Anda di halaman 1dari 128

KATA PENGANTAR

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucap ke hadirat Tuhan yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan buku teks ini dengan baik.
Buku ini diharapkan dapat menjadi bahan acuan dalam kegiatan belajar mengajar
peserta didik di Sekolah Menengah Kejuruan bidang kehlian Seni dan Industri Kreatif,
dengan program keahlian Seni Broadcasting dan Film.
Buku ini hadir untuk digunakan peserta didik sebagai pegangan dalam proses
belajar mengajar kompetensi keahlian Produksi Film pada.
Buku disusun berdasarkan kurikulum 2013 dengan tujuan agar peserta didik dapat
memiliki kemampuan sikap, keterampilan, dan pengetahuan terkait Sinematografi Dasa
melalui pembelajaran dalam kelas maupun secara mandiri.

Konsep pembelajaran buku ini menggunakan ilmu pengetahuan sebagai penggerak


pembelajaran, dan menuntun peserta didik untuk mencari tahu bukan diberi tahu. Pada
proses pembelajaran menekankan kemampuan berbahasa sebagai alat komunikasi,
pembawa pengetahuan, berpikir logis, sistematis, kreatif, mengukur tingkat berpikir peserta
didik, dan memungkinkan peserta didik untuk belajar yang relevan sesuai kompetensi inti
(KI) dan kompetensi dasar (KD) pada program studi keahlian terkait. Disamping itu,
melalui pembelajaran pada buku ini, kemampuan peserta didik dapat diukur melalui
penyelesaian tugas, dan tes, formatif.

Jakarta, 20 September 2019

Tim Penulis

1
DAFTAR ISI

Buku ini diharapkan dapat diandalkan sebagai pegangan bagi peserta didik SMK
dalam meningkatkan kompetensi keahliannya.

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... 1

DAFTAR ISI ...................................................................................................................... 2

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................... 4

PETUNJUK PENGGUNAAN BUKU .................................................................................. 5

PETA KONSEP ................................................................................................................ 6

APERSEPSI ..................................................................................................................... 7

BAB I. GERAK ILUSI .......................................................................................................20

A. Fenomena Mata Manusia Melihat ........................... Error! Bookmark not defined.

B. Fenomena Persistence of Vision ............................. Error! Bookmark not defined.

BAB II. PENGANTAR DASAR CAHAYA ............................ Error! Bookmark not defined.

A. Sumber Cahaya Natural .......................................... Error! Bookmark not defined.

B. Sumber Cahaya Buatan .......................................... Error! Bookmark not defined.

C. Cahaya Daylight dan Cahaya Tungsten, Cahaya Flouresent (Neon)............... Error!


Bookmark not defined.

BAB III. MENGANALISIS ANATOMI KAMERA ...............................................................21

A. Jenis-Jenis Lensa ................................................... Error! Bookmark not defined.

B. Badan Kamera ........................................................ Error! Bookmark not defined.

C. Jenis-Jenis Image Sensor ....................................... Error! Bookmark not defined.

D. Jenis-Jenis Media Rekam (Recording) .................... Error! Bookmark not defined.

E. Memahami Sistem Standar Video Dunia ................. Error! Bookmark not defined.

BAB IV. MENGANALISIS ASPEK RASIO GAMBAR.......... Error! Bookmark not defined.

A. Rules Of Third ......................................................... Error! Bookmark not defined.

B. Menganalisis Komposisi Gambar ............................ Error! Bookmark not defined.

2
DAFTAR ISI

C. Menganalisis Type Of Shot ..................................... Error! Bookmark not defined.

D. Menganalisis Angle Kamera .................................... Error! Bookmark not defined.

E. Memahami Penciptaan Bahasa Gambar ................. Error! Bookmark not defined.

F. Menganalisis Movement Kamera ............................ Error! Bookmark not defined.

BAB V. KESIMPULAN .....................................................................................................24

A. Resume tiap BAB I .................................................. Error! Bookmark not defined.

B. Resume tiap BAB II ................................................. Error! Bookmark not defined.

C. Resume tiap BAB III ................................................ Error! Bookmark not defined.

D. Resume tiap BAB IV................................................ Error! Bookmark not defined.

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................112

GLOSARIUM .................................................................................................................125

INDEKS .........................................................................................................................126

BIODATA PENULIS .......................................................................................................127

3
DAFTAR GAMBAR

DAFTAR GAMBAR

4
PETUNJUK PENGGUNAAN BUKU

PETUNJUK PENGGUNAAN BUKU

5
PETA KONSEP

Buku ini disertai barcode untuk pranala luar, agar bisa mengakses silakan baca petunjuk di
https://id.wikihow.com/Memindai-Kode-QR

PETA KONSEP

6
BAB . STANDAR VIDEO DUNIA

BAB . STANDAR VIDEO DUNIA

Sumber: overidon.com
Gambar 1. Standar video pada broadcasting

TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah mengikuti pembelajaran pada bab ini, diharapkan peserta didik dapat:
1. Menganalisis Standar Video dengan baik
2. Memahami Video Analog dan Digital
3. Memahami Standar Video PAL, NTSC, dan SECAM dengan baik
4. Memahami Jenis-jenis Video Digital

Bagi kamu yang akan bergelut dalam urusan multimedia baik itu sebagai editor atau
creator, maka pengetahuan mengenai video dan sekitarnya adalah wajib. Seperti yang

7
BAB . STANDAR VIDEO DUNIA

akan dijelaskan dibawah ini. Adalah beberapa yang wajib diketahui bagi kamu yang akan
menekuni dunia editing dan creating video atau media yang lainnya. Video merupakan
salah satu elemen multimedia yang dapat menggambarkan setiap gambar menjadi suatu
yang hidup. Sehingga dapat meyakinkan khalayak ramai agar tertarik ada video tersebut.
Pada saat ini video digital telah menggantikan video analog dalam keperluan multimedia.
Video digital merupakan bagian terpenting multimedia yang menarik, dan merupakan
perangkat yang kuat yang dapat membawa pengguna komputer lebih dekat ke dunia nyata.
Dari seluruh elemen multimedia yang ada, video menempati urutan performa yang tinggi
pada perangkat komputer Anda dan membutuhkan tempat penyimpanan yang lebih besar
dari elemen multimedia lainnya. Dalam perancangan video harus direncanakan dengan
hati-hati dan digarap dengan baik sehingga dapat meningkatkan penyajian yang lebih baik
(contoh: Iklan di televisi akan lebih baik dibandingkan dengan papan iklan)

. Video adalah teknologi untuk menangkap, merekam, memproses,


mentransmisikan dan menata ulang gambar bergerak. Biasanya menggunakan film
seluloid, sinyal elektronik, atau media digital. Video juga bisa dikatakan sebagai gabungan
gambar-gambar mati yang dibaca berurutan dalam suatu waktu dengan kecepatan tertentu.
Gambar-gambar yang digabung tersebut dinamakan frame dan kecepatan pembacaan
gambar disebut dengan frame rate, dengan satu fps.
A. Video Analog
Merupakan produk dari industri pertelevisian dan oleh sebab itu dijadikan
sebagai standar televisi. Banyak video yang diproduksi hanya untuk platform display
digital (Web, CD-ROM, atau sebagai presentasi HDTV DVD), video analaog masih
merupakan platform yang paling banyak diinstal untuk mengirim dan melihat video.
Terdapat beberapa standar penyiaran video analog yang banyak digunakan di dunia
penyiaran adalah NTSC, PAL, dan SECAM. Setiap negara biasanya memiliki video
standar penyiaran yang berbeda dengan negara lainya. Standar NTSC saat ini
sudah tidak digunakan lagi di Amerika Serikat, dan telah digantikan oleh Standar
Televisi Digital ATSC (Advanced Television Systems Committee). Video analog
yang ada memiliki standarnya masing-masing, sebagai contoh video yang direkam
di Eropa dengan format PAL atau SECAM tidak akan diputar di NTSC (Amerika
Serikat). Masing-masing sistem yang ada berdasarkan pada standar yang berbeda

8
BAB . STANDAR VIDEO DUNIA

yang didefinisikan dengan encode untuk menghasilkan sinyal elektronik, yang akan
ditayangkan pada televisi

Sumber : http://idea-free.com
Gambar. Penyiaran Televisi
1. PAL (Phase Alternate Line)
PAL merupakan sistem pahase alternate line yang banyak digunakan pada
wilayah Inggris, Eropa Barat, Australia, Afrika Selatan, Cina, dan Amerika Selatan.
PAL dalam satu frame video memiliki resolusi layar 625 garis horizontal, dan
memiliki kecepatan scan yaitu 25 fps (frame per second). Cara kerja memiliki garis
genap dan ganjil yang digabungkan, dan setiap field memerlukan 1/50 detik (50Hz)
untuk digambarkan. Sistem Broadcast PAL dikembangkan di Jerman oleh Walter
Bruch, pada tahun 1967. PAL termasuk standar kedua dalam system televisi
broadcast.
Jenis-jenis PAL:
a. PAL B/G/D/K/I
Standar televisi PAL umumnya menggunakan 625 garis dan 25 fps.
Negara yang menggunakan PAL B/G hampir semua Negara di Eropa Barat,
PAL I digunakan di Inggris, Irlandia, Hongkong, dll. Untuk PAL D/K
digunakan di negara-negara Eropa Selatan, dan untuk standard PAL D
khusus dipakai oleh China. PAL B/G/D/K/I menggunakan modulasi frekuensi

9
BAB . STANDAR VIDEO DUNIA

dan modulasi video ditransmisikan menggunakan modulasi negatif AM


untuk informasi suaranya. Indonesia menggunakan PAL B yang
mengalokasikannya membutuhkan lebar bandwidth 7 MHz.
b. PAL M (Standar Televisi Brazil)
PAL yang digunakan di negara Brazil menggunakan 525 garis dan 29.97
fps. Hampir semua negara yang menggunakan PAL M sama halnya
menggunakan NTSC. Dan kebanyakan negara-negara yang menggunakan
PAL M cenderung menggunakan NTSC karena kalau dilihat dari PAL M
dengan NTSC sama. PAL M untuk informasi suaranya menggunakan
modulasi frekuensi dan untuk modulasi videonya ditransmisikan
menggunakan modulasi negatif AM.
c. PAL Nc (Standar Televisi Argentina)
PAL Nc (PAL combinasi N), untuk negara Argentina menggunakan 625
garis per 50 Hertz. PAL Nc untuk informasi suaranya menggunakan
modulasi frekuensi dan untuk modulasi videonya ditransmisikan
menggunakan modulasi negatif AMPAL N (Standar televise Uruguay)
d. PAL N (PAL Kombinasi N)
Untuk negara Uruguay menggunakan 625 garis per 50 Hertz. Di negara
Uruguay biasanya menggunakan juga PAL DVD yaitu televise dengan
menggunakan DVD langsung dalam siarannya. PAL N untuk informasi
suaranya menggunakan modulasi frekuensi dan untuk modulasi videonya
ditransmisikan menggunakan modulasi negatif AM.
e. PAL L
PAL L untuk informasi suaranya menggunakan modulasi frekuensi dan
untuk modulasi videonya ditransmisikan menggunakan modulasi positif AM.
Penggunaan PAL L sama halnya dengan menggunakan standar televisi
SECAM yaitu menggunakan 625 garis/50Hertz dan menggunakan 15.625
kHz kecepatan garisnya. Penggunaan televisi PAL L ini tidak untuk televisi
nasional tetapi digunakan untuk televisi jaringan di hotel.

2. NTSC (National Television Systems Committee)


NTSC merupakan sistem televisi analog yang banyak digunakan di wilayah
Amerika Serikat, Kanada, Meksiko, Jepang, dan beberapa negara lain yang
menggunakan sistem penyiaran dan pemutaran video dengan menggunakan
standar televisi analog. Standar ini menjelaskan sebuah metode untuk mengenkode
informasi ke dalam sinyal elektronik yang akan menampilkan gambar pada televisi.

10
BAB . STANDAR VIDEO DUNIA

Dalam NTSC, satu frame video terbuat dari 525 garis horizontal yang di scan dan
ditampilkan dalam tabung televisi yang berlapis fosfor setiap 1/30 detik dengan
elektron yang bergerak cepat. Gerakan elektron ini dibuat menjadi dua lintasan
ketika menggambarkan satu frame video, pertama meletakkan semua garis di posisi
ganjil, kemudian semua garis di posisi genap. Masing-masing lintasan ini (pada
kecepatan 60 per detik, atau 60Hz) menggambarkan sebuah field, dan dua field
yang digabungkan untuk menciptakan satu frame dengan kecepatan 30fps (frame
per second). Proses pembuatan satu frame menjadi dua field (ganjil genap) ini
disebut interlacing, yang merupakan sebuah Teknik yang membantu mencegah
kedipan layar pada layar televisi (flicker)
NTSC dibangun pada tahun 1953 oleh National Television Systems
Committee. NTSC mendefinisikan standard video yang menyediakan 482 garis
resolusi vertical dan 16 juta warna. NTSC mentrasmisikan 525 garis, tetapi
beberapa garis digunakan untuk sync, vertical retrace, dan closed captioning.
Berbeda halnya dengan PAL , NTSC membagi 25 baris per frame dan
sebanyak 30 frame dalam satu detiknya atau 29,97 frame perdetik (fps). NTSC
melakukannya dengan memberikan 59,94 setengah-interlaced frame/ detik.

3. SECAM (Sequencial Color and Memory)


SECAM digunakan di Prancis, (SECAM memiliki nama yang diambil dari
nama Perancis, Systeme Electronic pour Couleur Avec Memoire atau Sequentiel
Couleur Avec Memoire), Eropa Timur, USSR, dan beberapa negara lainnya.
SECAM dalam satu frame memiliki video yang terbuat dari 625 field, berbeda jauh
dengan NTSC dan PAL dalam teknologi yang digunakan dan metode penyiaran
yang dilakukan. Terkadang TV yang dijual di wilayah Eropa memanfaatkan dual
komponen di mana TV tersebut dapat menggunakan sistem PAL dan SECAM
4. ATSC
High Definition Television (HDTV). Hal penting untuk produser multimedia ,
standar tersebut mengizinkan adanya transmisi data ke komputer dan untuk
layanan ATV interaktif yang baru .High Definition Television (HDTV) menyediakan
resolusi tinggi dengan aspek rasio 16:9. Industri penyiaran telah mengumumkan
secara resmi format interlaced 1920 x 1080 resolusi ultra-high sebagai batu penjuru
generasi baru dari pusat hiburanterkemuka, namun industri komputer lebih senang
memakai sistem scan progresif 1280 x 720 untuk HDTV. Orang-orang yang
berkecimpung dibidang computer berpendapat nahwa kualitas gambar dalam

11
BAB . STANDAR VIDEO DUNIA

1280×720 lebih superior dan stabil. Kedua format telah dimasukkan dalam standar
HDTV

Sumber : Wikipedia.com
Gambar . Persebaran Standar Video Penyiaran

B. Video Digital
Merupakan produk dari industri computer dan oleh sebab itu dijadikan
standar data digital. Integrasi Penuh dari video digital dalam kamera dan komputer
mengurangi televisi analog dari video dari produksi multimedia dan platform
pengiriman, jika kamera video anda menggerakkan sinyal output digital, Anda dapat
merekam video Anda langsung ke disk, yang siap untuk diedit. Jika sebuah video
klip disimpan sebagai data pada hard disk, CD-ROM atau perangkat penyimpanan
massal lain, Dunia video kini telah mengalami perubahan dari analog ke digital.
Pada konsumen rumahan dan perkantoran kita dapat menikmati kualitas video
digital yang prima lewat hadirnya teknologi VCD dan DVD (Digital Versatile Disc),
sedangkan dunia broadcasting kini juga lambat laun mengalihkan teknologinya
kearah DTV (Digital Television).
Arsitektur Video Digital tersusun atas sebuah format untuk mengekode dan
memainkan kembali file video dengan komputer dan menyertakan sebuah player
yang dapat mengenali dan membuka file yang dibuat untuk format tersebut.
Arsitektur video digital yang utama adalah AppleQuicktime, Microsoft Windows
Media Format, dan Real Network RealMedia. Format file video yang terkait adalah
QuickTime movie (.mov), Audio Video Interleaved(.AVI), Windows Media Video
(.wmv) , dan RealMedia (.rm). Beberapa player mengenali dan memainkan lebih
dari satu format file video

12
BAB . STANDAR VIDEO DUNIA

MPEG (Motion Picture Expert Group) adalah nama organisasi internasional


ISO/IEC yang mengembangkan standar pengkodean citra bergerak. Beberapa
standar yang dikembangkan adalah MPEG-2 dan MPEG-3. Encoding MPEG-2
digunakan pada video CD, sementara MPEG-3 menjadi populer dengan tampilnya
lapisan audio (audio layer) MPEG-3, yang dikenal dengan MP3.MPEG berkembang
menjadi beberapa kategori:
a. MPEG-1, standar pengompresan suara dan gambar pada Video CD
termasuk juga sebagai lapisan audio 3(audio layer 3) MP3 format
kompresi untuk suara (audio).
b. MPEG-2, standar untuk penyiaran suara dan gambar over-the-air televisi
digital ATSC, DVB dan ISDB, satelit televisi digital Dish Network, sinyal
digital cable television dan juga DVD
c. MPEG-3, standar untuk High-definition television HDTV
d. MPEG-4, pengembangan dari MPEG-1 untuk mendukung objek
suara/gambar televisi tiga dimensi (3D)
e. MPEG-7, standar suatu sistem format untuk menggambarkan isi dari
suatu multimedia.
f. MPEG-21, standar MPEG untuk generasi masa depan (rangka
multimedia)

PRANALA LUAR

Untuk menambah wawasan lebih dalam mengenai Standar Video Dunia, kalian
juga dapat mempelajari secara mandiri melalui internet. Di internet kalian bisa
mencari lebih jauh materi tentang teknik-teknik tersebut baik dari e-book, e-journal,
maupun video pembelajaran daring. Salah satu video pembelajaran yang dapat
kalian akses untuk menambah wawasan dan pemahaman kalian tentang type of
shot bisa diakses di
https://www.youtube.com/watch?v=QWe2A7xRWhM&list=PLtgxbwtybHiYDH
dZFmGiKrmEwtdstkW0b
atau dengan menggunakan QR code di samping.

13
BAB . STANDAR VIDEO DUNIA

RANGKUMAN

1. Video adalah teknologi untuk menangkap, merekam, memproses, mentransmisikan


dan menata ulang gambar bergerak
2. Video Analog biasanya terdapat pada penyiaran
3. Video Digital ada di dalam computer dan smartphone
4. Standar video analog ada PAL, NTSC, SECAM dan ATSC
5. MPEG (Motion Picture Expert Group) adalah nama organisasi internasional
ISO/IEC yang mengembangkan standar pengkodean citra bergerak

TUGAS

Sebelum mengerjakan tugas, buatlah kelompok terdiri atas 2-3 orang. Bacalah uraian
materi di atas dengan teliti dan cermat. Dalam kegiatan ini masing-masing kelompok
membuat video berdurasi maksimal lima menit yang berisi ringkasan materi dan contoh
dari Macam-macam standar video penyiaran, kemudian secara bergantian masing-
masing kelompok mempresentasikan hasilnya di depan kelas.

