Anda di halaman 1dari 3

Beton Daur Ulang

Beton merupakan bahan yang sangat penting dan banyak digunakan dalam dunia kontruksi.
Banyaknya jumlah penggunaan beton dalam kontruksi mengakibatkan peningkatan kebutuhan
material beton, sehingga memicu penambangan batuan sebagai salah satu bahan pembentuk
beton secara besar-besaran. Hal ini menyebabkan turunnya jumlah sumber alam yang tersedia
untuk keperluan pembetonan.

Keterbatasan kemampuan alam dalam menyediakan material pembentuk beton merupakan


sebuah persoalan yang penting. Disisi lain ada beberapa bangunan tua yang terpaksa dibongkar
karena bangunan tersebut perlu diperbaharui, mengalami kerusakan, atau tidak layak lagi dihuni.

Pembuangan limbah tersebut memerlukan biaya dan tempat pembuangan. Pembuangan limbah
padat seperti ini pada dasarnya dapat mengurangi kesuburan tanah. Disamping itu, pada saat ini
beton siap pakai (ready mix) sedang marak digunakan untuk pembuatan kontruksi bangunan,
namun pada penerapannya sering terjadi kelebihan supply dan sisanya terkadang dibuang di
sembarang tempat, sehingga dapat mengurangi kesuburan tanah dan merusak keseimbangan
ekosistem.

Permasalahan kerusakan alam yang diakibatkan oleh penambangan batuan yang berlebihan dan
pembuangan limbah beton tersebut mendorong peneliti untuk memanfaatkan atau mendaur ulang
limbah beton yang dihasilkan dari suatu aktifitas pembongkaran atau pengadaan kontruksi
sebagai agregat alternatif yang dapat menggantikan sebagian atau seluruh agregat alam di dalam
campuran beton.

Beton Daur Ulang (BDU) merupakan campuran yang diperoleh dari proses ulang material yang
sebelumnya. Beberapa perbedaan kualitas, sifat-sifat fisik dan kimia agregat daur ulang,
menyebabkan perbedaan sifat-sifat (properties) material beton yang dihasilkan, seperti
menurunnya kuat tekan, kuat tarik, dan modulus elastisitasnya. Selain itu juga diamati perbedaan
kemiringan kurva hubungan tegangan-regangan uniaksial dan multiaksial, yang menjadi landai
pada saat sebelum beban puncak dan menjadi curam setelah beban puncak. Disamping itu,
hubungan tegangan-regangan puncak multiaksial juga menjadi menurun. Perbedaan sifat-sifat
material beton agregat daur ulang tersebut mengakibatkan beberapa perbedaan persamaan yang
menggambarkan hubungan antara kuat tarik dan kuat tekan, modulus elastisitas dan kuat tekan,
dan model konstitutif tegangan-regangan beton uniaksial, tegangan-regangan puncak multiaksial.
Beberapa persamaan dan model konstitutif telah diperoleh dari hasil studi eksperimental untuk
menggambarkan perbedaan sifat-sifat dan perilaku mekanik beton agregat daur ulang.

Berdasarkan sifat-sifat yang dimiliki dari hasil penelitian didapatkan bahwa beton daur ulang
(BDU) dengan agregat bekas pakai dapat digunakan sebagai beton struktural dengan kekuatan
relatif sama dengan beton normal (BN) dimana kuat tekan yang dimiliki dapat mencapai 380
Kg/cm2 atau sekitar 98% dibanding beton normal, pada faktor air semen 0,4 dan dapat mencapai
350 kg/cm2 atau sekitar 92% dibanding beton normal pada faktor air semen 0,5.

Beton dengan agregat bekas pakai memiliki kekuatan lentur dan tarik lebih tinggi dibandingkan
dengan beton normal, dan hal ini sangat menguntungkan apabila digunakan dalam struktur
perkerasan kaku/lapisan perkerasan jalan dan lapangan terbang dimana sifat tersebut sebagai
dasar dalam perencanaannya.

Penelitian agregat daur ulang untuk pembuatan beton secara massal telah dilakukan oleh
Rosidawani (2005). Salah satu sifat yang membedakan beton massal dengan jenis beton lainnya
adalah perilaku panas yang terjadi. Akibat reaksi semen dan air yang merupakan reaksi
eksotermik. Kenaikan panas hidrasi pada dimensi beton massal yang besar yang menyebabkan
panas yang terjadi tidak dapat disipasi, menjadi cukup besar. Volume beton dengan dimensi yang
cukup besar ini memerlukan pengontrolan agar dapat menanggulangi perkembangan panas
hidrasi dan perubahan volume beton untuk meminimalisir keretakan yang terjadi. Berdasarkan
acuan ini dan dari persamaan matematis yang diperoleh, didapat volume minimal beton massal
yang harus mendapatkan perawatan dan kontrol pada umur-umur awal untuk menghindari
pengaruh panas hidrasi terhadap keretakan beton.

