KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucap ke hadirat Tuhan yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan buku teks ini dengan baik.
Buku ini diharapkan dapat menjadi bahan acuan dalam kegiatan belajar mengajar
peserta didik di Sekolah Menengah Kejuruan bidang kehlian Seni dan Industri Kreatif,
dengan program keahlian Seni Broadcasting dan Film.
Buku ini hadir untuk digunakan peserta didik sebagai pegangan dalam proses
belajar mengajar kompetensi keahlian Produksi Film pada.
Buku disusun berdasarkan kurikulum 2013 dengan tujuan agar peserta didik dapat
memiliki kemampuan sikap, keterampilan, dan pengetahuan terkait Sinematografi Dasa
melalui pembelajaran dalam kelas maupun secara mandiri.
Tim Penulis
1
DAFTAR ISI
Buku ini diharapkan dapat diandalkan sebagai pegangan bagi peserta didik SMK
dalam meningkatkan kompetensi keahliannya.
DAFTAR ISI
APERSEPSI ..................................................................................................................... 7
BAB II. PENGANTAR DASAR CAHAYA ............................ Error! Bookmark not defined.
E. Memahami Sistem Standar Video Dunia ................. Error! Bookmark not defined.
BAB IV. MENGANALISIS ASPEK RASIO GAMBAR.......... Error! Bookmark not defined.
2
DAFTAR ISI
GLOSARIUM .................................................................................................................125
INDEKS .........................................................................................................................126
3
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR GAMBAR
4
PETUNJUK PENGGUNAAN BUKU
5
PETA KONSEP
Buku ini disertai barcode untuk pranala luar, agar bisa mengakses silakan baca petunjuk di
https://id.wikihow.com/Memindai-Kode-QR
PETA KONSEP
6
BAB . STANDAR VIDEO DUNIA
Sumber: overidon.com
Gambar 1. Standar video pada broadcasting
TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mengikuti pembelajaran pada bab ini, diharapkan peserta didik dapat:
1. Menganalisis Standar Video dengan baik
2. Memahami Video Analog dan Digital
3. Memahami Standar Video PAL, NTSC, dan SECAM dengan baik
4. Memahami Jenis-jenis Video Digital
Bagi kamu yang akan bergelut dalam urusan multimedia baik itu sebagai editor atau
creator, maka pengetahuan mengenai video dan sekitarnya adalah wajib. Seperti yang
7
BAB . STANDAR VIDEO DUNIA
akan dijelaskan dibawah ini. Adalah beberapa yang wajib diketahui bagi kamu yang akan
menekuni dunia editing dan creating video atau media yang lainnya. Video merupakan
salah satu elemen multimedia yang dapat menggambarkan setiap gambar menjadi suatu
yang hidup. Sehingga dapat meyakinkan khalayak ramai agar tertarik ada video tersebut.
Pada saat ini video digital telah menggantikan video analog dalam keperluan multimedia.
Video digital merupakan bagian terpenting multimedia yang menarik, dan merupakan
perangkat yang kuat yang dapat membawa pengguna komputer lebih dekat ke dunia nyata.
Dari seluruh elemen multimedia yang ada, video menempati urutan performa yang tinggi
pada perangkat komputer Anda dan membutuhkan tempat penyimpanan yang lebih besar
dari elemen multimedia lainnya. Dalam perancangan video harus direncanakan dengan
hati-hati dan digarap dengan baik sehingga dapat meningkatkan penyajian yang lebih baik
(contoh: Iklan di televisi akan lebih baik dibandingkan dengan papan iklan)
8
BAB . STANDAR VIDEO DUNIA
yang didefinisikan dengan encode untuk menghasilkan sinyal elektronik, yang akan
ditayangkan pada televisi
Sumber : http://idea-free.com
Gambar. Penyiaran Televisi
1. PAL (Phase Alternate Line)
PAL merupakan sistem pahase alternate line yang banyak digunakan pada
wilayah Inggris, Eropa Barat, Australia, Afrika Selatan, Cina, dan Amerika Selatan.
PAL dalam satu frame video memiliki resolusi layar 625 garis horizontal, dan
memiliki kecepatan scan yaitu 25 fps (frame per second). Cara kerja memiliki garis
genap dan ganjil yang digabungkan, dan setiap field memerlukan 1/50 detik (50Hz)
untuk digambarkan. Sistem Broadcast PAL dikembangkan di Jerman oleh Walter
Bruch, pada tahun 1967. PAL termasuk standar kedua dalam system televisi
broadcast.
Jenis-jenis PAL:
a. PAL B/G/D/K/I
Standar televisi PAL umumnya menggunakan 625 garis dan 25 fps.
Negara yang menggunakan PAL B/G hampir semua Negara di Eropa Barat,
PAL I digunakan di Inggris, Irlandia, Hongkong, dll. Untuk PAL D/K
digunakan di negara-negara Eropa Selatan, dan untuk standard PAL D
khusus dipakai oleh China. PAL B/G/D/K/I menggunakan modulasi frekuensi
9
BAB . STANDAR VIDEO DUNIA
10
BAB . STANDAR VIDEO DUNIA
Dalam NTSC, satu frame video terbuat dari 525 garis horizontal yang di scan dan
ditampilkan dalam tabung televisi yang berlapis fosfor setiap 1/30 detik dengan
elektron yang bergerak cepat. Gerakan elektron ini dibuat menjadi dua lintasan
ketika menggambarkan satu frame video, pertama meletakkan semua garis di posisi
ganjil, kemudian semua garis di posisi genap. Masing-masing lintasan ini (pada
kecepatan 60 per detik, atau 60Hz) menggambarkan sebuah field, dan dua field
yang digabungkan untuk menciptakan satu frame dengan kecepatan 30fps (frame
per second). Proses pembuatan satu frame menjadi dua field (ganjil genap) ini
disebut interlacing, yang merupakan sebuah Teknik yang membantu mencegah
kedipan layar pada layar televisi (flicker)
NTSC dibangun pada tahun 1953 oleh National Television Systems
Committee. NTSC mendefinisikan standard video yang menyediakan 482 garis
resolusi vertical dan 16 juta warna. NTSC mentrasmisikan 525 garis, tetapi
beberapa garis digunakan untuk sync, vertical retrace, dan closed captioning.
Berbeda halnya dengan PAL , NTSC membagi 25 baris per frame dan
sebanyak 30 frame dalam satu detiknya atau 29,97 frame perdetik (fps). NTSC
melakukannya dengan memberikan 59,94 setengah-interlaced frame/ detik.
11
BAB . STANDAR VIDEO DUNIA
1280×720 lebih superior dan stabil. Kedua format telah dimasukkan dalam standar
HDTV
Sumber : Wikipedia.com
Gambar . Persebaran Standar Video Penyiaran
B. Video Digital
Merupakan produk dari industri computer dan oleh sebab itu dijadikan
standar data digital. Integrasi Penuh dari video digital dalam kamera dan komputer
mengurangi televisi analog dari video dari produksi multimedia dan platform
pengiriman, jika kamera video anda menggerakkan sinyal output digital, Anda dapat
merekam video Anda langsung ke disk, yang siap untuk diedit. Jika sebuah video
klip disimpan sebagai data pada hard disk, CD-ROM atau perangkat penyimpanan
massal lain, Dunia video kini telah mengalami perubahan dari analog ke digital.
Pada konsumen rumahan dan perkantoran kita dapat menikmati kualitas video
digital yang prima lewat hadirnya teknologi VCD dan DVD (Digital Versatile Disc),
sedangkan dunia broadcasting kini juga lambat laun mengalihkan teknologinya
kearah DTV (Digital Television).
Arsitektur Video Digital tersusun atas sebuah format untuk mengekode dan
memainkan kembali file video dengan komputer dan menyertakan sebuah player
yang dapat mengenali dan membuka file yang dibuat untuk format tersebut.
Arsitektur video digital yang utama adalah AppleQuicktime, Microsoft Windows
Media Format, dan Real Network RealMedia. Format file video yang terkait adalah
QuickTime movie (.mov), Audio Video Interleaved(.AVI), Windows Media Video
(.wmv) , dan RealMedia (.rm). Beberapa player mengenali dan memainkan lebih
dari satu format file video
12
BAB . STANDAR VIDEO DUNIA
PRANALA LUAR
Untuk menambah wawasan lebih dalam mengenai Standar Video Dunia, kalian
juga dapat mempelajari secara mandiri melalui internet. Di internet kalian bisa
mencari lebih jauh materi tentang teknik-teknik tersebut baik dari e-book, e-journal,
maupun video pembelajaran daring. Salah satu video pembelajaran yang dapat
kalian akses untuk menambah wawasan dan pemahaman kalian tentang type of
shot bisa diakses di
https://www.youtube.com/watch?v=QWe2A7xRWhM&list=PLtgxbwtybHiYDH
dZFmGiKrmEwtdstkW0b
atau dengan menggunakan QR code di samping.
13
BAB . STANDAR VIDEO DUNIA
RANGKUMAN
TUGAS
Sebelum mengerjakan tugas, buatlah kelompok terdiri atas 2-3 orang. Bacalah uraian
materi di atas dengan teliti dan cermat. Dalam kegiatan ini masing-masing kelompok
membuat video berdurasi maksimal lima menit yang berisi ringkasan materi dan contoh
dari Macam-macam standar video penyiaran, kemudian secara bergantian masing-
masing kelompok mempresentasikan hasilnya di depan kelas.
TES FORMATIF
Dalam tes formatif, setiap peserta didik wajib mencermati setiap soal. Berdasar pada
pembahasan materi yang sudah dipelajari sebelumnya, pilih dan tuliskan jawaban di
atas Lembar Jawaban Tes Formatif. Selamat Mengerjakan!
14
BAB . STANDAR VIDEO DUNIA
3. PAL dalam satu frame video memiliki resolusi layar garis horizontal …
a. 256 d. 225
b. 526 e. 652
c. 625
4. Sistem Broadcast PAL dikembangkan di Jerman oleh Walter Bruch, pada tahun
a. 1889 d. 1967
b. 1867 e. 1945
c. 1989
b. Soal Esay
1. Apa itu Video analog dan digital?
2. Apa saja standar video penyiaran?
3. Jelaskan standar video PAL!
4. Sebutkan pengkodean video digital!
5. Apa perbedaan video analog dan digital?
1. a b c d e 11. a b c d e
15
BAB . STANDAR VIDEO DUNIA
2. a b c d e 12. a b c d e
3. a b c d e 13. a b c d e
4. a b c d e 14. a b c d e
5. a b c d e 15. a b c d e
6. a b c d e 16. a b c d e
7. a b c d e 17. a b c d e
8. a b c d e 18. a b c d e
9. a b c d e 19. a b c d e
10. a b c d e 20. a b c d e
b. Jawaban essay
Jawablah dengan singkat dan jelas pada kolom essay berikut!
…………………………………………………………………………………………
1.
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
2.
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
16
BAB . STANDAR VIDEO DUNIA
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
3.
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
4.
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
5.
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
17
BAB . STANDAR VIDEO DUNIA
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
TINDAK LANJUT
Diskusikan hasil jawaban kalian dengan guru, kemudian hitung jumlah jawaban benar
dengan menggunakan rumus berikut:
Anda perlu mencocokkan nilai yang didapat dengan tabel di bawah ini agar dapat
diketahui tingkat penguasaan terhadap materi bab ini.
Jika nilai yang didapatkan lebih dari 75, maka Anda dapat melanjutkan ke bab yang lain.
Namun jika nilai yang didapat kan kurang dari 75%, Sebaiknya Anda mempelajari ulang
kembali bab ini, khususnya pada bagian yang belum dikuasai.
REFLEKSI
1. Apakah Anda merasa senang setelah mengikuti pembelajaran pada bab ini?
2. Apa manfaat yang Anda rasakan setelah mengikuti pembelajaran pada bab ini?
3. Apa hal baru yang Anda rasakan setelah mengikuti pembelajaran pada bab ini?
4. Hal apa saja yang perlu ditingkatkan pada bab ini agar menjadi lebih baik?
5. Kontribusi apa yang bisa Anda berikan setelah mengikuti pembelajaran pada bab ini?
6. Apakah bab ini memiliki keterkaitan dengan materi pada bab lain?
18
APERSEPSI
19
BAB I. GERAK ILUSI
20
BAB II. ANATOMI KAMERA
21
BAB III. LENSA KAMERA
22
BAB IV. MEDIA REKAM
Saat kita menonton film, pasti kita diperlihatkan secara dekat ekspresi dari seorang aktor.
Kita dapat melihat secara detail bagaimana mereka menteskan air mata, ekspresi mereka
ketika ketakutan, tertawa. Atau jika seorang tokoh utama sedang berada di keramaian,
kita dibuat fokus untuk melihat ke aktor tersebut karena efek yang membuat lingkungan di
belakang aktor seakan blur sehingga kita mengabaikannya dan pandangan kita hanya
tertuju ke aktor itu saja. Itu semua adalah sebagian contoh dari hasil kerja suatu benda
yang bernama lensa. Kita dapat melihat secara dekat ekspresi wajah seorang aktor
karena dibantu oleh pernainan lensa zoom, sehingga seorang kameramen tidak perlu
mendekatkan kameranya kewajah objek untuk mendapatkan gambar yang mendetail.
Efek blur atau istilah dalam sinematografi maupun fotografi kita sebut dengan bokeh
biasanya dibantu dengan lensa fix.