TES FORMATIF

Dalam tes formatif, setiap peserta didik wajib mencermati setiap soal. Berdasar pada
pembahasan materi yang sudah dipelajari sebelumnya, pilih dan tuliskan jawaban di
atas Lembar Jawaban Tes Formatif. Selamat Mengerjakan!

a. Soal Pilihan Ganda


1. Manakah di antara berikut ini yang bukan merupakan format sinyal televisi?
a. MPEG d. ATSC
b. NTSC e. PAL
c. SECAM

14
BAB . STANDAR VIDEO DUNIA

2. MPEG merupakan kependekan dari…


a. Multiformat Processed-Event d. Micro-Phase Electronic Guidance
Graphicst e. Minimum Electronic Grid
b. Multi-Phase Element Grid
c. Meta-Program Environtment
Graph

3. PAL dalam satu frame video memiliki resolusi layar garis horizontal …
a. 256 d. 225
b. 526 e. 652
c. 625

4. Sistem Broadcast PAL dikembangkan di Jerman oleh Walter Bruch, pada tahun
a. 1889 d. 1967
b. 1867 e. 1945
c. 1989

5. Yang termasuk jenis video PAL


a. PAL Nc d. PAL 10
b. PAL U e. PAL 7
c. PAL I

b. Soal Esay
1. Apa itu Video analog dan digital?
2. Apa saja standar video penyiaran?
3. Jelaskan standar video PAL!
4. Sebutkan pengkodean video digital!
5. Apa perbedaan video analog dan digital?

LEMBAR JAWABAN TES FORMATIF

a. Jawaban pilihan ganda


Jawablah dengan memberikan tanda silang (X) pada salah satu huruf a, b, c, d, atau e!

1. a b c d e 11. a b c d e

15
BAB . STANDAR VIDEO DUNIA

2. a b c d e 12. a b c d e

3. a b c d e 13. a b c d e

4. a b c d e 14. a b c d e

5. a b c d e 15. a b c d e

6. a b c d e 16. a b c d e

7. a b c d e 17. a b c d e

8. a b c d e 18. a b c d e

9. a b c d e 19. a b c d e

10. a b c d e 20. a b c d e

b. Jawaban essay
Jawablah dengan singkat dan jelas pada kolom essay berikut!

…………………………………………………………………………………………
1.
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………
2.
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………

16
BAB . STANDAR VIDEO DUNIA

…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………
3.
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………
4.
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………
5.
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………

17
BAB . STANDAR VIDEO DUNIA

…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………

TINDAK LANJUT

Diskusikan hasil jawaban kalian dengan guru, kemudian hitung jumlah jawaban benar
dengan menggunakan rumus berikut:

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐵𝑒𝑛𝑎𝑟 𝑃𝐺 + (2 × 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐵𝑒𝑛𝑎𝑟 𝐸𝑠𝑠𝑎𝑦)


𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 = × 10
2

Anda perlu mencocokkan nilai yang didapat dengan tabel di bawah ini agar dapat
diketahui tingkat penguasaan terhadap materi bab ini.

Tabel 1. Tingkat Penguasaan Materi

Nilai Tingkat Penguasaan Predikat


90 – 100 90% - 100% Sangat Baik
80 – 89 80% - 89% Baik
75 - 79 75% - 79% Cukup
< 75 < 75% Kurang

Jika nilai yang didapatkan lebih dari 75, maka Anda dapat melanjutkan ke bab yang lain.
Namun jika nilai yang didapat kan kurang dari 75%, Sebaiknya Anda mempelajari ulang
kembali bab ini, khususnya pada bagian yang belum dikuasai.

REFLEKSI

1. Apakah Anda merasa senang setelah mengikuti pembelajaran pada bab ini?
2. Apa manfaat yang Anda rasakan setelah mengikuti pembelajaran pada bab ini?
3. Apa hal baru yang Anda rasakan setelah mengikuti pembelajaran pada bab ini?
4. Hal apa saja yang perlu ditingkatkan pada bab ini agar menjadi lebih baik?
5. Kontribusi apa yang bisa Anda berikan setelah mengikuti pembelajaran pada bab ini?
6. Apakah bab ini memiliki keterkaitan dengan materi pada bab lain?

18
APERSEPSI

19
BAB I. GERAK ILUSI

BAB I. GERAK ILUSI

20
BAB II. ANATOMI KAMERA

BAB II. ANATOMI KAMERA

21
BAB III. LENSA KAMERA

BAB III. LENSA KAMERA

22
BAB IV. MEDIA REKAM

Saat kita menonton film, pasti kita diperlihatkan secara dekat ekspresi dari seorang aktor.
Kita dapat melihat secara detail bagaimana mereka menteskan air mata, ekspresi mereka
ketika ketakutan, tertawa. Atau jika seorang tokoh utama sedang berada di keramaian,
kita dibuat fokus untuk melihat ke aktor tersebut karena efek yang membuat lingkungan di
belakang aktor seakan blur sehingga kita mengabaikannya dan pandangan kita hanya
tertuju ke aktor itu saja. Itu semua adalah sebagian contoh dari hasil kerja suatu benda
yang bernama lensa. Kita dapat melihat secara dekat ekspresi wajah seorang aktor
karena dibantu oleh pernainan lensa zoom, sehingga seorang kameramen tidak perlu
mendekatkan kameranya kewajah objek untuk mendapatkan gambar yang mendetail.
Efek blur atau istilah dalam sinematografi maupun fotografi kita sebut dengan bokeh
biasanya dibantu dengan lensa fix.
Hampir sama seperti mata manusia, lensa kamera mampu memberikan efek kedalaman,
ukuran, serta dimensi suatu objek atau ruang. Tetapi tidak selalu sama dengan mata
manusia, lensa dapat diubah-ubah sesuai kebutuhannya. Setiap jenis lensa akan
memberikan efek perspektif yang berbeda karena mempunyai ukuran focal length yang
berbeda pula. Focal Length (Rentang lensa) adalah jarak titik tengah bagian lensa
dengan bidang sensor yang menangkap gambar pada titik focus paling tajam. Jika
sebuah objek diambil pada jarak yang sama, dengan lensa yang memiliki ukuran focal
length berbeda, maka lingkup luasan gambar yang dihasilkan akan berbeda pula. Karena
focal length yang memiliki satuan millimeter(mm) ini jika semakin pendek ukurannya,
maka lingkup gambar akan semakin melebar, sebaliknya semakin panjang ukurannya
maka lingkup gambar akan menyempit. Ukuran focal length inilah yang menjadi faktor
setiap lensa memiliki jenis serti fungsinya masing-masing. Lalu apa saja jenis-jenis lensa
itu? dan fungsinya di dalam pengambilan shot? Kita akan bahas pada bab kali ini.

BAB IV. MEDIA REKAM

23
BAB V. IMAGE SENSOR

BAB V. IMAGE SENSOR

Sumber: whatdigitalcamera.com
Gambar 2. Sensor kamera

Seiring dengan maraknya dunia fotografi, videografi maupun sinematografi, banyak


orang mengabadikan setiap peristiwa atau momen menariknya menggunakan kamera.
Beberapa kamera tersebut masih merupakan kamera analog, namun yang paling banyak
digunakan adalah kamera digital. Pada kamera analog, gambar yang ditangkap oleh lensa
akan langsung diproyeksi ke pita seluloid atau film. Lalu bagaimana dengan kamera digital?
Apakah cara kerjanya sama persis dengan kamera analog? Atau berbeda jauh?
Bagaimana kamera digital memproses gambar digital?
Pada kamera digital terdapat suatu komponen bernama image sensor atau sering
dikenal sebagai sensor kamera. Sensor ini bila diibaratkan pada tubuh manusia, fungsinya
mirip dengan jantung, karena memiliki peran yang sangat penting dalam pemrosesan
gambar digital. Sensor kamera bertugas untuk mengubah gambar yang ditangkap oleh
lensa menjadi bentuk digital, kemudian disimpan pada memory card. Ternyata, masing-

24
BAB V. IMAGE SENSOR

masing kamera memiliki ukuran sensor yang berbeda. Sensor yang berukuran kecil
umumnya dipasangkan pada kamera digital berukuran kecil seperti kamera ponsel,
sedangkan sensor yang besar biasanya terdapat pada kamera DSLR atau kamera besar
lainnya. Apakah ukuran sensor akan berpengaruh terhadap kualitas gambar? Apa saja
ukuran sensor itu? Apa pentingnya ukuran Megapixel? Bagaimana kemajuan teknologi
sensor saat ini? Dan banyak lagi pertanyaan yang beredar di masyarakat terkait sensor
kamera. Sebelum menentukan mana sensor yang paling Anda butuhkan, ada baiknya Anda
membaca uraian pada bab ini. Bab ini akan membahas salah satu topik yang fundamental
pada bagian kamera, yaitu sensor kamera. Materi ini juga membahas tentang beragam
jenis sensor kamera, teknologi yang dipakai, serta hubungannya dengan kualitas gambar
yang dihasilkan.

TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah mengikuti pembelajaran pada bab ini, diharapkan peserta didik dapat:
1. Menganalisis jenis-jenis image sensor dengan baik
2. Memahami cara kerja resolusi sensor dengan baik
3. Membedakan ukuran sensor dengan tepat
4. Memahami cara kerja crop factor dengan baik
5. Menganalisis teknologi sensor dengan baik
6. Memahami cara kerja pemisahan warna dengan baik

25
BAB V. IMAGE SENSOR

Sumber: studioantelope.com
Gambar 3. Infografis sensor kamera

URAIAN MATERI

Image sensor atau dikenal juga dengan sensor kamera adalah sebuah perangkat
berbentuk silikon microchip yang terpasang pada kamera digital, berfungsi untuk
mengkonversi cahaya yang ditangkap oleh lensa menjadi data digital. Bila diibaratkan
pada tubuh manusia, sensor berperan sebagai jantungnya kamera. Tidak ada sensor
maka tidak ada gambar yang dihasilkan. Namun bila diibaratkan lagi pada hal lebih
spesifik seperti mata manusia, sensor berperan sebagai Retina. Seperti halnya fungsi
retina, sensor berperan penting dalam menangkap cahaya. Bila sensor rusak, maka
kualitas gambar yang dihasilkan akan terganggu.

26
BAB V. IMAGE SENSOR

Seiring dengan semakin maraknya penggunaan kamera digital, sensor hadir


untuk menggantikan fungsi klise atau negatif film pada kamera analog yang kini sudah
mulai ditinggalkan. Sensor berperan mengubah data analog menjadi data digital,
selanjutnya diterjemahkan sebagai file gambar. Sensor Kamera tersusun atas beberapa
sel yang membentuk persegi. Setiap satu sel sensor merepresentasikan satu pixel,
sehingga besarnya pixel pada gambar yang dihasilkan sesuai dengan banyaknya sel
dalam satu sensor kamera. Sel sensor pada kamera bersifat photosensitive. Bila terkena
cahaya, sel sensor akan menghasilkan sinyal elektrik yang besar tegangannya
tergantung dari intensitas cahaya yang diterima. Tegangan yang dihasilkan tersebut
kemudian diproses hingga menghasilkan warna. Hasil pemrosesan dari seluruh sel
sensor kemudian disatukan menjadi gambar yang utuh.

1. Resolusi Sensor
Beberapa produsen kamera saat ini berlomba-lomba menjual produk mereka
dengan membanggakan ukuran kepadatan pixel yang besar. Biasanya ukuran
kepadatan pixel untuk pemasaran produk umumnya dituliskan dalam satuan megapixel
(mp). Saat ini banyak kamera ponsel yang memiliki ukuran megapixel lebih besar
dibandingkan kamera DSLR. Perlu diketahui bahwa kamera dengan ukuran megapixel
besar tidak menjamin kualitas gambar yang baik. Dalam analogi yang sederhana, sensor
adalah wadah yang terbagi menjadi beberapa kotak pixel. Setiap pixel bertugas untuk
menangkap cahaya. Semakin banyak jumlah kepadatan pixel, maka kotak pixel yang
ada pada sensor juga akan semakin kecil. Hal ini berimbas pada penurunan kemampuan
dalam menangkap cahaya. Jika sensor yang menjadi wadah tersebut juga memiliki
ukuran yang kecil, maka akan timbul noise pada gambar. Noise biasanya terlihat dalam
bentuk bintik-bintik hitam yang mengganggu kualitas gambar. Noise akan semakin nyata
terlihat pada pengambilan gambar di tempat dengan kondisi pencahayaan yang rendah.
Penampakan noise terkadang terlihat seperti butir-butiran pasir (grain).

27
BAB V. IMAGE SENSOR

Sumber: surfacedstudio.com
Gambar 4. Noise pada gambar

Perlu dipahami bahwa kualitas gambar yang dihasilkan oleh kamera lebih banyak
dipengaruhi oleh seberapa besar ukuran sensornya dan bukan pada “megapixel”-nya.
Namun bukan berarti ukuran kepadatan pixel tidak memiliki manfaat sama sekali.
Semakin banyak pixel, semakin detail dan tajam gambar yang dihasilkan. Hasil zoom
gambar yang dihasilkan oleh kamera dengan “megapixel” besar akan minim pecah, tentu
hal ini nyaman untuk dilihat. Berikut merupakan tampilan zoom dari gambar yang
dihasilkan oleh kamera DSLR dengan 24 megapixel.

Sumber: saveseva.com
Gambar 5. Hasil zoom dengan kamera 24 megapixel

28
BAB V. IMAGE SENSOR

2. Ukuran Sensor
Ukuran sensor pada setiap kamera tidaklah sama. Maksud dari ukuran disini
mengacu pada luas permukaan sensor. Kamera ponsel umumnya menggunakan sensor
kecil, sedangkan pada kamera DSLR menggunakan sensor yang lebih besar. Ukuran
sensor pada kamera sangat berpengaruh terhadap kualitas gambar yang dihasilkan.
Dengan kata lain, besarnya sensor berbanding lurus dengan kualitas gambar. Ukuran
sensor yang besar akan mampu menangkap intensitas cahaya jauh lebih baik dibanding
sensor berukuran kecil. Semakin besar ukuran sensor, maka ukuran kamera dan lensa
juga besar. Inilah alasan mengapa pada ponsel, sensor yang digunakan kecil. Karena
menjaga agar ukuran ponsel tetap kecil, tipis dan ringan. Semakin besar ukuran sensor,
harganya juga akan semakin mahal. Gambar di bawah menunjukkan beberapa ukuran
sensor dan beberapa perangkat digital yang mendukungnya.

Sumber: larmonstudios.com
Gambar 6. Ukuran sensor pada perangkat digital

Sensor full-frame (36 x 24 mm) adalah ukuran sensor yang kini paling sering
dijadikan standar bagi kamerawan profesional. Ukurannya yang besar membantu
menangkap cahaya dengan optimal sehingga membantu menjaga kualitas gambar yang
direkam, khususnya dalam ruangan yang minim cahaya. Disebut full frame karena
luasnya sama dengan ukuran film seluloid yang digunakan pada kamera analog, yaitu
sekitar 35mm. Sebenarnya ada ukuran sensor yang lebih besar dari full frame seperti
large format atau medium format, namun sensor tersebut jarang digunakan karena
alasan kompatibilitas dan mobilitas. Kamera yang memiliki ukuran sensor lebih kecil

29
BAB V. IMAGE SENSOR

daripada full frame disebut sebagai kamera crop, karena pada kamera tersebut dikenai
crop factor.

3. Crop Factor
Crop factor merupakan perbandingan ukuran antara diagonal film full frame
35mm (43.3mm) dengan diagonal sensor pada kamera yang digunakan. Bila dilakukan
perbandingan dengan lensa, jarak, dan objek yang sama, kamera dengan ukuran sensor
yang lebih kecil akan memiliki luas bidang gambar yang lebih sempit daripada gambar
pada kamera full frame. Gambar di bawah ini merupakan ilustrasi area gambar yang
akan ditangkap oleh masing-masing kamera dengan ukuran sensor yang berbeda-
beda..

Sumber: cakdan.com
Gambar 7. Perbandingan luas bidang gambar sensor

Luas pemotongan gambar atau crop factor tergantung dari ukuran sensornya.
Misalnya sensor APS-C Canon memiliki crop factor sebesar 1,6x, artinya gambar yang
ditangkap akan terpotong sehingga terlihat 1,6 kali lebih kecil dibandingkan dengan
kamera full frame. Oleh sebab itu, pemasangan lensa wide seperti focal length 24mm
pada kamera APS-C tidak akan terasa. Namun crop factor juga memiliki keuntungan
tersendiri saat dipakaikan lensa tele seperti focal length 100mm karena tangkapan
gambar akan terasa lebih tele seakan dipasangkan lensa focal length 160mm (untuk

30
BAB V. IMAGE SENSOR

crop factor 1,6x). Gambaran terkait perbandingan ekuivalen focal length pada lensa
dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2. Perbandingan ekuivalen focal length pada lensa


Sumber: Infofotografi.com
Ekuivalensi pada sensor (dalam milimeter)
LENSA FULL FRAME NIKON APS-C CANON APS-C MICRO 4/3
(1x) (1,5x) (1,6x) (2x)
15 10 9 7
Ultra Wide
16 11 10 8
18 12 11 9
24 16 15 12
Wide 28 18 17 14
35 24 22 17.5
Normal 40 28 24 20
50 35 30 25
85 55 50 42.5
135 90 85 70
Tele
150 105 100 75
200 135 125 100
250 165 150 125
300 200 185 150
Super Tele
400 265 250 200
500 350 300 250
600 400 375 300

4. Teknologi Sensor
Sensor pada mulanya berbentuk tabung, namun seiring dengan kemajuan
teknologi kemudian mulai berbentuk Charge Coupled Device (CCD) dan
Complementary Metal Oxide Semiconductor (CMOS). CCD maupun CMOS memiliki
fungsi yang sama yaitu mengubah cahaya menjadi elektron. CCD dan CMOS sensor
bekerja dengan menggunakan sirkuit photosensitive yang bereaksi terhadap cahaya dan
menyimpan sinyal analog sebagai gambar digital. Baik sensor CCD maupun CMOS
mampu memberikan hasil gambar yang sama baiknya. Perbedaan utama keduanya
hanyalah masalah teknologi.
Pada CCD, sinyal analog dibaca baris demi baris. Setelah baris terdekat dengan
register dipindahkan, maka baris berikutnya dicatat, begitu seterusnya hingga baris
terakhir. Dalam register, sinyal berupa jumlah elektron dibariskan untuk masuk satu

31
BAB V. IMAGE SENSOR

persatu ke dalam amplifier, menjadi sebuah nilai tegangan listrik. Sistem pengubahan
sinyal analog menjadi digital dalam amplifier disebut Unit Analog-Digital (UAD). Karena
sinyal digital menggunakan satuan bit, maka semakin banyak bit, semakin akurat juga
sinyal yang terbaca. Jumlah bit ini membatasi variasi sinyal yang diukur. UAD pada CCD
pada umumnya menggunakan sistem 16 bit. Ini berarti, ada 65.536 angka berbeda di
suatu pixel. Setiap pixel dibaca oleh amplifier untuk memastikan konsistensi pada
pembacaan sinyal analog. Oleh karena itu, CCD sangat diandalkan selama beberapa
dekade oleh para astronom profesional. Para astronom profesional membutuhkan
pengukuran yang akurat dan konsistensi pembacaan pada tiap pixel.

