DENGAN PENGKAJIAN
DISUSUN OLEH :
DINA TRISNAWATI
215120060
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
Dalam memberikan asuhan keperawatan yang profesional dan komprehensif, data
dasar klien sangat diperlukan dalam mengidentifikasi respon respon klien terhadap
masalah kesehatan. Dengan demikian cara perawat mengumpulkan data dan
mengorganisasi data saat berada dalam tahap pengkajian merupakan hal yang
sangat penting sehingga diagnosis keperawatan yang sesuai dapat teridentifikasi.
Roy memberikan pendekatan multifokal dalam pengkajian tingkat
pertamanya tentang empat cara adaptasi klien yaitu cara fisiologis, konsep diri,
fungsi peran dan interdependensi. Setelah pengkajian tingkat pertama, perawat
kemudian menentukan stimulus fokal, kontekstual dan residual yang menunjang
masing masing prilaku tersebut. Pengkajian tingkat kedua difokuskan pada faktor
faktor yang mempengaruhi prilaku dari masalah.
Mengingat pentingnya konsep pengkajian dalam keperawatan dan penerapan
teori yang sudah dikembangkan pakar keperawatan dalam hal ini Model Adaptasi
Roy, maka penulis tertarik untuk menyusun makalah tentang Penerapan theori
Model Adaptasi Sister Callista Roy dalam pengkajian sistem endokrin.
1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum :
Memahami penerapan Model Adaptasi Roy dalam pengkajian keperawatan
tentang system endokrin
2. Tujuan Khusus :
a. Memahami pengkajian menurut konsep model adaptasi Sister Calista Roy
b. Mengaplikasikan konsep pengkajian keperawatan menurut Roy dalam study
kasus system Endokrin
c. Menganalisis kesesuaian asuhan keperawatan yang diberikan dan
kesenjangan kesenjangan yang terjadi.
3
1.4 Sistematika Penulisan
Penulisan makalah ini disusun dalam 5 bab, yaitu :
Bab I : Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, tujuan penulisan,
manfaat penulisan dan Sistematika penulisan.
Bab II : Tinjauan Teori yang berisi tentang konsep theori Adaptasi menurut Sister
Calista Roy.
Bab III : Analisis / Aplikasi Konsep theori Calista Roy dalam kasus.
Bab IV : Pembahasan
4
BAB II
KONSEP THEORY
5
- Interdependent.
4. Output
Outputdari suatu system adalah prilaku yang dapat di amati, diukur atau secara
subyektif dapat dilaporkan baik bersal dari dalam maupun dari luar. Roy
mengkategorikan output sistem sebagai respon yang adaptid dan respon yang
mal adaptif.
2.2 Komponen Sentral Paradigma Keperawatan Menurut Roy
Menurut Roy terdapat empat objek utama dalam ilmu keperawatan yaitu :
1. Manusia
Manusia sebagai penerima pelayanan keperawatan mencakup individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat
2. Lingkungan
Lingkungan merupakan konsep utama dalam interaksi manusia secara konstan.
Lingungan adalah semua kondsi, keadaan dan kondisi tertentu yang dapat
mempengaruhi perkembangan dan prilaku individu maupun kelompok
3. Sehat dan Kesehatan
Esehatan adalah suatu keadaan dan proses berfungsinya manusia karena
terjadinya adaptasi terus menerus
4. Keperawatan
Keparawatan sebagai proses interpersonal yang diawali adanya kondisi
maladaptasi akibat perubahan lingkungan baik internal maupun eksternal.
Tindakan keperawatan diarahkan untuk mengurangi atau mengatasi dan
meningkatkan kemampuan adaptasi manusia
2.3 Proses Keperawatan Menurut Theory Roy
Menurut Roy (1991), elemen dari proses keperawatan meliputi Pengkajian tingkat
pertama, pengkajian tingkat kedua, Diagnosis eperawatan, penentuan tujuan,
Intervensi dan Evaluasi.
1. Pengkajian Tingkat Pertama : Pengkajian Prilaku
Merupakan tahap proses keperawatan yang bertujuan mengumpulkan data dan
memutuskan klien adaptif atau mal adaptif. Pengkajian keperawatan
berdasarkan model ini meliputi data tentang :
a. Mode Fungsi Fisiologis
6
1) Oksigenasi : kebutuhan tubuh terhadap oksigen dan prosesnya, yaitu
ventilasi, pertukaran gas dan transpor gas.