Hampir sama seperti mata manusia, lensa kamera mampu memberikan efek kedalaman,
ukuran, serta dimensi suatu objek atau ruang. Tetapi tidak selalu sama dengan mata
manusia, lensa dapat diubah-ubah sesuai kebutuhannya. Setiap jenis lensa akan
memberikan efek perspektif yang berbeda karena mempunyai ukuran focal length yang
berbeda pula. Focal Length (Rentang lensa) adalah jarak titik tengah bagian lensa
dengan bidang sensor yang menangkap gambar pada titik focus paling tajam. Jika
sebuah objek diambil pada jarak yang sama, dengan lensa yang memiliki ukuran focal
length berbeda, maka lingkup luasan gambar yang dihasilkan akan berbeda pula. Karena
focal length yang memiliki satuan millimeter(mm) ini jika semakin pendek ukurannya,
maka lingkup gambar akan semakin melebar, sebaliknya semakin panjang ukurannya
maka lingkup gambar akan menyempit. Ukuran focal length inilah yang menjadi faktor
setiap lensa memiliki jenis serti fungsinya masing-masing. Lalu apa saja jenis-jenis lensa
itu? dan fungsinya di dalam pengambilan shot? Kita akan bahas pada bab kali ini.
23
BAB V. IMAGE SENSOR
Sumber: whatdigitalcamera.com
Gambar 2. Sensor kamera
24
BAB V. IMAGE SENSOR
masing kamera memiliki ukuran sensor yang berbeda. Sensor yang berukuran kecil
umumnya dipasangkan pada kamera digital berukuran kecil seperti kamera ponsel,
sedangkan sensor yang besar biasanya terdapat pada kamera DSLR atau kamera besar
lainnya. Apakah ukuran sensor akan berpengaruh terhadap kualitas gambar? Apa saja
ukuran sensor itu? Apa pentingnya ukuran Megapixel? Bagaimana kemajuan teknologi
sensor saat ini? Dan banyak lagi pertanyaan yang beredar di masyarakat terkait sensor
kamera. Sebelum menentukan mana sensor yang paling Anda butuhkan, ada baiknya Anda
membaca uraian pada bab ini. Bab ini akan membahas salah satu topik yang fundamental
pada bagian kamera, yaitu sensor kamera. Materi ini juga membahas tentang beragam
jenis sensor kamera, teknologi yang dipakai, serta hubungannya dengan kualitas gambar
yang dihasilkan.
TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mengikuti pembelajaran pada bab ini, diharapkan peserta didik dapat:
1. Menganalisis jenis-jenis image sensor dengan baik
2. Memahami cara kerja resolusi sensor dengan baik
3. Membedakan ukuran sensor dengan tepat
4. Memahami cara kerja crop factor dengan baik
5. Menganalisis teknologi sensor dengan baik
6. Memahami cara kerja pemisahan warna dengan baik
25
BAB V. IMAGE SENSOR
Sumber: studioantelope.com
Gambar 3. Infografis sensor kamera
URAIAN MATERI
Image sensor atau dikenal juga dengan sensor kamera adalah sebuah perangkat
berbentuk silikon microchip yang terpasang pada kamera digital, berfungsi untuk
mengkonversi cahaya yang ditangkap oleh lensa menjadi data digital. Bila diibaratkan
pada tubuh manusia, sensor berperan sebagai jantungnya kamera. Tidak ada sensor
maka tidak ada gambar yang dihasilkan. Namun bila diibaratkan lagi pada hal lebih
spesifik seperti mata manusia, sensor berperan sebagai Retina. Seperti halnya fungsi
retina, sensor berperan penting dalam menangkap cahaya. Bila sensor rusak, maka
kualitas gambar yang dihasilkan akan terganggu.
26
BAB V. IMAGE SENSOR
1. Resolusi Sensor
Beberapa produsen kamera saat ini berlomba-lomba menjual produk mereka
dengan membanggakan ukuran kepadatan pixel yang besar. Biasanya ukuran
kepadatan pixel untuk pemasaran produk umumnya dituliskan dalam satuan megapixel
(mp). Saat ini banyak kamera ponsel yang memiliki ukuran megapixel lebih besar
dibandingkan kamera DSLR. Perlu diketahui bahwa kamera dengan ukuran megapixel
besar tidak menjamin kualitas gambar yang baik. Dalam analogi yang sederhana, sensor
adalah wadah yang terbagi menjadi beberapa kotak pixel. Setiap pixel bertugas untuk
menangkap cahaya. Semakin banyak jumlah kepadatan pixel, maka kotak pixel yang
ada pada sensor juga akan semakin kecil. Hal ini berimbas pada penurunan kemampuan
dalam menangkap cahaya. Jika sensor yang menjadi wadah tersebut juga memiliki
ukuran yang kecil, maka akan timbul noise pada gambar. Noise biasanya terlihat dalam
bentuk bintik-bintik hitam yang mengganggu kualitas gambar. Noise akan semakin nyata
terlihat pada pengambilan gambar di tempat dengan kondisi pencahayaan yang rendah.
Penampakan noise terkadang terlihat seperti butir-butiran pasir (grain).
27
BAB V. IMAGE SENSOR
Sumber: surfacedstudio.com
Gambar 4. Noise pada gambar
Perlu dipahami bahwa kualitas gambar yang dihasilkan oleh kamera lebih banyak
dipengaruhi oleh seberapa besar ukuran sensornya dan bukan pada “megapixel”-nya.
Namun bukan berarti ukuran kepadatan pixel tidak memiliki manfaat sama sekali.
Semakin banyak pixel, semakin detail dan tajam gambar yang dihasilkan. Hasil zoom
gambar yang dihasilkan oleh kamera dengan “megapixel” besar akan minim pecah, tentu
hal ini nyaman untuk dilihat. Berikut merupakan tampilan zoom dari gambar yang
dihasilkan oleh kamera DSLR dengan 24 megapixel.
Sumber: saveseva.com
Gambar 5. Hasil zoom dengan kamera 24 megapixel
28
BAB V. IMAGE SENSOR
2. Ukuran Sensor
Ukuran sensor pada setiap kamera tidaklah sama. Maksud dari ukuran disini
mengacu pada luas permukaan sensor. Kamera ponsel umumnya menggunakan sensor
kecil, sedangkan pada kamera DSLR menggunakan sensor yang lebih besar. Ukuran
sensor pada kamera sangat berpengaruh terhadap kualitas gambar yang dihasilkan.
Dengan kata lain, besarnya sensor berbanding lurus dengan kualitas gambar. Ukuran
sensor yang besar akan mampu menangkap intensitas cahaya jauh lebih baik dibanding
sensor berukuran kecil. Semakin besar ukuran sensor, maka ukuran kamera dan lensa
juga besar. Inilah alasan mengapa pada ponsel, sensor yang digunakan kecil. Karena
menjaga agar ukuran ponsel tetap kecil, tipis dan ringan. Semakin besar ukuran sensor,
harganya juga akan semakin mahal. Gambar di bawah menunjukkan beberapa ukuran
sensor dan beberapa perangkat digital yang mendukungnya.
Sumber: larmonstudios.com
Gambar 6. Ukuran sensor pada perangkat digital
Sensor full-frame (36 x 24 mm) adalah ukuran sensor yang kini paling sering
dijadikan standar bagi kamerawan profesional. Ukurannya yang besar membantu
menangkap cahaya dengan optimal sehingga membantu menjaga kualitas gambar yang
direkam, khususnya dalam ruangan yang minim cahaya. Disebut full frame karena
luasnya sama dengan ukuran film seluloid yang digunakan pada kamera analog, yaitu
sekitar 35mm. Sebenarnya ada ukuran sensor yang lebih besar dari full frame seperti
large format atau medium format, namun sensor tersebut jarang digunakan karena
alasan kompatibilitas dan mobilitas. Kamera yang memiliki ukuran sensor lebih kecil
29
BAB V. IMAGE SENSOR
daripada full frame disebut sebagai kamera crop, karena pada kamera tersebut dikenai
crop factor.
3. Crop Factor
Crop factor merupakan perbandingan ukuran antara diagonal film full frame
35mm (43.3mm) dengan diagonal sensor pada kamera yang digunakan. Bila dilakukan
perbandingan dengan lensa, jarak, dan objek yang sama, kamera dengan ukuran sensor
yang lebih kecil akan memiliki luas bidang gambar yang lebih sempit daripada gambar
pada kamera full frame. Gambar di bawah ini merupakan ilustrasi area gambar yang
akan ditangkap oleh masing-masing kamera dengan ukuran sensor yang berbeda-
beda..
Sumber: cakdan.com
Gambar 7. Perbandingan luas bidang gambar sensor
Luas pemotongan gambar atau crop factor tergantung dari ukuran sensornya.
Misalnya sensor APS-C Canon memiliki crop factor sebesar 1,6x, artinya gambar yang
ditangkap akan terpotong sehingga terlihat 1,6 kali lebih kecil dibandingkan dengan
kamera full frame. Oleh sebab itu, pemasangan lensa wide seperti focal length 24mm
pada kamera APS-C tidak akan terasa. Namun crop factor juga memiliki keuntungan
tersendiri saat dipakaikan lensa tele seperti focal length 100mm karena tangkapan
gambar akan terasa lebih tele seakan dipasangkan lensa focal length 160mm (untuk
30
BAB V. IMAGE SENSOR
crop factor 1,6x). Gambaran terkait perbandingan ekuivalen focal length pada lensa
dapat dilihat pada tabel berikut.
4. Teknologi Sensor
Sensor pada mulanya berbentuk tabung, namun seiring dengan kemajuan
teknologi kemudian mulai berbentuk Charge Coupled Device (CCD) dan
Complementary Metal Oxide Semiconductor (CMOS). CCD maupun CMOS memiliki
fungsi yang sama yaitu mengubah cahaya menjadi elektron. CCD dan CMOS sensor
bekerja dengan menggunakan sirkuit photosensitive yang bereaksi terhadap cahaya dan
menyimpan sinyal analog sebagai gambar digital. Baik sensor CCD maupun CMOS
mampu memberikan hasil gambar yang sama baiknya. Perbedaan utama keduanya
hanyalah masalah teknologi.
Pada CCD, sinyal analog dibaca baris demi baris. Setelah baris terdekat dengan
register dipindahkan, maka baris berikutnya dicatat, begitu seterusnya hingga baris
terakhir. Dalam register, sinyal berupa jumlah elektron dibariskan untuk masuk satu
31
BAB V. IMAGE SENSOR
persatu ke dalam amplifier, menjadi sebuah nilai tegangan listrik. Sistem pengubahan
sinyal analog menjadi digital dalam amplifier disebut Unit Analog-Digital (UAD). Karena
sinyal digital menggunakan satuan bit, maka semakin banyak bit, semakin akurat juga
sinyal yang terbaca. Jumlah bit ini membatasi variasi sinyal yang diukur. UAD pada CCD
pada umumnya menggunakan sistem 16 bit. Ini berarti, ada 65.536 angka berbeda di
suatu pixel. Setiap pixel dibaca oleh amplifier untuk memastikan konsistensi pada
pembacaan sinyal analog. Oleh karena itu, CCD sangat diandalkan selama beberapa
dekade oleh para astronom profesional. Para astronom profesional membutuhkan
pengukuran yang akurat dan konsistensi pembacaan pada tiap pixel.
Sumber: researchgate.net
Gambar 8. Prinsip Kerja Sistem Sensor CCD
32
BAB V. IMAGE SENSOR
luasnya pasar konsumen, seperti kamera DSLR dan ponsel. Selain itu, biaya produksi
sensor CMOS cenderung lebih murah daripada CCD dengan spesifikasi yang sama.
Sumber: researchgate.net
Gambar 9. Prinsip Kerja Sistem Sensor CMOS
5. Pemisahan Warna
Dalam kamera analog terdapat tiga lapis emulsi di roll film yang memiliki
kepekaan terhadap warna merah (Red), hijau (Green), dan biru (Blue). Pada kamera
digital, hal tersebut digantikan perannya oleh sensor. Sensor kamera memiliki beragam
variasi dalam teknik memfilter warna, hal ini tergantung pada produsen dan harga
sensornya. Cara kerja dari filter ini cukup sederhana, misalkan suatu cahaya
polychromatic dilewatkan pada filter hijau, maka tidak akan ada warna yang akan
berhasil melewati filter tersebut kecuali warna hijau, atau dengan kata lain sensor hanya
akan menghasilkan warna hijau saja. Untuk menghasilkan satu gambar yang terdiri dari
banyak kombinasi warna, gunakan cukup tiga filter warna yaitu merah (Red), hijau
(Green), dan biru (Blue). Dari pencampuran ketiga warna (RGB) kemudian bisa
dikembangkan menjadi jutaan variasi warna.
Terdapat tiga jenis sensor kamera yang umum digunakan dan beredar
dipasaran. Ketiga jenis tersebut diantaranya adalah Bayer Color Filter Array (CFA), X-
33
BAB V. IMAGE SENSOR
Trans, dan Foveon X3. Jenis ini didasarkan pada cara kerjanya dalam pemisahan dan
pemrosesan warna RGB hingga diubah ke dalam bentuk digital.