Sumber: researchgate.net
Gambar 8. Prinsip Kerja Sistem Sensor CCD

Complementary Metal-Oxide Semiconductors (CMOS) adalah inovasi yang lebih


baru dan murah daripada CCD. CMOS banyak digunakan dalam kamera ponsel.
Dibandingkan CCD, CMOS dapat mengeluarkan citra lebih. Mayoritas kamera CMOS
menggunakan UAD dengan sistem 12 bit. Ini berarti, pengukuran tegangan listrik dalam
pixel tidak dapat seakurat yang dilakukan oleh CCD. Namun, CMOS lebih unggul dalam
pembacaan derau. Walaupun memiliki beberapa kekurangan dibandingkan CCD,
CMOS tetap menjadi teknologi sensor yang banyak digunakan. Hal ini dikarenakan

32
BAB V. IMAGE SENSOR

luasnya pasar konsumen, seperti kamera DSLR dan ponsel. Selain itu, biaya produksi
sensor CMOS cenderung lebih murah daripada CCD dengan spesifikasi yang sama.

Sumber: researchgate.net
Gambar 9. Prinsip Kerja Sistem Sensor CMOS

5. Pemisahan Warna
Dalam kamera analog terdapat tiga lapis emulsi di roll film yang memiliki
kepekaan terhadap warna merah (Red), hijau (Green), dan biru (Blue). Pada kamera
digital, hal tersebut digantikan perannya oleh sensor. Sensor kamera memiliki beragam
variasi dalam teknik memfilter warna, hal ini tergantung pada produsen dan harga
sensornya. Cara kerja dari filter ini cukup sederhana, misalkan suatu cahaya
polychromatic dilewatkan pada filter hijau, maka tidak akan ada warna yang akan
berhasil melewati filter tersebut kecuali warna hijau, atau dengan kata lain sensor hanya
akan menghasilkan warna hijau saja. Untuk menghasilkan satu gambar yang terdiri dari
banyak kombinasi warna, gunakan cukup tiga filter warna yaitu merah (Red), hijau
(Green), dan biru (Blue). Dari pencampuran ketiga warna (RGB) kemudian bisa
dikembangkan menjadi jutaan variasi warna.
Terdapat tiga jenis sensor kamera yang umum digunakan dan beredar
dipasaran. Ketiga jenis tersebut diantaranya adalah Bayer Color Filter Array (CFA), X-

33
BAB V. IMAGE SENSOR

Trans, dan Foveon X3. Jenis ini didasarkan pada cara kerjanya dalam pemisahan dan
pemrosesan warna RGB hingga diubah ke dalam bentuk digital.

 Bayer Filter
Sensor Bayer Filter ditemukan pada tahun 1970 oleh ilmuwan dari Kodak
bernama Bryce Bayer. Sensor ini menggunakan desain Color Filter Array (CFA)
untuk mengatur pemisahan warna RGB pada kotak fotosensor. Pola filter yang
digunakan terdiri dari 50% hijau, 25% merah dan 25% biru, Oleh karena itu
terkadang disebut BGGR, RGBG, GRGB, atau RGGB (Maschke, 2013). Bayer Filter
merupakan sensor paling banyak dipakai hingga saat ini. Keunggulan Bayer Filter
adalah desainnya yang simpel atau hanya dengan cukup satu lapis, namun sudah
mencakup tiga elemen warna dasar (RGB). Kekurangan dari sensor ini adalah
setiap satu pixel hanya dapat “melihat” satu warna saja, selain itu sering terjadi
moiré saat menangkap pola garis yang rapat seperti di kemeja. Moiré merupakan
pola tidak beraturan yang muncul karena detail objek tidak bisa teratasi sempurna
oleh sensor gambar. Agar bisa menampilkan warna sebaik aslinya perlu dilakukan
teknik color sampling dengan perhitungan rumit berupa interpolasi (demosaicing)
namun efek samping dari cara ini mengakibatkan ketajaman gambar akan sedikit
menurun. Dari gambar ilustrasi mosaik pixel, filter warna hijau mempunyai jumlah
yang lebih banyak dibanding warna lain yaitu merah dan biru. Hal ini karena didesain
mengikuti sifat mata manusia yang lebih peka terhadap warna hijau.

Sumber: skywatcherusa.com
Gambar 10. Bayer Filter

 X-Trans
Sensor dengan nama X-Trans dikembangkan secara eksklusif oleh Fujifilm,
dan digunakan pada kamera-kamera pabrikan Fujifilm. Desain filter warna di sensor
X-Trans merupakan pengembangan dari desain Bayer yang punya kesamaan

34
BAB V. IMAGE SENSOR

bahwa setiap pixel hanya bisa melihat satu warna. Bedanya, Fujifilm menata ulang
susunan filter warna RGB-nya. Bila pada desain Bayer kita menemui dua piksel
hijau, satu merah dan satu biru pada grid 2 x 2, maka di sensor X-Trans kita akan
menemui pola grid 6 x 6 yang berulang. Nama X-Trans sepertinya diambil dari
susunan piksel hijau dalam grid 6 x 6 yang membentuk huruf X. Keunggulan desain
X-Trans adalah:
1. Tidak perlu filter low pass, karena desain pixel-nya sudah aman dari moiré
2. Terhindar dari false colour, karena setiap baris pixel punya semua elemen
warna RGB dan
3. Tata letak filter warna yang acak memberi kesan grain layaknya film.

Sumber: fujirumors.com

Gambar 11. Perbandingan Gambar X-Trans dan Bayer

Desain X-Trans memang lebih baik daripada Bayer, namun ada keraguan
bahwa Fuji akan memberikan lisensi X-Trans ke produsen lain. Kendala lain adalah
sulitnya dukungan aplikasi editing untuk bisa membaca file RAW dari sensor X-
Trans ini.

 Foveon X3
Foveon sementara digunakan secara eksklusif untuk beberapa kamera
Sigma. Sensor Foveon mempunyai tiga lapis filter warna, yakni merah, hijau dan
biru. Hal ini berbeda dengan desain sensor lainnya yang hanya memiliki satu lapis
filter warna. Desain ini mirip dengan desain emulsi warna pada roll film foto. Hasil
foto dari sensor Foveon memberikan warna yang akurat yang cenderung vibrant,
atau sesuai dengan warna aslinya. Hal ini dikarenakan setiap photo detector di

35
BAB V. IMAGE SENSOR

sensor mampu menerima informasi warna secara utuh, sedangkan pada sensor
Bayer atau X-Trans masih perlu proses menebak warna.

Sumber: sigma-global.com
Gambar 12. Perbandingan desain sensor Foveeon X3 dengan Bayer Filter

Sulit untuk menentukan jumlah piksel secara aktual pada sensor Foveon.
Foveon sendiri mengklaim memiliki sensor 10,2 MP yang terdiri dari tiga lapis filter
warna yang masing-masing berjumlah 3,4 juta piksel. Hal ini diragukan banyak
kalangan, karena gambar yang dihasilkan bila dilihat dari resolusinya hanya berkisar
pada 2268 x 1512 piksel atau setara dengan 3,4 MP. Meski demikian, kualitas di
pixel level dari sensor Foveon sangat tinggi, resolusinya seperti dua kali dari gambar
buatan sensor Bayer.

36
BAB V. IMAGE SENSOR

PRANALA LUAR

Untuk menambah wawasan lebih dalam mengenai image


sensor, kalian juga dapat mempelajari secara mandiri melalui
internet serta mencoba mengklasifikasikan berbagai sensor
yang ada di kamera digital. Melalui internet kalian bisa mencari
lebih jauh materi tentang image sensor tersebut baik dari e-
book, e-journal, maupun video pembelajaran daring. Salah
satu video pembelajaran yang dapat kalian akses untuk
menambah wawasan dan pemahaman kalian tentang image
sensor bisa diakses di http://shortlink.in/BCg dengan
menggunakan QR code di samping.

RANGKUMAN

1. Image sensor adalah perangkat berupa silikon microchip yang digunakan pada
kamera digital untuk mengkonversi cahaya yang ditangkap oleh lensa menjadi data
digital.
2. Sensor full-frame (36 x 24 mm) adalah ukuran sensor yang paling sering dijadikan
standar bagi fotografer dan videographer profesional.
3. Crop factor merupakan perbandingan antara diagonal film full frame 35mm
(43.3mm) dengan diagonal sensor pada kamera yang dipakai.
4. CCD dan CMOS sensor bekerja dengan menggunakan sirkuit fotosensitif yang
bereaksi terhadap cahaya dan menyimpan sinyal analog sebagai data digital, yang
disebut juga dengan gambar.
5. Sensor Bayer Filter menggunakan desain Color Filter Array (CFA) untuk mengatur
pemisahan warna RGB pada kotak fotosensor.

TUGAS

Sebelum mengerjakan tugas, buatlah kelompok terdiri atas 2-3 orang. Bacalah uraian
materi di atas dengan teliti dan cermat. Dalam kegiatan ini masing-masing kelompok
mencari informasi dari buku, internet, maupun dari referensi lainnya tentang image
sensor. Diskusikan dalam kelompok tentang ragam sensor kamera serta keunggulan

37
BAB V. IMAGE SENSOR

dan kelemahan dari setiap sensor. Masing-masing kelompok kemudian


mempresentasikan hasilnya di depan kelas secara bergantian.

TES FORMATIF

Dalam tes formatif, setiap peserta didik wajib mencermati setiap soal. Berdasar pada
pembahasan materi yang sudah dipelajari sebelumnya, pilih dan tuliskan jawaban di
atas Lembar Jawaban Tes Formatif. Selamat Mengerjakan!

a. Soal Pilihan Ganda


1. Perangkat dalam kamera digital berupa silikon microchip yang digunakan untuk
mengkonversi cahaya yang ditangkap oleh lensa menjadi data digital adalah ... .
a. mikrotik d. sensor kamera
b. flash lamp e. image processing
c. DSLR

2. Bila diilustrasikan pada mata manusia, maka sensor pada kamera digital memiliki
peran yang mirip dengan… .
a. Jantung d. Pupil
b. Retina e. Hati
c. Kornea

3. Istilah dalam dunia fotografi untuk menyebut titik-titik berwarna yang biasanya
mengganggu hasil foto sehingga membuat foto menjadi nampak tidak halus
dinamakan … .
a. benefit d. backlight
b. lossless e. ISO
c. noise

4. Istilah lain dalam penyebutan kepadatan pixel pada kamera digital adalah…..
a. resolusi d. remake
b. reformasi e. revolusi
c. reinkarnasi

5. Berapa ukuran sensor full frame?

38
BAB V. IMAGE SENSOR

a. 40 x 35 mm d. 28,7×19,1 mm
b. 36 x 24 mm e. 24x16 mm
c. 20,7×13,8 mm

6. Sensor berukuran 27,90 x 18,60 masuk ke dalam jenis sensor … .


a. Full Frame d. APS-C
b. Micro Four Third e. APS-H
c. APS-C Canon

7. Perbandingan antara diagonal film full frame 35mm (43.3mm) dengan diagonal
sensor pada kamera yang dipakai dinamakan… .
a. Full Frame d. Crop Factor
b. Image Sensor e. Average Layer
c. Megapixel

8. Perbandingan crop factor dari sensor APS-C Canon terhadap sensor Full Frame
adalah... .
a. 1x d. 2.7 x
b. 1.5 x e. 4.5 x
c. 1.6 x

9. Berikut ini merupakan jenis-jenis sensor berdasarkan teknologi yang dipakai, yaitu:
a. CCD dan CMOS d. CDR dan CMOS
b. CCD dan UAD e. CDR dan UAD
c. CMOS dan DSLR

10. Kekurangan dari sensor ini adalah setiap satu pixel hanya dapat “melihat” satu
warna saja. Sensor apakah yang dimaksud?
a. Y-Trans d. B-Trans
b. Foveon X2 e. Foveon X3
c. Bayer Filter

b. Soal Esay
1. Apa yang dimaksud sensor kamera?
2. Apa yang dimaksud resolusi sensor?

39
BAB V. IMAGE SENSOR

3. Apa saja ukuran sensor kamera digital yang beredar di pasaran?


4. Bagaimana cara kerja crop factor?
5. Apa perbedaan CCD dengan CMOS?

LEMBAR JAWABAN TES FORMATIF

a. Jawaban pilihan ganda


Jawablah dengan memberikan tanda silang (X) pada salah satu huruf a, b, c, d, atau e!

1. a b c d e 11. a b c d e

2. a b c d e 12. a b c d e

3. a b c d e 13. a b c d e

4. a b c d e 14. a b c d e

5. a b c d e 15. a b c d e

6. a b c d e 16. a b c d e

7. a b c d e 17. a b c d e

8. a b c d e 18. a b c d e

9. a b c d e 19. a b c d e

10. a b c d e 20. a b c d e

b. Jawaban essay
Jawablah dengan singkat dan jelas pada kolom essay berikut!

…………………………………………………………………………………………
1.
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………

40
BAB V. IMAGE SENSOR

…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………
2.
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………
3.
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………
4.
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………

41
BAB V. IMAGE SENSOR

…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………
5.
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………

TINDAK LANJUT

Diskusikan hasil jawaban kalian dengan guru, kemudian hitung jumlah jawaban benar
dengan menggunakan rumus berikut:

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐵𝑒𝑛𝑎𝑟 𝑃𝐺 + (2 × 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐵𝑒𝑛𝑎𝑟 𝐸𝑠𝑠𝑎𝑦)


𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 = × 10
2

Anda perlu mencocokkan nilai yang didapat dengan tabel di bawah ini agar dapat
diketahui tingkat penguasaan terhadap materi bab ini.

Tabel 3. Tingkat Penguasaan Materi

Nilai Tingkat Penguasaan Predikat


90 – 100 90% - 100% Sangat Baik
80 – 89 80% - 89% Baik
75 - 79 75% - 79% Cukup
< 75 < 75% Kurang

Jika nilai yang didapatkan lebih dari 75, maka Anda dapat melanjutkan ke bab yang lain.
Namun jika nilai yang didapat kan kurang dari 75%, Sebaiknya Anda mempelajari ulang
kembali bab ini, khususnya pada bagian yang belum dikuasai.

42
BAB V. IMAGE SENSOR

REFLEKSI

1. Apakah Anda merasa senang setelah mengikuti pembelajaran pada bab ini?
2. Apa manfaat yang Anda rasakan setelah mengikuti pembelajaran pada bab ini?
3. Apa hal baru yang Anda rasakan setelah mengikuti pembelajaran pada bab ini?
4. Hal apa saja yang perlu ditingkatkan pada bab ini agar menjadi lebih baik?
5. Kontribusi apa yang bisa Anda berikan setelah mengikuti pembelajaran pada bab ini?
6. Apakah bab ini memiliki keterkaitan dengan materi pada bab lain?

43
BAB VI. TYPE OF SHOT

BAB VI. TYPE OF SHOT

Sumber: studiobinder.com
Gambar 13. Pembagian jenis shot

Pernah menonton pertunjukan teater atau opera? Tahukah perbedaan ketika kita
melihat teater atau opera dengan menonton film? Coba kita lihat perbedaannya dari aspek
jarak pandang kita terhadap objek dari keduanya. Film tidaklah sama seperti kita melihat
sebuah pertunjukan teater atau opera, saat kita melihat teater atau opera, yang kita lihat
yaitu hanya keseluruhan panggung dengan skala yang luas. Ekspresi dari seorang aktor
kadang tidak bisa kita lihat secara lebih dekat. Lain halnya dengan sebuah film, adakalanya
kamera menggunakan jarak yang lebih dekat ataupun lebih luas untuk lebih
menggambarkan emosi karakternya atau memperlihatkan objek tertentu secara mendetail.
Itulah sebuah tuntutan naratif serta estetik, dimana didasari oleh pembatasan gambar dari
kamera yang dikenal sebagai framing atau pembingkaian.
Framing dalam sebuah film sangatlah penting, karena melalui framing penonton
disuguhkan seluruh jalan cerita. Di dalam framing terdapat jarak atau dimensi jarak
terhadap objek. Ukuran jarak cenderung relatif, dimana proporsi manusia dan objek dalam

44
BAB VI. TYPE OF SHOT

frame yang menjadi tolak ukur adalah. Terkadang saat mengambil gambar, kamera tidak
perlu secara fisik berada pada jarak tertentu, namun dengan bantuan lensa zoom hal ini
dapat dimanipulasi. Dimensi jarak terhadap objek, dapat diciptakan melalui type of shot
(jenis-jenis shot). Type of shot dikembangkan berdasar kebutuhan dalam pengambilan
gambar dan pemahaman akan dampak psikologis dari variasi shot yang disajikan. Pada
bab ini kita akan mempelajari lebih jauh tentang type of shot.

TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah mengikuti pembelajaran pada bab ini, diharapkan peserta didik dapat:
1. Menganalisis type of shot dengan baik
2. Memahami cara menyajikan Extreme Long Shot dengan baik
3. Memahami cara menyajikan Long Shot dengan baik
4. Memahami cara menyajikan Full Shot dengan baik
5. Memahami cara menyajikan Medium Shot dengan baik
6. Memahami cara menyajikan Medium Long Shot dengan baik
7. Memahami cara menyajikan Medium Close Up dengan baik
8. Memahami cara menyajikan Close Up dengan baik
9. Memahami cara menyajikan Extreme Close Up dengan baik

Sumber: .researchgate.net
Gambar 14. Infografis Type of Shot

URAIAN MATERI

Saat membuat video, baik itu video dokumenter, video musik, iklan, atau bahkan
film tidak dapat terlepas dari yang namanya teknik dasar kamera, terutama dalam teknik

45
BAB VI. TYPE OF SHOT

pengambilan gambar (shot). Type of Shot adalah sebuah teknik pengambilan gambar
yang bertujuan untuk menentukan luas area frame yang berlaku pada subjek. Type of
shots merupakan teori umum yang memiliki kaitan dengan framing. Dibandingkan
framing, type of shot lebih terfokus pada pengambilan luas objek yang dipilih dan
pemaknaan yang ingin tersampaikan secara emosional kepada penonton. Type of shot
pada dasarnya terdiri dari tiga shot utama yaitu:
 Long Shot
 Medium Shot
 Close Shot

Ketiga shot ini kemudian dipecah ke dalam beberapa jenis shot berdasarkan
pengembangan dari pemahaman terhadap aspek psikologis dan kebutuhan gambar
sesuai jalan cerita. Terminologi type of shot atau shot size di lingkungan produksi audio
visual kini sudah sangat bervariasi, namun dalam implementasinya tetap ada kesamaan
pada prinsip dasarnya. Pedoman dan pemberian nama terkait banyaknya ragam jenis
shot ini seolah-olah telah disepakati secara umum olehi industri televisi, film dan video.

1. Extreme Long Shot (ELS)


Extreme long shot atau sering disingkat ELS merupakan jenis shot yang memiliki
komposisi yang jauh dan luas dengan penggunaan sudut pandang lebar yang ekstrim
hingga subjek tidak nampak jelas dalam video. Shot jenis ini umumnya dipakai untuk
membangun suasana sebuah adegan dengan menunjukkan sebuah lingkungan dimana
subjek berada. Extreme Long Shot seringkali diambil dari sudut tinggi (high angle) untuk
memberikan kesan bahwa subjek sedang inferior. Extreme long shot biasa dipakai pada
film kolosal dengan melibatkan lebih dari seribu subjek. Dengan extreme long shot
jumlah subjek yang masif dan berskala besar dapat digambarkan secara sempurna.
Penggunaan extreme long shot juga bisa untuk menyampaikan kesan bahwa subjek
sedang merasa sendiri, jauh, atau sedang menjadi sesuatu yang tidak biasa. Shot ini
juga bisa memberikan kesan bahwa subjek sedang tertekan dengan situasi yang ada di
dalam frame. Nama lain dari Extreme Long Shot adalah Extreme Wide Shot (EWS).