2) Nutrisi : Mulai dari proses ingesti dan asimilasi makanan untuk
mempertahankan fungsi, meningkatkan pertumbuhan dan mengganti
jaringan yang injuri
3) Eliminasi : yaitu ekskresi hasil dari metabolisme dari intestinal dan
ginjal
4) Aktifitas dan Istirahat : Kebutuhan keseimbangan aktifitas fisik dan
istirahat yang digunakan untuk mengoptimalkan fungsi fisiologis dalam
memperbaiki dan memulihkan semua komponen komponen tubuh.
5) Proteksi/perlindungan : sebagai dasar defens tubuh termasuk proses
imunitas dan struktur integumen (kulit, rambut dan kuku) dimana hal ini
penting sebagai fungsi proteksi dari infeksi, trauma dan perubahan suhu.
6) The sense/ pengindraan : Penglihatan, pendengaran, sentuhan, rasa dan
bau memungkinkan sesorang berinteraksi dengan lingkungan.
7) Cairan dan elektrolit : Keseimbangan cairan dan elektrolit didalamnya
termasuk air, elektrolit, asam basa dalam seluler, ekstrasel dan fungsi
sistemik. Sebaliknya inefektif fungsi sistem fisiologis dapat
menyebabkan ketidakseimbangan eektrolit
8) Fungsi Neurologis : Hubungan-hubungan neurologis merupakan bagian
integral dari regulator koping mekanisme seseorang. Mereka
mempunyai fungsi untuk mengendalikan dan mengkoordinasi
pergerakan tubuh, kesadaran dan proses emosi kognitif yang baik untuk
mengatur aktifitas organ rgan tubuh.
9) Fungsi Endokrin : Aksi endokrin adalah pengeluaran hormon sesuai
dengan fungsi neurologis, untuk menyatukan dan mengkoordinasi
fungsi tubuh. Aktifitas endokrin mempunyai peran yang signifikan
dalam respon stress dan erupakan regulator koping mekanisme.
b. Konsep Diri
1) The Physical self (Fisik diri) : yaitu bagaimana eseorang memandang
dirinya berhubungan dengan sensasi tubuhnya dan gambaran tubuhnya.
7
2) Personal diri : yaitu berkaitan dengan konsistensi diri, ideal diri, moral-
etik dan spiritual diri orang tersebut. Perasaan cemas, hilang kekuatan
atau takut merupakan hal yang berat dalam area ini
c. Fungsi Peran
Model fungsi peran mengenal pola pola interaksi sosial seseorang dalam
hubungannya dengan orang lain, yang dicerminkan dalam peran primer,
sekunder dan tersier. Fokusnya pada bagaimana seseorang dapat meerankan
dirinya di masyarakat sesuai kedudukannya.
d. Interdependensi
Fokusnya adalah interaksi untuk saling memberi dan menerima cinta/kasih
sayang, perhatian dan saling menghargai.
2. Pengkajian Tingkat kedua : Pengkajian stimulus
Pada tahap ini merupakan pengkajian stimuli yang signifikan terhadap
perubahan prilaku seseorang yaitu :
a. Stimulus focal
Merupakan perubahan prilaku yang dapat diobservasi. Perawatdapat
melakukan pengkajian dengan menggunakan cara : ketrampilan melakukan
observasi, melakukan pengukuran dan interview.
b. Stimulus Kontekstual
Stimulus konstektual berkontribusi terhadap penyebab terjadinya perilaku
atau presipitasi oleh stimulus focal. Faktor kontekstual yang mempengaruhi
mode adaptasi adalah genetic, sex, tahap perkembangan, obat, alkohol,
tembakau, konsep diri, peran fungsi, interdependensi, pola interaksi sosial,
koping mekanisme, stress emosi dan fisik religi dan lingkungan fisik.
c. Stimulus Residual
Pada tahap ini yang mempengaruhi adalah pengalaman masa lalu. Beberapa
faktor dari pengalaman lalu relevan dalam menjelaskan bagaimana keadaan
saat ini.
