
Kurang high / serious danger adalah:
5 0,8 0,3 0,6 0,6745 mampu a. Bahaya fisik, yaitu kebisingan, lantai licin, panas, dan
Sangat benda tajam
6 1,0 0,3 0,9 0,9185 kurang
b. Bahaya mekanis, yaitu gerakan mekanis mesin.
7 0,1 0,3 0,5 0,22875 Mampu Untuk potensi bahaya yang termasuk dalam kategori medium /
Kurang moderate danger adalah :
8 0,4 0,3 0,7 0,49325 mampu
a. Bahaya ergonomi, yaitu potensi bahaya akibat dari
Sangat
9 0,8 0,3 0,9 0,7855 kurang posisi kerja statis dan kecerobohan.
Sangat b. Bahaya fisik, yaitu potensi bahaya air nanas. Bahaya
10 1,2 0,3 0,7 0,91125 kurang akibat dari air nanas dapat menyebabkan kondisi lantai
Kurang licin dan menyebabkan iritasi mata apabila mengenai
11 0,5 0,3 0,8 0,60575 mampu
mata pekerja.
Kurang
12 0,6 0,3 0,5 0,53275 mampu Dan potensi bahaya yang termasuk dalam kategori very low
adalah :
13 0,1 0,3 0,7 0,32225 Mampu
a. Bahaya kimia, yaitu bahaya akibat dari gas buang
Kurang
14 0,7 0,3 0,8 0,654 mampu (emisi). Bahaya yang dapat terjadi akibat dari gas buang
Kurang (emisi) dapat diabaikan.
15 0,8 0,3 0,7 0,70225 mampu b. Bahaya mekanis, yaitu bahaya akibat tabrakan. Sakit /
Kurang cedera akibat dari tabrakan yaitu berupa luka memar,
16 0,5 0,3 0,8 0,58675 mampu akan tetapi jenis kecelakaan ini sangat jarang terjadi
17 0,0 0,3 0,9 0,3295 Mampu sehingga dapat diabaikan.
Kurang
18 0,4 0,3 0,7 0,47425 mampu 3.10 Analisa Kesehatan Kerja
Kurang
19 0,7 0,3 0,3 0,51525 mampu
Faktor kesehatan kerja terdiri dari faktor beban fisik kerja,
Kurang faktor beban kerja mental, keluhan kerja, dan lingkungan fisik
20 0,4 0,3 0,6 0,4655 mampu kerja.
21 0,2 0,3 0,7 0,36025 Mampu
Kurang 3.10.1 Analisa Beban Kerja Fisik
22 0,4 0,3 0,7 0,47425 mampu Penilaian beban fisik kerja dilakukan dengan melakukan
Kurang perhitungan konsumsi energi pekerja, nilai extra calorie due to
23 1,2 0,3 0,3 0,80025 mampu peripheral temperature (ECPT), dan extra calorie due to
Kurang
24 0,8 0,3 0,6 0,6555 mampu
peripheral metabolism (ECPM). Denyut jantung pekerja saat
bekerja diukur tiap detik selama 5 menit kemudian menjadi
25 0,0 0,3 0,4 0,163 Mampu input dari perhitungan konsumsi energi, ECPT, dan ECPM.
Kurang
26 0,5 0,3 0,6 0,5035 mampu
Diperoleh hasil dari 30 pekerja terdapat 3 pekerja dengan
kategori sangat kurang mampu, 12 pekerja mampu, dan sisanya
27 0,0 0,3 0,7 0,24625 Mampu termasuk kategori kurang mampu. Dapat dikatakan lebih dari
28 0,3 0,3 0,5 0,36175 Mampu 50% pekerja dalam penelitian ini kurang mampu melaksanakan
Kurang pekerjaannya dengan baik. Sedangkan untuk hasil ECPT dan
29 0,7 0,3 0,6 0,5985 mampu ECPM, terdapat 6 pekerja yang memiliki nilai ECPM lebih
30 0,0 0,3 0,5 0,19075 Mampu tinggi dibandingkan nilai ECPT. Hal ini menunjukkan keenam
pekerja ini lebih diperngaruhi oleh faktor internal beban kerja
3.8 Rekomendasi Perbaikan pekerja tersebut.
Rekomendasi perbaikan yang diusulkan adalah dengan
perbaikan kursi pekerja, perbaikan pada kondisi lantai yang 3.10.2 Analisa Beban Kerja Mental
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2013) ISSN: 2301-9271 5

Pada dasarnya perhitungan beban kerja mental dengan keseluruhan pekerja untuk mengetahui apakah pekerja mampu
NASA Task Load Index ini dilakukan untuk mengetahui melakukan perkerjaan yang diberikan.
