Abstrak—Cannery Department merupakan departemen manusia (human factors) memegang peranan penting dalam
tempat dilakukannya proses pengalengan nanas dimana keselamatan dan kesehatan kerja yang secara langsung erat
memiliki jumlah tingkat kecelakaan kerja paling tinggi. kaitannya dengan pencapaian produktivitas kerja yang baik.
Kecelakaan kerja yang terjadi tentunya memiliki dampak Produktivitas kerja yang baik adalah dengan didukung oleh
kerugian, baik dampak terhadap para pekerja sendiri, terjaganya kenyamanan, keselamatan, dan kesehatan manusia
dampaknya terhadap proses kerja dalam pabrik, serta selaku pekerja. Potensi bahaya (hazard) adalah permasalahan
dampak terhadap produktivitas kinerja perusahaan. yang ada di perusahaan karena merupakan sumber resiko yang
Sehingga perlu adanya evaluasi terhadap hal ini. potensial mengakibatkan kerugian baik material, lingkungan,
Pada penelitian ini dilakukan ergonomic assessment maupun manusia (Rochmoeljati, 2007). Dengan
berdasarkan faktor lingkungan kerja fisik dan K3. Untuk memperhatikan ergo-safety, segala permasalahan yang bisa
faktor lingkungan kerja fisik digunakan kuisioner memberikan dampak yang membahayakan bagi keselamatan
lingkungan fisik. Untuk faktor keselamatan dan kesehatan maupun kesehatan manusia akan dapat diidentifikasi, dijaga,
kerja digunakan risk assessment, konsumsi energi, NASA dikelola, dan dirancang untuk memperoleh kondisi lingkungan
TLX, dan nordic body map. Skor dari faktor tersebut kerja yang nyaman, aman, dan sehat.
diintegrasikan dengan menggunakan centroid method Berdasarkan data kecelakaan yang terjadi pada Cannery
untuk mendapatkan skor akhir kategori pekerja. Department dan hal-hal yang terkait keselamatan dan
Berdasarkan hasil ergonomic assessment, diketahui kesehatan kerja pada proses pengalengan, maka diperlukan
bahwa sebagian besar pekerja kurang mampu untuk suatu evaluasi yang harus dilakukan dalam proses pengalengan
melakukan tugasnya. Rekomendasi perbaikan yang nanas di pabrik. Salah satu yang dapat dilakukan adalah dengan
diberikan berupa perbaikan ukuran dan dimensi kursi evaluasi ergonomi yang berbasis pada konsep keselamatan dan
tempat duduk pekerja, penambahan kipas sebagai kesehatan kerja.
treatment lantai licin serta pemasangan lampu dan sensor
pada area mesin seamer.
II. URAIAN PENELITIAN
Kata Kunci—Ergonomic Assessment, Kesehatan dan Tahap ergonomic assessment ini diawali dengan tahap
Keselamatan Kerja, Kecelakaan Kerja pendahuluan, yaitu mengidentifikasi dan merumuskan
permasalahan dalam proses pengalengan nanas, serta
menetapkan tujuan penelitian. Studi literatur dan studi lapangan
I. PENDAHULUAN
dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai
permasalahan yang ada.
10 menit
HR : Denyut jantung (denyut/menit)
O-8
Memasukkan dalam BB : Berat badan (kilogram)
kaleng
Sehingga didapatkan rekap perhitungan konsumsi energy
2 menit O-9
Suplai ke mesin syruper
& seamer
dan kategori beban kerja sebagai berikut :
10 - 15 menit O - 13
Penyusunan
Produk ke Palet
Ringan 0.5 -1 60-100 2.5 - 5
(Palletizing)
Sedang 1.1-1.5 101-125 5.1 - 7.5
5 menit Ins. 2 Selection
Berat 1.6 -2 126-150 7.5 - 10
Gambar 3.1 OPC Cannery Department Sangat Berat 2.1-2.5 151-175 10.1 - 12.5
tahap penentuan kategori pekerja. Berikut hasil rekap nilai licin, perbaikan berdasarkan nilai ergonomic assessment, dan
centroid dan penentuan kategori pekerja : pemberian lampu dan sensor di area mesin seamer.