Bayer Filter
Sensor Bayer Filter ditemukan pada tahun 1970 oleh ilmuwan dari Kodak
bernama Bryce Bayer. Sensor ini menggunakan desain Color Filter Array (CFA)
untuk mengatur pemisahan warna RGB pada kotak fotosensor. Pola filter yang
digunakan terdiri dari 50% hijau, 25% merah dan 25% biru, Oleh karena itu
terkadang disebut BGGR, RGBG, GRGB, atau RGGB (Maschke, 2013). Bayer Filter
merupakan sensor paling banyak dipakai hingga saat ini. Keunggulan Bayer Filter
adalah desainnya yang simpel atau hanya dengan cukup satu lapis, namun sudah
mencakup tiga elemen warna dasar (RGB). Kekurangan dari sensor ini adalah
setiap satu pixel hanya dapat “melihat” satu warna saja, selain itu sering terjadi
moiré saat menangkap pola garis yang rapat seperti di kemeja. Moiré merupakan
pola tidak beraturan yang muncul karena detail objek tidak bisa teratasi sempurna
oleh sensor gambar. Agar bisa menampilkan warna sebaik aslinya perlu dilakukan
teknik color sampling dengan perhitungan rumit berupa interpolasi (demosaicing)
namun efek samping dari cara ini mengakibatkan ketajaman gambar akan sedikit
menurun. Dari gambar ilustrasi mosaik pixel, filter warna hijau mempunyai jumlah
yang lebih banyak dibanding warna lain yaitu merah dan biru. Hal ini karena didesain
mengikuti sifat mata manusia yang lebih peka terhadap warna hijau.
Sumber: skywatcherusa.com
Gambar 10. Bayer Filter
X-Trans
Sensor dengan nama X-Trans dikembangkan secara eksklusif oleh Fujifilm,
dan digunakan pada kamera-kamera pabrikan Fujifilm. Desain filter warna di sensor
X-Trans merupakan pengembangan dari desain Bayer yang punya kesamaan
34
BAB V. IMAGE SENSOR
bahwa setiap pixel hanya bisa melihat satu warna. Bedanya, Fujifilm menata ulang
susunan filter warna RGB-nya. Bila pada desain Bayer kita menemui dua piksel
hijau, satu merah dan satu biru pada grid 2 x 2, maka di sensor X-Trans kita akan
menemui pola grid 6 x 6 yang berulang. Nama X-Trans sepertinya diambil dari
susunan piksel hijau dalam grid 6 x 6 yang membentuk huruf X. Keunggulan desain
X-Trans adalah:
1. Tidak perlu filter low pass, karena desain pixel-nya sudah aman dari moiré
2. Terhindar dari false colour, karena setiap baris pixel punya semua elemen
warna RGB dan
3. Tata letak filter warna yang acak memberi kesan grain layaknya film.
Sumber: fujirumors.com
Desain X-Trans memang lebih baik daripada Bayer, namun ada keraguan
bahwa Fuji akan memberikan lisensi X-Trans ke produsen lain. Kendala lain adalah
sulitnya dukungan aplikasi editing untuk bisa membaca file RAW dari sensor X-
Trans ini.
Foveon X3
Foveon sementara digunakan secara eksklusif untuk beberapa kamera
Sigma. Sensor Foveon mempunyai tiga lapis filter warna, yakni merah, hijau dan
biru. Hal ini berbeda dengan desain sensor lainnya yang hanya memiliki satu lapis
filter warna. Desain ini mirip dengan desain emulsi warna pada roll film foto. Hasil
foto dari sensor Foveon memberikan warna yang akurat yang cenderung vibrant,
atau sesuai dengan warna aslinya. Hal ini dikarenakan setiap photo detector di
35
BAB V. IMAGE SENSOR
sensor mampu menerima informasi warna secara utuh, sedangkan pada sensor
Bayer atau X-Trans masih perlu proses menebak warna.
Sumber: sigma-global.com
Gambar 12. Perbandingan desain sensor Foveeon X3 dengan Bayer Filter
Sulit untuk menentukan jumlah piksel secara aktual pada sensor Foveon.
Foveon sendiri mengklaim memiliki sensor 10,2 MP yang terdiri dari tiga lapis filter
warna yang masing-masing berjumlah 3,4 juta piksel. Hal ini diragukan banyak
kalangan, karena gambar yang dihasilkan bila dilihat dari resolusinya hanya berkisar
pada 2268 x 1512 piksel atau setara dengan 3,4 MP. Meski demikian, kualitas di
pixel level dari sensor Foveon sangat tinggi, resolusinya seperti dua kali dari gambar
buatan sensor Bayer.
36
BAB V. IMAGE SENSOR
PRANALA LUAR
RANGKUMAN
1. Image sensor adalah perangkat berupa silikon microchip yang digunakan pada
kamera digital untuk mengkonversi cahaya yang ditangkap oleh lensa menjadi data
digital.
2. Sensor full-frame (36 x 24 mm) adalah ukuran sensor yang paling sering dijadikan
standar bagi fotografer dan videographer profesional.
3. Crop factor merupakan perbandingan antara diagonal film full frame 35mm
(43.3mm) dengan diagonal sensor pada kamera yang dipakai.
4. CCD dan CMOS sensor bekerja dengan menggunakan sirkuit fotosensitif yang
bereaksi terhadap cahaya dan menyimpan sinyal analog sebagai data digital, yang
disebut juga dengan gambar.
5. Sensor Bayer Filter menggunakan desain Color Filter Array (CFA) untuk mengatur
pemisahan warna RGB pada kotak fotosensor.
TUGAS
Sebelum mengerjakan tugas, buatlah kelompok terdiri atas 2-3 orang. Bacalah uraian
materi di atas dengan teliti dan cermat. Dalam kegiatan ini masing-masing kelompok
mencari informasi dari buku, internet, maupun dari referensi lainnya tentang image
sensor. Diskusikan dalam kelompok tentang ragam sensor kamera serta keunggulan
37
BAB V. IMAGE SENSOR
TES FORMATIF
Dalam tes formatif, setiap peserta didik wajib mencermati setiap soal. Berdasar pada
pembahasan materi yang sudah dipelajari sebelumnya, pilih dan tuliskan jawaban di
atas Lembar Jawaban Tes Formatif. Selamat Mengerjakan!
2. Bila diilustrasikan pada mata manusia, maka sensor pada kamera digital memiliki
peran yang mirip dengan… .
a. Jantung d. Pupil
b. Retina e. Hati
c. Kornea
3. Istilah dalam dunia fotografi untuk menyebut titik-titik berwarna yang biasanya
mengganggu hasil foto sehingga membuat foto menjadi nampak tidak halus
dinamakan … .
a. benefit d. backlight
b. lossless e. ISO
c. noise
4. Istilah lain dalam penyebutan kepadatan pixel pada kamera digital adalah…..
a. resolusi d. remake
b. reformasi e. revolusi
c. reinkarnasi
38
BAB V. IMAGE SENSOR
a. 40 x 35 mm d. 28,7×19,1 mm
b. 36 x 24 mm e. 24x16 mm
c. 20,7×13,8 mm
7. Perbandingan antara diagonal film full frame 35mm (43.3mm) dengan diagonal
sensor pada kamera yang dipakai dinamakan… .
a. Full Frame d. Crop Factor
b. Image Sensor e. Average Layer
c. Megapixel
8. Perbandingan crop factor dari sensor APS-C Canon terhadap sensor Full Frame
adalah... .
a. 1x d. 2.7 x
b. 1.5 x e. 4.5 x
c. 1.6 x
9. Berikut ini merupakan jenis-jenis sensor berdasarkan teknologi yang dipakai, yaitu:
a. CCD dan CMOS d. CDR dan CMOS
b. CCD dan UAD e. CDR dan UAD
c. CMOS dan DSLR
10. Kekurangan dari sensor ini adalah setiap satu pixel hanya dapat “melihat” satu
warna saja. Sensor apakah yang dimaksud?
a. Y-Trans d. B-Trans
b. Foveon X2 e. Foveon X3
c. Bayer Filter
b. Soal Esay
1. Apa yang dimaksud sensor kamera?
2. Apa yang dimaksud resolusi sensor?
39
BAB V. IMAGE SENSOR
1. a b c d e 11. a b c d e
2. a b c d e 12. a b c d e
3. a b c d e 13. a b c d e
4. a b c d e 14. a b c d e
5. a b c d e 15. a b c d e
6. a b c d e 16. a b c d e
7. a b c d e 17. a b c d e
8. a b c d e 18. a b c d e
9. a b c d e 19. a b c d e
10. a b c d e 20. a b c d e
b. Jawaban essay
Jawablah dengan singkat dan jelas pada kolom essay berikut!
…………………………………………………………………………………………
1.
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
40
BAB V. IMAGE SENSOR
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
2.
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
3.
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
4.
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
41
BAB V. IMAGE SENSOR
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
5.
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
TINDAK LANJUT
Diskusikan hasil jawaban kalian dengan guru, kemudian hitung jumlah jawaban benar
dengan menggunakan rumus berikut:
Anda perlu mencocokkan nilai yang didapat dengan tabel di bawah ini agar dapat
diketahui tingkat penguasaan terhadap materi bab ini.
Jika nilai yang didapatkan lebih dari 75, maka Anda dapat melanjutkan ke bab yang lain.
Namun jika nilai yang didapat kan kurang dari 75%, Sebaiknya Anda mempelajari ulang
kembali bab ini, khususnya pada bagian yang belum dikuasai.
42
BAB V. IMAGE SENSOR
REFLEKSI
1. Apakah Anda merasa senang setelah mengikuti pembelajaran pada bab ini?
2. Apa manfaat yang Anda rasakan setelah mengikuti pembelajaran pada bab ini?
3. Apa hal baru yang Anda rasakan setelah mengikuti pembelajaran pada bab ini?
4. Hal apa saja yang perlu ditingkatkan pada bab ini agar menjadi lebih baik?
5. Kontribusi apa yang bisa Anda berikan setelah mengikuti pembelajaran pada bab ini?
6. Apakah bab ini memiliki keterkaitan dengan materi pada bab lain?
43
BAB VI. TYPE OF SHOT
Sumber: studiobinder.com
Gambar 13. Pembagian jenis shot
Pernah menonton pertunjukan teater atau opera? Tahukah perbedaan ketika kita
melihat teater atau opera dengan menonton film? Coba kita lihat perbedaannya dari aspek
jarak pandang kita terhadap objek dari keduanya. Film tidaklah sama seperti kita melihat
sebuah pertunjukan teater atau opera, saat kita melihat teater atau opera, yang kita lihat
yaitu hanya keseluruhan panggung dengan skala yang luas. Ekspresi dari seorang aktor
kadang tidak bisa kita lihat secara lebih dekat. Lain halnya dengan sebuah film, adakalanya
kamera menggunakan jarak yang lebih dekat ataupun lebih luas untuk lebih
menggambarkan emosi karakternya atau memperlihatkan objek tertentu secara mendetail.
Itulah sebuah tuntutan naratif serta estetik, dimana didasari oleh pembatasan gambar dari
kamera yang dikenal sebagai framing atau pembingkaian.
Framing dalam sebuah film sangatlah penting, karena melalui framing penonton
disuguhkan seluruh jalan cerita. Di dalam framing terdapat jarak atau dimensi jarak
terhadap objek. Ukuran jarak cenderung relatif, dimana proporsi manusia dan objek dalam
44
BAB VI. TYPE OF SHOT
frame yang menjadi tolak ukur adalah. Terkadang saat mengambil gambar, kamera tidak
perlu secara fisik berada pada jarak tertentu, namun dengan bantuan lensa zoom hal ini
dapat dimanipulasi. Dimensi jarak terhadap objek, dapat diciptakan melalui type of shot
(jenis-jenis shot). Type of shot dikembangkan berdasar kebutuhan dalam pengambilan
gambar dan pemahaman akan dampak psikologis dari variasi shot yang disajikan. Pada
bab ini kita akan mempelajari lebih jauh tentang type of shot.
TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mengikuti pembelajaran pada bab ini, diharapkan peserta didik dapat:
1. Menganalisis type of shot dengan baik
2. Memahami cara menyajikan Extreme Long Shot dengan baik
3. Memahami cara menyajikan Long Shot dengan baik
4. Memahami cara menyajikan Full Shot dengan baik
5. Memahami cara menyajikan Medium Shot dengan baik
6. Memahami cara menyajikan Medium Long Shot dengan baik
7. Memahami cara menyajikan Medium Close Up dengan baik
8. Memahami cara menyajikan Close Up dengan baik
9. Memahami cara menyajikan Extreme Close Up dengan baik
Sumber: .researchgate.net
Gambar 14. Infografis Type of Shot
URAIAN MATERI
Saat membuat video, baik itu video dokumenter, video musik, iklan, atau bahkan
film tidak dapat terlepas dari yang namanya teknik dasar kamera, terutama dalam teknik
45
BAB VI. TYPE OF SHOT
pengambilan gambar (shot). Type of Shot adalah sebuah teknik pengambilan gambar
yang bertujuan untuk menentukan luas area frame yang berlaku pada subjek. Type of
shots merupakan teori umum yang memiliki kaitan dengan framing. Dibandingkan
framing, type of shot lebih terfokus pada pengambilan luas objek yang dipilih dan
pemaknaan yang ingin tersampaikan secara emosional kepada penonton. Type of shot
pada dasarnya terdiri dari tiga shot utama yaitu:
Long Shot
Medium Shot
Close Shot
Ketiga shot ini kemudian dipecah ke dalam beberapa jenis shot berdasarkan
pengembangan dari pemahaman terhadap aspek psikologis dan kebutuhan gambar
sesuai jalan cerita. Terminologi type of shot atau shot size di lingkungan produksi audio
visual kini sudah sangat bervariasi, namun dalam implementasinya tetap ada kesamaan
pada prinsip dasarnya. Pedoman dan pemberian nama terkait banyaknya ragam jenis
shot ini seolah-olah telah disepakati secara umum olehi industri televisi, film dan video.
