Air Bersih Dan Sanitasi
Air Bersih Dan Sanitasi
a. Air bersih
Seperti diketahui air merupakan kebutuhan utama bagi kehidupan, demikian juga
dengan masyarakat pengungsi harus dapat terjangkau oleh ketersediaan air bersih yang
memadai untuk memelihara kesehatannya. Bilamana air bersih dan sarana sanitasi telah
tersedia, perlu dilakukan upaya pengawasan dan perbaikan kualitas air bersih dan sarana
sanitasi.
Pada tahap awal kejadian bencana atau pengungsian ketersediaan air bersih perlu
mendapat perhatian, karena tanpa adanya air bersih sangat berpengaruh terhadap
kebersihan dan meningkatkan risiko terjadinya penularan penyakit seperti diare, typhus,
scabies dan penyakit menular lainnya.
Tujuan utama perbaikan dan pengawasan kualitas air adalah untuk mencegah
timbulnya risiko kesehatan akibat penggunaan air yang tidak memenuhi persyaratan.
1. Standar minimum kebutuhan air bersih
Prioritas pada hari pertama/awal kejadian bencana atau pengungsian
kebutuhan air bersih yang harus disediakan bagi pengungsi adalah 5 liter/orang/hari.
Jumlah ini dimaksudkan hanya untuk memenuhi kebutuhan minimal, seperti masak,
makan dan minum.
Pada hari kedua dan seterusnya harus segera diupayakan untuk meningkatkan
volume air sampai sekurang kurangnya 15–20 liter/orang/ hari. Volume sebesar ini
diperlukan untuk meme-nuhi kebutuhan minum, masak, mandi dan mencuci.
Bilamana hal ini tidak terpenuhi, sangat besar potensi risiko terjadinya penularan
penyakit, terutama penyakt penyakit berbasis lingkungan.
Bagi fasilitas pelayanan kesehatan dalam rangka melayani korban bencana
dan pengungsian, volume air bersih yang perlu disediakan di Puskesmas atau rumah
sakit adalah 50 liter/org/hari.
2. Sumber air bersih dan pengolahannya
Bila sumber air bersih yang digunakan untuk pengungsi berasal dari air
permukaan (sungai, danau, laut, dan lain-lain), sumur gali, sumur bor, mata air dan
sebagainya, perlu segera dilakukan pengamanan terhadap sumber-sumber air
tersebut dari kemungkinan terjadinya pencemaran, misalnya dengan melakukan
pemagaran ataupun pemasangan papan pengumuman dan dilakukan perbaikan
kualitasnya.
Bila sumber air diperoleh dari PDAM atau sumber lain yang cukup jauh
dengan tempat pengungsian, harus dilakukan pengangkutan dengan menggunakan
mobil tangki air. Untuk pengolahan dapat menggunakan alat penyuling air (water
purifier/water treatment plant).
3. Beberapa cara pendistribusian air bersih berdasarkan sumbernya
Pendistribusian air permukaan (sungai dan danau) diperlukan pompa
untuk memompa air ke tempat pengolahan air dan kemudian ke tangki
penampungan air di tempat penampungan pengungsi.
Pendistribusian sumur gali bilamana diperlukan dapat dipasang pompa
untuk menyalurkan air ke tangki penampungan air. Apabila menggunakan Sumur
Pompa Tangan (SPT) bila lokasinya agak jauh dari tempat penampungan
pengungsi harus disediakan alat pengangkut seperti gerobak air dan sebagainya.
Pendistribusian dengan sumber mata air perlu dibuat bak penampungan air
untuk kemudian disalurkan dengan menggunakan pompa ke tangki air
b. Pembuangan kotoran
Jika tidak terjadi pengungsian tetapi sarana yang ada tergenang air sehingga tidak dapat
digunakan, maka harus disediakan jamban mobile atau jamban kolektif darurat dengan
memanfaatkan drum atau bahan lain. Pada saat terjadi pengungsian maka langkah
langkah yang diperlukan adalah sebagai berikut:
1) pada awal terjadinya pengungsian perlu dibuat jamban umum yang dapat menampung
kebutuhan sejumlah pengungsi. Contoh jamban yang sederhana dan dapat disediakan
dengan cepat adalah Jamban dengan galian parit , jamban kolektif (jamban jamak),
Jamban kolektif dengan menggunakan drum bekas dan Jamban mobile (dapat
dikuras). Untuk jamban mobile pemeliharaan dan pemanfaatannya, dilakukan
kerjasama antara Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Dinas Kebersihan/Dinas
Pekerjaan Umumn, terutama dalam pengurasan jamban bilamana perlu. Pada awal
pengungsian 1 (satu) jamban dipakai oleh 50 – 100 org. Pemeliharaan terhadap
jamban harus dilakukan dan diawasi secara ketat dan lakukan desinfeksi di area
sekitar jamban dengan menggunakan kapur, lisol dan lain-lain;
2) pada hari hari berikutnya setelah masa emergency berakhir, pembangunan jamban
darurat harus segera dilakukan dan 1 (satu) jamban disarankan dipakai tidak lebih dari
20 orang.