kebutuhan pekerja dalam melakukan pekerjaannya. Kebutuhan Dari hasil perhitungan nilai bobot prioritas dari ketiga faktor
kerja tersebut dijabarkan dalam 6 deskriptor, yaitu kebutuhan (nordic body map, konsumsi energi, dan lingkungan fisik
fisik (KF), kebutuhan mental (KM), kebutuhan waktu (KW), kerja), diperoleh urutan faktor paling dianggap penting yaitu
performansi (P), usaha (U), dan tingkat stres (TS). keluhan kerja (nordic body map), lingkungan fisik kerja, dan
Diperileh hasil yang menunjukkanbahwa kebutuhan fisik terakhir konsumsi energi (beban fisik kerja). Untuk
(KF) merupakan kebutuhan dengan nilai rata-rata total product menentukan kategori akhir pekerja, digunakan 4 kategori batas
tertinggi, yaitu 807 atau sekitar 31%. Hal ini menunjukkan yaitu sangat mampu, mampu, kurang mampu, dan sangat
bahwa kebutuhan fisik merupakan kebutuhan yang paling kurang mampu Berdasarkan hasil perhitungan dalam penentuan
mempengaruhi beban kerja mental para pekerja. Sedangkan kategori pekerja, dari 30 pekerja terdapat 3 pekerja dengan
kebutuhan yang memiliki nilai total product terendah adalah kategori sangat kurang, 12 pekerja mampu, dan sisanya
kebutuhan mental (KM), yaitu sebesar 190,33 atau sekitar 7%. termasuk kategori kurang mampu. Dapat dikatakan lebih
kurang 50% pekerja dalam penelitian ini masuk ke dalam
3.10.3 Analisa Keluhan Kerja kategori kurang mampu dalam melaksanakan pekerjaannya
Untuk mengetahui keluhan kerja pekerja terkait bagian dengan baik.
tubuh yang sakit saat melakukan pekerjaan, digunakan nordic
body map. Berdasarkan hasil nordic body map, diperoleh 3.12 Analisa Rekomendasi Perbaikan
bahwa 10 bagian tubuh yang dirasa paling sakit saat bekerja, Rekomendasi perbaikan yang diberikan didasarkan pada 2
yaitu leher, bahu kanan, bahu kiri, punggung, pinggang, faktor hasil assessment yang memiliki bobot tertinggi. Bobot
pinggul, telapak tangan kanan, betis kiri, betis kanan, dan kaki faktor tertinggi adalah beban keluhan kerja (nordic body map)
kanan. dan lingkungan fisik kerja. Menurut hasil wawancara langsung
Kesepuluh bagian tubuh yang dirasa paling sakit tersebut dengan pekerja, Perbaikan dapat dilakukan dengan perbaikan
digunakan sebagai inputan pada standardize nordic ukuran dan dimensi kursi tersebut. Alas kursi tersebut lebih
questionnaire untuk mengetahui lama waktu sakit, konsekuensi kecil dibandingkan dengan rata-rata lebar bagian pantat. Kursi
akibat sakit, dan waktu kerja hilang akibat sakit yang juga perlu ditambahkan suatu bahan yang dapat memberikan
dirasakan. Untuk lama waktu sakit, sebagian besar pekerja kenyamanan pekerja saat bekerja seperti busa atau bahan
memberi skala 5 atau dapat dikatakan merasakan sakit tersebut lainnya.
setiap hari. Rekomendasi selanjutnya adalah perhatian khusus pada
Untuk konsekuensi akibat sakit, hampir sebagian besar kondisi lantai di dalam pabrik. Hal ini mengacu pada faktor
pekerja memberikan skala 2 atau terjadi pengurangan lingkungan fisik kerja yang merupakan faktor dengan bobot
kenyamanan dalam bekerja tetapi tidak sampai mendapat dan prioritas kedua tertinggi. Pemberian treatment dengan
perawatan medis secara langsung. Untuk waktu kerja hilang dipasang kipas di lokasi yang rawan lantai licin dapat
akibat sakit, sebagian besar pekerja memberi skala 2 atau dapat membantu mengurangi tingkat kelicinan lantai yang ada. Selain
menyebabkan hilangnya waktu kerja selama 1-5 hari. Hilangnya itu, dapat dilakukan juga penambahan tanda-tanda peringatan
waktu kerja ini sesuai dengan konsekuensi akibat sakit bahaya di area-area yang sering mengalami kondisi lantai yang
sebelumnya, dimana nyeri yang ada hanya berpengaruh pada licin.
pengurangan kenyamanan kerja.