46
BAB VI. TYPE OF SHOT

Sumber: Film The Revenant (2015)


Gambar 15. Extreme Long Shot

Extreme Long Shot sering digunakan sebagai Establishing Shot untuk


memperlihatkan latar tempat. Establishing shot merupakan pengambilan video yang
berfungsi menceritakan keterangan latar tempat, waktu dan situasi. Biasanya, shot ini
disisipkan di awal adegan agar latar adegan tersebut terwakilkan terlebih dahulu.
Misalnya, sebelum sebuah adegan dimulai diperlihatkan dulu suasana kota metropolitan
untuk menjelaskan bahwa adegan tersebut terjadi di sana. Begitu pula halnya dengan
dalam menjelaskan keterangan waktu, misalnya shot matahari terbenam dapat
menjelaskan bahwa adegan selanjutnya terjadi di malam hari. Establishing Shot
sebenarnya dapat dilakukan dengan berbagai ukuran pengambilan, selama shot
tersebut memang berfungsi untuk mendeskripsikan sebuah situasi.

Sumber: Film The Day After Tomorrow (2004)


Gambar 16. Establishing Shot

47
BAB VI. TYPE OF SHOT

2. Long Shot (LS)


Long Shot atau sering disingkat ELS merupakan jenis shot yang luas, namun
secara visual lebih sempit jika dibandingkan dengan tipe Extreme Long Shot. Pada
dasarnya, Long Shot hampir mirip dengan Extreme Long Shot. Bedanya, Long shot
sudah memperlihatkan subjek dengan cukup jelas. Dalam Long Shot, seluruh badan
subjek terlihat namun tidak memenuhi frame. Masih terdapat ruang di atas kepala dan
di bawah kaki. Penggunaan ruang jarak di atas dan di bawah subjek tersebut digunakan
untuk ruang aman agar lebih nyaman untuk dilihat. Meskipun subjek sudah dapat terlihat
dengan shot ini, tetapi belum ada penekanan. Hal itu dikarenakan jenis shot ini masih
dalam rangka membangun suasana lingkungan dimana subjek berada dan untuk
memperlihatkan hubungan antara subjek dengan kondisi di sekitarnya Di industri
perfilman, terkadang Long Shot disebut juga Wide Shot (WS).

Sumber: Film Road to Perdition (2002)


Gambar 17. Long Shot

3. Full Shot (FS)


Full Shot adalah sebuah teknik pengambilan gambar yang menghasilkan gambar
berupa seluruh badan, dari ujung kepala hingga ujung kaki. Full shot sering disamakan
dengan Long Shot, namun nyatanya karateristik dari kedua shot ini berbeda. Secara
visual, Full Shot memiliki ukuran yang lebih sempit jika dibandingkan dengan tipe Long
shot. Pada Full Shot, seluruh badan subjek terlihat memenuhi frame, meski terkadang
masih menyisakan sedikit ruang. Full shot memperlihatkan ukuran subjek secara utuh.
Subjek dalam Full Shot sudah dapat terdeskripsikan dan memberikan penekanan secara
jelas kepada penonton, khususnya dalam hal gesture.

48
BAB VI. TYPE OF SHOT

Sumber: Film John Wick (2014)


Gambar 18. Full Shot

4. Medium Long Shot (MLS)


Medium Long Shot atau lebih sering disingkat MLS merupakan shot yang
menunjukkan area lutut ke atas dari subjek. Hal inilah yang membedakan Medium Long
Shot dengan Medium Shot dan Full shot. Medium Long Shot dikenal juga dengan nama
Three-quarters Shot (¾ shot), karena mengambil ukuran ¾ dari badan subjek.

Sumber: Film Cowboys & Aliens (2011)


Gambar 19. Medium Long Shot (MLS)

49
BAB VI. TYPE OF SHOT

5. Medium Shot (MS)


Medium Shot atau lebih sering disingkat MS merupakan shot yang menunjukkan
beberapa bagian dari subjek secara lebih rinci, pada subjek manusia tipe shot ini akan
menampilkan sebatas pinggang sampai atas kepala. Medium Shot atau terkadang
disebut juga Mid Shot masih memiliki ruang untuk memberi keleluasaan subjek dalam
bergerak. Shot jenis ini sering juga digunakan sebagai permulaan pengambilan gambar
sebelum kamerawan mengambil gambar lebih dekat untuk mengekspos reaksi dan
emosi subjek. Bagi penonton jenis shot ini masih dirasakan seolah-olah mereka sedang
melihat seluruh subjek. Shot ini sering digunakan saat subjek berbicara untuk memberi
informasi, misalnya pada waktu wawancara, pengambilan gambar presenter televisi
maupun saat dialog dalam film fiksi.

Gambar 20. Medium Shot


Sumber: Film The Dark Knight Rises (2012)

6. Medium Close Up (MCU)


Medium Close Up atau disingkat MCU, merupakan jenis shot untuk menunjukkan
wajah subjek agar lebih jelas dengan ukuran shot sebatas dada hingga kepala. Shot
jenis ini ditujukan untuk menangkap ekspresi wajah subjek, namun tanpa
menghilangkan hubungan antara subjek dan sedikit lingkungan sekitarnya. Medium
Close Up dapat meningkatkan fokus pada objek sekaligus menambah kedekatan
personal terhadap subjek tersebut. Ukuran objek pada Medium Close Up adalah ¼
bagian dari keutuhan suatu subjek.

50
BAB VI. TYPE OF SHOT

Sumber: Film Wiro Sableng 212 (2018)


Gambar 21. Medium Close Up

7. Close Up (CU)
Close Up atau sering disingkat CU, sering digunakan untuk memberi penekanan
pada keadaan emosional subjek. Jenis shot ini bila diaplikasikan pada subjek manusia,
hanya menampilkan bagian detail dari wajah saja. Berbeda dengan Medium Close Up,
pengambilan gambar dengan Close Up dapat merekam ekspresi wajah subjek lebih
dalam, sehingga penonton dapat merasakan emosi yang dirasakan oleh subjek.
Ekspresi wajah dan gesture subjek sangat krusial dalam pengambilan shot ini. Oleh
karena itu, Close Up sangat cocok untuk menangkap momen monolog. Tidak hanya
pada wajah, Close Up juga bisa diaplikasikan pada bagian tubuh lain atau sering disebut
Cut-In. Misalnya, pada tangan subjek yang mengepal dapat diambil secara Close Up
untuk memperlihatkan emosi dan amarah dari subjek tersebut.

Gambar 22. Close Up


Sumber: Avengers: Infinity War (2018)

51
BAB VI. TYPE OF SHOT

8. Extreme Close Up (ECU)


Extreme Close Up atau lebih sering disingkat ECU atau juga XCU, merupakan
tipe shot untuk menampilkan detail yang lebih sempit lagi dari Close Up. Shot jenis ini
memperlihatkan detil suatu objek dalam jarak yang sangat dekat seperti mata, hidung,
mulut, atau jari. Bisa juga digunakan untuk menunjukan benda yang penting pada
penonton. Mengambil gambar dengan Extreme Close Up perlu pertimbangan khusus,
karena hal ini jarang sekali dilakukan apabila tidak ada alasan atau motivasi yang kuat.

Gambar 23. Extreme Close Up


Sumber: Film X-Men: First Class (2011)

PRANALA LUAR

Untuk menambah wawasan lebih dalam mengenai type of


shot, kalian juga dapat mempelajari secara mandiri melalui
internet serta mencoba mengaplikasikan type of shot yang
ada di internet. Di internet kalian bisa mencari lebih jauh materi
tentang teknik-teknik tersebut baik dari e-book, e-journal,
maupun video pembelajaran daring. Salah satu video
pembelajaran yang dapat kalian akses untuk menambah
wawasan dan pemahaman kalian tentang type of shot bisa
diakses di http://shortlink.in/zcB atau dengan menggunakan
QR code di samping.

52
BAB VI. TYPE OF SHOT

RANGKUMAN

6. Type of Shot adalah sebuah teknik pengambilan gambar yang bertujuan untuk
memilih luas area frame yang diberlakukan kepada subjek.
7. Extreme Long Shot adalah jenis shot dengan komposisi sangat jauh dari subjek
dengan penggunaan sudut pandang lebar yang ekstrim.
8. Long Shot adalah jenis shot yang luas, namun lebih sempit dari Extreme Long Shot.
9. Full Shot adalah jenis shot yang mengambil gambar seluruh badan subjek, dari
kepala hingga kaki.
10. Medium Long Shot adalah jenis shot yang mengambil gambar subjek pada area
lutut ke atas.
11. Medium Shot adalah jenis shot yang mengambil gambar subjek sebatas pinggang
ke atas.
12. Medium Close Up adalah jenis shot yang mengambil gambar subjek sebatas dada
hingga kepala.
13. Close Up adalah jenis shot yang mengambil gambar detail dari wajah subjek.
14. Extreme Close Up adalah jenis shot yang mengambil gambar detail yang lebih
sempit lagi dari Close Up dan pada jarak yang sangat dekat seperti mata, hidung,
mulut, atau jari.

TUGAS

Sebelum mengerjakan tugas, buatlah kelompok terdiri atas 2-3 orang. Bacalah uraian
materi di atas dengan teliti dan cermat. Dalam kegiatan ini masing-masing kelompok
membuat video berdurasi maksimal lima menit yang berisi ringkasan materi dan contoh
dari Type of Shot, kemudian secara bergantian masing-masing kelompok
mempresentasikan hasilnya di depan kelas.

53
BAB VI. TYPE OF SHOT

TES FORMATIF

Dalam tes formatif, setiap peserta didik wajib mencermati setiap soal. Berdasar pada
pembahasan materi yang sudah dipelajari sebelumnya, pilih dan tuliskan jawaban di
atas Lembar Jawaban Tes Formatif. Selamat Mengerjakan!

c. Soal Pilihan Ganda


6. Pengambilan gambar yang menyajikan bidang pandangan yang sangat luas, atau
kamera mengambil keseluruhan pandangan. Subjek nampak sangat kecil
dibandingkan dengan latar belakang disebut … .
f. Extreme Long Shot i. Close Up
g. Medium Long Shot j. Extreme Close Up
h. Medium Shot

7. Jenis shot yang hanya menampilkan bagian tubuh dari lutut sampai atas kepala
disebut … .
f. Extreme Long Shot i. Close Up
g. Medium Long Shot j. Extreme Close Up
h. Medium Shot

8. Untuk menampilkan bagian-bagian tertentu dari wajah manusia hingga terlihat


lebih detail hingga memenuhi frame, maka sebaiknya menggunakan jenis shot …
f. Extreme Long Shot i. Medium Shot
g. Long Shot j. Extreme Close Up
h. Medium Long Shot

9. Sebuah teknik pengambilan gambar yang menghasilkan gambar berupa seluruh


badan dari ujung kepala hingga ujung kaki, dinamakan … .
f. Full Shot i. Close Up
g. Medium Long Shot j. Extreme Close Up
h. Medium Shot

10. Shot jenis ini ditujukan untuk menangkap ekspresi wajah dengan mengambil
ukuran pada ¼ bagian dari keutuhan suatu subjek. Shot apakah yang dimaksud?
f. Extreme Long Shot i. Medium Close Up
g. Long Shot j. Extreme Close Up
h. Medium Long Shot

54
BAB VI. TYPE OF SHOT

11. Pengambilan gambar subjek yang hanya nampak sebatas pinggang sampai atas
kepala, disebut … .
a. Extreme Long Shot d. Close Up
b. Medium Long Shot e. Extreme Close Up
c. Medium Shot

12. Jenis shot yang menampilkan semua bagian tubuh subjek dari kaki sampai atas
kepala, namun tetap memberi ruang sedikit untuk latar dalam frame disebut … .
a. Long Shot d. Close Up
b. Medium Long Shot e. Extreme Close Up
c. Medium Close Up

13. Untuk menampilkan gambar secara detail dan jelas pada objek yang kecil seperti
lubang jarum, maka sebaiknya menggunakan jenis shot …
a. Extreme Long Shot d. Medium Shot
b. Long Shot e. Extreme Close Up
c. Medium Long Shot

14. Sebuah teknik pengambilan gambar yang menghasilkan gambar berupa seluruh
wajah subjek, dinamakan … .
a. Extreme Long Shot d. Close Up
b. Establish Shot e. Extreme Close Up
c. Long Shot

15. Shot jenis ini ditujukan untuk merekam ¾ bagian dari badan subjek. Shot apakah
yang dimaksud?
a. Extreme Long Shot d. Close Up
b. Medium Long Shot e. Extreme Close Up
c. Medium Shot

d. Soal Esay
6. Apa yang dimaksud dengan Type of Shot?
7. Apa tujuan penggunaan Establish Shot?
8. Mengapa Medium Long Shot disebut juga sebagai Three-quarters Shot?
9. Jenis shot apa yang sebaiknya digunakan apabila kita ingin menampilkan ekspresi
wajah subjek saat adegan monolog?

55
BAB VI. TYPE OF SHOT

10. Mengapa dalam pembuatan film sebaiknya jangan terlalu sering menampilkan
Extreme Close Up?

LEMBAR JAWABAN TES FORMATIF

c. Jawaban pilihan ganda


Jawablah dengan memberikan tanda silang (X) pada salah satu huruf a, b, c, d, atau e!

1. a b c d e 11. a b c d e

2. a b c d e 12. a b c d e

3. a b c d e 13. a b c d e

4. a b c d e 14. a b c d e

5. a b c d e 15. a b c d e

6. a b c d e 16. a b c d e

7. a b c d e 17. a b c d e

8. a b c d e 18. a b c d e

9. a b c d e 19. a b c d e

10. a b c d e 20. a b c d e

d. Jawaban essay
Jawablah dengan singkat dan jelas pada kolom essay berikut!

…………………………………………………………………………………………
1.
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………

56
BAB VI. TYPE OF SHOT

…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………
2.
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………
3.
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………
4.
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………

57
BAB VI. TYPE OF SHOT

…………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………
5.
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………

TINDAK LANJUT

Diskusikan hasil jawaban kalian dengan guru, kemudian hitung jumlah jawaban benar
dengan menggunakan rumus berikut:

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐵𝑒𝑛𝑎𝑟 𝑃𝐺 + (2 × 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐵𝑒𝑛𝑎𝑟 𝐸𝑠𝑠𝑎𝑦)


𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 = × 10
2

Anda perlu mencocokkan nilai yang didapat dengan tabel di bawah ini agar dapat
diketahui tingkat penguasaan terhadap materi bab ini.

Tabel 4. Tingkat Penguasaan Materi

Nilai Tingkat Penguasaan Predikat


90 – 100 90% - 100% Sangat Baik
80 – 89 80% - 89% Baik
75 - 79 75% - 79% Cukup
< 75 < 75% Kurang

58
BAB VI. TYPE OF SHOT

Jika nilai yang didapatkan lebih dari 75, maka Anda dapat melanjutkan ke bab yang lain.
Namun jika nilai yang didapat kan kurang dari 75%, Sebaiknya Anda mempelajari ulang
kembali bab ini, khususnya pada bagian yang belum dikuasai.

REFLEKSI

7. Apakah Anda merasa senang setelah mengikuti pembelajaran pada bab ini?
8. Apa manfaat yang Anda rasakan setelah mengikuti pembelajaran pada bab ini?
9. Apa hal baru yang Anda rasakan setelah mengikuti pembelajaran pada bab ini?
10. Hal apa saja yang perlu ditingkatkan pada bab ini agar menjadi lebih baik?
11. Kontribusi apa yang bisa Anda berikan setelah mengikuti pembelajaran pada bab ini?
12. Apakah bab ini memiliki keterkaitan dengan materi pada bab lain?

59
BAB VII. ASPEK RASIO

BAB VII. ASPEK RASIO

Sumber: lazone.id
Gambar 24

Setelah menyelesaikan proses syuting dalam pembuatan film, sudah tentu


kemudian dilanjutkan dengan kegiatan yang dinamakan proses editing. Saat proses editing,
seringkali dari software editing video meminta kepada kita untuk menentukan aspek rasio
dari film yang akan dibuat. Mungkin kalian bertanya-tanya, apa itu aspek rasio? Aspek rasio
merupakan istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan lebar sebuah gambar yang
ditampilkan dibandingkan dengan tingginya. Kadang kita menemukan video yang terlihat
memiliki proporsi gambar yang tidak pas, seperti terlihat pipih atau melebar. Hal ini
disebabkan aspek rasio yang tidak diatur dengan tepat atau bisa jadi perangkat yang kita
gunakan tidak mendukung spesifikasi video yang diputar. Mengatur aspek rasio sangat
diperlukan agar video yang dihasilkan sesuai dengan ukuran saat ditayangkan. Mengatur
aspek rasio tidak hanya dilakukan saat proses editing, namun bisa dilakukan melalui
kamera sebelum proses syuting berlangsung.
Bagi sebagian besar orang, mengatur aspek rasio itu tidak begitu penting sehingga
tidak terlalu diperhatikan. Salah satu sebabnya karena kurangnya pemahaman dan

60
BAB VII. ASPEK RASIO

pengetahuan mendasar perihal betapa pentingnya hubungan aspek rasio dengan film.
Pilihan aspek rasio adalah pilihan yang menyangkut segi artistik dimana keputusan diambil
oleh pembuat film. Hal yang sama juga terjadi pada lukisan. Kenapa ukuran kanvas yang
digunakan pelukis satu dengan yang lainnya berbeda? Jawabannya karena nilai artistiknya
berbeda. Begitu juga dalam film, beberapa terlihat lebih baik apabila dibuat dengan aspek
rasio 1.85:1 sedangkan lainnya dengan 2.35:1.
Bagaimana cara menentukan aspek rasio yang terbaik untuk film yang kita buat?
Pada materi kali ini kita akan membahas karakteristik dari bermacam ukuran yang ada pada
aspek rasio, sehingga nantinya bisa menjadi bahan referensi dalam menentukan ukuran
layar saat pembuatan film.

TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah mengikuti pembelajaran pada bab ini, diharapkan peserta didik dapat:
1. Menganalisis aspek rasio pada gambar dengan baik
2. Memahami cara menyajikan aspek rasio 1:1 dengan baik
3. Memahami cara menyajikan aspek rasio 4:3 dengan baik
4. Memahami cara menyajikan aspek rasio 1.375:1 dengan baik
5. Memahami cara menyajikan aspek rasio 16:9 dengan baik
6. Memahami cara menyajikan aspek rasio 1.85:1 dengan baik
7. Memahami cara menyajikan aspek rasio 2:1 dengan baik
8. Memahami cara menyajikan aspek rasio 21:9 dengan baik

61
BAB VII. ASPEK RASIO

Gambar 25. Infografis aspek rasio


Sumber: wikimedia.org

URAIAN MATERI

Aspek rasio atau dalam bahasa Inggris disebut Aspect Ratio adalah hubungan
perbandingan proporsi antara lebar (width) dan tinggi (height) pada bidang gambar atau
video. Secara sederhana, aspek rasio bisa diartikan sebagai ukuran tampilan video pada
layar monitor. Karena besaran lebar dan tinggi suatu tampilan mempunyai satuan yang
sama, aspek rasio tidak dituliskan dalam satuan ukuran seperti pixel (px), Inches (inch),
centimetre (cm), atau ukuran lainnya. Hubungan perbandingan pada aspek rasio
umumnya dinyatakan dengan dua angka yang dipisah menggunakan titik dua (:) dengan

62
BAB VII. ASPEK RASIO

angka di depan menunjukkan lebar dan angka di belakang menunjukkan tinggi, seperti
4:3 atau 16:9. Ada tiga cara yang biasa dipakai dalam penulisan aspek rasio, yaitu:
 Ditulis dalam bentuk perbandingan lebar:tinggi (W:H), seperti 4:3
 Ditulis dalam bentuk angka desimal:1, seperti 1.33:1
 Ditulis dalam bentuk angka desimalnya saja, seperti 1.33

Sumber: richardfarrar.com
Gambar 26. Perbandingan lebar (W) dengan tinggi (H)

Sama seperti dalam dunia fotografi, aspek rasio pada pembuatan film juga dapat
mempengaruhi komposisi. Hal ini juga berkaitan dengan kesan artistik, dimana setiap
rasio yang dipilih memberikan impresi yang berbeda terhadap penonton yang melihat.
Secara umum, para pembuat film menentukan aspek rasio berdasar pada apa yang
sudah ada pada kamera. Adapun aspek rasio pada kamera yang banyak beredar di
Indonesia menggunakan 1.33:1 atau yang lebih dikenal 4:3 dan menggunakan 1.77:1
(16:9) atau yang sering disebut widescreen.

Sumber: encore-anzpac.com
Gambar 27. Perbandingan aspek rasio 16:9 dan 4:3

Selain 4:3 dan 16:9, ada juga aspek rasio lainnya yang terkadang kita jumpai.
Aspek rasio yang ada di bioskop memiliki bidang yang lebih lebar dari bidang yang ada
pada televisi. Pada dasarnya seluruh aspek rasio mempunyai fungsi yang berbeda di
setiap ukurannya.

63
BAB VII. ASPEK RASIO

1. Square (1:1)
Aspek rasio berbentuk kotak persegi ini memiliki lebar dan tinggi dengan
perbandingan sama. Aspek rasio Square sebelumnya sudah lebih dulu dikenal dalam
dunia fotografi. Meski demikian, aspek rasio ini mulai populer seiring dengan semakin
pesatnya konsumsi video pada media sosial seperti Instagram. Saat ini aspek rasio ini
juga telah didukung oleh media sosial lainnya seperti Facebook dan Twitter. Keunggulan
dari aspek rasio ini adalah karena dapat mengisi ruang layar hampir dua kali lebih
banyak dibandingkan dengan format 16:9, dan mampu tampil baik ketika digunakan
secara vertikal maupun horisontal.

Sumber: widescreen.org
Gambar 28. Perbandingan aspek rasio Square dengan yang lain

2. Fullscreen (4:3)
Fullscreen merupakan istilah bagi film yang memiliki aspek rasio 1.33:1 atau 4:3
(Taylor, 2002). Inilah ukuran film yang digunakan pada awal berdirinya industri film di
era film bisu. Adanya perbedaan dengan Academic Rasio (1.37:1) dan 1.33:1 tidak
begitu terlihat dan masih dapat diterima dengan baik, sehingga rasio 4:3 terkadang
dianggap sebagai Academic Ratio. Istilah lain untuk penyebutan rasio ini adalah Four-
Three, Four-by-Three, atau Four-to-Three.

64
BAB VII. ASPEK RASIO

Sumber: encore-anzpac.com
Gambar 29. Aspek rasio 4:3

Aspek rasio 4:3 akan menampilkan gambar dengan baik pada media yang
mampu memproyeksikan dengan aspek rasio 4:3 juga, misal televisi CRT. Memaksakan
untuk menayangkan video 4:3 pada televisi HDTV akan menghasilkan visual yang
terdistorsi, biasanya objek yang tampak akan terlihat lebih gemuk (stretching) karena
dipaksa melebar untuk memenuhi ruang layar.

Sumber: soundandvision.com
Gambar 30. Teknik Stretch

Cara alternatif lain agar video format 4:3 dapat tayang di layar widescreen
dengan baik adalah dengan teknik Pillarbox, dimana tinggi video ditampilkan secara utuh
meski dengan resiko akan terdapat bar warna hitam (black bar) di kiri dan kanan gambar.

Sumber: docs.microsoft.com
Gambar 31. Teknik Pillarbox

65
BAB VII. ASPEK RASIO

3. Academy Ratio (1.375:1)


Meskipun secara umum aspek rasio 4:3 sudah umum digunakan pada awal era
pembuatan film, namun belum ada standarisasi yang mengatur aspek rasio. Kemudian
pada anggal 9 Mei 1932, Academy of Motion Picture Arts and Sciences (AMPAS)
membuat suatu standar yang dinamakan Academy Ratio. Academy Ratio mempunyai
aspek rasio 1.375:1 yang berarti suatu gambar mempunyai lebar lebih besar 1.37 kali
dari pada tingginya. Semenjak itu rasio digunakan pada industri film hingga mulai
ditinggalkan pada tahun 1953 yang bertransisi ke era widescreen. Meski demikian,
masih ada beberapa film terbaru yang diproduksi menggunakan Academy Ratio, seperti
First Reformed (2017) The Grand Budapest Hotel (2014), The Lego Movie (2014) Ida
(2013), The Artist (2011), Meek's Cutoff (2010), Fish Tank (2009), dan Elephant (2003).

Sumber: Dokumen Pribadi


Gambar 15. Academy Ratio

4. Widescreen (16:9)
Aspek rasio 16:9 atau 1.77:1 (terkadang ditulis 1.78:1) merupakan format standar
internasional untuk HDTV dan digunakan untuk layar monitor widescreen. Istilah lain
untuk penyebutan rasio ini adalah Sixteen-by-Nine, Sixteen-Nine, and Sixteen-to-Nine.
Hadirnya aspek rasio 16:9 kemudian menggantikan aspek rasio 4:3.

Sumber: encore-anzpac.com
Gambar 32. Aspek rasio 4:3

66
BAB VII. ASPEK RASIO

Apabila televisi CRT (4:3) menayangkan video format 16:9 maka akan
menghasilkan distorsi visual dimana objek dipaksa menyempit dan terlihat lebih
ramping. Untuk menghindari distorsi gambar pada televisi CRT, biasanya stasiun televisi
yang akan menayangkan film dengan aspek rasio 16:9 akan melakukan cropping
gambar sisi kanan dan kiri agar terlihat full screen di monitor, hal ini dinamakan teknik
Pan & Scan. Pan & Scan sering dilakukan saat penayangan film-film Indonesia lawas.

Sumber: docs.microsoft.com
Gambar 33. Teknik Pan & Scan

Cara alternatif lain agar video format 16:9 dapat tayang di televisi CRT dengan
baik adalah dengan teknik Letterbox, dimana lebar video ditampilkan secara utuh meski
dengan resiko akan terdapat bar warna hitam (black bar) di atas dan bawah gambar.

Sumber: docs.microsoft.com
Gambar 34. Teknik Letterbox

5. Academy Flat (1.85:1)


Academy Flat atau 1.85:1 telah menjadi standar umum untuk film layar lebar di
Amerika Serikat. Diperkenalkan oleh Hollywood, dimaksudkan untuk membedakan
pembuatan film skala industri layar lebar dan Televisi. Aspek rasio ini mempunyai ukuran
sedikit lebih lebar dibandingkan aspek rasio 16:9. Film dengan 1.85:1 akan nyaman
ditayangkan pada monitor 16:9 meski terdapat black bar di atas dan bawah gambar.

67
BAB VII. ASPEK RASIO

Sumber: premiumbeat.com
Gambar 35. Tampilan gambar 1.85:1 pada TV 16:9

6. Univisium (2:1)
Univisium pertama diperkenalkan oleh seorang sinematografer bernama Vittorio
Storaro pada tahun 1998. Univisium mengadopsi layar dengan aspek rasio 18:9 atau
perbandingan 2:1. Aspek rasio ini dapat memberikan tampilan 12,5 persen lebih banyak
dari aspek rasio 16:9. Beberapa film yang digarap menggunakan aspek rasio 2:1 adalah
Jurassic World (2015), Green Book (2018), Men in Black: International (2019), dan masih
banyak lainnya. Aspek rasio ini kini banyak digunakan pada berbagai layar ponsel seiring
dengan hadirnya teknologi FullView Display. Nama lain dari Univision adalah
Superscope.

Sumber: in.c.mi.com
Gambar 36. Perbandingan Univisium dengan aspek rasio lain

68
BAB VII. ASPEK RASIO

7. Anamorphic (21:9)
Sesuai namanya, aspek rasio ini diproduksi dengan menggunakan lensa kamera
anamorphic. Ukuran yang digunakan pada format Anamorphic berkisar antara 2.35:1,
2.39:1 dan 2.4:1. Format Anamorphic terkadang disebut Cinemascope atau Panavision,
memberikan tampilan yang jauh lebih sinematik dan banyak digunakan dalam
pembuatan film saat ini. Aspek rasio ini menawarkan tampilan yang sangat lebar pada
layar bioskop, namun tidak begitu nyaman bila ditonton menggunakan layar monitor
televisi karena adanya black bar. Banyak film yang diproduksi dengan aspek rasio ini,
diantaranya The Matrix (1999), WALL-E (2008), Interstellar (2014), Avengers: Endgame
(2019), dan masih banyak lagi lainnya.

Sumber: bookpdfmusicyd5.gq
Gambar 37. Perbandingan Anamorphic dengan aspek rasio lainnya

PRANALA LUAR

Untuk menambah wawasan lebih dalam mengenai aspek


rasio, kalian juga dapat mempelajari secara mandiri melalui
internet. Di internet kalian bisa mencari lebih jauh materi
tentang materi tersebut baik dari e-book, e-journal, maupun
video pembelajaran daring. Salah satu video pembelajaran
yang dapat kalian akses untuk menambah wawasan dan
pemahaman kalian tentang aspek rasio bisa diakses di
http://shortlink.in/zww dengan menggunakan QR code di
samping.

69
BAB VII. ASPEK RASIO

RANGKUMAN

6. Aspek rasio (aspect ratio) adalah hubungan perbandingan proporsi antara lebar
(width) dan tinggi (height) pada bidang gambar atau video.
7. Square adalah aspek rasio berbentuk kotak persegi dengan perbandingan ukuran
antara lebar dan tinggi sama atau 1:1
8. Fullscreen merupakan istilah bagi film yang memiliki aspek rasio 1.33:1 atau 4:3
9. Academy Ratio merupakan suatu standar rasio yang dikeluarkan oleh Academy of
Motion Picture Arts and Sciences (AMPAS) dengan ukuran perbandingan 1.375:1
10. Aspek rasio 16:9 atau 1.77:1 merupakan format standar internasional untuk HDTV
dan digunakan untuk layar monitor widescreen
11. Academy Flat merupakan aspek rasio yang menjadi standar penayangan film di
Amerika Serikat dengan ukuran perbandingan 1.85:1
12. Univisium merupakan aspek rasio dengan ukuran perbandingan 18:9 atau 2:1.
13. Anamorphic merupakan aspek rasio dengan ukuran perbandingan berkisar antara
2.35:1, 2.39:1 dan 2.4:1.

TUGAS

Sebelum mengerjakan tugas, buatlah kelompok terdiri atas 2-3 orang. Bacalah uraian
materi di atas dengan teliti dan cermat. Dalam kegiatan ini masing-masing kelompok
membuat video berdurasi maksimal lima menit yang berisi ringkasan materi dan contoh
dari aspek rasio, kemudian secara bergantian masing-masing kelompok
mempresentasikan hasilnya di depan kelas.

TES FORMATIF

Dalam tes formatif, setiap peserta didik wajib mencermati setiap soal. Berdasar pada
pembahasan materi yang sudah dipelajari sebelumnya, pilih dan tuliskan jawaban di
atas Lembar Jawaban Tes Formatif. Selamat Mengerjakan!

70
BAB VII. ASPEK RASIO

c. Soal Pilihan Ganda


1. Hubungan perbandingan proporsi antara lebar dan tinggi pada video disebut …
a. Aspek Rasio d. Shot Size
b. Camera Movement e. CinemaScope
c. Camera Angle

2. Berikut ini merupakan film yang menggunakan Academy Ratio yaitu … .


a. The Matrix (1999) d. WALL-E (2008)
b. Interstellar (2014) e. Avengers: Endgame (2019)
c. Elephant (2003)

3. Aspek rasio ini merupakan ukuran standar yang masih sering digunakan untuk
video atau televisi di Indonesia. Format ini masih banyak ditemukan pada kamera
video rumahan seperti pada kamera handycam dan sejenisnya. Aspek rasio
gambar yang dimaksud dari pengertian di atas adalah…..
a. 1:1 d. 9:16
b. 4:3 e. 21:9
c. 2:1

4. Aspek rasio 21:9 pada video akan menghasilkan gambar yang ….


a. horizontal d. mengecil
b. vertikal e. bujur sangkar
c. menyempit

5. Apa yang dimaksud dengan Letterbox?


a. bar warna hitam di depan dan belakang gambar
b. bar warna hitam di atas dan bawah gambar
c. bar warna hitam di kiri dan kanan gambar
d. bar warna hitam di sudut pojok gambar
e. bar warna hitam di sekeliling gambar

6. Berikut ini merupakan film yang menggunakan Anamorphic, Kecuali… .


f. The Matrix (1999) i. WALL-E (2008)
g. Interstellar (2014) j. Avengers: Endgame (2019)
h. Elephant (2003)

71
BAB VII. ASPEK RASIO

7. Manakah yang merupakan ukuran perbandingan yang digunakan pada Univisium?


f. 1:1 i. 16:9
g. 2:1 j. 21:9
h. 4:3

8. Aspek rasio ini banyak digunakan dalam pembuatan film pada tahun 1932-1953,
aspek rasio apakah yang dimaksud?
f. Square i. Academy Flat
g. Anamorphic j. Academy Ratio
h. Widescreen

9. Apa yang dimaksud dengan Pillarbox?


a. bar warna hitam di depan dan belakang gambar
b. bar warna hitam di atas dan bawah gambar
c. bar warna hitam di kiri dan kanan gambar
d. bar warna hitam di sudut pojok gambar
e. bar warna hitam di sekeliling gambar

10. Aspek rasio ini merupakan ukuran standar video yang digunakan dalam High
Definition Televisi (HDTV). Aspek rasio apakah yang dimaksud?
f. 1:1 i. 16:9
g. 4:3 j. 21:9
h. 2:1

d. Soal Esay
1. Bagaimana menuliskan aspek rasio yang benar?
2. Bagaimana cara kerja Teknik Pan & Scan?
3. Bagaimana cara kerja Teknik Letterbox?
4. Bagaimana cara kerja Teknik Pillarbox?
5. Mengapa Academy Ratio sering dianggap memiliki rasio 4:3 meski ukurannya
berbeda?

72
BAB VII. ASPEK RASIO

LEMBAR JAWABAN TES FORMATIF

c. Jawaban pilihan ganda


Jawablah dengan memberikan tanda silang (X) pada salah satu huruf a, b, c, d, atau e!

1. a b c d e 11. a b c d e

2. a b c d e 12. a b c d e

3. a b c d e 13. a b c d e

4. a b c d e 14. a b c d e

5. a b c d e 15. a b c d e

6. a b c d e 16. a b c d e

7. a b c d e 17. a b c d e

8. a b c d e 18. a b c d e

9. a b c d e 19. a b c d e

10. a b c d e 20. a b c d e

d. Jawaban essay
Jawablah dengan singkat dan jelas pada kolom essay berikut!

…………………………………………………………………………………………
1.
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………

73
BAB VII. ASPEK RASIO

…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………
2.
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………
3.
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………
4.
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………

74
BAB VII. ASPEK RASIO

…………………………………………………………………………………………
5.
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………

TINDAK LANJUT

Diskusikan hasil jawaban kalian dengan guru, kemudian hitung jumlah jawaban benar
dengan menggunakan rumus berikut:

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐵𝑒𝑛𝑎𝑟 𝑃𝐺 + (2 × 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐵𝑒𝑛𝑎𝑟 𝐸𝑠𝑠𝑎𝑦)


𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 = × 10
2

Anda perlu mencocokkan nilai yang didapat dengan tabel di bawah ini agar dapat
diketahui tingkat penguasaan terhadap materi bab ini.

Tabel 5. Tingkat Penguasaan Materi

Nilai Tingkat Penguasaan Predikat


90 – 100 90% - 100% Sangat Baik
80 – 89 80% - 89% Baik
75 - 79 75% - 79% Cukup
< 75 < 75% Kurang

Jika nilai yang didapatkan lebih dari 75, maka Anda dapat melanjutkan ke bab yang lain.
Namun jika nilai yang didapat kan kurang dari 75%, Sebaiknya Anda mempelajari ulang
kembali bab ini, khususnya pada bagian yang belum dikuasai.

75
BAB VII. ASPEK RASIO

REFLEKSI

1. Apakah Anda merasa senang setelah mengikuti pembelajaran pada bab ini?
2. Apa manfaat yang Anda rasakan setelah mengikuti pembelajaran pada bab ini?
3. Apa hal baru yang Anda rasakan setelah mengikuti pembelajaran pada bab ini?
4. Hal apa saja yang perlu ditingkatkan pada bab ini agar menjadi lebih baik?
5. Kontribusi apa yang bisa Anda berikan setelah mengikuti pembelajaran pada bab ini?
6. Apakah bab ini memiliki keterkaitan dengan materi pada bab lain?

76
BAB VII. CAMERA MOVEMENT

BAB VII. CAMERA MOVEMENT

Sumber: filmmaking.blog.ir
Gambar 38. Kamerawan dengan dolly Track

Pernah melihat film secara utuh tetapi kamera hanya stay diam saja? atau pernah
melihat film action tetapi kamera tidak mengikuti pergerakan dari aktor-aktor laga saat
sedang melancarkan aksinya? Tentu hal itu membuat penontonnya bosan bukan?. Dalam
produksi film, kamera sangat dimungkinkan untuk bergerak bebas sesuai dengan tuntutan
estetik menurut naratifnya. Pergerakan kamera tentu akan mempengaruhi sudut,
kemiringan, ketinggian dan jarak yang berubah-ubah. Hampir semua film masa kini
menggunakan pergerakan kamera secara dinamis untuk memanjakan mata penonton
supaya tidak bosan karena terkesan kaku dan statis.

77
BAB VII. CAMERA MOVEMENT

Pergerakan kamera berfungsi untuk mengikuti pergerakan karakter atau objek


untuk menunjang esensi dari adegan yang dibuat. Tetapi tidak semua adegan diambil
dengan kamera yang bergerak, perlu kesesuaian dengan adegan itu sendiri, ditunjang dari
perlu/tidaknya pergerakan kamera. Seperti contoh, pada adegan dialog biasanya jarang
menggunakan pergerakan kamera (kamera statis/diam) itu dapat terjadi karena aktor
berdialog stay di tempat kecuali jika dialog dilakukan sambil berjalan, kamera bisa
mengikuti pergerakannya. Lalu apa saja kira-kira variasi bentuk dalam camera movement?
Seperti apa pergerakannya? Mari kita pelajari lebih lanjut pada bab ini.

TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah mengikuti pembelajaran pada bab ini, diharapkan peserta didik dapat:
1. Menganalisis camera movement dengan baik
2. Memahami cara mengoperasikan gerak kamera panning dengan baik
3. Memahami cara mengoperasikan gerak kamera tilting dengan baik
4. Memahami cara mengoperasikan gerak kamera Crabbing dengan baik
5. Memahami cara mengoperasikan gerak kamera Dolly dengan baik
6. Memahami cara mengoperasikan gerak kamera Arc dengan baik
7. Memahami cara mengoperasikan gerak kamera Zooming dengan baik
8. Memahami cara mengoperasikan gerak kamera Pedestal dengan baik
9. Memahami cara mengoperasikan gerak kamera Crane dengan baik
10. Memahami cara mengoperasikan gerak kamera Follow dengan baik

78
BAB VII. CAMERA MOVEMENT

Sumber: reddit.com
Gambar 39. Infografis Camera Movement

URAIAN MATERI

Gerakan kamera (camera movement) merupakan sebuah aktivitas membangun


suasana dramatik dalam sebuah shot video maupun film dengan cara menggerakan
kamera. Banyak alasan kenapa kamera harus digerakkan, selain dapat membangun
suasana dramatis, penggunaan gerakan kamera secara tepat dapat menciptakan visual
lebih dinamis, mengarahkan perhatian penonton pada subjek tertentu, mengungkap
maupun menyembunyikan dimensi ruang, dan dapat juga untuk menciptakan visual
yang lebih ekspresif. Beberapa pakar meyakini bahwa camera movement pertama kali
dipakai dalam pembuatan film The Great Train Robbery tahun 1903. Setelah itu,
kemudian bermunculan gerakan-gerakan kamera lainnya.
Meskipun bergerak, pergerakan kamera seharusnya tidak disadari oleh
penonton. Jika pergerakan kamera itu disadari oleh penonton, maka kemungkinan besar
sang sinematografer tidak memiliki motivasi untuk menerapkan pergerakan tersebut. Hal
ini berkaitan erat dengan pengadeganan atau mise-en-scene, di mana penonton akan
mengikuti atau tidak bisa mengikuti cerita dalam film tersebut. Artinya karena gerak
kamera terlalu cepat atau asal bergerak maka cerita yang ingin disampaikan atau
informasi yang harus diketahui oleh penonton akan terlewatkan atau penonton tidak
memahami/mendapatkan informasi tersebut. Menggerakkan kamera dalam shot film
haruslah memiliki alasan yang cukup kuat, hal ini bertujuan untuk menghindari shot-shot
tidak penting yang hanya akan memperpanjang durasi film namun tak mampu berbicara

79
BAB VII. CAMERA MOVEMENT

apapun. Alasan yang paling mendasar bagi sinematografer maupun filmmaker sebelum
menggerakan kamera/subjek diantaranya:
 Kapan kamera/subjek harus bergerak?
 Mengapa kamera/subjek harus bergerak?

Ada banyak teknik dasar gerakan kamera yang dapat digunakan dalam
pengambilan gambar. Dari masing-masing teknik juga dapat dilakukan kombinasi agar
hasil visual lebih variatif. Pada dasarnya camera movement terbagi dalam beberapa
bagian besar yaitu:
 Subjek bergerak ke arah kamera/meninggalkan kamera
 Kamera bergerak ke arah subjek/meninggalkan subjek
 Kamera dan Subjek bergerak/mengikuti subjek
 Zooming atau pergerakan optis. Disebut pergerakan optis karena optik yg
bergerak di dalam lensa.

1. Pan
Pan/Panning merupakan gerakan kamera secara mendatar (horizontal) dengan
gerakan seperti menoleh ke sebelah sisi. Gerakan Panning terdiri dari dua macam yaitu:
 Pan right : Gerakan kamera menoleh ke kanan
 Pan left : Gerakan kamera menoleh ke kiri

Panning diyakini sebagai gerakan kamera yang pertama diciptakan. Ada banyak
fungsi dalam shot ketika melakukan panning meski pada prinsipnya dengan
menggunakan gerakan yang sama. Gerakan pan yang sering digunakan dalam
pengambilan gambar secara umum adalah Follow pan, yakni gerakan kamera mengikuti
subjek bergerak (travelling), hal ini biasanya untuk mempertahankan komposisi visual
agar tetap proporsional dalam frame, memberi head space maupun walking space
sehingga subjek tidak terpotong saat melakukan gerakkan tertentu. Untuk mendapatkan
panning yang halus, diperlukan tripod yang memiliki fluid head.

80
BAB VII. CAMERA MOVEMENT

Sumber: dsource.in
Gambar 40. Pan right

Gerakan panning juga dapat dilakukan untuk pengambilan gambar pada objek
yang tak bergerak, misalkan kondisi ruangan, foto-foto yang berjajar di dinding, suasana
kota atau yang lainnya. Hal ini untuk membangun suasana lingkungan dimana subjek
berada sekaligus menciptakan interaksi visual antara subjek dengan lingkungannya
(surveying pan). Interrupted pan juga merupakan salah satu gerakan kamera jenis pan.
Teknik ini digunakan saat ingin menghubungkan dua subjek yang berbeda dalam satu
shot. Misalnya, awal shot melakukan follow pan pada satu subjek yang berjalan di
pertokoan, kamera tiba-tiba berhenti dan fokus melakukan follow pan pada sosok anak
kecil yang mencoba mencuri salah satu makanan dalam toko tersebut. Contoh lain
misalnya ketika sebuah adegan dimana subjek meninggalkan ruang, kamera bergerak
ke arah handphone yang ketinggalan di meja.
Gerakan panning juga bisa digunakan untuk transisi antara dua shot, istilah yang
populer digunakan adalah whip pan, yakni melakukan gerakan panning secara cepat
antara shot satu dengan lainnya. Penggunaan transisi ini dapat menciptakan gambar
yang lebih dinamis dan mempersingkat waktu dalam sebuah kejadian yang memiliki
hubungan sebab akibat.

81
BAB VII. CAMERA MOVEMENT

Sumber: signmediasmart.com
Gambar 41. Whip Pan

2. Tilt
Tilt/Tilting adalah gerakan kamera secara vertical seperti gerakan mendongak
atau gerakan menunduk. Seperti namanya pan, bila diartikan dalam Bahasa Indonesia
yang berarti wajan, gerakan ini seperti membentuk pola setengah lingkaran. Gerakan
Tilting terdiri dari dua macam yaitu:
 Tilt Up : Gerakan kamera mendongak ke atas
 Tilt Down : Gerakan kamera menunduk ke bawah

82
BAB VII. CAMERA MOVEMENT

Sumber: emaze.com
Gambar 42. Tilt

Gerakan tilting banyak digunakan untuk menggiring mata penonton pada


aktivitas tertentu pada subjek, contohnya seperti halnya remaja yang menjeput pacarnya
untuk kencan pertama dan terpukau dengan dandan sang kekasih, jadi kamera awalnya
mengambil bagian bawah sampai kemuka alias bergerak ke atas. Contoh lainnya
misalnya shot dimulai dengan wajah perempuan menangis menunduk kebawah, kamera
melakukan tilt down, dan shot berakhir pada jemarinya yang bergetar sedang
membaca/membalas sms dari seseorang, mungkin sedang diputus pacarnya. Proses
sebab-akibat dapat diciptakan dengan tilting, pada adegan di atas sebenarnya juga bisa
saja dibalik dengan melakukan tilt up, yakni dimulai dari shot jemari bergetar menulis
sms, kemudian tilt up pada wajah yang menangis.
Tilt down seringkali digunakan untuk awalan suatu film, mulai dari
memperlihatkan langit-langit kemudian bergerak turun hingga diikuti adegan
selanjutnya. Sebaliknya, tilt up digunakan sering digunakan sebagai penutup suatu
adegan bahkan film. Untuk mendapatkan tilting yang halus, diperlukan tripod yang
memiliki fluid head.

83
BAB VII. CAMERA MOVEMENT

Sumber: dsource.in
Gambar 43. Tilt down

3. Crab /Truck
Crab/crabbing atau terkadang disebut juga dengan nama Truck atau Lateral
Track adalah gerakan kamera secara lateral atau menyamping, berjalan sejajar dengan
subjek yang sedang berjalan. Gerakan crab hampir sama dengan Dolly, perbedaanya
hanya pada arah gerakan kamera. Sesuai dengan namanya yang dalam Bahasa
Indonesia berarti kepiting, maka pergerakan ini adalah menyerupai jalannya kepiting.
Crab menunjukkan keberadaan objek dengan mempertahankan komposisi awal dan
menunjukkan perubahan pada latar belakang atau background. Berbeda dengan
panning yang hanya menoleh, crab dilakukan dengan cara kamera ikut bergerak ke
samping. Gerakan crab terdiri dari dua macam yaitu:
 Crab/Truck Left : Gerakan kamera ke arah kiri
 Crab/Truck Right : Gerakan kamera ke arah kanan

84
BAB VII. CAMERA MOVEMENT

Sumber: medium.com
Gambar 44. Crab/Truck

4. Dolly/Track
Dolly adalah pengambilan gambar mendekati atau menjauhi subjek dengan
menggerakkan kamera. Dolly secara visual terlihat mirip dengan gerakan zoom, padahal
pelaksanaan teknik keduanya sangat berbeda. Gerakan ini biasa dilakukan untuk
memunculkan kesan bahwa penonton berada di ruang yang sama dengan subjek sebab
tidak ada distorsi ruangan seperti yang terjadi pada gerakan zoom. Pengambilan gambar
dengan cara ini lebih dapat dirasakan oleh penonton karena kamera seolah-olah
menjadi mata penonton, gerakan kamera dapat mewakili gerakan penonton sehingga
mereka dapat dibawa ikut terlibat dalam sebuah peristiwa film. Teknik ini juga dikenal
dengan nama Track (Tracking). Dolly dilakukan dengan cara mendorong atau menarik
kamera yang dipasang di atas alat yang dinamakan Dolly Track. Gerakan Dolly terdiri
dari dua macam yaitu:
 Dolly in: Gerakan kamera mendekati subjek
 Dolly out: Gerakan kamera menjauhi subjek

85
BAB VII. CAMERA MOVEMENT

Sumber: avmankato.com
Gambar 45. Kamerawan di atas Dolly Track

Dolly in digunakan ketika ingin melihat lebih jelas ekspresi tokoh. Tujuan
penggunaan gerakan Dolly ini adalah memainkan keintiman antara penonton dan
subjek. Dolly in atau kamera mendekati subjek, biasanya digunakan untuk membawa
perasaan penonton untuk lebih berani, kuat, dan siap menghadapi tantangan.
Sebagaimana penggunaan zoom in, gerakan Dolly in yang mendekati subjek dapat
membawa penonton pada satu titik pusat perhatian, perasaan tegang dan membangun
rasa keingintahuan. Sedangkan proses pelepasan ketegangan dapat dilakukan dengan
dolly out. Dolly out digunakan jika ingin ‘menjauhkan’ penonton dari tokoh. Selain itu,
Dolly out bisa digunakan untuk mewakili perasaan kecewa, takut, dan merasa inferior.

Sumber: medium.com
Gambar 46. Dolly/Track

86
BAB VII. CAMERA MOVEMENT

5. Arc/Swing
Arc adalah pergerakan kamera yang biasa dilakukan untuk melihat situasi atau
kondisi suatu lingkungan dengan cara berputar mengitari objek ke arah bidang horizontal
dari kiri ke kanan atau sebaliknya seperti membentuk lingkaran. Umumnya bergerak dari
sudut 0 sampai 90 derajat atau sebaliknya. Gerakan arc terkadang disebut dengan nama
lain, yaitu swing. Gerakan swing terdiri dari dua macam yaitu:
 Swing Right: Gerakan kamera mengitari objek ke kanan
 Swing Left: Gerakan kamera mengitari objek ke kiri

Sumber: medium.com
Gambar 47. Arc/Swing

Tujuan yang paling mendasar bagi sinematografer maupun filmmaker dalam


memilih gerakan arc adalah:
 Membuat sudut pandang pada gambar perspektif
 Menambah kesan dramatis suatu adegan
 Ingin menunjukkan unsur-unsur gambar dan latar belakang di sekitarnya

87
BAB VII. CAMERA MOVEMENT

6. Zoom
Zoom/zooming merupakan gerakan paling dasar, yakni dengan cara mendekati
atau menjauhi objek secara optik dengan mengubah panjang focal lensa dari sudut
pandang sempit ke sudut pandang lebar, atau sebaliknya. Dalam melakukan gerakan
zoom, sebenarnya kamera sendiri tidak bergerak. Zoom memberikan ilusi kamera
bergerak mendekat atau menjauh dari subjek dengan mempersempit atau memperluas
frame. Efeknya secara visual berbeda dengan gerakan dolly. Dolly tidak mengubah
ukuran frame dan depth of field, sedangkan zoom mengubah ukuran frame dan depth of
field. Perubahan ukuran subjek secara visual akan terjadi pada satu frame, misalnya dari
Long Shot menjadi Medium Shot atau yang lainnya. Aktivitas ini dapat dilakukan dengan
posisi kamera tetap diam maupun dikombinasi dengan gerakan kamera lainnya. Zoom
terdiri dari dua macam gerakan yaitu:
 Zoom in : Lensa bergerak maju atau pandangan mendekati objek
 Zoom out : Lensa bergerak mundur atau pandangan menjauhi objek

Dalam gerakan zoom in, frame yang awalnya lebar dengan deep focus secara
gradual berubah menjadi frame sempit dengan shallow focus. Zoom in mengompres
ruang di dalam frame. Sebaliknya terjadi pada gerakan zoom out. Gambar yang
dihasilkan dari gerakan ini adalah subjek seolah-olah mendekat (zoom in) dan subjek
seolah-olah menjauh (zoom out).

Sumber: dsource.in
Gambar 48. Zoom

88
BAB VII. CAMERA MOVEMENT

Melakukan zoom in biasa digunakan untuk memperjelas sesuatu hal yang lebih
penting, baik pada subjek maupun sebuah kejadian. Secara psikologis, hal ini dapat
memicu kesan klaustrofobik, paranoia serta dapat memusatkan perhatian penonton
pada subjek yang sedang di-zoom. Pandangan yang semula mempunyai banyak subjek
dapat dikerucutkan menjadi satu atau beberapa subjek saja. Sedangkan zoom out lebih
banyak dilakukan untuk menarik penonton agar mengetahui ruang dimana subjek
berada, juga untuk menunjukkan ada banyak hal penting yang juga bisa dilihat di sekitar
subjek. Gerakan zoom lebih populer di Hollywood tahun 1960-1970an dan penerapan
dalam film di era-era berikutnya sering dianggap kuno. Di beberapa film, gerakan zoom
dan dolly digunakan secara bersamaan dan dinamai gerakan dolly zoom. Gerakan ini
dicapai dengan cara mendorong kamera mendekat (dolly in) sementara lensa zoom out
sehingga background berubah ukuran sementara subjek mempertahankan ukuran yang
sama selama pergerakan. Penggunaan teknik ini terkenal di film Psycho dan Jaws
sebagai penekanan rasa takut dan terisolir tokohnya. Untuk banyak adegan,
penggunaan zoom tidak begitu efektif digunakan. Penggunaan Cut-to-Cut saat editing
dapat mempersingkat durasi meski apa yang ingin disampaikan lewat gambar adalah
sama.

7. Pedestal
Pedestal merupakan pergerakan menaikkan level kamera ke atas atau
menurunkan level kamera ke bawah dari posisi tumpuan dengan tripod atau pedestal
kamera dengan meninggikan atau merendahkan tripod/pedestal. Terkadang gerakan ini
disebut juga dengan nama level. Gerakan ini menempatkan kamera secara vertikal
dengan posisi berbeda, yang berarti kamera melihat pemandangan seolah-olah kita
sedang melihat dari atas tangga atau saat berlutut di lantai. Pedestal berbeda dengan
tilting karena tilting bergerak ke atas dan ke bawah berdasarkan porosnya saja, tidak
berpindah posisi. Gerakan Pedestal terdiri dari dua macam yaitu:
 Pedestal up: Gerakan ke atas dengan meninggikan level kamera.
 Pedestal down: Gerakan ke bawah dengan menurunkan level kamera.

89
BAB VII. CAMERA MOVEMENT

Sumber: medium.com
Gambar 49. Pedestal

8. Crane/Jib
Pergerakan kamera ke atas atau ke bawah dengan kamera yang dipasang pada
suatu alat yang berbentuk katrol yang dinamakan crane. Teknik ini digunakan untuk
mendapatkan angle high angle atau low angle. Pergerakan kamera ini disebut juga
dengan nama Jip atau Boom. Prinsip kerjanya hampir sama dengan Pedestal, hanya
alat yang digunakan berbeda. Pengambilan gambar dengan crane sering dilakukan saat
pertandingan sepakbola dimana crane diletakkan di belakang gawang. Crane sangat
memungkinkan menggabungkan beberapa gerakan kamera sehingga gambar dapat
terlihat dinamis.

Sumber: micromo.com
Gambar 50. Crane/Jib

90
BAB VII. CAMERA MOVEMENT

9. Follow
Follow adalah gerakan kamera mengikuti objek yang bergerak. Untuk
menciptakan gambar yang lebih dinamis bisa dilakukan dengan handheld. Visual yang
ingin dihasilkan dari konsep handheld adalah gambar yang tampak kasar, shaky dan
buru-buru. Tingkatan kasarnya gambar yang dihasilkan oleh gerakan handheld beragam
dari satu film dengan film lainnya. Penggunaan handheld adalah pilihan artistik yang
memiliki tujuan spesifik sebab visual gambarnya yang mungkin akan memunculkan
kesan unik. Bagi penonton, handheld dapat memberikan kesan realitas yang kuat seperti
kerja kamera di reportase berita dan dokumenter investigasi. Ketidakpastian gerakan
handheld dapat membawa rasa takut. Untuk tujuan tersebut, handheld sukses
diterapkan di film-film found footage seperti Paranormal Activity: The Ghost Dimension
(2015) atau Searching (2018). Dimana dalam film tersebut penonton seakan hadir di
dalam film tersebut. Konsep penggunaan kamera secara handheld muncul karena
adanya kamera 16mm yang ringan dan semakin populer dengan munculnya kamera
digital yang semakin portabel.

Sumber: medium.com
Gambar 51. Handheld

Steadicam adalah lawan dari teknik handheld. Steadicam sendiri adalah alat
yang ditemukan oleh Garret Brown di tahun 1973 (Brown, 1980). Sementara teknik
pengambilan gambarnya sendiri kurang lebih sama dengan handheld yaitu kamerawan
membawa kamera mengikuti subjek yang hendak diambil. Gambar-gambar yang
dihasilkan Steadicam terlihat halus, tidak ada getaran meskipun operator kamera berada
di jalanan kasar.