3. Diagnosa Keperawatan
4. Penentuan tujuan
5. Intervensi
6. Evaluas
8
BAB III
ANALISIS APLIKASI KONSEP ROY DALAM KASUS
9
3.2. Pengkajian Dua Level (Two-Level Assesment)
a. Oksigenasi
1. Pengkajian Prilaku
Pernafasan spontan, tidak ada penyumbatan jalan nafas, RR : 24 x/menit,
irama reguler, sputum (-), batuk (-), TD : 110/70 mmHg, N : 96 x/mnt, Suhu:
36,3 C, sianosis (-), Suara nafas vesikuler, bunyi jantung S1 dan S2 murni,
irama jantung teratur, CRT kembali dalam 2 detik. Hasil pemeriksaan
radiologi jantung dan paru dalam batas normal. EKG juga tidak ada
kelainan. Laboratorium tgl 20 April 2021: Hb15,5 g/dl, trombosit 256.000
ul.
Pasien tidak dilakukan pemeriksaan AGD, namun pada saat pengkajian tidak
ditemukan adanya tanda dan gejala gangguan pertukaran gas seperti : tidak
ada sianosis pada jari jari dan bibir, frekwensi nafas 24 x/mntdan irama
teratur (reguler)
2. Pengkajian Stimulus
a) Stimulus fokal : Tidak ada karena semua prilaku adaptif
b) Stimulus Kontekstual : Tidak ada karena semua prilaku adaptif
c) Stimulus Residual : Tidak ada karena semua prilaku adaptif
b. Nutrisi
1. Pengkajian Prilaku
Klien mengatakan nafsu makannya berkurang, mual (+), badan terasa lemas,
makan 3 kali sehari dengan porsi sedikit (1/4 porsi), jenis : diit DM 1700
kalori, tidak ada makanan khusus kesukaan, klien tidak ada alergi terhadap
jenis makanan tertentu, reflek menelan baik, kebersihan mulut kurang,
mukosa bibir lembab, turgor kulit baik, kulit lembab dan teraba hangat. BB
saat ini 47 kg, BB sebelumnya 53 kg. Klien mendapatkan therapi Ranitidine
2 x150 mg dan injeksi Homolin 8 ui.
2. Pengkajian Stimulus
a) Stimulus fokal : Nafsu makan menurun, mual (+)
b) Stimulus Kontekstual : kebersihan mulut kurang, lidah kotor.
10
c) Stimulus Residual : Perubahan pola dan menu makanan di rmah sakit.
c. Eliminasi
1. Pengkajian Prilaku :
BAB dan BAK klien lancar, BAB satu kali sehari, warna kuning,
konsistensi lunak, dan tidak ada kesulitan dalam BAB, bising usus 7 kali
permenit. Klien terpasang dower cateter, warna kuning jernih, nyeri (-),
disttensi kandung kemih (-). Sebelum terpasang kateter klien mengatakan
sering berkemih terutama pada malam hari.
2. Pengkajian Stimulus :
a) Stimulus fokal : Tidak ada karena semuanya dalam kondisi adaptif
b) Stimulus Kontekstual : pemasangan dower cateter
c) Stimulus Residual : Usia lansia
d. Aktifitas dan Istirahat
1. Pengkajian prilaku
Tuan MU selama di rumah sakit tidak bekerja, selama di rumah sakit klien
hanya terbaring di tempat tidur, selama di rumah sakit seluruh aktifitas klien
(ADL) dibantu oleh keluarga dan perawat karena klien merasa lemas dan
kedua tangan dan kaki klien terasa kebas dan kesemutan. Selama di rumah
sakit aktiftas Hygiene pasien belum pernah dilakukan. Pola tidur klien klien
normal, tidak ada gangguan dalam istirahat dan tidur. klien tidur malam
sekitar 6 – 7 jam dan tidur siang sekitar 1 jam.
2. Pengkajian Stimulus
a) Stimulus Fokal : kerusakan pada sel pangkreas, Difisiensi insulin
b) Stimulus Kontekstual : keterbatasan aktifitas karena kelemahan
c) Stimulus Residual : Sebelum sakit klien merupakan tipe pekerja keras
e. Proteksi dan perlindungan
1. Pengkajian Prilaku
Suhu axial 36,3C, kulit lembab, teraba hangat, teksur lentur, turgor baik,
tidak anemis, tidak ikterik, tidak ada pruritus dan lesi, tidakk ada odema,
tidak ada pigmentasi, sensasi rasa baik, keculai pada ujung-ujung ekstremitas
yang terasa baal dan kesemutan.