46
BAB VI. TYPE OF SHOT
47
BAB VI. TYPE OF SHOT
48
BAB VI. TYPE OF SHOT
49
BAB VI. TYPE OF SHOT
50
BAB VI. TYPE OF SHOT
7. Close Up (CU)
Close Up atau sering disingkat CU, sering digunakan untuk memberi penekanan
pada keadaan emosional subjek. Jenis shot ini bila diaplikasikan pada subjek manusia,
hanya menampilkan bagian detail dari wajah saja. Berbeda dengan Medium Close Up,
pengambilan gambar dengan Close Up dapat merekam ekspresi wajah subjek lebih
dalam, sehingga penonton dapat merasakan emosi yang dirasakan oleh subjek.
Ekspresi wajah dan gesture subjek sangat krusial dalam pengambilan shot ini. Oleh
karena itu, Close Up sangat cocok untuk menangkap momen monolog. Tidak hanya
pada wajah, Close Up juga bisa diaplikasikan pada bagian tubuh lain atau sering disebut
Cut-In. Misalnya, pada tangan subjek yang mengepal dapat diambil secara Close Up
untuk memperlihatkan emosi dan amarah dari subjek tersebut.
51
BAB VI. TYPE OF SHOT
PRANALA LUAR
52
BAB VI. TYPE OF SHOT
RANGKUMAN
6. Type of Shot adalah sebuah teknik pengambilan gambar yang bertujuan untuk
memilih luas area frame yang diberlakukan kepada subjek.
7. Extreme Long Shot adalah jenis shot dengan komposisi sangat jauh dari subjek
dengan penggunaan sudut pandang lebar yang ekstrim.
8. Long Shot adalah jenis shot yang luas, namun lebih sempit dari Extreme Long Shot.
9. Full Shot adalah jenis shot yang mengambil gambar seluruh badan subjek, dari
kepala hingga kaki.
10. Medium Long Shot adalah jenis shot yang mengambil gambar subjek pada area
lutut ke atas.
11. Medium Shot adalah jenis shot yang mengambil gambar subjek sebatas pinggang
ke atas.
12. Medium Close Up adalah jenis shot yang mengambil gambar subjek sebatas dada
hingga kepala.
13. Close Up adalah jenis shot yang mengambil gambar detail dari wajah subjek.
14. Extreme Close Up adalah jenis shot yang mengambil gambar detail yang lebih
sempit lagi dari Close Up dan pada jarak yang sangat dekat seperti mata, hidung,
mulut, atau jari.
TUGAS
Sebelum mengerjakan tugas, buatlah kelompok terdiri atas 2-3 orang. Bacalah uraian
materi di atas dengan teliti dan cermat. Dalam kegiatan ini masing-masing kelompok
membuat video berdurasi maksimal lima menit yang berisi ringkasan materi dan contoh
dari Type of Shot, kemudian secara bergantian masing-masing kelompok
mempresentasikan hasilnya di depan kelas.
53
BAB VI. TYPE OF SHOT
TES FORMATIF
Dalam tes formatif, setiap peserta didik wajib mencermati setiap soal. Berdasar pada
pembahasan materi yang sudah dipelajari sebelumnya, pilih dan tuliskan jawaban di
atas Lembar Jawaban Tes Formatif. Selamat Mengerjakan!
7. Jenis shot yang hanya menampilkan bagian tubuh dari lutut sampai atas kepala
disebut … .
f. Extreme Long Shot i. Close Up
g. Medium Long Shot j. Extreme Close Up
h. Medium Shot
10. Shot jenis ini ditujukan untuk menangkap ekspresi wajah dengan mengambil
ukuran pada ¼ bagian dari keutuhan suatu subjek. Shot apakah yang dimaksud?
f. Extreme Long Shot i. Medium Close Up
g. Long Shot j. Extreme Close Up
h. Medium Long Shot
54
BAB VI. TYPE OF SHOT
11. Pengambilan gambar subjek yang hanya nampak sebatas pinggang sampai atas
kepala, disebut … .
a. Extreme Long Shot d. Close Up
b. Medium Long Shot e. Extreme Close Up
c. Medium Shot
12. Jenis shot yang menampilkan semua bagian tubuh subjek dari kaki sampai atas
kepala, namun tetap memberi ruang sedikit untuk latar dalam frame disebut … .
a. Long Shot d. Close Up
b. Medium Long Shot e. Extreme Close Up
c. Medium Close Up
13. Untuk menampilkan gambar secara detail dan jelas pada objek yang kecil seperti
lubang jarum, maka sebaiknya menggunakan jenis shot …
a. Extreme Long Shot d. Medium Shot
b. Long Shot e. Extreme Close Up
c. Medium Long Shot
14. Sebuah teknik pengambilan gambar yang menghasilkan gambar berupa seluruh
wajah subjek, dinamakan … .
a. Extreme Long Shot d. Close Up
b. Establish Shot e. Extreme Close Up
c. Long Shot
15. Shot jenis ini ditujukan untuk merekam ¾ bagian dari badan subjek. Shot apakah
yang dimaksud?
a. Extreme Long Shot d. Close Up
b. Medium Long Shot e. Extreme Close Up
c. Medium Shot
d. Soal Esay
6. Apa yang dimaksud dengan Type of Shot?
7. Apa tujuan penggunaan Establish Shot?
8. Mengapa Medium Long Shot disebut juga sebagai Three-quarters Shot?
9. Jenis shot apa yang sebaiknya digunakan apabila kita ingin menampilkan ekspresi
wajah subjek saat adegan monolog?
55
BAB VI. TYPE OF SHOT
10. Mengapa dalam pembuatan film sebaiknya jangan terlalu sering menampilkan
Extreme Close Up?
1. a b c d e 11. a b c d e
2. a b c d e 12. a b c d e
3. a b c d e 13. a b c d e
4. a b c d e 14. a b c d e
5. a b c d e 15. a b c d e
6. a b c d e 16. a b c d e
7. a b c d e 17. a b c d e
8. a b c d e 18. a b c d e
9. a b c d e 19. a b c d e
10. a b c d e 20. a b c d e
d. Jawaban essay
Jawablah dengan singkat dan jelas pada kolom essay berikut!
…………………………………………………………………………………………
1.
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
56
BAB VI. TYPE OF SHOT
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
2.
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
3.
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
4.
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
57
BAB VI. TYPE OF SHOT
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
5.
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
TINDAK LANJUT
Diskusikan hasil jawaban kalian dengan guru, kemudian hitung jumlah jawaban benar
dengan menggunakan rumus berikut:
Anda perlu mencocokkan nilai yang didapat dengan tabel di bawah ini agar dapat
diketahui tingkat penguasaan terhadap materi bab ini.
58
BAB VI. TYPE OF SHOT
Jika nilai yang didapatkan lebih dari 75, maka Anda dapat melanjutkan ke bab yang lain.
Namun jika nilai yang didapat kan kurang dari 75%, Sebaiknya Anda mempelajari ulang
kembali bab ini, khususnya pada bagian yang belum dikuasai.
REFLEKSI
7. Apakah Anda merasa senang setelah mengikuti pembelajaran pada bab ini?
8. Apa manfaat yang Anda rasakan setelah mengikuti pembelajaran pada bab ini?
9. Apa hal baru yang Anda rasakan setelah mengikuti pembelajaran pada bab ini?
10. Hal apa saja yang perlu ditingkatkan pada bab ini agar menjadi lebih baik?
11. Kontribusi apa yang bisa Anda berikan setelah mengikuti pembelajaran pada bab ini?
12. Apakah bab ini memiliki keterkaitan dengan materi pada bab lain?
59
BAB VII. ASPEK RASIO
Sumber: lazone.id
Gambar 24
60
BAB VII. ASPEK RASIO
pengetahuan mendasar perihal betapa pentingnya hubungan aspek rasio dengan film.
Pilihan aspek rasio adalah pilihan yang menyangkut segi artistik dimana keputusan diambil
oleh pembuat film. Hal yang sama juga terjadi pada lukisan. Kenapa ukuran kanvas yang
digunakan pelukis satu dengan yang lainnya berbeda? Jawabannya karena nilai artistiknya
berbeda. Begitu juga dalam film, beberapa terlihat lebih baik apabila dibuat dengan aspek
rasio 1.85:1 sedangkan lainnya dengan 2.35:1.
Bagaimana cara menentukan aspek rasio yang terbaik untuk film yang kita buat?
Pada materi kali ini kita akan membahas karakteristik dari bermacam ukuran yang ada pada
aspek rasio, sehingga nantinya bisa menjadi bahan referensi dalam menentukan ukuran
layar saat pembuatan film.
TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mengikuti pembelajaran pada bab ini, diharapkan peserta didik dapat:
1. Menganalisis aspek rasio pada gambar dengan baik
2. Memahami cara menyajikan aspek rasio 1:1 dengan baik
3. Memahami cara menyajikan aspek rasio 4:3 dengan baik
4. Memahami cara menyajikan aspek rasio 1.375:1 dengan baik
5. Memahami cara menyajikan aspek rasio 16:9 dengan baik
6. Memahami cara menyajikan aspek rasio 1.85:1 dengan baik
7. Memahami cara menyajikan aspek rasio 2:1 dengan baik
8. Memahami cara menyajikan aspek rasio 21:9 dengan baik
61
BAB VII. ASPEK RASIO
URAIAN MATERI
Aspek rasio atau dalam bahasa Inggris disebut Aspect Ratio adalah hubungan
perbandingan proporsi antara lebar (width) dan tinggi (height) pada bidang gambar atau
video. Secara sederhana, aspek rasio bisa diartikan sebagai ukuran tampilan video pada
layar monitor. Karena besaran lebar dan tinggi suatu tampilan mempunyai satuan yang
sama, aspek rasio tidak dituliskan dalam satuan ukuran seperti pixel (px), Inches (inch),
centimetre (cm), atau ukuran lainnya. Hubungan perbandingan pada aspek rasio
umumnya dinyatakan dengan dua angka yang dipisah menggunakan titik dua (:) dengan
62
BAB VII. ASPEK RASIO
angka di depan menunjukkan lebar dan angka di belakang menunjukkan tinggi, seperti
4:3 atau 16:9. Ada tiga cara yang biasa dipakai dalam penulisan aspek rasio, yaitu:
Ditulis dalam bentuk perbandingan lebar:tinggi (W:H), seperti 4:3
Ditulis dalam bentuk angka desimal:1, seperti 1.33:1
Ditulis dalam bentuk angka desimalnya saja, seperti 1.33
Sumber: richardfarrar.com
Gambar 26. Perbandingan lebar (W) dengan tinggi (H)
Sama seperti dalam dunia fotografi, aspek rasio pada pembuatan film juga dapat
mempengaruhi komposisi. Hal ini juga berkaitan dengan kesan artistik, dimana setiap
rasio yang dipilih memberikan impresi yang berbeda terhadap penonton yang melihat.
Secara umum, para pembuat film menentukan aspek rasio berdasar pada apa yang
sudah ada pada kamera. Adapun aspek rasio pada kamera yang banyak beredar di
Indonesia menggunakan 1.33:1 atau yang lebih dikenal 4:3 dan menggunakan 1.77:1
(16:9) atau yang sering disebut widescreen.
Sumber: encore-anzpac.com
Gambar 27. Perbandingan aspek rasio 16:9 dan 4:3
Selain 4:3 dan 16:9, ada juga aspek rasio lainnya yang terkadang kita jumpai.
Aspek rasio yang ada di bioskop memiliki bidang yang lebih lebar dari bidang yang ada
pada televisi. Pada dasarnya seluruh aspek rasio mempunyai fungsi yang berbeda di
setiap ukurannya.
63
BAB VII. ASPEK RASIO
1. Square (1:1)
Aspek rasio berbentuk kotak persegi ini memiliki lebar dan tinggi dengan
perbandingan sama. Aspek rasio Square sebelumnya sudah lebih dulu dikenal dalam
dunia fotografi. Meski demikian, aspek rasio ini mulai populer seiring dengan semakin
pesatnya konsumsi video pada media sosial seperti Instagram. Saat ini aspek rasio ini
juga telah didukung oleh media sosial lainnya seperti Facebook dan Twitter. Keunggulan
dari aspek rasio ini adalah karena dapat mengisi ruang layar hampir dua kali lebih
banyak dibandingkan dengan format 16:9, dan mampu tampil baik ketika digunakan
secara vertikal maupun horisontal.
Sumber: widescreen.org
Gambar 28. Perbandingan aspek rasio Square dengan yang lain
2. Fullscreen (4:3)
Fullscreen merupakan istilah bagi film yang memiliki aspek rasio 1.33:1 atau 4:3
(Taylor, 2002). Inilah ukuran film yang digunakan pada awal berdirinya industri film di
era film bisu. Adanya perbedaan dengan Academic Rasio (1.37:1) dan 1.33:1 tidak
begitu terlihat dan masih dapat diterima dengan baik, sehingga rasio 4:3 terkadang
dianggap sebagai Academic Ratio. Istilah lain untuk penyebutan rasio ini adalah Four-
Three, Four-by-Three, atau Four-to-Three.