Pada dasarnya perhitungan beban kerja mental dengan keseluruhan pekerja untuk mengetahui apakah pekerja mampu
NASA Task Load Index ini dilakukan untuk mengetahui melakukan perkerjaan yang diberikan.
kebutuhan pekerja dalam melakukan pekerjaannya. Kebutuhan Dari hasil perhitungan nilai bobot prioritas dari ketiga faktor
kerja tersebut dijabarkan dalam 6 deskriptor, yaitu kebutuhan (nordic body map, konsumsi energi, dan lingkungan fisik
fisik (KF), kebutuhan mental (KM), kebutuhan waktu (KW), kerja), diperoleh urutan faktor paling dianggap penting yaitu
performansi (P), usaha (U), dan tingkat stres (TS). keluhan kerja (nordic body map), lingkungan fisik kerja, dan
Diperileh hasil yang menunjukkanbahwa kebutuhan fisik terakhir konsumsi energi (beban fisik kerja). Untuk
(KF) merupakan kebutuhan dengan nilai rata-rata total product menentukan kategori akhir pekerja, digunakan 4 kategori batas
tertinggi, yaitu 807 atau sekitar 31%. Hal ini menunjukkan yaitu sangat mampu, mampu, kurang mampu, dan sangat
bahwa kebutuhan fisik merupakan kebutuhan yang paling kurang mampu Berdasarkan hasil perhitungan dalam penentuan
mempengaruhi beban kerja mental para pekerja. Sedangkan kategori pekerja, dari 30 pekerja terdapat 3 pekerja dengan
kebutuhan yang memiliki nilai total product terendah adalah kategori sangat kurang, 12 pekerja mampu, dan sisanya
kebutuhan mental (KM), yaitu sebesar 190,33 atau sekitar 7%. termasuk kategori kurang mampu. Dapat dikatakan lebih
kurang 50% pekerja dalam penelitian ini masuk ke dalam
3.10.3 Analisa Keluhan Kerja kategori kurang mampu dalam melaksanakan pekerjaannya
Untuk mengetahui keluhan kerja pekerja terkait bagian dengan baik.
tubuh yang sakit saat melakukan pekerjaan, digunakan nordic
body map. Berdasarkan hasil nordic body map, diperoleh 3.12 Analisa Rekomendasi Perbaikan
bahwa 10 bagian tubuh yang dirasa paling sakit saat bekerja, Rekomendasi perbaikan yang diberikan didasarkan pada 2
yaitu leher, bahu kanan, bahu kiri, punggung, pinggang, faktor hasil assessment yang memiliki bobot tertinggi. Bobot
pinggul, telapak tangan kanan, betis kiri, betis kanan, dan kaki faktor tertinggi adalah beban keluhan kerja (nordic body map)
kanan. dan lingkungan fisik kerja. Menurut hasil wawancara langsung
Kesepuluh bagian tubuh yang dirasa paling sakit tersebut dengan pekerja, Perbaikan dapat dilakukan dengan perbaikan
digunakan sebagai inputan pada standardize nordic ukuran dan dimensi kursi tersebut. Alas kursi tersebut lebih
questionnaire untuk mengetahui lama waktu sakit, konsekuensi kecil dibandingkan dengan rata-rata lebar bagian pantat. Kursi
akibat sakit, dan waktu kerja hilang akibat sakit yang juga perlu ditambahkan suatu bahan yang dapat memberikan
dirasakan. Untuk lama waktu sakit, sebagian besar pekerja kenyamanan pekerja saat bekerja seperti busa atau bahan
memberi skala 5 atau dapat dikatakan merasakan sakit tersebut lainnya.
setiap hari. Rekomendasi selanjutnya adalah perhatian khusus pada
Untuk konsekuensi akibat sakit, hampir sebagian besar kondisi lantai di dalam pabrik. Hal ini mengacu pada faktor
pekerja memberikan skala 2 atau terjadi pengurangan lingkungan fisik kerja yang merupakan faktor dengan bobot
kenyamanan dalam bekerja tetapi tidak sampai mendapat dan prioritas kedua tertinggi. Pemberian treatment dengan
perawatan medis secara langsung. Untuk waktu kerja hilang dipasang kipas di lokasi yang rawan lantai licin dapat
akibat sakit, sebagian besar pekerja memberi skala 2 atau dapat membantu mengurangi tingkat kelicinan lantai yang ada. Selain
menyebabkan hilangnya waktu kerja selama 1-5 hari. Hilangnya itu, dapat dilakukan juga penambahan tanda-tanda peringatan
waktu kerja ini sesuai dengan konsekuensi akibat sakit bahaya di area-area yang sering mengalami kondisi lantai yang
sebelumnya, dimana nyeri yang ada hanya berpengaruh pada licin.
pengurangan kenyamanan kerja.