11
2. Pengkajian stimulus
a) Stimulus fokal : klien lemas
b) Stimulus Kntekstal : terdapat baal dan kesemutan pada ujung ujung
ekstremitas
c) Stimulus Residual : Usia pasien yang sudah lansia
f. Sense / pengindraan
1. Pengkajian prilaku
Kedua belah mata klien dapat melihat dengan baik, reflek pupil terhadap
cahaya baik, klien tidak memakai kacamata. Fungsi pendengaran baik, tidak
ada nyeri dan pembengkakan pada mastoid, tidak ada tinnitus, klien tidak
memakai alat batu pendengaran. Pada perabaan sensasi panas, dingin, tajam
dan tumpul klien masih baik, hanya kedua kaki dan tangan terasa kebas/
kesemutan.
2. Pengkajian stimulus
a) Stimulu fokal : penurunan sensasi rasa pada ujung ujung ekstremitas
tangan dan kaki
b) Stimulus Kontekstual : Tidak ada karena semua prilaku adaptif
c) Stimulus Residual : Tidak ada karena semua prilaku adaptif
g. Cairan dan Elektrolit
1. Pengkajian Prilaku
Pasien mengatakan mual, sering haus, klien minum 5 – 6 gelas sehari, saat
ini klien diberikan IVFD martrose 10 tts/ menit, Klien mendapatkan intake
cairan dari minum dan IVFD, tidak ada masalah dengan elekrolit, turgor
klien baik, kulit lembab, tekstur kulit lentur dan kulit teraba hangat, tidak ada
oedema pada tubuh. Hasil laboratorium Ureum 27 mg/dl dan kreatinin 1,1
mg/dl.
2. Pengkajian Stimulus
a) Stimulus fokal : Sering berkemih di malam hari, sering haus
b) Stimulus kontekstual : diuresis Osmotik
c) Stimulus Residual : Tidak ada karena semua prilaku adaptif
12
h. Fungsi Neurologis
1. Pengkajian prilaku
Tingkat kesadaran compos mentis, GCS : 15 (E4M6V5), reflek patela
positif, reflek bicep tricep positif. Status mental baik, kemampuan motorik
dan sensorik baik..
2. Pengkajain stimulus
a) Stimulus fokal : Tidak ada masalah karena semua prilaku adaptif
b) Stimulus kontekstual : Tidak ada masalah karena semua prilaku adaptif
c) Stimulus Residual : Tidak ada masalah karena semua prilaku adaptif
i. Fungsi Endokrin
1. Pengkajian prilaku
Kelenjar thyroid normal, tidak ada tremor, nafas tidak berbau keton, klien
sering berkemih terutama pada malam hari, sering haus, dan tidak ada nafsu
makan. tidak terdapat luka ganggren, klien merasakan baal dan kesemutan
pada bagian ujung tangan dan kaki. Klien memiliki riwayat DM dari garis
ketrunan keluarga dan klien sendiri sudah hampir 4 tahun menderita DM.
Berat badan klien menurun selama sakit. Selama 4 tahun klien
mengkonsumsi Glibendclamide 5 mg yang didapatkan dari
puskesmas.Pemeriksaan hasil lab GDS : 263 mg/dl.
2. Pengkajian Stimulus
a) Stimulus Fokal : Peningkatan kadar gula darah
b) Stimulus Kontekstual : Kerusakan organ endokrin (pankreas)
c) Stimulus Residual : Usia lanjut dan faktor gaya hidup.
13
dialaminya adalah ujian dari Allah SWT dan yang bisa menyembuhkan
hanyalah Allah SWT.
3.2.3. Mode Fungsi Peran
Klien adalah kepala keluarga, pengambil keputusan dalam keluarga adalah klien.
Sebelum sakit selain sebagai pensiunan klien juga bekerja sebagai buruh,
penghasilan klien hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari hari saja. Saat
ini karena sakit klien tergantung pada istri dan anknya.