64
BAB VII. ASPEK RASIO
Sumber: encore-anzpac.com
Gambar 29. Aspek rasio 4:3
Aspek rasio 4:3 akan menampilkan gambar dengan baik pada media yang
mampu memproyeksikan dengan aspek rasio 4:3 juga, misal televisi CRT. Memaksakan
untuk menayangkan video 4:3 pada televisi HDTV akan menghasilkan visual yang
terdistorsi, biasanya objek yang tampak akan terlihat lebih gemuk (stretching) karena
dipaksa melebar untuk memenuhi ruang layar.
Sumber: soundandvision.com
Gambar 30. Teknik Stretch
Cara alternatif lain agar video format 4:3 dapat tayang di layar widescreen
dengan baik adalah dengan teknik Pillarbox, dimana tinggi video ditampilkan secara utuh
meski dengan resiko akan terdapat bar warna hitam (black bar) di kiri dan kanan gambar.
Sumber: docs.microsoft.com
Gambar 31. Teknik Pillarbox
65
BAB VII. ASPEK RASIO
4. Widescreen (16:9)
Aspek rasio 16:9 atau 1.77:1 (terkadang ditulis 1.78:1) merupakan format standar
internasional untuk HDTV dan digunakan untuk layar monitor widescreen. Istilah lain
untuk penyebutan rasio ini adalah Sixteen-by-Nine, Sixteen-Nine, and Sixteen-to-Nine.
Hadirnya aspek rasio 16:9 kemudian menggantikan aspek rasio 4:3.
Sumber: encore-anzpac.com
Gambar 32. Aspek rasio 4:3
66
BAB VII. ASPEK RASIO
Apabila televisi CRT (4:3) menayangkan video format 16:9 maka akan
menghasilkan distorsi visual dimana objek dipaksa menyempit dan terlihat lebih
ramping. Untuk menghindari distorsi gambar pada televisi CRT, biasanya stasiun televisi
yang akan menayangkan film dengan aspek rasio 16:9 akan melakukan cropping
gambar sisi kanan dan kiri agar terlihat full screen di monitor, hal ini dinamakan teknik
Pan & Scan. Pan & Scan sering dilakukan saat penayangan film-film Indonesia lawas.
Sumber: docs.microsoft.com
Gambar 33. Teknik Pan & Scan
Cara alternatif lain agar video format 16:9 dapat tayang di televisi CRT dengan
baik adalah dengan teknik Letterbox, dimana lebar video ditampilkan secara utuh meski
dengan resiko akan terdapat bar warna hitam (black bar) di atas dan bawah gambar.
Sumber: docs.microsoft.com
Gambar 34. Teknik Letterbox
67
BAB VII. ASPEK RASIO
Sumber: premiumbeat.com
Gambar 35. Tampilan gambar 1.85:1 pada TV 16:9
6. Univisium (2:1)
Univisium pertama diperkenalkan oleh seorang sinematografer bernama Vittorio
Storaro pada tahun 1998. Univisium mengadopsi layar dengan aspek rasio 18:9 atau
perbandingan 2:1. Aspek rasio ini dapat memberikan tampilan 12,5 persen lebih banyak
dari aspek rasio 16:9. Beberapa film yang digarap menggunakan aspek rasio 2:1 adalah
Jurassic World (2015), Green Book (2018), Men in Black: International (2019), dan masih
banyak lainnya. Aspek rasio ini kini banyak digunakan pada berbagai layar ponsel seiring
dengan hadirnya teknologi FullView Display. Nama lain dari Univision adalah
Superscope.
Sumber: in.c.mi.com
Gambar 36. Perbandingan Univisium dengan aspek rasio lain
68
BAB VII. ASPEK RASIO
7. Anamorphic (21:9)
Sesuai namanya, aspek rasio ini diproduksi dengan menggunakan lensa kamera
anamorphic. Ukuran yang digunakan pada format Anamorphic berkisar antara 2.35:1,
2.39:1 dan 2.4:1. Format Anamorphic terkadang disebut Cinemascope atau Panavision,
memberikan tampilan yang jauh lebih sinematik dan banyak digunakan dalam
pembuatan film saat ini. Aspek rasio ini menawarkan tampilan yang sangat lebar pada
layar bioskop, namun tidak begitu nyaman bila ditonton menggunakan layar monitor
televisi karena adanya black bar. Banyak film yang diproduksi dengan aspek rasio ini,
diantaranya The Matrix (1999), WALL-E (2008), Interstellar (2014), Avengers: Endgame
(2019), dan masih banyak lagi lainnya.
Sumber: bookpdfmusicyd5.gq
Gambar 37. Perbandingan Anamorphic dengan aspek rasio lainnya
PRANALA LUAR
69
BAB VII. ASPEK RASIO
RANGKUMAN
6. Aspek rasio (aspect ratio) adalah hubungan perbandingan proporsi antara lebar
(width) dan tinggi (height) pada bidang gambar atau video.
7. Square adalah aspek rasio berbentuk kotak persegi dengan perbandingan ukuran
antara lebar dan tinggi sama atau 1:1
8. Fullscreen merupakan istilah bagi film yang memiliki aspek rasio 1.33:1 atau 4:3
9. Academy Ratio merupakan suatu standar rasio yang dikeluarkan oleh Academy of
Motion Picture Arts and Sciences (AMPAS) dengan ukuran perbandingan 1.375:1
10. Aspek rasio 16:9 atau 1.77:1 merupakan format standar internasional untuk HDTV
dan digunakan untuk layar monitor widescreen
11. Academy Flat merupakan aspek rasio yang menjadi standar penayangan film di
Amerika Serikat dengan ukuran perbandingan 1.85:1
12. Univisium merupakan aspek rasio dengan ukuran perbandingan 18:9 atau 2:1.
13. Anamorphic merupakan aspek rasio dengan ukuran perbandingan berkisar antara
2.35:1, 2.39:1 dan 2.4:1.
TUGAS
Sebelum mengerjakan tugas, buatlah kelompok terdiri atas 2-3 orang. Bacalah uraian
materi di atas dengan teliti dan cermat. Dalam kegiatan ini masing-masing kelompok
membuat video berdurasi maksimal lima menit yang berisi ringkasan materi dan contoh
dari aspek rasio, kemudian secara bergantian masing-masing kelompok
mempresentasikan hasilnya di depan kelas.
TES FORMATIF
Dalam tes formatif, setiap peserta didik wajib mencermati setiap soal. Berdasar pada
pembahasan materi yang sudah dipelajari sebelumnya, pilih dan tuliskan jawaban di
atas Lembar Jawaban Tes Formatif. Selamat Mengerjakan!
70
BAB VII. ASPEK RASIO
3. Aspek rasio ini merupakan ukuran standar yang masih sering digunakan untuk
video atau televisi di Indonesia. Format ini masih banyak ditemukan pada kamera
video rumahan seperti pada kamera handycam dan sejenisnya. Aspek rasio
gambar yang dimaksud dari pengertian di atas adalah…..
a. 1:1 d. 9:16
b. 4:3 e. 21:9
c. 2:1
71
BAB VII. ASPEK RASIO
8. Aspek rasio ini banyak digunakan dalam pembuatan film pada tahun 1932-1953,
aspek rasio apakah yang dimaksud?
f. Square i. Academy Flat
g. Anamorphic j. Academy Ratio
h. Widescreen
10. Aspek rasio ini merupakan ukuran standar video yang digunakan dalam High
Definition Televisi (HDTV). Aspek rasio apakah yang dimaksud?
f. 1:1 i. 16:9
g. 4:3 j. 21:9
h. 2:1
d. Soal Esay
1. Bagaimana menuliskan aspek rasio yang benar?
2. Bagaimana cara kerja Teknik Pan & Scan?
3. Bagaimana cara kerja Teknik Letterbox?
4. Bagaimana cara kerja Teknik Pillarbox?
5. Mengapa Academy Ratio sering dianggap memiliki rasio 4:3 meski ukurannya
berbeda?
72
BAB VII. ASPEK RASIO
1. a b c d e 11. a b c d e
2. a b c d e 12. a b c d e
3. a b c d e 13. a b c d e
4. a b c d e 14. a b c d e
5. a b c d e 15. a b c d e
6. a b c d e 16. a b c d e
7. a b c d e 17. a b c d e
8. a b c d e 18. a b c d e
9. a b c d e 19. a b c d e
10. a b c d e 20. a b c d e
d. Jawaban essay
Jawablah dengan singkat dan jelas pada kolom essay berikut!
…………………………………………………………………………………………
1.
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
73
BAB VII. ASPEK RASIO
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
2.
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
3.
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
4.
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
74
BAB VII. ASPEK RASIO
…………………………………………………………………………………………
5.
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
TINDAK LANJUT
Diskusikan hasil jawaban kalian dengan guru, kemudian hitung jumlah jawaban benar
dengan menggunakan rumus berikut:
Anda perlu mencocokkan nilai yang didapat dengan tabel di bawah ini agar dapat
diketahui tingkat penguasaan terhadap materi bab ini.
Jika nilai yang didapatkan lebih dari 75, maka Anda dapat melanjutkan ke bab yang lain.
Namun jika nilai yang didapat kan kurang dari 75%, Sebaiknya Anda mempelajari ulang
kembali bab ini, khususnya pada bagian yang belum dikuasai.
75
BAB VII. ASPEK RASIO
REFLEKSI
1. Apakah Anda merasa senang setelah mengikuti pembelajaran pada bab ini?
2. Apa manfaat yang Anda rasakan setelah mengikuti pembelajaran pada bab ini?
3. Apa hal baru yang Anda rasakan setelah mengikuti pembelajaran pada bab ini?
4. Hal apa saja yang perlu ditingkatkan pada bab ini agar menjadi lebih baik?
5. Kontribusi apa yang bisa Anda berikan setelah mengikuti pembelajaran pada bab ini?
6. Apakah bab ini memiliki keterkaitan dengan materi pada bab lain?
76
BAB VII. CAMERA MOVEMENT
Sumber: filmmaking.blog.ir
Gambar 38. Kamerawan dengan dolly Track
Pernah melihat film secara utuh tetapi kamera hanya stay diam saja? atau pernah
melihat film action tetapi kamera tidak mengikuti pergerakan dari aktor-aktor laga saat
sedang melancarkan aksinya? Tentu hal itu membuat penontonnya bosan bukan?. Dalam
produksi film, kamera sangat dimungkinkan untuk bergerak bebas sesuai dengan tuntutan
estetik menurut naratifnya. Pergerakan kamera tentu akan mempengaruhi sudut,
kemiringan, ketinggian dan jarak yang berubah-ubah. Hampir semua film masa kini
menggunakan pergerakan kamera secara dinamis untuk memanjakan mata penonton
supaya tidak bosan karena terkesan kaku dan statis.
77
BAB VII. CAMERA MOVEMENT
TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mengikuti pembelajaran pada bab ini, diharapkan peserta didik dapat:
1. Menganalisis camera movement dengan baik
2. Memahami cara mengoperasikan gerak kamera panning dengan baik
3. Memahami cara mengoperasikan gerak kamera tilting dengan baik
4. Memahami cara mengoperasikan gerak kamera Crabbing dengan baik
5. Memahami cara mengoperasikan gerak kamera Dolly dengan baik
6. Memahami cara mengoperasikan gerak kamera Arc dengan baik
7. Memahami cara mengoperasikan gerak kamera Zooming dengan baik
8. Memahami cara mengoperasikan gerak kamera Pedestal dengan baik
9. Memahami cara mengoperasikan gerak kamera Crane dengan baik
10. Memahami cara mengoperasikan gerak kamera Follow dengan baik
78
BAB VII. CAMERA MOVEMENT
Sumber: reddit.com
Gambar 39. Infografis Camera Movement
URAIAN MATERI
79
BAB VII. CAMERA MOVEMENT
apapun. Alasan yang paling mendasar bagi sinematografer maupun filmmaker sebelum
menggerakan kamera/subjek diantaranya:
Kapan kamera/subjek harus bergerak?
Mengapa kamera/subjek harus bergerak?
Ada banyak teknik dasar gerakan kamera yang dapat digunakan dalam
pengambilan gambar. Dari masing-masing teknik juga dapat dilakukan kombinasi agar
hasil visual lebih variatif. Pada dasarnya camera movement terbagi dalam beberapa
bagian besar yaitu:
Subjek bergerak ke arah kamera/meninggalkan kamera
Kamera bergerak ke arah subjek/meninggalkan subjek
Kamera dan Subjek bergerak/mengikuti subjek
Zooming atau pergerakan optis. Disebut pergerakan optis karena optik yg
bergerak di dalam lensa.
