Anda di halaman 1dari 2

Sigit Pambudi – NIM.

20702261016

MIS Problems and Failures: A Socio-Technical Perspective Part 1


(Bostrom and Heinen, 1977)

Begitu banyak permasalahan dan laporan kegagalan dari proyek Management


Information Systems (MIS) dan proyek Management Science/Operations Research (MS/OR).
Telah banyak biaya yang dihabiskan hingga mencapai jutaan dolar agar proyek
pengembangan MIS dan MS/OR berhasil, namun sama sekali tidak memberi manfaat yang
berarti. Beberapa permasalahan tersebut mengarah pada masalah perilaku organisasi. Dalam
banyak kasus, masalah perilaku disebabkan oleh desain yang tidak sesuai dan memadai.
Rancangan desain yang buruk ini dikaitkan dengan perspektif desainer MIS dalam
memandang organisasi, anggotanya, dan fungsi dari MIS itu sendiri sebagai kerangka acuan
dalam perancangan sistem. Kerangka acuan yang tidak tepat dapat menyebabkan pemilihan
desain yang salah dan kemudian menyebabkan kegagalan dalam memahami alternatif desain
yang lebih baik. Kegagalan desainer dan pengguna untuk mengenali fakta ini menyebabkan
banyak konsekuensi disfungsional dalam sistem sosial. Terdapat tujuh kondisi yang dapat
mencerminkan sudut pandang desainer sistem, dan ketujuh kondisi tersebut masih sangat
relevan dengan saat ini.
 Kondisi 1: Teori "implisit" yang dipegang oleh systems designers tentang
organisasi, anggotanya, dan bagaimana mengubahnya.
Seringkali seorang systems designers memiliki asumsi bahwa pengguna memiliki
pengetahuan yang rendah dan beranggapan bahwa pengguna harus perlu selalu diarahkan
agar mau menggunakan sistem yang baru. Para ahli percaya bahwa asumsi itu berkaitan
dengan teori X dan teori Y. Teori X mengasumsikan bahwa setiap orang menyukai
ketertiban, ingin bekerja dalam batasan yang ketat, dan tidak ingin dirinya memiliki
banyak kendali atas aktivitasnya. Sebaliknya, teori Y mengasumsikan setiap orang
memiliki keinginan bertanggung jawab dan memegang kendali penuh atas lingkungan
kerja seseorang. Systems designers cenderung memiliki asumsi Teori X terkait dengan
teori implisit yang mereka pegang tentang pengguna. Temuan bukti dari bidang lain
menyebutkan terdapat indikasi yang sangat kuat bahwa asumsi Teori X ini tidak akurat.
 Kondisi 2: Konsep tanggung jawab dipegang oleh systems designers.
Konsep tanggung jawab adalah aspek yang sangat penting dalam teori perubahan, tetapi
sedikit literatur yang membahas hal tersebut. Systems designers adalah orang yang
bertanggung jawab dalam proses pengembangan sistem. Konsep tanggung jawab ini
sejalan dengan asumsi Teori X. Seringkali, systems designers terlalu dominan dalam
mengambil tanggung jawab dan pengguna juga terlalu membiarkan systems designers
mengambil kendali. Perhatian, pembagian model, asumsi, dan tujuan yang tepat dari
kolaborasi antara pengguna dan desainer akan membuat MIS lebih baik. Desain MIS,
akan menemui kegagalan jika pengguna tidak berpartisipasi dalam desain tersebut.
 Kondisi 3: Terbatasnya konseptualisasi sistem kerja / sistem pengguna yang
digunakan oleh systems designers dalam proses desain, yaitu pendekatan non-
sistemik.
Tujuan utama dari operasional suatu sistem informasi adalah pengambilan keputusan,
pengumpulan data, manipulasi data, dan tugas transmisi data. Setelah menyelesaikan
Sigit Pambudi – NIM. 20702261016

analisis kebutuhan dan aliran informasi, MIS dirancang untuk mengalokasikan ulang
pemrosesan data. Banyak peneliti dan praktisi di berbagai disiplin ilmu telah
menyimpulkan bahwa informasi merupakan hal terpenting. Jadi jika systems designers
ingin meningkatkan sistem pemrosesan informasi, mereka harus memasukkan tampilan
pemrosesan informasi ke dalam kerangka sistemik secara lengkap.
 Kondisi 4: Terbatasnya tujuan implementasi MIS oleh systems designers.
Dominasi intervensi MIS mengakibatkan kurangnya perhatian dalam peningkatan
kualitas kehidupan kerja bagi pengguna. Situasi ini biasanya dirasionalkan oleh systems
designers sebagai hal yang tak terhindarkan dari pengembangan MIS. Asumsi yang
timbul dari kontradiksinya produktivitas / efisiensi vs. kualitas kehidupan kerja.
 Kondisi 5: Kegagalan systems designers dalam memasukkan orang-orang yang
relevan dalam kelompok.
Berdasarkan penelitian menemukan bahwa umpan balik dari pengguna memiliki dampak
terbesar pada produktivitas. Oleh karena itu, tanpa adanya tindakan umpan balik, MIS
hanya akan mendapatkan sedikit perbaikan dari segi efisiensi. Systems designers harus
mengambil orientasi kelompok rujukan secara menyeluruh untuk meningkatkan desain
mereka. Orientasi ini tersirat dari semua orang yang terdampak oleh desain MIS.
 Kondisi 6: Pandangan rasional / statis dari proses pengembangan sistem yang
dipegang oleh systems designers.
Pendekatan tradisional saat proses pengembangan SIM menjadikan desain dan
implementasi sebagai proses rasional dan sistematis yang berlangsung dalam lingkungan
statis. Organisasi diasumsikan memiliki serangkaian masalah pemrosesan informasi yang
terdefinisi dengan baik dan dianalisis dengan tepat oleh perancang SIM. Pentingnya
perencanaan proyek dan teknik pengendalian atau pelatihan memberikan penekanan saat
ini dari pandangan rasional / statis beralih ke pandangan yang lebih realistis / dinamis.
 Kondisi 7: Terbatasnya teknologi perubahan yang tersedia bagi systems designers
untuk meningkatkan organisasi.
Kondisi ini memberikan peran baru bagi systems designers yang menawarkan tantangan
besar dalam membantu menemukan cara sistematis peningkatan kualitas kerja ke dalam
desain teknis yang canggih. Di sisi lain, systems designers akan memiliki keterampilan
dan kreativitas yang teruji.

Kondisi ini menunjukkan adanya kebutuhan untuk membuat ulang kerangka


metodologi desain MIS dengan pendekatan Socio-Technical Systems (STS). STS
memberikan gambaran tentang bagaimana pandangan realistis suatu organisasi dan tentang
bagaimana dalam melakukan perubahan. Pendekatan ini disebut pendekatan desain sosial-
teknis yang berusaha untuk mengoptimalkan dua sistem secara bersamaan: (a) sistem teknis,
dengan tujuan menyelesaikan tugas; dan (b) sistem sosial, dengan tujuan untuk
memaksimalkan kualitas kerja dari pengguna sistem. Sistem sosial berkaitan dengan atribut
manusia (misalnya, sikap, keterampilan, nilai), hubungan antar manusia, sistem penghargaan,
dan struktur otoritas. Diasumsikan bahwa keluaran dari sistem kerja merupakan hasil
interaksi bersama antara kedua sistem tersebut. Dengan demikian, setiap desain atau desain
ulang suatu sistem kerja harus mengintegrasikan kedua sistem tersebut.

Anda mungkin juga menyukai