IV. SIMPULAN/RINGKASAN
3.10.4 Analisa Lingkungan Fisik Kerja
Diperoleh hasil bahwa hampir seluruh pekerja merasa Berdasarkan hasil pengumpulan data, pengolahan data, serta
terganggu dengan kondisi lingkungan fisik kerja yang ada di analisis dan interpretasi data yang telah dilakukan maka dapat
sekitar tempat bekerja, meskipun ada beberapa pekerja yang diperoleh simpulan sebagai berikut :
memberikan skor 1 (tidak berpengaruh) untuk atribut 1. Sebagian besar pekerja merasa terganggu dan tidak
lingkungan kerja tertentu (pekerja ke-23 memberikan skor 1 nyaman dengan kondisi lingkungan kerja fisik.
atau tidak berpengaruh untuk atribut pencahayaan). Pada 2. Berdasarkan hasil ergonomic assessment untuk faktor
ketiga atribut tersebut terdapat masing-masing nilai keselamatan kerja, dapat diketahui bahwa bahaya yang
kepentingan maksimal 5 atau beberapa pekerja merasa sangat masuk kategori high/serious danger adalah kebisingan,
terganggu dan menimbulkan ketidaknyamanan dalam bekerja. lantai licin, panas, benda tajam, dan gerakan mekanis
mesin. Bahaya yang masuk kategori medium/moderate
3.11 Analisa Skoring Ergonomic Assessment danger antara lain potensi bahaya akibat dari posisi
Metode yang digunakan dalam ergonomic assessment ini kerja statis, kecerobohan pekerja, dan bahaya dari air
antara lain konsumsi energi untuk beban fisik kerja, NASA TLX nanas. Sedangkan bahaya yang masuk kategori very low
untuk beban kerja mental, nordic body map questionnaire dan adalah bahaya akibat dari gas buang (emisi) dan
standardize nordic questionnaire untuk keluhan kerja, dan tabrakan.
lingkungan fisik kerja. Dari pengolahan data tersebut diperoleh 3. Berdasar hasil ergonomic assessment faktor kesehatan
skor masing-masing faktor kemudian dibandingkan terhadap kerja, dapat diketahui bahwa dari 30 pekerja terdapat 3
pekerja dengan kategori sangat kurang mampu, 12
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2013) ISSN: 2301-9271 6

pekerja mampu, dan sisanya termasuk kategori kurang Hertanti, N.N., Indriastadi, H. (2007). Evaluasi Persamaan
mampu. Dapat dikatakan lebih kurang 50% pekerja Penentuan Pengeluaran Energi bagi Wanita pada
dalam penelitian ini kurang mampu melaksanakan Aktivitas Penanganan Material Secara Manual.
pekerjaannya dengan baik. Sedangkan untuk hasil Prosiding Seminar Nasional Ergonomi dan K3 2007;
ECPT dan ECPM, terdapat 6 pekerja yang memiliki Semarang, 15-16 November 2007
nilai ECPM lebih tinggi dibandingkan nilai ECPT. Hal Kaewbooncho, Yamamoto, H. (1998). The Standardize Nordic
ini menunjukkan keenam pekerja ini lebih diperngaruhi Questionnaire Applied to Workers Exposed to Hand-
oleh faktor internal beban kerja pekerja tersebut. Arm Vibration. Journal of Occupational Health Vol
4. Rekomendasi perbaikan yang diberikan didasarkan pada 40 : 218-222
2 faktor hasil assessment yang memiliki bobot tertinggi. Keputusan Menteri Tenaga Kerja, no 51. (1999). Nilai
Bobot faktor tertinggi adalah beban keluhan kerja Ambang Batas Faktor Fisika di Tempat Kerja.