3.2.4. Mode Fungsi Interdependensi
Klien memiliki hubungan yang baik dengan istri dan anak anaknya demikian juga
dengan tetangga dan masyarakat sekitar. Orang yang terdekat dengan klien adalah
istrinya. Klien biasa mengungkapkan perasaannya dengan istrinya saat ada
masalah. Saat sakit klien selalu dijaga oleh istri dan anaknya.
14
3 DS : Kerusakan sel pancreas Resikosyok
Klien mengatakan lemas, keluar peningkatan sekresi kortisol Hipoglikemik
keringat dingin, sebelum di defisiensi insulin
pasang klien sering BAK pada glukosa darah tidak dapat di
malam hari, klien mengatakan transfer ke jaringan
baal dan kesemutan pada kaki perubahan status neurologis
dan tangan. shok hipoglikemia
DO :
Keadaan umum pasien lemah,
TD : 110/70 mmHg, N :
96x/mnt, bibir agak pucat, GDS :
263 mg/dl
4 DS : Faktor biologis : mual dan Ketidakseimbangan
Klien mengatakan tubuhnya anoreksia nutrisi : kurang dari
lemas, mual dan nafsu makan Mekanisme : kebutuhan tubuh
berkurang Defisiensi Isulin glukosa
DO : tidak dapatdi transfer ke
Porsi makan hanya dihabiskan jaringan glikogen otot
¼, BB sekarang 47 kg, BB menurun peningkatan
sebelumnya : 53 kg, turgor kulit metabolisme protein dan
baik, mukosa lembab, lidah lemak peningkatan
kotor, kebersihan mulut kurang produksi badan keton
terjaga gangguan keseimbangan
asam basa mual/muntah
anoreksia nutrisi
tubuh tidak adekuat.
5 DS : Ketidakcukupan insulin dan Kelelahan
Klien mengatakan tubuhnya produksi energi metabolik
terasa lemas dan cepet lelah. menurun.
Klien mengatakan padaujung Mekanisme :
kaki dan tangan terasa baal dan Defisiensi insulin
kesemutan glukosa darah tidak dapat
DO : ditransfer ke jaringan
Aktifitas klien semua di bantu, glikogen otot menurun
klien hanya terbaring di tempat metabolisme karbohidrat
tidur, GDS : 263 mg/dl terganggu ATP tidak
terbentuk energi kurang
kelelahan.
6 DS : Kelelahan fisik Defisit perawatan
Klien mengeluh lemas, klien Mekanisme : diri
engatakan ada ujung kaki dan Defisiensi insulin
15
tangan terasa baal dan glukosa darah tidak dapat
kesemutan. ditransfer ke jaringan
DO : glikogen otot menurun
Keadaan umum pasien lemah, metabolisme karbohidrat
badan tampak kotor dan terganggu ATP tidak
lengket, ADL dibantu oleh terbentuk energi kurang
keluarga dan perawat kelelahan aktifitas
terbatas (ADL tidak
terpenuhi)
7 DS : Kurang mengenal sumber Kurang
Wajah klien tampak bingung informasi pengetahuan
DO : Klien banyak bertanya tentang proses
pada perawat tentang kondisi penyakit dan
penyakitnya pengobatan
4.Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d faktor biologis : mual dan
anoreksia.
7.Kurang pengetahuan tentang proses penyakit dan pengobatan b/d kurang mengenal
sumber informasi.
BAB IV
16
PEMBAHASAN
Teory adaptasi Sister Callista Roy memandang klien sebagai suatu system
adaptasi. Sesuai dengan model Roy, tujuan dari keperawatan adalah membantu
seseorang untuk beradaptasi terhadap perubahan kebutuhan fisiologis, konsep diri,
fungsi peran dan hubungan interdependensi selama sehat dan sakit. Kebutuhan asuhan
keperawatan muncul ketika klien tidak dapat beradaptasi terhadap kebutuhan lingungan
internal dan eksternal. Seluruh individu harus beradaptasi terhadap kebutuhan :
pemenuhan kebutuhan fisiologis dasar, pengembangan konsep diri positif, penampilan
peran social dan pencapaian keseimbangan antara kemandirian dan ketergantungan.
Perawat menentukan kebutuhan tersebut untuk mengetahui penyebab timbulnya
masalah bagi klien dan mengkaji bagaimana klien beradaptasi terhadap hal tersebut.