Penggunaan Beton Daur Ulang (BDU) untuk pelat telah diteliti oleh Amri (2005). Hasil
penelitian Afmi menunjukkan bahwa secara umum sifat mekanis beton agregat daur ulang lebih
jelek dibanding beton yang terbuat dari agregat alam, terutama dalam menahan beban tarik.
Fachruddin (2005) menggunakan agregat limbah padat (agregat sisa kebakaran dan sisa ready
mix) untuk meneliti pengaruh agregat ini terhadap perilaku Balok T. Penelitian ini dilakukan
secara eksperimental terhadap perilaku Balok T terhadap beton agregat alami dan agregat daur
ulang. Enam benda uji balok beton bertulang yakni dua beton agregat alami, dua beton agregat
sisa kebakaran dan dua beton agregat sisa ready mix masing-masing dengan mutu 25 dan 50
MPa dilihat perilaku lentur dan gesernya terhadap akibat pembebanan statik (monotonic
loading). Pembebanan yang dilakukan terhadap balok benda uji adalah beban terpusat statik
monoton dengan kontrol beban.

Perkembangan mengenai teknologi beton telah mengalami kemajuan pesat dengan


memanfaatkan abu terbang yang dikombinasikan dengan High Performance Superplasticizer
sehingga mampu membuat beton di lapangan dengan mutu tinggi. Atas dasar kinerjanya maka
beton tersebut lebih dikenal sebagai Beton Kinerja Tinggi (High Performance Concrete), dengan
memanfaatkan beton bekas secara keseluruhan (100% agregat kasar berasal dari beton bekas).

Agregat Daur Ulang

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan agregat beton bekas adalah
memerlukan air bebas pada adukan yang lebih tinggi karena sifat penyerapan air yang lebih
besar, waktu pemadatan yang lebih lama karena plastisitasnya lebih rendah dan sifat permukaan
agregat lebih kasar.

Berdasarkan hasil studi eksperimental, agregat daur ulang mengandung mortar sebesar 25 hingga
45 % untuk agregat kasar, dan 70 hingga 100% untuk agregat halus. Di samping itu, pada
agregat daur ulang juga terdapat retak mikro, dimana retak tersebut dapat ditimbulkan oleh
tumbukan mesin pemecah batu (stone crusher) pada saat proses produksi agregat daur ulang
yang tidak dapat membelah daerah lempengan atau patahan pada agregat alam. Selain itu, hasil
dari pengujian eksperimental dengan sinar X (X-ray) terdapat perbedaan kandungan unsur-unsur
kimia di dalam agregat daur ulang, yaitu unsur silika (Si) dan kalsium (Ca). Hal ini dikarenakan
agregat daur ulang sebelumnya merupakan beton yang telah mengalami reaksi hidrasi, dimana
unsur Si dan Ca yang terdapat pada agregat daur ulang diperoleh dari senyawa kalsium silika
hidrat (C-S-H), ettringite (C-A-S-H), dan Ca(OH)2 pada pasta semen yang masih menempel
pada agregat alam. Oleh karena itu, unsur Ca pada agregat daur ulang lebih banyak dari pada
unsur Si.

Beberapa perbedaan kualitas, sifat-sifat fisik dan kimia agregat daur ulang tersebut menyebabkan
perbedaan sifat-sifat (properties) material beton yang dihasilkan. Perbedaan sifat-sifat dan
perilaku mekanik material beton agregat daur ulang juga berpengaruh pada kinerja dan perilaku
mekanik elemen struktur yang dibentuknya, diantaranya adalah kemampuan deformabilitas, nilai
daktilitas, nilai kekakuan, dan pola retak. Deformabilitas elemen struktur beton agregat daur
ulang menjadi lebih besar pada saat beban yang sama, nilai daktilitas dan kekakuan menjadi
kecil, dan pola retak menjadi lebih banyak hingga ke daerah momen dan geser (antara perletakan
dan titik beban), bila dibandingkan dengan kinerja dan perilaku beton agregat alam.

Hasil penelitian Sakkung (1999) memperlihatkan bahwa material hasil proses penyaringan
memiliki sifat fisik yang serupa dengan sebelum proses penyaringan, sehingga secara teknis
material hasil daur ulang dapat digunakan. Hendri (1999) meneliti karakterisrik agregat halus
daur ulang dan menghasilkan data agregat halus yang dibuat dengan beton daur ulang
mempunyai penyerapan air sebesar 8.6% terhadap berat agregat sedangkan pasir alam hanya
2.8%. Hal ini sangat berpengaruh terhadap kadar aspal efektif dari campuran, kadar aspal yang
diserap terhadap berat agregat adalah 3,1% untuk campuran dari beton daur ulang, dan 1,2%
untuk campuran dari pasir alam.
http://pradhity.blogspot.co.id/2009/04/beton-daur-ulang.html

Anda mungkin juga menyukai