IV. SIMPULAN/RINGKASAN
3.10.4 Analisa Lingkungan Fisik Kerja
Diperoleh hasil bahwa hampir seluruh pekerja merasa Berdasarkan hasil pengumpulan data, pengolahan data, serta
terganggu dengan kondisi lingkungan fisik kerja yang ada di analisis dan interpretasi data yang telah dilakukan maka dapat
sekitar tempat bekerja, meskipun ada beberapa pekerja yang diperoleh simpulan sebagai berikut :
memberikan skor 1 (tidak berpengaruh) untuk atribut 1. Sebagian besar pekerja merasa terganggu dan tidak
lingkungan kerja tertentu (pekerja ke-23 memberikan skor 1 nyaman dengan kondisi lingkungan kerja fisik.
atau tidak berpengaruh untuk atribut pencahayaan). Pada 2. Berdasarkan hasil ergonomic assessment untuk faktor
ketiga atribut tersebut terdapat masing-masing nilai keselamatan kerja, dapat diketahui bahwa bahaya yang
kepentingan maksimal 5 atau beberapa pekerja merasa sangat masuk kategori high/serious danger adalah kebisingan,
terganggu dan menimbulkan ketidaknyamanan dalam bekerja. lantai licin, panas, benda tajam, dan gerakan mekanis
mesin. Bahaya yang masuk kategori medium/moderate
3.11 Analisa Skoring Ergonomic Assessment danger antara lain potensi bahaya akibat dari posisi
Metode yang digunakan dalam ergonomic assessment ini kerja statis, kecerobohan pekerja, dan bahaya dari air
antara lain konsumsi energi untuk beban fisik kerja, NASA TLX nanas. Sedangkan bahaya yang masuk kategori very low
untuk beban kerja mental, nordic body map questionnaire dan adalah bahaya akibat dari gas buang (emisi) dan
standardize nordic questionnaire untuk keluhan kerja, dan tabrakan.
lingkungan fisik kerja. Dari pengolahan data tersebut diperoleh 3. Berdasar hasil ergonomic assessment faktor kesehatan
skor masing-masing faktor kemudian dibandingkan terhadap kerja, dapat diketahui bahwa dari 30 pekerja terdapat 3
pekerja dengan kategori sangat kurang mampu, 12
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2013) ISSN: 2301-9271 6
pekerja mampu, dan sisanya termasuk kategori kurang Hertanti, N.N., Indriastadi, H. (2007). Evaluasi Persamaan
mampu. Dapat dikatakan lebih kurang 50% pekerja Penentuan Pengeluaran Energi bagi Wanita pada
dalam penelitian ini kurang mampu melaksanakan Aktivitas Penanganan Material Secara Manual.
pekerjaannya dengan baik. Sedangkan untuk hasil Prosiding Seminar Nasional Ergonomi dan K3 2007;
ECPT dan ECPM, terdapat 6 pekerja yang memiliki Semarang, 15-16 November 2007
nilai ECPM lebih tinggi dibandingkan nilai ECPT. Hal Kaewbooncho, Yamamoto, H. (1998). The Standardize Nordic
ini menunjukkan keenam pekerja ini lebih diperngaruhi Questionnaire Applied to Workers Exposed to Hand-
oleh faktor internal beban kerja pekerja tersebut. Arm Vibration. Journal of Occupational Health Vol
4. Rekomendasi perbaikan yang diberikan didasarkan pada 40 : 218-222
2 faktor hasil assessment yang memiliki bobot tertinggi. Keputusan Menteri Tenaga Kerja, no 51. (1999). Nilai
Bobot faktor tertinggi adalah beban keluhan kerja Ambang Batas Faktor Fisika di Tempat Kerja.