1. Pan
Pan/Panning merupakan gerakan kamera secara mendatar (horizontal) dengan
gerakan seperti menoleh ke sebelah sisi. Gerakan Panning terdiri dari dua macam yaitu:
Pan right : Gerakan kamera menoleh ke kanan
Pan left : Gerakan kamera menoleh ke kiri
Panning diyakini sebagai gerakan kamera yang pertama diciptakan. Ada banyak
fungsi dalam shot ketika melakukan panning meski pada prinsipnya dengan
menggunakan gerakan yang sama. Gerakan pan yang sering digunakan dalam
pengambilan gambar secara umum adalah Follow pan, yakni gerakan kamera mengikuti
subjek bergerak (travelling), hal ini biasanya untuk mempertahankan komposisi visual
agar tetap proporsional dalam frame, memberi head space maupun walking space
sehingga subjek tidak terpotong saat melakukan gerakkan tertentu. Untuk mendapatkan
panning yang halus, diperlukan tripod yang memiliki fluid head.
80
BAB VII. CAMERA MOVEMENT
Sumber: dsource.in
Gambar 40. Pan right
Gerakan panning juga dapat dilakukan untuk pengambilan gambar pada objek
yang tak bergerak, misalkan kondisi ruangan, foto-foto yang berjajar di dinding, suasana
kota atau yang lainnya. Hal ini untuk membangun suasana lingkungan dimana subjek
berada sekaligus menciptakan interaksi visual antara subjek dengan lingkungannya
(surveying pan). Interrupted pan juga merupakan salah satu gerakan kamera jenis pan.
Teknik ini digunakan saat ingin menghubungkan dua subjek yang berbeda dalam satu
shot. Misalnya, awal shot melakukan follow pan pada satu subjek yang berjalan di
pertokoan, kamera tiba-tiba berhenti dan fokus melakukan follow pan pada sosok anak
kecil yang mencoba mencuri salah satu makanan dalam toko tersebut. Contoh lain
misalnya ketika sebuah adegan dimana subjek meninggalkan ruang, kamera bergerak
ke arah handphone yang ketinggalan di meja.
Gerakan panning juga bisa digunakan untuk transisi antara dua shot, istilah yang
populer digunakan adalah whip pan, yakni melakukan gerakan panning secara cepat
antara shot satu dengan lainnya. Penggunaan transisi ini dapat menciptakan gambar
yang lebih dinamis dan mempersingkat waktu dalam sebuah kejadian yang memiliki
hubungan sebab akibat.
81
BAB VII. CAMERA MOVEMENT
Sumber: signmediasmart.com
Gambar 41. Whip Pan
2. Tilt
Tilt/Tilting adalah gerakan kamera secara vertical seperti gerakan mendongak
atau gerakan menunduk. Seperti namanya pan, bila diartikan dalam Bahasa Indonesia
yang berarti wajan, gerakan ini seperti membentuk pola setengah lingkaran. Gerakan
Tilting terdiri dari dua macam yaitu:
Tilt Up : Gerakan kamera mendongak ke atas
Tilt Down : Gerakan kamera menunduk ke bawah
82
BAB VII. CAMERA MOVEMENT
Sumber: emaze.com
Gambar 42. Tilt
83
BAB VII. CAMERA MOVEMENT
Sumber: dsource.in
Gambar 43. Tilt down
3. Crab /Truck
Crab/crabbing atau terkadang disebut juga dengan nama Truck atau Lateral
Track adalah gerakan kamera secara lateral atau menyamping, berjalan sejajar dengan
subjek yang sedang berjalan. Gerakan crab hampir sama dengan Dolly, perbedaanya
hanya pada arah gerakan kamera. Sesuai dengan namanya yang dalam Bahasa
Indonesia berarti kepiting, maka pergerakan ini adalah menyerupai jalannya kepiting.
Crab menunjukkan keberadaan objek dengan mempertahankan komposisi awal dan
menunjukkan perubahan pada latar belakang atau background. Berbeda dengan
panning yang hanya menoleh, crab dilakukan dengan cara kamera ikut bergerak ke
samping. Gerakan crab terdiri dari dua macam yaitu:
Crab/Truck Left : Gerakan kamera ke arah kiri
Crab/Truck Right : Gerakan kamera ke arah kanan
84
BAB VII. CAMERA MOVEMENT
Sumber: medium.com
Gambar 44. Crab/Truck
4. Dolly/Track
Dolly adalah pengambilan gambar mendekati atau menjauhi subjek dengan
menggerakkan kamera. Dolly secara visual terlihat mirip dengan gerakan zoom, padahal
pelaksanaan teknik keduanya sangat berbeda. Gerakan ini biasa dilakukan untuk
memunculkan kesan bahwa penonton berada di ruang yang sama dengan subjek sebab
tidak ada distorsi ruangan seperti yang terjadi pada gerakan zoom. Pengambilan gambar
dengan cara ini lebih dapat dirasakan oleh penonton karena kamera seolah-olah
menjadi mata penonton, gerakan kamera dapat mewakili gerakan penonton sehingga
mereka dapat dibawa ikut terlibat dalam sebuah peristiwa film. Teknik ini juga dikenal
dengan nama Track (Tracking). Dolly dilakukan dengan cara mendorong atau menarik
kamera yang dipasang di atas alat yang dinamakan Dolly Track. Gerakan Dolly terdiri
dari dua macam yaitu:
Dolly in: Gerakan kamera mendekati subjek
Dolly out: Gerakan kamera menjauhi subjek
85
BAB VII. CAMERA MOVEMENT
Sumber: avmankato.com
Gambar 45. Kamerawan di atas Dolly Track
Dolly in digunakan ketika ingin melihat lebih jelas ekspresi tokoh. Tujuan
penggunaan gerakan Dolly ini adalah memainkan keintiman antara penonton dan
subjek. Dolly in atau kamera mendekati subjek, biasanya digunakan untuk membawa
perasaan penonton untuk lebih berani, kuat, dan siap menghadapi tantangan.
Sebagaimana penggunaan zoom in, gerakan Dolly in yang mendekati subjek dapat
membawa penonton pada satu titik pusat perhatian, perasaan tegang dan membangun
rasa keingintahuan. Sedangkan proses pelepasan ketegangan dapat dilakukan dengan
dolly out. Dolly out digunakan jika ingin ‘menjauhkan’ penonton dari tokoh. Selain itu,
Dolly out bisa digunakan untuk mewakili perasaan kecewa, takut, dan merasa inferior.
Sumber: medium.com
Gambar 46. Dolly/Track
86
BAB VII. CAMERA MOVEMENT
5. Arc/Swing
Arc adalah pergerakan kamera yang biasa dilakukan untuk melihat situasi atau
kondisi suatu lingkungan dengan cara berputar mengitari objek ke arah bidang horizontal
dari kiri ke kanan atau sebaliknya seperti membentuk lingkaran. Umumnya bergerak dari
sudut 0 sampai 90 derajat atau sebaliknya. Gerakan arc terkadang disebut dengan nama
lain, yaitu swing. Gerakan swing terdiri dari dua macam yaitu:
Swing Right: Gerakan kamera mengitari objek ke kanan
Swing Left: Gerakan kamera mengitari objek ke kiri
Sumber: medium.com
Gambar 47. Arc/Swing
87
BAB VII. CAMERA MOVEMENT
6. Zoom
Zoom/zooming merupakan gerakan paling dasar, yakni dengan cara mendekati
atau menjauhi objek secara optik dengan mengubah panjang focal lensa dari sudut
pandang sempit ke sudut pandang lebar, atau sebaliknya. Dalam melakukan gerakan
zoom, sebenarnya kamera sendiri tidak bergerak. Zoom memberikan ilusi kamera
bergerak mendekat atau menjauh dari subjek dengan mempersempit atau memperluas
frame. Efeknya secara visual berbeda dengan gerakan dolly. Dolly tidak mengubah
ukuran frame dan depth of field, sedangkan zoom mengubah ukuran frame dan depth of
field. Perubahan ukuran subjek secara visual akan terjadi pada satu frame, misalnya dari
Long Shot menjadi Medium Shot atau yang lainnya. Aktivitas ini dapat dilakukan dengan
posisi kamera tetap diam maupun dikombinasi dengan gerakan kamera lainnya. Zoom
terdiri dari dua macam gerakan yaitu:
Zoom in : Lensa bergerak maju atau pandangan mendekati objek
Zoom out : Lensa bergerak mundur atau pandangan menjauhi objek
Dalam gerakan zoom in, frame yang awalnya lebar dengan deep focus secara
gradual berubah menjadi frame sempit dengan shallow focus. Zoom in mengompres
ruang di dalam frame. Sebaliknya terjadi pada gerakan zoom out. Gambar yang
dihasilkan dari gerakan ini adalah subjek seolah-olah mendekat (zoom in) dan subjek
seolah-olah menjauh (zoom out).
Sumber: dsource.in
Gambar 48. Zoom
88
BAB VII. CAMERA MOVEMENT
Melakukan zoom in biasa digunakan untuk memperjelas sesuatu hal yang lebih
penting, baik pada subjek maupun sebuah kejadian. Secara psikologis, hal ini dapat
memicu kesan klaustrofobik, paranoia serta dapat memusatkan perhatian penonton
pada subjek yang sedang di-zoom. Pandangan yang semula mempunyai banyak subjek
dapat dikerucutkan menjadi satu atau beberapa subjek saja. Sedangkan zoom out lebih
banyak dilakukan untuk menarik penonton agar mengetahui ruang dimana subjek
berada, juga untuk menunjukkan ada banyak hal penting yang juga bisa dilihat di sekitar
subjek. Gerakan zoom lebih populer di Hollywood tahun 1960-1970an dan penerapan
dalam film di era-era berikutnya sering dianggap kuno. Di beberapa film, gerakan zoom
dan dolly digunakan secara bersamaan dan dinamai gerakan dolly zoom. Gerakan ini
dicapai dengan cara mendorong kamera mendekat (dolly in) sementara lensa zoom out
sehingga background berubah ukuran sementara subjek mempertahankan ukuran yang
sama selama pergerakan. Penggunaan teknik ini terkenal di film Psycho dan Jaws
sebagai penekanan rasa takut dan terisolir tokohnya. Untuk banyak adegan,
penggunaan zoom tidak begitu efektif digunakan. Penggunaan Cut-to-Cut saat editing
dapat mempersingkat durasi meski apa yang ingin disampaikan lewat gambar adalah
sama.
7. Pedestal
Pedestal merupakan pergerakan menaikkan level kamera ke atas atau
menurunkan level kamera ke bawah dari posisi tumpuan dengan tripod atau pedestal
kamera dengan meninggikan atau merendahkan tripod/pedestal. Terkadang gerakan ini
disebut juga dengan nama level. Gerakan ini menempatkan kamera secara vertikal
dengan posisi berbeda, yang berarti kamera melihat pemandangan seolah-olah kita
sedang melihat dari atas tangga atau saat berlutut di lantai. Pedestal berbeda dengan
tilting karena tilting bergerak ke atas dan ke bawah berdasarkan porosnya saja, tidak
berpindah posisi. Gerakan Pedestal terdiri dari dua macam yaitu:
Pedestal up: Gerakan ke atas dengan meninggikan level kamera.
Pedestal down: Gerakan ke bawah dengan menurunkan level kamera.
89
BAB VII. CAMERA MOVEMENT
Sumber: medium.com
Gambar 49. Pedestal
8. Crane/Jib
Pergerakan kamera ke atas atau ke bawah dengan kamera yang dipasang pada
suatu alat yang berbentuk katrol yang dinamakan crane. Teknik ini digunakan untuk
mendapatkan angle high angle atau low angle. Pergerakan kamera ini disebut juga
dengan nama Jip atau Boom. Prinsip kerjanya hampir sama dengan Pedestal, hanya
alat yang digunakan berbeda. Pengambilan gambar dengan crane sering dilakukan saat
pertandingan sepakbola dimana crane diletakkan di belakang gawang. Crane sangat
memungkinkan menggabungkan beberapa gerakan kamera sehingga gambar dapat
terlihat dinamis.
Sumber: micromo.com
Gambar 50. Crane/Jib
90
BAB VII. CAMERA MOVEMENT
9. Follow
Follow adalah gerakan kamera mengikuti objek yang bergerak. Untuk
menciptakan gambar yang lebih dinamis bisa dilakukan dengan handheld. Visual yang
ingin dihasilkan dari konsep handheld adalah gambar yang tampak kasar, shaky dan
buru-buru. Tingkatan kasarnya gambar yang dihasilkan oleh gerakan handheld beragam
dari satu film dengan film lainnya. Penggunaan handheld adalah pilihan artistik yang
memiliki tujuan spesifik sebab visual gambarnya yang mungkin akan memunculkan
kesan unik. Bagi penonton, handheld dapat memberikan kesan realitas yang kuat seperti
kerja kamera di reportase berita dan dokumenter investigasi. Ketidakpastian gerakan
handheld dapat membawa rasa takut. Untuk tujuan tersebut, handheld sukses
diterapkan di film-film found footage seperti Paranormal Activity: The Ghost Dimension
(2015) atau Searching (2018). Dimana dalam film tersebut penonton seakan hadir di
dalam film tersebut. Konsep penggunaan kamera secara handheld muncul karena
adanya kamera 16mm yang ringan dan semakin populer dengan munculnya kamera
digital yang semakin portabel.
Sumber: medium.com
Gambar 51. Handheld
Steadicam adalah lawan dari teknik handheld. Steadicam sendiri adalah alat
yang ditemukan oleh Garret Brown di tahun 1973 (Brown, 1980). Sementara teknik
pengambilan gambarnya sendiri kurang lebih sama dengan handheld yaitu kamerawan
membawa kamera mengikuti subjek yang hendak diambil. Gambar-gambar yang
dihasilkan Steadicam terlihat halus, tidak ada getaran meskipun operator kamera berada
di jalanan kasar.