Kemudian asuhan keperawatan diberikan dengan tujuan untuk membantu klien
beradaptasi.
Pengkajain keperawatan dalam pemberian asuhan keperawatan menurut Roy
dibagi dua yaitu pengkajian tahap I yang meliputi pengkajian prilaku yaitu : oksigenasi,
nutrisi, eliminasi, aktifitas dan istirahat, proteksi / perlindungan, penginderaan, cairan
dan elektrolit, fungsi neurologis dan fungsi endokrin. Selain pengkajian prilaku juga di
kaji konsep diri, fungsi peran dan interdependen klien. Pengkajian tahap ke- II mengkaji
tiga stimulus yaitu stimulus fokal, stimulus kontekstual dan stimulus residual. Adapun
hasil interpretasi data pada kasus di BAB III adalah :
1. Oksigenasi
Pada pengkajian oksigenasi, tidak ditemukan masalah apapun pada klien hal ini
menunjukkan bahwa klien mampu berprilaku secara adaptif meskipun pada beberapa
kondisi pada penderita gangguan fungsi endokrin ditemukan suasana hati yang labil dan
lekas marah yang kemungkinan berhubungan dengan ACTH yang berlebihan. Selain itu
juga kadang ditemukan hipertensi yang dihubungkan dengan retensi cairan akibat
ACTH yang meningkat. Kenaikan atau penurunan denyut jantung dan irama atau
perubahan suara jantung dapat terjadi akibat perubahan hormon tiroid.
2. Nutrisi
17
Pada pengkajian nutrisi ditemukan penurunan berat badan, hal ini disebabkan
karena defisiensi insulin akan mengganggu metabolisme protein dan lemak yang
menyebabkan penurunan berat badan, gejala lain meliputi kelelahan, dan badan terasa
lemas. Defisiensi insulin juga akan menyebabkan glukosa tidak dapat di transfer ke
jaringan, hal ini menyebabkan glikogen dalam otot menurun sehingga terjadi
peningkatan metabolisme protein dan lemak. Pemecahan lemak akan mengakibatkan
peningkatan produksi badan keton yang merupakan produk samping pemecahan lemak.
Badan keton merupakan asam yang mengganggu keseimbangan asam basa, sehingga
akan muncul respon mual,muntah, nyeri abdomen dan anoreksia. Hal ini menyebabkan
nutrsi didalam tubuh tidak adekuat. Selain hal tersebut, hygiene mulut yang tidak tejaga
juga akan mengurangi selera makan klien, sehingga asupan makanan klien jadi
berkurang sehingga Masalah yang bisa dimunculkan yaitu ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh.
Dalam keadaan normal insulin mengendalikan glikogenolisis dan
glukoneogenesis, namun pada penderita defisiensi insulin, proses ini akan terjadi tanpa
hambatan dan lebih lanjut akan menimbulkan hyperglikemia, hal ini ditunjukkan
dengan nilai GDS pasien yang cenderung meningkat yaitu 263 mg/dl pada tanggal 4
agustus dan 370 pada tanggal 5 agustus. Masalah yang bisa ditegakkan yaitu Resiko
ketidakstabilan gula darah b.d difisiensi insulin.
3. Eliminasi
Pada pengkajian eliminasi ditemukan bahwa klien sering BAK pada malam hari
sebelum pasien di pasang dower kateter. Seringnya pasien diabetes BAK hal ini terjadi
jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat menyerap kembali
semua glukosa yang tersaring keluar, akibatnya glukosa tersebut muncul dalam urin
(glukosuria). Ketika glukosa yang berlebihan di eskresikan ke dalam urin, ekskresi ini
akan disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan (diuresis osmotik),
sebagai akibatnya pasien akan mengalami peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan
rasa haus (Polidipsia). Kekurangan dalam kasus ini adalah tidak tergambarnya seberapa
besar urin output yang dihasilkan. Dalam pengkajian eliminasi pada gangguan endokrin
menurut Roy digambarkan bahwa volume, waktu dan frekwensi output urin merupakan
indikator penting dari penderita diabetes millitus. Diagnosa yang dapat ditegakkan yaitu
Resiko kurang volume cairan b/d deuresis osmotik dari hyperglikemia.
