20702261016
DiMagio dan Powell (1983) dalam tulisannya mengatakan bahwa suatu sikap
organisasi dapat terbentuk akibat dari pengaruh lingkungan institusional yang berada di
sekitar mereka. Tekanan lingkungan institusional dapat mempengaruhi sikap organisasi
secara rasional dan diadopsi sebagai pola pikir organisasi yang baru. Fenomena ini kemudian
menjadi ide dari lahirnya teori institusional (institutional theory). Teori Institusional
merupakan teori yang menjelaskan adanya fenomena kecenderungan perubahan sikap yang
terjadi pada organisasi menjadi organisasi yang homogen. Teori institusional mengkaji lebih
dalam terkait penyebab mengapa suatu organisasi menjadi homogen dan bagaimana
homogenitas nampak dalam bentuk dan praktik-praktik organisasi tersebut. Pada awalnya,
setiap organisasi yang baru berdiri biasanya memiliki keanekaragaman baik dari bentuk
hingga praktiknya. Namun, saat organisasi tersebut mulai berkembang, mereka akan mulai
mengimitasi budaya, strategi, dan struktur dari pihak lain. Hal ini dilakukan sebagai upaya
menjaga peluang agar organisasi mampu bertahan. Alasan inilah yang menjadi penyebab
adanya homogenitas pada lingkungan organisasi.
Kesuksesan teori institusional atau institusionalisasi bergantung pada aspek kekuasaan
dan perilaku orang-orang di dalamnya. Perilaku dapat tercermin dari respon individu atau
organisasi dalam mendukung atau menentang tekanan yang ada. Menurut teori institusional,
setiap organisasi memiliki respon yang berbeda dalam menghadapi tekanan dan upayanya
mendapatkan legitimasi. Hal tersebut timbul karena adanya faktor kepentingan antara
stakeholder dengan organisasi. Misalnya dalam transparansi pelaporan keuangan juga dapat
di pengaruhi oleh berbagai faktor dalam teori institusional. Faktor tersebut diantaranya adalah
faktor politik, tekanan eksternal, ketidakpastian lingkungan, komitmen manajemen,
kompetensi sumber daya manusia, dan jumlah anggaran. Teori institusional memposisikan
organisasi sebagai sistem rasional yang memiliki peran berdasarkan sikap pimpinan dan
anggotanya dalam menggapai tujuannya secara efisien. Teori institusional dikenal karena
memberikan penekanan pada operasi organisasi untuk menyatakan legitimasinya. Penekanan
tersebut hanya sebagai ritual dan simbol. Ciri khas teori institusional terdapat pada paradigma
norma seperti legitimasi, cara berpikir dan regulasi serta segala aspek sosio-kultural yang
secara konsisten dilaksanakan. Organisasi yang mempunyai legitimasi akan memiliki
isomorfisme yang disesuaikan dengan organisasinya. Organisasi yang beroperasi dalam
lingkungan yang sama akan memupuk respon dan adopsi praktik yang sama saat dihadapkan
pada kondisi tertentu. Organisasi berubah homogen sebagai wujud dari kemampuan
isomorfis.
Isomorfisme merupakan suatu proses yang memiliki kekuatan dalam memaksa
perubahan satu organisasi atau lebih, agar mau mematuhi segala aturan dan keinginan
lingkungan institusionalnya. Konsep ini menunjukkan adanya proses homogenisasi organisasi
pada lingkungan tertentu. Birokratisasi dan rasionalisasi membuat organisasi dipandang
homogen dan bisa diukur dengan legitimasi yang homogen Terdapat dua jenis isomorfisme,
Sigit Pambudi – NIM. 20702261016