91
BAB VII. CAMERA MOVEMENT
Sumber: medium.com
Gambar 52. Steadicam
Sumber: newsshooter.com
Gambar 53. Kamerawan dengan Steadicam
92
BAB VII. CAMERA MOVEMENT
PRANALA LUAR
RANGKUMAN
93
BAB VII. CAMERA MOVEMENT
9. Crane/Jib adalah gerakan kamera ke atas atau ke bawah dengan bantuan alat yang
berbentuk katrol
10. Follow adalah gerakan kamera mengikuti objek yang bergerak
TUGAS
Sebelum mengerjakan tugas, buatlah kelompok terdiri atas 2-3 orang. Bacalah uraian
materi di atas dengan teliti dan cermat. Dalam kegiatan ini masing-masing kelompok
membuat video berdurasi maksimal lima menit yang berisi ringkasan materi dan contoh
dari camera movement, kemudian secara bergantian masing-masing kelompok
mempresentasikan hasilnya di depan kelas.
TES FORMATIF
Dalam tes formatif, setiap peserta didik wajib mencermati setiap soal. Berdasar pada
pembahasan materi yang sudah dipelajari sebelumnya, pilih dan tuliskan jawaban di
atas Lembar Jawaban Tes Formatif. Selamat Mengerjakan!
2. Gerakan kamera secara lateral atau menyamping, berjalan sejajar dengan subjek
yang sedang berjalan, adalah:
a. Tracking d. dolly
b. crab e. tilt
c. pedestal
94
BAB VII. CAMERA MOVEMENT
4. Gerakan lensa mendekatkan objek dari long shoot ke close up, adalah:
a. zoom out d. dolly out
b. crab e. arc
c. zoom in
7. Gerakan menaikan level kamera ke atas atau menurunkan level kamera ke bawah
dari posisi tumpuan dengan tripod kamera, adalah:
f. Tracking i. dolly
g. pan j. tilt
h. pedestal
95
BAB VII. CAMERA MOVEMENT
b. movement e. follow
c. angle
b. Soal Essay
1. Apa alasan yang paling mendasar bagi sinematografer maupun filmmaker
sebelum melakukan camera movement?
2. Apa perbedaan gerakan Dolly dengan Zoom?
3. Pada dasarnya Camera Movement terbagi dalam empat bagian besar, sebutkan!
4. Jelaskan apa perbedaan gerakan Tilt dengan Pedestal?
5. Apa yang membedakan pengambilan gambar dengan teknik Handheld dan
Steadicam?
1. a b c d e 11. a b c d e
2. a b c d e 12. a b c d e
3. a b c d e 13. a b c d e
4. a b c d e 14. a b c d e
5. a b c d e 15. a b c d e
6. a b c d e 16. a b c d e
7. a b c d e 17. a b c d e
96
BAB VII. CAMERA MOVEMENT
8. a b c d e 18. a b c d e
9. a b c d e 19. a b c d e
10. a b c d e 20. a b c d e
b. Jawaban essay
Jawablah dengan singkat dan jelas pada kolom essay berikut!
…………………………………………………………………………………………
1.
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
2.
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
3.
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
97
BAB VII. CAMERA MOVEMENT
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
4.
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
5.
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
98
BAB VII. CAMERA MOVEMENT
TINDAK LANJUT
Diskusikan hasil jawaban kalian dengan guru, kemudian hitung jumlah jawaban benar
dengan menggunakan rumus berikut:
Anda perlu mencocokkan nilai yang didapat dengan tabel di bawah ini agar dapat
diketahui tingkat penguasaan terhadap materi bab ini.
Jika nilai yang didapatkan lebih dari 75, maka Anda dapat melanjutkan ke bab yang lain.
Namun jika nilai yang didapat kan kurang dari 75%, Sebaiknya Anda mempelajari ulang
kembali bab ini, khususnya pada bagian yang belum dikuasai.
REFLEKSI
1. Apakah Anda merasa senang setelah mengikuti pembelajaran pada bab ini?
2. Apa manfaat yang Anda rasakan setelah mengikuti pembelajaran pada bab ini?
3. Apa hal baru yang Anda rasakan setelah mengikuti pembelajaran pada bab ini?
4. Hal apa saja yang perlu ditingkatkan pada bab ini agar menjadi lebih baik?
5. Kontribusi apa yang bisa Anda berikan setelah mengikuti pembelajaran pada bab ini?
6. Apakah bab ini memiliki keterkaitan dengan materi pada bab lain?
99
BAB IX. CAMERA ANGLE
Sumber: mediaknowall.com
Gambar 54. Seorang Kamerawan sedang mengambil gambar dari atas
100
BAB IX. CAMERA ANGLE
bagaimana menentukan sudut pengambilan gambar agar kandungan makna dan nilai yang
kita pikirkan sampai kepada penonton?
Pada materi kali ini kita akan membahas salah satu topik yang tak kalah penting
dalam pembuatan film, yaitu camera angle. Materi ini juga membahas tentang beragam
jenis camera angle dan pembahasan lainnya meliputi bagaimana, kapan, dan mengapa
menggunakan camera angle.
TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mengikuti pembelajaran pada bab ini, diharapkan peserta didik dapat:
1. Menganalisis camera angle dengan baik
2. Memahami cara mengoperasikan sudut kamera High Angle dengan baik
3. Memahami cara mengoperasikan sudut kamera Eye Angle dengan baik
4. Memahami cara mengoperasikan sudut kamera Low Angle dengan baik
5. Memahami cara mengoperasikan sudut kamera Dutch Angle dengan baik
Sumber: studioantelope.com
Gambar 55. Infografis Camera Angle
101
BAB IX. CAMERA ANGLE
URAIAN MATERI
102
BAB IX. CAMERA ANGLE
Sumber: pinterest.com
Sudut pengambilan gambar
Secara garis besar terdapat empat jenis camera angle yaitu High Angle, Eye Level,
Low Angle dan Dutch Angle.
1. High Angle
High Angle Shot adalah sudut pengambilan gambar tepat di atas objek, sehingga
tampak terekspose dari bagian atas. Posisi kamera lebih tinggi di atas mata objek yang
akan diambil, sehingga kamera harus di Tilt Down (menunduk) untuk mengambil objeknya.
High Angle Shot umumnya akan menghasilkan gambar yang deskriptif. Untuk
mendapatkan hasil terbaik saat menggunakan teknik high angle terkadang diperlukan alat
bantu seperti tripod, tangga, atau crane, drone, dan kamera diletakan lebih tinggi dari
subjek.
103
BAB IX. CAMERA ANGLE
Sumber: snapshot.canon-asia.com
Gambar 56. Membidik dengan High Angle Shot
High Angle Shot memiliki tiga fungsi utama, yaitu membangun Narasi, Emosional,
dan Karakter. Maksud dari membangun narasi adalah untuk memastikan bahwa informasi
yang ditangkap oleh penonton sesuai dengan isi cerita yang ingin disampaikan. Seperti
memperlihatkan pemandangan atau keramaian pada suatu lokasi. Untuk memberikan
konteks ke sebuah adegan biasanya kamera diletakan pada sudut yang dangkal. Contoh
dari fungsi membangun narasi adalah salah satu scene di film bohemian rhapsody saat
adegan konser. Narasi yang ingin disampaikan jelas, yaitu konsernya banyak penonton.
104
BAB IX. CAMERA ANGLE
High angle shot juga bisa membangun reaksi emosional dari penonton, seperti rasa
cemas, tegang, dan takut. Untuk menciptakan reaksi emosional, kamera diletakan dengan
sudut pengambilan gambar yang lebih ekstrim, seperti Bird eye view, Overhead shot, dan
straight down. Biasanya reaksi yang dirasakan oleh penonton dikarenakan phobia akan
ketinggian. Contoh dari fungsi ini salah satunya adalah adegan dalam film Mission:
Impossible – Ghost Protocol saat memanjat gedung, Adegan ini memadukan High Angle
Shot dengan Dutch shot.
Fungsi yang lain dari High Angle adalah membangun karakter. Teknik pengambilan
gambar seperti ini bisa memberikan kesan karakter lebih hina, kecil, lemah, pendek,
rendah, kesepian, kurang gairah, dan bawahan. Pengambilan gambar dengan maksud
seperti ini juga sebaiknya didukung oleh ekspresi aktor yang tepat. Penonton akan merasa
lebih dominan daripada objek, sebaliknya objek akan terlihat kecil, lemah, dan tak berdaya.
Seperti cuplikan salah satu scene pada film film The Dark Knight berikut.
105
BAB IX. CAMERA ANGLE
Seiring dengan kebutuhan industri perfilman High Angle Shot kemudian memiliki
variasi teknik dalam pengambilan gambar. Perbedaan dari beberapa variasi teknik High
Anggle Shot ini terletak pada Point Of View atau sudut pandang kamera terhadap objek.
Dari situlah kemudian muncul istilah Bird eye view, Overhead shot, straight down, Top
Down, Above shot, Slightly above, dan lain-lain. Diantara beberapa variasi tersebut yang
sering dipakai diantaranya adalah Bird Eye View. Seperti namanya, jenis angle kamera ini
meminjam perspektif burung. Dengan sudut pandang burung, maka subjek akan terlihat
kecil di antara latar. Bird Eye View sangat tepat untuk menggambarkan pergerakan karakter
dari jauh. Selain itu, Bird Eye View ini juga biasanya dipakai untuk menggambarkan posisi
karakter di dalam sebuah latar tempat. Bird Eye View menjadikan penonton seperti
pengamat yang sedang memperhatikan gerak-gerik suatu objek.
106
BAB IX. CAMERA ANGLE
2. Eye Level
Sering juga disebut dengan Normal Angle. Eye Level adalah sudut pengambilan
gambar yang menunjukan posisi kamera diletakan sejajar dengan ketinggian mata objek
yang diambil. Angle yang netral dan paling sering digunakan dalam film. Penonton akan
merasa berada di tempat yang sama dengan karakter. Hasilnya memperlihatkan
pandangan mata seseorang.
Sumber: snapshot.canon-asia.com
Gambar 61. Membidik dengan Eye Level Shot
Teknik ini tidak memiliki kesan dramatis, melainkan kesan wajar. Biasanya, teknik
itu banyak digunakan ketika wawancara atau Profil Shot. Teknik tersebut dipahami sebagai
standar pengambilan gambar dalam ketinggian relative sedang, kurang lebih sejajar
dengan tinggi Kamerawan. Maka, gambar yang dihasilkan datar dan cenderung monoton
bila dieksekusi tanpa variasi lain.
107
BAB IX. CAMERA ANGLE
3. Low Angle
Low Angle adalah teknik pengambilan gambar dari bawah objek. Sudut
pengambilan gambar ini merupakan kebalikan High Angle. Posisi kamera lebih rendah di
bawah mata objek yang akan diambil, sehingga kamera harus di Tilt Up (mendongak) saat
mengambil objeknya.
Sumber:snapshot.canon-asia.com
Gambar 63. Membidik dengan Low Angle Shot
Untuk mendapatkan hasil terbaik saat menggunakan teknik Low angle terkadang
posisi badan perlu jongkok, tiarap, bahkan menggali tanah untuk menurunkan pijakan.
Gambar di bawah ini adalah proses pengambilan gambar salah satu adegan film Citizen
108
BAB IX. CAMERA ANGLE
Kane (1941), dimana dibuat lubang pada lantai untuk mendapatkan perspektif yang
diinginkan.
Sumber: archive.org
Gambar 64. Pengambilan gambar dengan Low Angle Shot
Kesan yang ditimbulkan dari sudut pandang Low Angle Shot umumnya bersifat
keagungan, kekuasaan, kuat, dominan, dan dinamis. Karena dengan sudut pengambilan
rendah, maka subjek akan terlihat besar, dominan, dan berkuasa. Ini alasan kenapa sudut
pengambilan gambar ini sering dipakai dalam film-film action, superhero, koboi, thriller, dan
lainnya.
Ternyata kesan yang ditimbulkan dari sudut pandang Low Angle Shot juga bisa
bersifat lemah, takut, kalah, sedih, dan tidak berkuasa. Pengambilan gambar dengan
109
BAB IX. CAMERA ANGLE
maksud seperti ini juga sebaiknya didukung oleh latar dan ekspresi aktor yang tepat disertai
jalan cerita yang berkesinambungan.
Tidak menutup kemungkinan terdapat dua kesan dalam satu gambar low Angle.
Misalnya gambar salah satu adegan pada film Pulp Fiction. Dimana terdapat karakter
dengan kesan kuat dan satunya dengan kesan lemah.
Low Angle Shot juga memiliki beberapa variasi yang merujuk pada sudut
pengambilan tertentu, diantaranya Hero View, Worm Eye Angle, Frog Eye Angle, Bottom
Angle, dan lain sebagainya. Diantara beberapa variasi tersebut yang sering dipakai Frog
Eye View atau Frog Eye Angle. Worm Eye View adalah kebalikan dari bird’s eye view.
Kamera diletakan di sudut yang sangat rendah, dan diarahkan ke suatu objek. Sesuai
110
BAB IX. CAMERA ANGLE
namanya, sudut pengambilan gambar ini seolah-olah diambil dari sudut pandang cacing.