18
4. Aktifitas dan Istirahat
Pada pengkajian di temukan bahwa klien mengeluh badanya lemas dan cepat
lelah, terdapat rasa baal / kebas pada tangan dan kaki. Seluruh aktifitas klien dibantu
oleh keluarga dan perawat akibat kelemahan dan kelelahan fisik. Hal ini sesuai dengan
pengkajian sistem endokrin menurut Roy bahwa tanda kelemahan umum sering
dikeluhkan / dilaporkan oleh orang yang mengalami perubahan / defisiensi insulin.
Kelelahan bisa terjadi melalui mekanisme dimana kondisi defisiensi insulin akan
menyebabkan glukosa darah tidak dapat ditransfer ke jaringan sehingga glikogen otot
menurun yang menyebabkan metabolisme karbohidrat terganggu, hal ini menyebakan
ATP tidak terbentuk sehingga energi dalam tubuh kurang, sehingga menyebabkan
kelelahan. Jika kelelahan terus berlanjut akan menyebakan aktifitas klien terbatas
sehingga perawatan diri (ADL) tidak terpenuhi. Masalah keperawatan yang
dapatditegakkan adalah Kelelahan b/d ketidakcukupan insulin dan produksi energi
metabolik menurun serta diagnosa defisit perawatan diri b/d kelelahan fisik.
5. Proteksi dan perlindungan
Syok hipoglikemia dapat terjadi karena adanya kerusakan pada sel pancreas
yang menyebabkan peningkatan sekresi kortisol, hal ini menyebabkan defisiensi insulin
sehingga akibatnya glukosa darah tidak dapat di transfer ke jaringan. Jika glukosa darah
tidak dapat di ransfer ke jaringan maka respon didalam tubuh akan terjadi perubahan
status neurologis yang lama kelamaan akan menyebabkan shok hipoglikemia
6. Penginderaan
19
beberapa kondisi penderita merasakan baal dan kesemutan di ujung kaki dan tangan.
Diagnosa keerawatan yang dapat dimunculkan adalah resiko syok hipoglikemia.
Pada beberapa kondisi pada penderita gangguan fungsi endokrin menurut Roy
dapat mengalami perubahan kemampuan dalam indra . ganggua pendengaran dan
penglihatan pada malam hari menurun dapat menunjukkan disfungsi tiroid. Masalah
retina terjadi pada pasien dengan gangguan insulin. Perilaku lain yang perlu
diperhatikan adalah adanya sensasi abnormal seperti nyeri dan intoleransi terhadap
perubahan suhu, rangsangan sensorik yang berkurang di ekstremitas bawah.
9. Fungsi Endokrin
20
Pada pengkjaian fungsi endokrin, Tn. MU mengalami hiperglikemia, dbuktikan
dengan peningkatan GDS 263 mg/dl. Meskipun klien sering ke puskesmas dan
mengkonsumsi Glibendclamide 5 mg, klien sering mengindahkan nasihatdari tim
kesehatan sehingga penyakitnya kambuhan sejak 4 tahun yang lalu. Selain kondisi
hyperglikemia, klien juga sering berkemih terutama pada malam hari, sering haus, dan
tidak ada nafsu makan. klien merasakan baal dan kesemutan pada bagian ujung tangan
dan kaki. Klien memiliki riwayat DM dari garis ketrunan keluarga dan klien sendiri
sudah hampir 4 tahun menderita DM. Berat badan klien menurun selama sakit. Asalah
yang dapat muncul adalah resko ketidakstabilan glukosa darah.
10. Konsep diri, fungsi peran dan Interdependen
Konsep diri seringkali dipengaruhi oleh gangguan dalam kortisol, testosteron,
hormon tiroid dan kadar insulin. Situasi ini mungkin pada gilirannya berdampak pada
fungsi peran dan hubungan saling tergantung (Roy, 1999). Pada pengkajian yang
dilakukan pada Tn. MU banyak menunjukkan prilaku yang adaptif, hal ini menunjukkan
bahwa klien mampu bertoleransi terhadap stressor dan kondisi ini dipertahankan sebagai
upaya adaptasi terhadap lingkungannya. Hanya saja pada pengkajian konsep diri
ditemukan kondisi klien yang terlihat bingung dan sering menanyakan kondisi
penyakitnya. Hal ini dimungkinkan karena klien kurang terpapar terhadap sumber
informasi. Diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan adalah kurang pengetahuan
tentang proses penyakit dan pengobatan b/d kurang familier terhadap sumber informasi.