91
BAB VII. CAMERA MOVEMENT

Sumber: medium.com
Gambar 52. Steadicam

Teknik Steadicam menggunakan articulating arm untuk meminimalisasi getaran


serta rompi yang dikenakan kamerawan untuk mendistribusikan beban kamera. Gambar
yang stabil semakin populer sekarang ini. Sistem teknologi baru menciptakan berbagai
camera stabilizer yang bahkan dapat ramah digunakan untuk merekam dengan kamera
ponsel. Penemuan ini memberikan ruang gerak kamera yang lebih bebas dan beragam.
Kamerawan dapat memainkan gerakan untuk memberikan ketegangan dramatis atau
emosi di dalam cerita. Penggunaan Steadicam mampu berfungsi secara luas dan
fleksibel dalam berbagai genre.

Sumber: newsshooter.com
Gambar 53. Kamerawan dengan Steadicam

92
BAB VII. CAMERA MOVEMENT

PRANALA LUAR

Untuk menambah wawasan lebih dalam mengenai camera


movement, kalian juga dapat mempelajari secara mandiri
melalui internet serta mencoba mengaplikasikan berbagai
teknik camera movement yang ada di internet. Di internet
kalian bisa mencari lebih jauh materi tentang teknik-teknik
tersebut baik dari e-book, e-journal, maupun video
pembelajaran daring. Salah satu video pembelajaran yang
dapat kalian akses untuk menambah wawasan dan
pemahaman kalian tentang camera movement bisa diakses di
http://shortlink.in/z1p dengan menggunakan QR code di
samping.

RANGKUMAN

1. Camera movement merupakan sebuah aktivitas membangun suasana dramatik


dalam sebuah shot video maupun film dengan cara menggerakkan kamera.
2. Pan adalah gerakan kamera secara horizontal dengan gerakan seperti menoleh ke
kanan (pan right) atau kiri (pan left).
3. Tilt adalah gerakan kamera secara vertical seperti gerakan mendongak ke atas (tilt
up) atau gerakan menunduk ke bawah (tilt down).
4. Crab atau Truck adalah gerakan kamera secara lateral atau menyamping ke kanan
(crab right) atau ke kiri (crab left).
5. Dolly/Track adalah gerakan kamera dengan mendekati (dolly in) atau menjauhi
subjek (dolly out).
6. Arc/Swing adalah gerakan kamera dengan cara berputar mengitari objek ke arah
bidang horizontal dari kiri ke kanan (swing right) atau sebaliknya (swing left).
7. Zoom adalah gerakan lensa dengan mendekati objek (zoom in) atau menjauhi objek
(zoom out).
8. Pedestal adalah gerakan ke atas dengan meninggikan level kamera (pedestal up)
atau ke bawah dengan menurunkan level kamera (pedestal down).

93
BAB VII. CAMERA MOVEMENT

9. Crane/Jib adalah gerakan kamera ke atas atau ke bawah dengan bantuan alat yang
berbentuk katrol
10. Follow adalah gerakan kamera mengikuti objek yang bergerak

TUGAS

Sebelum mengerjakan tugas, buatlah kelompok terdiri atas 2-3 orang. Bacalah uraian
materi di atas dengan teliti dan cermat. Dalam kegiatan ini masing-masing kelompok
membuat video berdurasi maksimal lima menit yang berisi ringkasan materi dan contoh
dari camera movement, kemudian secara bergantian masing-masing kelompok
mempresentasikan hasilnya di depan kelas.

TES FORMATIF

Dalam tes formatif, setiap peserta didik wajib mencermati setiap soal. Berdasar pada
pembahasan materi yang sudah dipelajari sebelumnya, pilih dan tuliskan jawaban di
atas Lembar Jawaban Tes Formatif. Selamat Mengerjakan!

a. Soal Pilihan Ganda


1. Pergerakan kamera dari kanan ke kiri atau sebaliknya disebut:
a. tilting d. following
b. panning e. Tracking
c. zooming

2. Gerakan kamera secara lateral atau menyamping, berjalan sejajar dengan subjek
yang sedang berjalan, adalah:
a. Tracking d. dolly
b. crab e. tilt
c. pedestal

3. Apa yang dimaksud dengan Crane?


a. gerakan kamera di atas tripod naik turun
b. gerakan kamera di atas katrol ke kanan dan ke kiri

94
BAB VII. CAMERA MOVEMENT

c. gerakan kamera memutar mengitari objek


d. gerakan lensa zoom mendekati atau menjauhi objek
e. gerakan kamera di atas katrol naik turun

4. Gerakan lensa mendekatkan objek dari long shoot ke close up, adalah:
a. zoom out d. dolly out
b. crab e. arc
c. zoom in

5. Gerakan kamera secara horizontal (mendatar) dari kiri ke kanan, adalah:


a. pan left d. dolly in
b. pan right e. tilt up
c. pedestal up

6. Apa yang dimaksud dengan Arc?


a. gerakan kamera di atas tripod naik turun
b. gerakan kamera di atas katrol ke kanan dan ke kiri
c. gerakan kamera memutar mengitari objek
d. gerakan lensa zoom mendekati atau menjauhi objek
e. gerakan kamera di atas katrol naik turun

7. Gerakan menaikan level kamera ke atas atau menurunkan level kamera ke bawah
dari posisi tumpuan dengan tripod kamera, adalah:
f. Tracking i. dolly
g. pan j. tilt
h. pedestal

8. Apa yang dimaksud dengan Tilting?


f. gerakan kamera di atas tripod naik turun
g. gerakan kamera di atas katrol ke kanan dan ke kiri
h. gerakan kamera memutar mengitari objek
i. gerakan lensa zoom mendekati atau menjauhi objek
j. gerakan kamera di atas katrol naik turun

9. Disebut apakah gerakan kamera yang mengikuti objek bergerak?


a. camera d. tripod

95
BAB VII. CAMERA MOVEMENT

b. movement e. follow
c. angle

10. Gerakan pengambilan gambar menjauhi subjek dengan menggerakkan kamera


merupakan salah satu teknik camera movement yang dinamakan … .
a. Tracking in d. dolly out
b. tilt down e. tilt uo
c. pedestal up

b. Soal Essay
1. Apa alasan yang paling mendasar bagi sinematografer maupun filmmaker
sebelum melakukan camera movement?
2. Apa perbedaan gerakan Dolly dengan Zoom?
3. Pada dasarnya Camera Movement terbagi dalam empat bagian besar, sebutkan!
4. Jelaskan apa perbedaan gerakan Tilt dengan Pedestal?
5. Apa yang membedakan pengambilan gambar dengan teknik Handheld dan
Steadicam?

LEMBAR JAWABAN TES FORMATIF

a. Jawaban pilihan ganda


Jawablah dengan memberikan tanda silang (X) pada salah satu huruf a, b, c, d, atau e!

1. a b c d e 11. a b c d e

2. a b c d e 12. a b c d e

3. a b c d e 13. a b c d e

4. a b c d e 14. a b c d e

5. a b c d e 15. a b c d e

6. a b c d e 16. a b c d e

7. a b c d e 17. a b c d e

96
BAB VII. CAMERA MOVEMENT

8. a b c d e 18. a b c d e

9. a b c d e 19. a b c d e

10. a b c d e 20. a b c d e

b. Jawaban essay
Jawablah dengan singkat dan jelas pada kolom essay berikut!

…………………………………………………………………………………………
1.
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………
2.
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………
3.
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………

97
BAB VII. CAMERA MOVEMENT

…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………
4.
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………
5.
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………

98
BAB VII. CAMERA MOVEMENT

TINDAK LANJUT

Diskusikan hasil jawaban kalian dengan guru, kemudian hitung jumlah jawaban benar
dengan menggunakan rumus berikut:

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐵𝑒𝑛𝑎𝑟 𝑃𝐺 + (2 × 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐵𝑒𝑛𝑎𝑟 𝐸𝑠𝑠𝑎𝑦)


𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 = × 10
2

Anda perlu mencocokkan nilai yang didapat dengan tabel di bawah ini agar dapat
diketahui tingkat penguasaan terhadap materi bab ini.

Tabel 6. Tingkat Penguasaan Materi

Nilai Tingkat Penguasaan Predikat


90 – 100 90% - 100% Sangat Baik
80 – 89 80% - 89% Baik
75 - 79 75% - 79% Cukup
< 75 < 75% Kurang

Jika nilai yang didapatkan lebih dari 75, maka Anda dapat melanjutkan ke bab yang lain.
Namun jika nilai yang didapat kan kurang dari 75%, Sebaiknya Anda mempelajari ulang
kembali bab ini, khususnya pada bagian yang belum dikuasai.

REFLEKSI

1. Apakah Anda merasa senang setelah mengikuti pembelajaran pada bab ini?
2. Apa manfaat yang Anda rasakan setelah mengikuti pembelajaran pada bab ini?
3. Apa hal baru yang Anda rasakan setelah mengikuti pembelajaran pada bab ini?
4. Hal apa saja yang perlu ditingkatkan pada bab ini agar menjadi lebih baik?
5. Kontribusi apa yang bisa Anda berikan setelah mengikuti pembelajaran pada bab ini?
6. Apakah bab ini memiliki keterkaitan dengan materi pada bab lain?

99
BAB IX. CAMERA ANGLE

BAB IX. CAMERA ANGLE

Sumber: mediaknowall.com
Gambar 54. Seorang Kamerawan sedang mengambil gambar dari atas

Lihatlah pada gambar di atas. Untuk mendapatkan gambar yang diinginkan,


kamerawan hingga harus rela naik dan membidik objek dari atas. Sebagai pembuat film,
Anda bertanggung jawab untuk menggunakan sudut dan bidikan kamera yang bisa
menciptakan suasana hati serta efek psikologis seperti apa yang akan ditawarkan pada
penonton. Sudut pengambilan gambar suatu objek inilah yang dalam sinematografi disebut
sebagai camera angle. Camera Angle menekankan tentang posisi kamera berada pada
posisi dan keadaan tertentu untuk membidik objek. Tidak hanya untuk unsur estetika saja,
sudut pengambilan gambar ini juga untuk menghasilkan suatu peristiwa atau keadaan objek
dalam bidikan kamera agar terlihat menarik dan mampu mengilustrasikan kedinamisan
suatu keadaan. Setiap hasil bidikan dalam pandangan kamera mempunyai kandungan
makna dan nilai tertentu dari jenis angle yang dipakainya. Misal superhero yang terlihat
gagah, raksasa yang terlihat sangat besar, hingga kurcaci yang terlihat mungil. Lalu

100
BAB IX. CAMERA ANGLE

bagaimana menentukan sudut pengambilan gambar agar kandungan makna dan nilai yang
kita pikirkan sampai kepada penonton?
Pada materi kali ini kita akan membahas salah satu topik yang tak kalah penting
dalam pembuatan film, yaitu camera angle. Materi ini juga membahas tentang beragam
jenis camera angle dan pembahasan lainnya meliputi bagaimana, kapan, dan mengapa
menggunakan camera angle.

TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah mengikuti pembelajaran pada bab ini, diharapkan peserta didik dapat:
1. Menganalisis camera angle dengan baik
2. Memahami cara mengoperasikan sudut kamera High Angle dengan baik
3. Memahami cara mengoperasikan sudut kamera Eye Angle dengan baik
4. Memahami cara mengoperasikan sudut kamera Low Angle dengan baik
5. Memahami cara mengoperasikan sudut kamera Dutch Angle dengan baik

Sumber: studioantelope.com
Gambar 55. Infografis Camera Angle

101
BAB IX. CAMERA ANGLE

URAIAN MATERI

Camera Angle dalam pengertian karya audio-visual berati Sudut pengambilan


gambar yang menekankan tentang posisi kamera berada pada situasi tertentu dalam
membidik objek. Pernyataan ini menegaskan, bahwa kamera yang dipakai dalam
membidik objek atau dengan istilah lebih populer “Objek dalam View Camera” itu disebut
juga sebagai angle of view, menggambarkan tentang keberadaan kamera berada
diposisi mana dalam keadaan seperti apa. Pemakaian Camera Angle ini diharapkan
dapat menghasilkan suatu peristiwa atau keadaan objek dalam bidikan kamera agar
lebih terlihat menarik dan mampu mengilustrasikan kedinamisan suatu keadaan. Setiap
hasil bidikan dalam pandangan kamera mempunyai kandungan makna dan nilai tertentu
dari jenis angle yang dipakainya.
Sudut pengambilan gambar di kamera menentukan sudut pandang penonton.
Sebagai patokan untuk menetapkan posisi kamera dalam pengambilan gambar terdapat
dua buah pertanyaan yang harus dijawab, yaitu:
 Dimanakah sudut pandang terbaik untuk pengambilan suatu adegan (scene)?
 Seberapa luas atau banyak wilayah yang harus diambil?

Pemilihan sudut pengambilan gambar yang tepat akan mempertinggi visualisasi


dramatik dari suatu cerita. Sebaliknya, jika penempatan sudut pengambilan gambar
dilakukan tanpa motivasi tertentu maka makna gambar yang telah di-shot bisa jadi tidak
tertangkap atau sulit dipahami oleh penonton. Oleh karena itu, penempatan sudut
pandang kamera menjadi faktor yang sangat penting dalam membangun cerita yang
berkesinambungan.
Dalam skenario seringkali tidak ada tuntunan penempatan sudut pengambilan
gambar yang harus diambil (Nugroho, 2014). Di sinilah peran sutradara dan
sinematografer untuk menterjemahkan ide cerita dengan menentukan camera angle
yang tepat.

102
BAB IX. CAMERA ANGLE

Sumber: pinterest.com
Sudut pengambilan gambar

Secara garis besar terdapat empat jenis camera angle yaitu High Angle, Eye Level,
Low Angle dan Dutch Angle.

1. High Angle
High Angle Shot adalah sudut pengambilan gambar tepat di atas objek, sehingga
tampak terekspose dari bagian atas. Posisi kamera lebih tinggi di atas mata objek yang
akan diambil, sehingga kamera harus di Tilt Down (menunduk) untuk mengambil objeknya.
High Angle Shot umumnya akan menghasilkan gambar yang deskriptif. Untuk
mendapatkan hasil terbaik saat menggunakan teknik high angle terkadang diperlukan alat
bantu seperti tripod, tangga, atau crane, drone, dan kamera diletakan lebih tinggi dari
subjek.

103
BAB IX. CAMERA ANGLE

Sumber: snapshot.canon-asia.com
Gambar 56. Membidik dengan High Angle Shot

High Angle Shot memiliki tiga fungsi utama, yaitu membangun Narasi, Emosional,
dan Karakter. Maksud dari membangun narasi adalah untuk memastikan bahwa informasi
yang ditangkap oleh penonton sesuai dengan isi cerita yang ingin disampaikan. Seperti
memperlihatkan pemandangan atau keramaian pada suatu lokasi. Untuk memberikan
konteks ke sebuah adegan biasanya kamera diletakan pada sudut yang dangkal. Contoh
dari fungsi membangun narasi adalah salah satu scene di film bohemian rhapsody saat
adegan konser. Narasi yang ingin disampaikan jelas, yaitu konsernya banyak penonton.

Sumber: Film Bohemian Rhapsody


Gambar 57. High Angle membangun narasi

104
BAB IX. CAMERA ANGLE

High angle shot juga bisa membangun reaksi emosional dari penonton, seperti rasa
cemas, tegang, dan takut. Untuk menciptakan reaksi emosional, kamera diletakan dengan
sudut pengambilan gambar yang lebih ekstrim, seperti Bird eye view, Overhead shot, dan
straight down. Biasanya reaksi yang dirasakan oleh penonton dikarenakan phobia akan
ketinggian. Contoh dari fungsi ini salah satunya adalah adegan dalam film Mission:
Impossible – Ghost Protocol saat memanjat gedung, Adegan ini memadukan High Angle
Shot dengan Dutch shot.

Sumber: Film Mission: Impossible – Ghost Protocol (2011)


Gambar 58. High Angle membangun emosi

Fungsi yang lain dari High Angle adalah membangun karakter. Teknik pengambilan
gambar seperti ini bisa memberikan kesan karakter lebih hina, kecil, lemah, pendek,
rendah, kesepian, kurang gairah, dan bawahan. Pengambilan gambar dengan maksud
seperti ini juga sebaiknya didukung oleh ekspresi aktor yang tepat. Penonton akan merasa
lebih dominan daripada objek, sebaliknya objek akan terlihat kecil, lemah, dan tak berdaya.
Seperti cuplikan salah satu scene pada film film The Dark Knight berikut.

105
BAB IX. CAMERA ANGLE

Sumber: Film The Dark Knight (2008)


Gambar 59. High Angle membangun karakter

Seiring dengan kebutuhan industri perfilman High Angle Shot kemudian memiliki
variasi teknik dalam pengambilan gambar. Perbedaan dari beberapa variasi teknik High
Anggle Shot ini terletak pada Point Of View atau sudut pandang kamera terhadap objek.
Dari situlah kemudian muncul istilah Bird eye view, Overhead shot, straight down, Top
Down, Above shot, Slightly above, dan lain-lain. Diantara beberapa variasi tersebut yang
sering dipakai diantaranya adalah Bird Eye View. Seperti namanya, jenis angle kamera ini
meminjam perspektif burung. Dengan sudut pandang burung, maka subjek akan terlihat
kecil di antara latar. Bird Eye View sangat tepat untuk menggambarkan pergerakan karakter
dari jauh. Selain itu, Bird Eye View ini juga biasanya dipakai untuk menggambarkan posisi
karakter di dalam sebuah latar tempat. Bird Eye View menjadikan penonton seperti
pengamat yang sedang memperhatikan gerak-gerik suatu objek.

Sumber: Film Inception (2010)


Gambar 60. Bird Eye View

106
BAB IX. CAMERA ANGLE

2. Eye Level
Sering juga disebut dengan Normal Angle. Eye Level adalah sudut pengambilan
gambar yang menunjukan posisi kamera diletakan sejajar dengan ketinggian mata objek
yang diambil. Angle yang netral dan paling sering digunakan dalam film. Penonton akan
merasa berada di tempat yang sama dengan karakter. Hasilnya memperlihatkan
pandangan mata seseorang.

Sumber: snapshot.canon-asia.com
Gambar 61. Membidik dengan Eye Level Shot

Teknik ini tidak memiliki kesan dramatis, melainkan kesan wajar. Biasanya, teknik
itu banyak digunakan ketika wawancara atau Profil Shot. Teknik tersebut dipahami sebagai
standar pengambilan gambar dalam ketinggian relative sedang, kurang lebih sejajar
dengan tinggi Kamerawan. Maka, gambar yang dihasilkan datar dan cenderung monoton
bila dieksekusi tanpa variasi lain.

107
BAB IX. CAMERA ANGLE

Sumber: Film Game of Thrones


Gambar 62. Eye Level Shot

3. Low Angle
Low Angle adalah teknik pengambilan gambar dari bawah objek. Sudut
pengambilan gambar ini merupakan kebalikan High Angle. Posisi kamera lebih rendah di
bawah mata objek yang akan diambil, sehingga kamera harus di Tilt Up (mendongak) saat
mengambil objeknya.

Sumber:snapshot.canon-asia.com
Gambar 63. Membidik dengan Low Angle Shot

Untuk mendapatkan hasil terbaik saat menggunakan teknik Low angle terkadang
posisi badan perlu jongkok, tiarap, bahkan menggali tanah untuk menurunkan pijakan.
Gambar di bawah ini adalah proses pengambilan gambar salah satu adegan film Citizen

108
BAB IX. CAMERA ANGLE

Kane (1941), dimana dibuat lubang pada lantai untuk mendapatkan perspektif yang
diinginkan.