Pengambilan gambar dengan teknik ini mengarahkan penonton untuk merasa objek yang
terlihat lebih besar, dominan, dan megah. Biasanya teknik ini digunakan untuk gambar
gedung-gedung tinggi.
Sumber: entertainism.com
Gambar 68. Worm Eye Angle
4. Dutch Angle
Dutch angle sering juga disebut dengan canted angle atau terkadang disebut juga
dengan nama oblique angle. Dutch Angle adalah sebuah teknik memiringkan posisi kamera
untuk mendapatkan sudut pengambilan gambar dengan efek yang lebih dramatis. Teknik
ini berasal dari negara Jerman, oleh karena itu dikenal juga dengan nama “The German
Angle”. Awalnya teknik ini digunakan oleh film-film keluaran negara Jerman di pertengahan
tahun 1900. Sebenarnya kata dutch pada Dutch Angle berasal dari resapan kata Deutsch,
yang artinya “jerman” dalam bahasa jerman. Dutch Angle adalah salah satu dari banyak
teknik sinematik yang sering digunakan untuk menggambarkan ketidaknyamanan
psikologis seperti kegelisahan, keresahan, eksotisme, kepanikan, kebingungan, dan lain-
lain. Sudut kemiringan tidak ditentukan, namun umumnya menggunakan sudut kemiringan
dari 5 derajat sampai 90 derajat. Hal yang perlu diperhatikan untuk menambah kesan
sinematik pada penggunaan Dutch Angle adalah pengaturan tilting, focal length, dan depth
of field. Jangan menggunakan Dutch angle karena alasan estetik semata, namun harus
dengan motivasi yang jelas. Hal ini bila dilakukan terlalu berlebihan, akan membingungkan
penonton.
111
BAB IX. CAMERA ANGLE
Sumber: https://www.fandor.com
Gambar 69. Dutch Angle
PRANALA LUAR
112
BAB IX. CAMERA ANGLE
RANGKUMAN
TUGAS
Sebelum mengerjakan tugas, buatlah kelompok terdiri atas 2-3 orang. Bacalah uraian
materi di atas dengan teliti dan cermat. Dalam kegiatan ini masing-masing kelompok
membuat video berdurasi maksimal lima menit yang berisi ringkasan materi dan contoh
dari camera angle, kemudian secara bergantian masing-masing kelompok
mempresentasikan hasilnya di depan kelas.
TES FORMATIF
Dalam tes formatif, setiap peserta didik wajib mencermati setiap soal. Berdasar pada
pembahasan materi yang sudah dipelajari sebelumnya, pilih dan tuliskan jawaban di
atas Lembar Jawaban Tes Formatif. Selamat Mengerjakan!
113
BAB IX. CAMERA ANGLE
1. Sudut pandang dalam pemotretan dengan kedudukan lebih tinggi dari objek yang
akan menghasilkan gambar seolah-olah objek rendah rendah dari aslinya, biasa
disebut?
b. Extreme Close Up e. Medium Shot
c. High Angel f. Long Shot
d. Low Angel
3. Cuplikan gambar dari film The Avengers (2012) di bawah ini diambil dengan
menggunakan sudut camera yang disebut … .
d. Low angle
a. Eye level
e. Obtuse angle
b. High angle
c. Straight angle
114
BAB IX. CAMERA ANGLE
6. Berikut ini yang dimaksud dengan Bird Eye View adalah pengambilan gambar
subjek dari … .
a. atas d. kanan dan kiri
b. depan e. belakang
c. bawah
8. Cuplikan gambar dari film The Maze Runner (2014) di bawah ini diambil dengan
menggunakan sudut camera yang dinamakan … .
d. Low angle
a. Eye level
e. Obtuse angle
b. High angle
c. Straight angle
115
BAB IX. CAMERA ANGLE
10. Berikut ini yang paling sesuai karakteristik Eye level adalah …
a. kedudukan kamera lebih rendah dari pada objek
b. kedudukan kamera lebih setara dengan objek
c. kedudukan kamera lebih tinggi dari objek
d. kedudukan kamera lebih fleksibel dengan cahaya yang masuk
e. kedudukan kamera bisa digerakan berputar
b. Soal Essay
1. Apa yang dimaksud camera Angle?
2. Apa fungsi pengambilan gambar dengan High Angle Shot?
3. Apa fungsi pengambilan gambar dengan Eye Level Shot?
4. Apa fungsi pengambilan gambar dengan Low Angle Shot?
5. Apa fungsi pengambilan gambar dengan Dutch Angle Shot?
1. a b c d e 11. a b c d e
2. a b c d e 12. a b c d e
3. a b c d e 13. a b c d e
4. a b c d e 14. a b c d e
5. a b c d e 15. a b c d e
116
BAB IX. CAMERA ANGLE
6. a b c d e 16. a b c d e
7. a b c d e 17. a b c d e
8. a b c d e 18. a b c d e
9. a b c d e 19. a b c d e
10. a b c d e 20. a b c d e
b. Jawaban essay
Jawablah dengan singkat dan jelas pada kolom essay berikut!
…………………………………………………………………………………………
1.
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
2.
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
117
BAB IX. CAMERA ANGLE
…………………………………………………………………………………………
3.
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
4.
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
5.
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
118
BAB IX. CAMERA ANGLE
TINDAK LANJUT
Diskusikan hasil jawaban kalian dengan guru, kemudian hitung jumlah jawaban benar
dengan menggunakan rumus berikut:
Anda perlu mencocokkan nilai yang didapat dengan tabel di bawah ini agar dapat
diketahui tingkat penguasaan terhadap materi bab ini.
Jika nilai yang didapatkan lebih dari 75, maka Anda dapat melanjutkan ke bab yang lain.
Namun jika nilai yang didapat kan kurang dari 75%, Sebaiknya Anda mempelajari ulang
kembali bab ini, khususnya pada bagian yang belum dikuasai.
REFLEKSI
1. Apakah Anda merasa senang setelah mengikuti pembelajaran pada bab ini?
2. Apa manfaat yang Anda rasakan setelah mengikuti pembelajaran pada bab ini?
3. Apa hal baru yang Anda rasakan setelah mengikuti pembelajaran pada bab ini?
4. Hal apa saja yang perlu ditingkatkan pada bab ini agar menjadi lebih baik?
5. Kontribusi apa yang bisa Anda berikan setelah mengikuti pembelajaran pada bab ini?
6. Apakah bab ini memiliki keterkaitan dengan materi pada bab lain?
119
BAB IX. STANDAR VIDEO DUNIA
Sebelum menggunakan teknologi penyiaran televisi digital pada saat ini yang dikenal
dengan DVB / Digital Video Broadcast, pada jaman dahulu sitem penyiaran televisi masih
menggunakan sistem analog yang hingga saat ini juga masih digunakan di Indonesia.
Televisi merupakan alat yang dapat digunakan untuk dapat menyaksikan video yang
dipancarkan dari jarak jauh.
Dalam era penyiaran televisi analog memiliki standart yang berbeda dalam setiap negara di
seluruh dunia. Standar TV bervariasi, di AS dan Kanada, TV menampilkan 525 garis
gambar. Namun saat kita menyaksikan TV Di Inggris, kita akan melihat 625 garis gambar,
kira-kira 20 persen lebih besar dari gambar TV A.S. Perbedaan ini terjadi karena A.S. dan
Inggris menggunakan sistem negara yang berbeda. Sistem ini menentukan standar video
untuk sinyal TV yang digunakan di seluruh dunia.
Standar penyiaran disetiap negara berbeda-beda, sehingga perlu diketahui oleh setiap
siapapun juga yang tertarik dalam mempelajari dunia penyiaran. Standar penyiaran sangat
berhubungan dengan peralatan yang akan digunakan oleh orang yang akan
memanfaatkannya. Apabila akan membeli peralatan yang berhubungan dengan dunia
penyiaran, seperti kamera/camcoder, player (VHS, Betacam, Mini DV, DV Cam pro,
HDV, dan lain sebagainya). Harus mengetahui terlebih dahulu standar apa yang di instal
pada peralatan tersebut? Selanjutnya peralatan tersebut akan digunakan di mana? Sebagai
contoh bila membeli peralatan di Jepang (NTSC), maka harus berbelanja di international
market. Karena masyarakat Jepang akan mengunakan kebutuhannya dengan standar
penyiaran NTSC. Di International market akan tersedia standar penyiaran yang dapat
disesuaikan dengan negara-negara yang berbeda dengan Jepang. Hal ini dapat dipahami,
karena Jepang adalah negara produsen peralatan penyiaran yang paling produktif di dunia.
Hal penting yang perlu diperhatikan untuk dapat menyelenggarakan suatu siaran adalah,
terkait dengan standar penyiaran yang berlaku pada dunia telekomunikasi pada umumnya,
siaran pada khususnya. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, suatu siaran
membutuhkan berbagai peralatan keras. Misalnya siaran televisi akan membutuhkan
120
BAB IX. STANDAR VIDEO DUNIA
Berbagai peralatan itu harus sesuai (compatible) satu dengan yang lainnya, artinya suatu
peralatan dapat menerima pesan (sinyal) yang dikirimkan peralatan lainnya dengan baik.
Misalnya perangkat transmisi televisi, dapat mengirimkan gambar yang diterima dari
kamera dan pesawat televisi dapat menerima gambar yang dipancarkan dari transmisi.
Namun ternyata tidak semua peralatan itu dapat digunakan di setiap tempat. Misalnya anda
membeli kamera (handycam) atau pesawat televisi yang diproduksi untuk digunakan di
Indonesia. Maka peralatan tersebut tidak dapat digunakan di Amerika Serikat. Begitu juga
jika membeli handphone di negara tetangga Malaysia dan menggunakannya di Indonesia,
kemungkinan handphone tersebut tidak dapat digunakan. Hal ini terjadi karena adanya
standar tertentu yang diterapkan suatu negara atas produk atau peralatan telekomunikasi
dan siaran tersebut. Saat ini, ada tiga standar sistem penyiaran di dunia, yaitu;
Setiap televisi memiliki standar sistem video yang berupa sinyal elektronik. Dalam tiap-tiap
negara di dunia standar sistem video dalam penggunaan televisi dibagi menjadi tiga sistem.
Kategori yang pertama adalah sistem NTSC, yang kedua sistem PAL, dan yang terakhir
adalah sistem SECAM.
NTSC
National Television System Committee (NTSC) merupakan standar sistem gambar televisi
yang dipakai di daerah Amerika Utara, sebagian besar Amerika Selatan, Taiwan, Korea
Selatan, Filipina, dan Jepang. Sistem NTSC dipandang sebagai salah satu dari sistem-sistem
standar yang terbaik untuk penyiaran televisi berwarna. Sifat-sifat khusus yang dimiliki
sistem NTSC adalah seperti jumlah bingkai gambar (frame) yang digunakan sebanyak 30
frame per second (fps). Setiap frame terdiri dari 525 garis raba individual (scan line). Video
bandwidth nya sebesar 4.2 Mega Hertz (MHz). Sinyal elektronik berupa hasil pemisahan
cahaya (merah, hijau, dan biru) dimasukkan ke dalam CRT, dan tiap tabung hanya peka
terhadap satu warna cahaya saja.
Dalam sistem NTSC ketiga unsur sinyal listrik (merah, hijau, dan biru) digabung lagi
sehingga membentuk sinyal listrik yang baru. Sinyal yang baru ini antara lain adalah berupa
sinyal terang (brightness), dan sinyal warna (chrominance). Sinyal terang hanya
menunjukkan intensitas cahaya atas gambar, sedangkan sinyal warna menunjukkan warna
dari gambar dan terdiri atas unsur corak warna (hue) dan kejenuhan (saturation).
PAL
Phase Alternating Line (PAL) mulai diperkenalkan pada awal tahun ‘60an. Dipakai di
banyak negara di dunia kecuali selain yang bersistem NTSC. Sifat khusus yang dimiliki
121
BAB IX. STANDAR VIDEO DUNIA
sistem PAL adalah jumlah bingkai gambar yang dikirim sebanyak 25 fps dan setiap frame
memiliki 625 garis raba individual. Jumlah garis raba yang lebih banyak dan video
bandwidth sistem PAL juga lebih besar dibandingkan dengan sistem NTSC, yaitu 4.2MHz;
5.0MHz; 5.5MHz; dan 6.0MHz. Kedua hal ini membuat kualitas gambar sistem PAL
menjadi lebih baik dibandingkan dengan sistem NTSC. Dan Indonesia memakai sistem PAL
:D.
SECAM
Sequential Couleur Avec Memoire (SECAM) atau Sequential Color with Memory
merupakan standar sistem gambar yang digunakan di negara Perancis. Munculnya sistem
SECAM bersamaan dengan sistem PAL, yaitu sekitar awal tahun ‘60an. Cara kerja
sistemnya sama dengan PAL tetapi sistem SECAM mengirimkan informasi warna
gambarnya secara berurutan.
Sumber :
122
BAB IX. KOMPOSISI GAMBAR
123
BAB IX. BAHASA GAMBAR
DAFTAR PUSTAKA
Brown, G. (1980). The Steadicam and The Shining. American Cinematographer, 61(8), 853.
praxis. Springer-Verlag.
124
GLOSARIUM
GLOSARIUM
125
INDEKS
INDEKS
126
BIODATA PENULIS
BIODATA PENULIS
127