(nordic body map) dan lingkungan fisik kerja. Untuk Jakarta
keluhan kerja, perbaikan dilakukan dengan mendesain Laksmiwati, P. (2008). Penerapan Ergonomi dan
ulang kursi yang digunakan pekerja. Keselamatan Kesehatan kerja untuk Desain Stasiun
5. Rekomendasi perbaikan terkait lingkungan kerja adalah Kerja dan Perilaku Kerja. Tugas Akhir Jurusan
dengan memberi treatment dengan dipasang kipas Teknik Industri ITS, Surabaya
pengering di lokasi yang rawan lantai licin agar dapat Larasati, M. (2011). Evaluasi Faktor Lingkungan Fisik dan
membantu mengurangi tingkat kelicinan lantai yang ada K3 dengan Menggunakan Ergonomic Assessment
karena sampai saat ini kipas dipasang hanya didekatkan pada Pembuatan Waterwall Panel: PT ALSTOM
kepada pekerja agar pekerja tidak mengalami gangguan POWER ESI. Tugas Akhir Jurusan Teknik Industri
kerja akibat suhu panas yang tinggi. ITS, Surabaya
6. Rekomendasi selanjutnya adalah pemberian lampu dan Mukhlisani, N. (2008). Pendekatan Metode Structural
sensor pada area mesin seamer. Pemasangan lampu dan Equation Modelling untuk Analisa Faktor yang
sensor dapat menjadi alat yang membantu pekerja agar Mempengaruhi Produktivitas dari Tinjauan
lebih berhati-hati dalam bekerja di area ini, sehingga Keselamatan, Kesehatan, dan Lingkungan Kerja di
kecelakaan kerja dapat dihindari. PT Barata Indonesia Persero Gresik. Laporan Thesis
Teknik Industri ITS, Surabaya
Mulki B, et. al. (2006). Kebijakan Pengelolaan Lingkungan
UCAPAN TERIMA KASIH
Kerja Pada Pabrik Pengolahan Kayu Moulding.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak yang telah Prosiding Seminar Nasional Ergonomi dan K3 2006:
membantu proses penelitian ini. Untuk keluarga, Bapak Ir. Surabaya, 29 Juli 2006
Sritomo Wignjosoebroto, M.Sc. selaku dosen pembimbing, Nery, D. (2006). Audit Tool User Guide for The Meat Industry
seluruh dosen dan karyawan Jurusan Teknik Industri ITS atas in South Australia. Adelaide : SAFER Industries
semua bantuan dan dukungan yang telah diberikan, teman- Purwaningrum, R, Adi, W., Fitriastuty, E. (2007).
teman 08IE Teknik Industri 2008, serta semua pihak yang Pengembangan Metode Quick Exposure heklist
telah banyak membantu. (QEC) untuk Menilai Postur Operator Departemen
Produksi. Prosiding Seminar Nasional Ergonomi dan
K3 Tahun 2007; Semarang 15 – 16 November 2007
DAFTAR PUSTAKA Rochmoeljati. (2007). Analisis Implementasi Program K3 dan
Canadian Association of Petroleum Producers. (2000). Perangkingan Hazard Dengan Pendekatan
Ergonomic Risk Identification and Assessment Tool; Manajemen Resiko. Surabaya : Teknik Industri UPN
Version 1.0 Jawa Timur
David, G., Woods,V., Guangyan Li, Bukle, P. (2007). The Saaty, R.W. (2003). Decision Making in Complex
Development of The Quick Exposure Checklist (QEC) Environment. Pittsburgh : Creative Decision
for Assesing Exposure to Risk Factors for Work- Foundation
Related Musculoskeletal Disorders. UK : Applied Wignjosoebroto, S. (2008). Ergonomi Studi Gerak dan Waktu.
Ergonomics Vol 39 : 57-69 Surabaya : Guna Widya
Guangyan Li, Bukle, P. (2005). QEC for Assessment of Work-
Related Musculoskeletal Disorders (WMSDs),
Handbook of Human Factors and Ergonomics
Methods. CRC Press LLC
Hammer, Willie. (1989). Occupational Safety Management
and Engineering 4th Edition. New Jersey: Prentice-
Hall Inc.
Hart, S., Staveland, L. (1988). Development of NASA-TLX
(Task Load Index). California : San Jose State
University

Anda mungkin juga menyukai