Sumber: archive.org
Gambar 64. Pengambilan gambar dengan Low Angle Shot

Kesan yang ditimbulkan dari sudut pandang Low Angle Shot umumnya bersifat
keagungan, kekuasaan, kuat, dominan, dan dinamis. Karena dengan sudut pengambilan
rendah, maka subjek akan terlihat besar, dominan, dan berkuasa. Ini alasan kenapa sudut
pengambilan gambar ini sering dipakai dalam film-film action, superhero, koboi, thriller, dan
lainnya.

Sumber: Film The Avengers (2012)


Gambar 65. Kesan kuat dengan Low Angle Shot

Ternyata kesan yang ditimbulkan dari sudut pandang Low Angle Shot juga bisa
bersifat lemah, takut, kalah, sedih, dan tidak berkuasa. Pengambilan gambar dengan

109
BAB IX. CAMERA ANGLE

maksud seperti ini juga sebaiknya didukung oleh latar dan ekspresi aktor yang tepat disertai
jalan cerita yang berkesinambungan.

Sumber: Transformers: The Last Knight (2017)


Gambar 66. Kesan lemah dengan Low Angle Shot

Tidak menutup kemungkinan terdapat dua kesan dalam satu gambar low Angle.
Misalnya gambar salah satu adegan pada film Pulp Fiction. Dimana terdapat karakter
dengan kesan kuat dan satunya dengan kesan lemah.

Sumber: Film Pulp Fiction (1994)


Gambar 67. Kesan kuat dan lemah dalam satu gambar

Low Angle Shot juga memiliki beberapa variasi yang merujuk pada sudut
pengambilan tertentu, diantaranya Hero View, Worm Eye Angle, Frog Eye Angle, Bottom
Angle, dan lain sebagainya. Diantara beberapa variasi tersebut yang sering dipakai Frog
Eye View atau Frog Eye Angle. Worm Eye View adalah kebalikan dari bird’s eye view.
Kamera diletakan di sudut yang sangat rendah, dan diarahkan ke suatu objek. Sesuai

110
BAB IX. CAMERA ANGLE

namanya, sudut pengambilan gambar ini seolah-olah diambil dari sudut pandang cacing.
Pengambilan gambar dengan teknik ini mengarahkan penonton untuk merasa objek yang
terlihat lebih besar, dominan, dan megah. Biasanya teknik ini digunakan untuk gambar
gedung-gedung tinggi.

Sumber: entertainism.com
Gambar 68. Worm Eye Angle

4. Dutch Angle
Dutch angle sering juga disebut dengan canted angle atau terkadang disebut juga
dengan nama oblique angle. Dutch Angle adalah sebuah teknik memiringkan posisi kamera
untuk mendapatkan sudut pengambilan gambar dengan efek yang lebih dramatis. Teknik
ini berasal dari negara Jerman, oleh karena itu dikenal juga dengan nama “The German
Angle”. Awalnya teknik ini digunakan oleh film-film keluaran negara Jerman di pertengahan
tahun 1900. Sebenarnya kata dutch pada Dutch Angle berasal dari resapan kata Deutsch,
yang artinya “jerman” dalam bahasa jerman. Dutch Angle adalah salah satu dari banyak
teknik sinematik yang sering digunakan untuk menggambarkan ketidaknyamanan
psikologis seperti kegelisahan, keresahan, eksotisme, kepanikan, kebingungan, dan lain-
lain. Sudut kemiringan tidak ditentukan, namun umumnya menggunakan sudut kemiringan
dari 5 derajat sampai 90 derajat. Hal yang perlu diperhatikan untuk menambah kesan
sinematik pada penggunaan Dutch Angle adalah pengaturan tilting, focal length, dan depth
of field. Jangan menggunakan Dutch angle karena alasan estetik semata, namun harus
dengan motivasi yang jelas. Hal ini bila dilakukan terlalu berlebihan, akan membingungkan
penonton.

111
BAB IX. CAMERA ANGLE

Sumber: https://www.fandor.com
Gambar 69. Dutch Angle

PRANALA LUAR

Untuk menambah wawasan lebih dalam mengenai camera


angle, kalian juga dapat mempelajari secara mandiri melalui
internet serta mencoba mengaplikasikan teknik camera angle
yang ada di internet. Di internet kalian bisa mencari lebih jauh
materi tentang teknik-teknik tersebut baik dari e-book, e-
journal, maupun video pembelajaran daring. Salah satu video
pembelajaran yang dapat kalian akses untuk menambah
wawasan dan pemahaman kalian tentang camera angle bisa
diakses di http://shortlink.in/ycG atau dengan menggunakan
QR code di samping.

112
BAB IX. CAMERA ANGLE

RANGKUMAN

1. Camera Angle dalam pengertian karya audio-visual berati Sudut pengambilan


gambar yang menekankan tentang posisi kamera berada pada situasi tertentu
dalam membidik objek.
2. Secara garis besar terdapat empat jenis camera angle yaitu High Angle, Eye Level,
Low Angle dan Dutch Angle.
3. High Angle Shot adalah sudut pengambilan gambar tepat di atas objek, sehingga
tampak terekspose dari bagian atas.
4. Eye Level adalah sudut pengambilan gambar yang menunjukan posisi kamera
diletakan sejajar dengan ketinggian mata objek yang diambil.
5. Low Angle adalah teknik pengambilan gambar dari bawah objek.
6. Dutch Angle adalah sebuah teknik memiringkan posisi kamera untuk mendapatkan
sudut pengambilan gambar dengan efek yang lebih dramatis.

TUGAS

Sebelum mengerjakan tugas, buatlah kelompok terdiri atas 2-3 orang. Bacalah uraian
materi di atas dengan teliti dan cermat. Dalam kegiatan ini masing-masing kelompok
membuat video berdurasi maksimal lima menit yang berisi ringkasan materi dan contoh
dari camera angle, kemudian secara bergantian masing-masing kelompok
mempresentasikan hasilnya di depan kelas.

TES FORMATIF

Dalam tes formatif, setiap peserta didik wajib mencermati setiap soal. Berdasar pada
pembahasan materi yang sudah dipelajari sebelumnya, pilih dan tuliskan jawaban di
atas Lembar Jawaban Tes Formatif. Selamat Mengerjakan!

a. Soal Pilihan Ganda

113
BAB IX. CAMERA ANGLE

1. Sudut pandang dalam pemotretan dengan kedudukan lebih tinggi dari objek yang
akan menghasilkan gambar seolah-olah objek rendah rendah dari aslinya, biasa
disebut?
b. Extreme Close Up e. Medium Shot
c. High Angel f. Long Shot
d. Low Angel

2. Sudut pengambilan gambar yang menekankan tentang posisi kamera berada


pada situasi tertentu dalam membidik objek disebut … .
a. Angle demon d. Objective angle
b. Subjective angle e. Eye level
c. Angle of view

3. Cuplikan gambar dari film The Avengers (2012) di bawah ini diambil dengan
menggunakan sudut camera yang disebut … .

d. Low angle
a. Eye level
e. Obtuse angle
b. High angle
c. Straight angle

4. Berikut ini yang paling sesuai karakteristik High Angle adalah …


a. kedudukan kamera lebih rendah dari pada objek
b. kedudukan kamera lebih setara dengan objek
c. kedudukan kamera lebih tinggi dari objek
d. kedudukan kamera lebih fleksibel dengan cahaya yang masuk
e. kedudukan kamera bisa digerakan berputar

114
BAB IX. CAMERA ANGLE

5. Teknik pengambilan video jika posisi kamera menggunakan sudut kemiringan


dari 5 derajat sampai 90 derajat untuk memberikan kesan dramatis, adalah … .
a. Normal angle d. Low angle
b. High angle e. Bird eye view
c. Dutch angle

6. Berikut ini yang dimaksud dengan Bird Eye View adalah pengambilan gambar
subjek dari … .
a. atas d. kanan dan kiri
b. depan e. belakang
c. bawah

7. Sudut pengambilan gambar untuk menunjukkan superioritas karakter dalam


gambar adalah … .
a. Normal angle d. Low angle
b. High angle e. Bird eye view
c. Dutch angle

8. Cuplikan gambar dari film The Maze Runner (2014) di bawah ini diambil dengan
menggunakan sudut camera yang dinamakan … .

d. Low angle
a. Eye level
e. Obtuse angle
b. High angle
c. Straight angle

115
BAB IX. CAMERA ANGLE

9. Berikut ini yang bukan termasuk ke dalam camera angle adalah ….


a. Eye level d. Low angle
b. High angle e. Obtuse angle
c. Dutch angle

10. Berikut ini yang paling sesuai karakteristik Eye level adalah …
a. kedudukan kamera lebih rendah dari pada objek
b. kedudukan kamera lebih setara dengan objek
c. kedudukan kamera lebih tinggi dari objek
d. kedudukan kamera lebih fleksibel dengan cahaya yang masuk
e. kedudukan kamera bisa digerakan berputar

b. Soal Essay
1. Apa yang dimaksud camera Angle?
2. Apa fungsi pengambilan gambar dengan High Angle Shot?
3. Apa fungsi pengambilan gambar dengan Eye Level Shot?
4. Apa fungsi pengambilan gambar dengan Low Angle Shot?
5. Apa fungsi pengambilan gambar dengan Dutch Angle Shot?

LEMBAR JAWABAN TES FORMATIF

a. Jawaban pilihan ganda


Jawablah dengan memberikan tanda silang (X) pada salah satu huruf a, b, c, d, atau e!

1. a b c d e 11. a b c d e

2. a b c d e 12. a b c d e

3. a b c d e 13. a b c d e

4. a b c d e 14. a b c d e

5. a b c d e 15. a b c d e

116
BAB IX. CAMERA ANGLE

6. a b c d e 16. a b c d e

7. a b c d e 17. a b c d e

8. a b c d e 18. a b c d e

9. a b c d e 19. a b c d e

10. a b c d e 20. a b c d e

b. Jawaban essay
Jawablah dengan singkat dan jelas pada kolom essay berikut!

…………………………………………………………………………………………
1.
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………
2.
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………

117
BAB IX. CAMERA ANGLE

…………………………………………………………………………………………
3.
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………
4.
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………
5.
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………

118
BAB IX. CAMERA ANGLE

TINDAK LANJUT

Diskusikan hasil jawaban kalian dengan guru, kemudian hitung jumlah jawaban benar
dengan menggunakan rumus berikut:

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐵𝑒𝑛𝑎𝑟 𝑃𝐺 + (2 × 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐵𝑒𝑛𝑎𝑟 𝐸𝑠𝑠𝑎𝑦)


𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 = × 10
2

Anda perlu mencocokkan nilai yang didapat dengan tabel di bawah ini agar dapat
diketahui tingkat penguasaan terhadap materi bab ini.

Tabel 7. Tingkat Penguasaan Materi

Nilai Tingkat Penguasaan Predikat


90 – 100 90% - 100% Sangat Baik
80 – 89 80% - 89% Baik
75 - 79 75% - 79% Cukup
< 75 < 75% Kurang

Jika nilai yang didapatkan lebih dari 75, maka Anda dapat melanjutkan ke bab yang lain.
Namun jika nilai yang didapat kan kurang dari 75%, Sebaiknya Anda mempelajari ulang
kembali bab ini, khususnya pada bagian yang belum dikuasai.

REFLEKSI

1. Apakah Anda merasa senang setelah mengikuti pembelajaran pada bab ini?
2. Apa manfaat yang Anda rasakan setelah mengikuti pembelajaran pada bab ini?
3. Apa hal baru yang Anda rasakan setelah mengikuti pembelajaran pada bab ini?
4. Hal apa saja yang perlu ditingkatkan pada bab ini agar menjadi lebih baik?
5. Kontribusi apa yang bisa Anda berikan setelah mengikuti pembelajaran pada bab ini?
6. Apakah bab ini memiliki keterkaitan dengan materi pada bab lain?

119
BAB IX. STANDAR VIDEO DUNIA

BAB IX. STANDAR VIDEO DUNIA

Sebelum menggunakan teknologi penyiaran televisi digital pada saat ini yang dikenal
dengan DVB / Digital Video Broadcast, pada jaman dahulu sitem penyiaran televisi masih
menggunakan sistem analog yang hingga saat ini juga masih digunakan di Indonesia.

Televisi merupakan alat yang dapat digunakan untuk dapat menyaksikan video yang
dipancarkan dari jarak jauh.

Dalam era penyiaran televisi analog memiliki standart yang berbeda dalam setiap negara di
seluruh dunia. Standar TV bervariasi, di AS dan Kanada, TV menampilkan 525 garis
gambar. Namun saat kita menyaksikan TV Di Inggris, kita akan melihat 625 garis gambar,
kira-kira 20 persen lebih besar dari gambar TV A.S. Perbedaan ini terjadi karena A.S. dan
Inggris menggunakan sistem negara yang berbeda. Sistem ini menentukan standar video
untuk sinyal TV yang digunakan di seluruh dunia.

Standar penyiaran disetiap negara berbeda-beda, sehingga perlu diketahui oleh setiap
siapapun juga yang tertarik dalam mempelajari dunia penyiaran. Standar penyiaran sangat
berhubungan dengan peralatan yang akan digunakan oleh orang yang akan
memanfaatkannya. Apabila akan membeli peralatan yang berhubungan dengan dunia
penyiaran, seperti kamera/camcoder, player (VHS, Betacam, Mini DV, DV Cam pro,
HDV, dan lain sebagainya). Harus mengetahui terlebih dahulu standar apa yang di instal
pada peralatan tersebut? Selanjutnya peralatan tersebut akan digunakan di mana? Sebagai
contoh bila membeli peralatan di Jepang (NTSC), maka harus berbelanja di international
market. Karena masyarakat Jepang akan mengunakan kebutuhannya dengan standar
penyiaran NTSC. Di International market akan tersedia standar penyiaran yang dapat
disesuaikan dengan negara-negara yang berbeda dengan Jepang. Hal ini dapat dipahami,
karena Jepang adalah negara produsen peralatan penyiaran yang paling produktif di dunia.

Hal penting yang perlu diperhatikan untuk dapat menyelenggarakan suatu siaran adalah,
terkait dengan standar penyiaran yang berlaku pada dunia telekomunikasi pada umumnya,
siaran pada khususnya. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, suatu siaran
membutuhkan berbagai peralatan keras. Misalnya siaran televisi akan membutuhkan

120
BAB IX. STANDAR VIDEO DUNIA

peralatan seperti kamera, peralatan transmisi (memancarkan gelombang elektromagnetik)


dan pesawat televisi sebagai alat penerima gambar dan suara.

Berbagai peralatan itu harus sesuai (compatible) satu dengan yang lainnya, artinya suatu
peralatan dapat menerima pesan (sinyal) yang dikirimkan peralatan lainnya dengan baik.
Misalnya perangkat transmisi televisi, dapat mengirimkan gambar yang diterima dari
kamera dan pesawat televisi dapat menerima gambar yang dipancarkan dari transmisi.

Namun ternyata tidak semua peralatan itu dapat digunakan di setiap tempat. Misalnya anda
membeli kamera (handycam) atau pesawat televisi yang diproduksi untuk digunakan di
Indonesia. Maka peralatan tersebut tidak dapat digunakan di Amerika Serikat. Begitu juga
jika membeli handphone di negara tetangga Malaysia dan menggunakannya di Indonesia,
kemungkinan handphone tersebut tidak dapat digunakan. Hal ini terjadi karena adanya
standar tertentu yang diterapkan suatu negara atas produk atau peralatan telekomunikasi
dan siaran tersebut. Saat ini, ada tiga standar sistem penyiaran di dunia, yaitu;

Setiap televisi memiliki standar sistem video yang berupa sinyal elektronik. Dalam tiap-tiap
negara di dunia standar sistem video dalam penggunaan televisi dibagi menjadi tiga sistem.
Kategori yang pertama adalah sistem NTSC, yang kedua sistem PAL, dan yang terakhir
adalah sistem SECAM.

 NTSC

National Television System Committee (NTSC) merupakan standar sistem gambar televisi
yang dipakai di daerah Amerika Utara, sebagian besar Amerika Selatan, Taiwan, Korea
Selatan, Filipina, dan Jepang. Sistem NTSC dipandang sebagai salah satu dari sistem-sistem
standar yang terbaik untuk penyiaran televisi berwarna. Sifat-sifat khusus yang dimiliki
sistem NTSC adalah seperti jumlah bingkai gambar (frame) yang digunakan sebanyak 30
frame per second (fps). Setiap frame terdiri dari 525 garis raba individual (scan line). Video
bandwidth nya sebesar 4.2 Mega Hertz (MHz). Sinyal elektronik berupa hasil pemisahan
cahaya (merah, hijau, dan biru) dimasukkan ke dalam CRT, dan tiap tabung hanya peka
terhadap satu warna cahaya saja.

Dalam sistem NTSC ketiga unsur sinyal listrik (merah, hijau, dan biru) digabung lagi
sehingga membentuk sinyal listrik yang baru. Sinyal yang baru ini antara lain adalah berupa
sinyal terang (brightness), dan sinyal warna (chrominance). Sinyal terang hanya
menunjukkan intensitas cahaya atas gambar, sedangkan sinyal warna menunjukkan warna
dari gambar dan terdiri atas unsur corak warna (hue) dan kejenuhan (saturation).

 PAL

Phase Alternating Line (PAL) mulai diperkenalkan pada awal tahun ‘60an. Dipakai di
banyak negara di dunia kecuali selain yang bersistem NTSC. Sifat khusus yang dimiliki

121
BAB IX. STANDAR VIDEO DUNIA

sistem PAL adalah jumlah bingkai gambar yang dikirim sebanyak 25 fps dan setiap frame
memiliki 625 garis raba individual. Jumlah garis raba yang lebih banyak dan video
bandwidth sistem PAL juga lebih besar dibandingkan dengan sistem NTSC, yaitu 4.2MHz;
5.0MHz; 5.5MHz; dan 6.0MHz. Kedua hal ini membuat kualitas gambar sistem PAL
menjadi lebih baik dibandingkan dengan sistem NTSC. Dan Indonesia memakai sistem PAL
:D.

 SECAM

Sequential Couleur Avec Memoire (SECAM) atau Sequential Color with Memory
merupakan standar sistem gambar yang digunakan di negara Perancis. Munculnya sistem
SECAM bersamaan dengan sistem PAL, yaitu sekitar awal tahun ‘60an. Cara kerja
sistemnya sama dengan PAL tetapi sistem SECAM mengirimkan informasi warna
gambarnya secara berurutan.

Berikut ini tabel perbedaan antara standar yang ada :

Sumber :

122
BAB IX. KOMPOSISI GAMBAR

BAB IX. KOMPOSISI GAMBAR

123
BAB IX. BAHASA GAMBAR

BAB IX. BAHASA GAMBAR

DAFTAR PUSTAKA
Brown, G. (1980). The Steadicam and The Shining. American Cinematographer, 61(8), 853.

Maschke, T. (2013). Digitale kameratechnik: Technik digitaler kameras in theorie und

praxis. Springer-Verlag.

Nugroho, S. (2014). Teknik Dasar Videografi. Yogyakarta: Andi Offset.

Taylor, J. (2002). DVD demystified. McGraw-Hill, Inc.

124
GLOSARIUM

GLOSARIUM

125
INDEKS

INDEKS

126
BIODATA PENULIS

BIODATA PENULIS

127

Anda mungkin juga menyukai