Pada pengkajian dengan teori Roy dapat terlihat bahwa model yang
dikembangkan Roy dapat diaplikasikan di berbagai tatanan pelayanan di rumah sakit
pada klien dengan penyakit akut maupun kronis, hanya saja kelemahan pada teory Roy
adalah adanya duplikasi data, contohnya yaitu pada pengkajian proteksi / perlindungan
dan pengindraan dimana dlam keduanya ada persamaan mengkaji sensasi suhu dan
nyeri pada kulit, hal ini menyebabakan pengkajian tidak efektifdan efisien.
Selain adanya duplikasi data, Roy juga belum menyentuh sisi kemanusiaan
secara holistik, dimana manusia tidak hanya dipandang dari aspek bio, psiko dan
sosialnya saja, akan tetapi juga dilihat dari aspek spiritual. Dalam hal ini Roy hanya
menekankan pada bio, psiko dan sosialnya saja.
BAB V
21
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pemberian asuhan keperawatan pada pasien dengan menggunakan model
adaptasi Roy, memiliki dua tahapan pengkajian yaitu pengkajian prilaku dan pengkajian
stimulus. Pada pengkajian prilaku kita akan mengkaji fungsi fisiologis (oksigenasi,
nutrisi, eliminasi, aktifitas dan istirahat, proteksi / perlindungan, penginderaan, cairan
dan elektrolit, fungsi neurologis dan fungsi endokrin), konsep diri, fungsi peran dan
interdependen. Sedangkan pada pengkajian stimulus yang akan dikaji adalah stimulus
fokal, kontekstual dan residual.
Model yang dikembangkan oleh Roy dapat diaplikasikan di berbagai tatanan
pelayanan di rumah sakit pada klien dengan penyakit akut maupun kronis, hanya saja
kelemahan pada teory Roy adalah adanya duplikasi data, yang membuat pengkajian
menjadi tkurang efektifdan efisien. Selain hal tersebut, model adaptasi Roy juga
memiliki kelemaan dimana Roy tidak mengkaji manusia dari sisi spiritual , akan tetapi
hanya melihat dari bio, psiko dan sosialnya saja.
Masalah keperawatan yang muncul pada kasus Tn. MU adalah Resiko kurang
volume cairan b/d diuresis osmotik dari hyperglikemia, Resiko ketidakstabilan kadar
glukosa darah b/d kekurangan insulin, kurang pengetahuan tentang manajemen diabetik,
Resiko syok hipoglikemi b/d kerusakan pada sel pancreas, Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh b/d faktor biologis : mual dan anoreksia, Kelelahan b/d
ketidakcukupan insulin dan produksi energi metabolik menurun, Difisit perawatan diri
b/d kelelahan fisik dan Kurang pengetahuan tentang proses penyakit dan pengobatan b/d
kurang mengenal sumber informasi.
5.2 Saran
Diharapkan kepada seluruh mahasiswa untuk lebih mendalami teori model
keperawatan menurut Sister Calissta Roy sehingga dapat mengaplikasikan model ini
dalam tatanan yang nyata di RS.
DAFTAR PUSTAKA
22
Alligood, M.R & Marriner Tomey, A (2006), Nursing Theory : Utilization &
Aplication, 3 rd, ed. Mosby. St. Louis.
Alligood, M.R & Marinner Tomey, A (2010), Nursing Theorists and Their work, sixth
ed, Mosby.
Christensen, M.R & Kenney J.W (2009), Proses Keperawatan, Aplikasi Model
Konseptual, ed. 4, Jakarta EGC
Price, S.A & Wilson,L.M (2006), Patofisiologi Konsep Klinis dan Proses Penyakit,
Jakarta, EGC
Roy S.C & Andrews H.A (1999), The Roy Adaptation Model : The Definitive Statement
(3nd ed), California :Appleton & Large
Smeltzer SC & Bare,B.G (2002), Buku AjarKeperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth, Edisi 8, vol 2, Alih bahasa: Wluyo, Jakarta, EGC
23