(nordic body map) dan lingkungan fisik kerja. Untuk Jakarta
keluhan kerja, perbaikan dilakukan dengan mendesain Laksmiwati, P. (2008). Penerapan Ergonomi dan
ulang kursi yang digunakan pekerja. Keselamatan Kesehatan kerja untuk Desain Stasiun
5. Rekomendasi perbaikan terkait lingkungan kerja adalah Kerja dan Perilaku Kerja. Tugas Akhir Jurusan
dengan memberi treatment dengan dipasang kipas Teknik Industri ITS, Surabaya
pengering di lokasi yang rawan lantai licin agar dapat Larasati, M. (2011). Evaluasi Faktor Lingkungan Fisik dan
membantu mengurangi tingkat kelicinan lantai yang ada K3 dengan Menggunakan Ergonomic Assessment
karena sampai saat ini kipas dipasang hanya didekatkan pada Pembuatan Waterwall Panel: PT ALSTOM
kepada pekerja agar pekerja tidak mengalami gangguan POWER ESI. Tugas Akhir Jurusan Teknik Industri
kerja akibat suhu panas yang tinggi. ITS, Surabaya
6. Rekomendasi selanjutnya adalah pemberian lampu dan Mukhlisani, N. (2008). Pendekatan Metode Structural
sensor pada area mesin seamer. Pemasangan lampu dan Equation Modelling untuk Analisa Faktor yang
sensor dapat menjadi alat yang membantu pekerja agar Mempengaruhi Produktivitas dari Tinjauan
lebih berhati-hati dalam bekerja di area ini, sehingga Keselamatan, Kesehatan, dan Lingkungan Kerja di
kecelakaan kerja dapat dihindari. PT Barata Indonesia Persero Gresik. Laporan Thesis
Teknik Industri ITS, Surabaya
Mulki B, et. al. (2006). Kebijakan Pengelolaan Lingkungan
UCAPAN TERIMA KASIH
Kerja Pada Pabrik Pengolahan Kayu Moulding.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak yang telah Prosiding Seminar Nasional Ergonomi dan K3 2006:
membantu proses penelitian ini. Untuk keluarga, Bapak Ir. Surabaya, 29 Juli 2006
Sritomo Wignjosoebroto, M.Sc. selaku dosen pembimbing, Nery, D. (2006). Audit Tool User Guide for The Meat Industry
seluruh dosen dan karyawan Jurusan Teknik Industri ITS atas in South Australia. Adelaide : SAFER Industries
semua bantuan dan dukungan yang telah diberikan, teman- Purwaningrum, R, Adi, W., Fitriastuty, E. (2007).
teman 08IE Teknik Industri 2008, serta semua pihak yang Pengembangan Metode Quick Exposure heklist
telah banyak membantu. (QEC) untuk Menilai Postur Operator Departemen
Produksi. Prosiding Seminar Nasional Ergonomi dan
K3 Tahun 2007; Semarang 15 – 16 November 2007
DAFTAR PUSTAKA Rochmoeljati. (2007). Analisis Implementasi Program K3 dan
Canadian Association of Petroleum Producers. (2000). Perangkingan Hazard Dengan Pendekatan
Ergonomic Risk Identification and Assessment Tool; Manajemen Resiko. Surabaya : Teknik Industri UPN
Version 1.0 Jawa Timur
David, G., Woods,V., Guangyan Li, Bukle, P. (2007). The Saaty, R.W. (2003). Decision Making in Complex
Development of The Quick Exposure Checklist (QEC) Environment. Pittsburgh : Creative Decision
for Assesing Exposure to Risk Factors for Work- Foundation
Related Musculoskeletal Disorders. UK : Applied Wignjosoebroto, S. (2008). Ergonomi Studi Gerak dan Waktu.
Ergonomics Vol 39 : 57-69 Surabaya : Guna Widya
Guangyan Li, Bukle, P. (2005). QEC for Assessment of Work-
Related Musculoskeletal Disorders (WMSDs),
Handbook of Human Factors and Ergonomics
Methods. CRC Press LLC
Hammer, Willie. (1989). Occupational Safety Management
and Engineering 4th Edition. New Jersey: Prentice-
Hall Inc.
Hart, S., Staveland, L. (1988). Development of NASA-TLX
(Task Load Index). California : San Jose State
University