1. Pengertian Industri
Istilah industri berasal dari bahasa latin, yaitu industria yang artinya buruh atau
tenaga kerja. Istilah industri sering digunakan secara umum dan luas, yaitu semua kegiatan
manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dalam rangka mencapai kesejahteraan.
Definisi Industri menurut Sukirno adalah perusahaan yang menjalankan kegiatan ekonomi
yang tergolong dalam sektor sekunder. Kegiatan itu antara lain adalah pabrik tekstil, pabrik
perakitan dan pabrik pembuatan rokok. Industri merupakan suatu kegiatan ekonomi yang
mengolah barang mentah, bahan baku, barang setengah jadi atau barang jadi untuk
dijadikan barang yang lebih tinggi kegunaannya (Sukirno Sadono, 1995).
Sementara itu, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian
mengatakan bahwa industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan
baku, barang setengah jadi, dan atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih
tinggi untuk penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri.
a. Studi mengenai kinerja tahunan industry, menunjukkan bahwa industri yang berbeda
mempunyai tingkat return yang berbeda pula. Hasil penelitian tersebut menunjukkan
bahwa analisis industri itu penting dan perlu dilakukan untuk mengetahui perbedaan
kinerja antar industri, sehingga akan membantu investor dan para analis untuk
mengidentifikasi peluang-peluang yang menguntungkan dan yang tidak
menguntungkan.
b. Tingkat return masing-masing industri berbeda di setiap tahunnya.
Dengan demikian, return industry di masa yang akan dating tidak bias diestimasi
dengan hanya menggunakan data return industri di masa lalu. OLeh karena itu analis
dan investor juga perlu menambahkan dengan beberapa data lain yang relevan untuk
mengestimasi return industry di masa yang akan datang.
c. Tingkat return perusahaan-perusahaan di suatu industri yang sama, terlihat cukup
beragam. Hal ini menunjukkan bahwa analisis industry juga perlu diikuti dengan
analisis perusahaan.
d. Tingkat risiko berbagai industri juga beragam, sehingga analis dan investor perlu
mempelajari dan mengestimasi factor-faktor risiko yang relevan untuk suatu
industry tertentu seperti halnya estimasi return.
e. Tingkat risiko suatu industri relatif stabil sepanjang waktu, sehingga analisis resiko
berdasarkan data historis dapat digunakan untuk mengestimasi risiko industry di
masa yang akan datang.
Dapat disimpulkan bahwa analisis industri penting dilakukan untuk meminimalkan
risiko ataupun mengidentifikasi industri yang mempunyai prospek yang menguntungkan.
Selanjutnya analisis industri juga perlu diikuti oleh analisis perusahaan, sehingga investor
dapat menentukan saham-saham dari perusahaan mana saja dalam suatu kelompok industri
yang mempunyai kombinasi return-risiko yang terbaik
4. Estimasi Earning Per-Share Industri
b. Analisis input-output.
b. Pada tahap ini, pertumbuhan penjualan sangat kecil dan profit yang
dihasilkan kemungkinan akan menunjukkan angka negatif karena perusahaan
harus mengeluarkan dana yang cukup besar untuk menutupi biaya promosi
dan pengembangan produk di awal-awal pertumbuhan industri.
c. Pertumbuhan industri pada tahap ini akan cenderung lebih besar dari
pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.
4. Tahap stabil.
5. Tahap penurunan.
6. Analisis Input-Output
Analisis input-output adalah suatu cara alternatif untuk mengetahui gambaran prospek
penjualan suatu industri di masa yang akan datang dengan cara mengidentifikasi pemasok
(supplier) dan konsumen dari suatu industri. Dengan melakukan analisis tersebut, kita dapat
mengestimasi permintaan konsumen di masa datang, serta kemampuan pemasok untuk
menyediakan barang dan jasa yang diperlukan dalam suatu industri. Informasi tersebut
nantinya dapat digunakan untuk memperkirakan tingkat penjualan dan keuntungan suatu
industri di masa depan.
Faktor penting lain yang mempengaruhi besarnya profit yang bisa diperoleh suatu
industri adalah intensitas persaingan dalam industri tersebut. Intensitas persaingan dalam
suatu industri akan menentukan kemampuan industri untuk tetap memperoleh tingkat return
di atas rata-rata. Lima faktor yang menentukan intensitas persaingan dalam suatu industri
tersebut adalah:
Lima kekuatan persaingan akan menentukan profitabilitas industri karena lima faktor
tersebut mempunyai pengaruh terhadap komponen return on investment (ROI) dalam suatu
industri.
1. Analisis Makro
2. Analisis Mikro.
Analisis makro dilakukan untuk mempelajari hubungan antara earning multiplier
untuk industri dengan earning multiplier pasar. Analisis makro mengasumsikan adanya
hubungan antara perubahan dalam tingkat return yang diisyaratkan dalam industri (k)
dengan tingkat pertumbuhan earning dan dividen industri yang diharapkan (g) untuk
industri tertentu dalam pasar secara keseluruhan. Asumsi ini sama halnya dengan hubungan
antara perubahan dalam price earning ratio (P/E) industry, dengan price earning ratio (P/E)
pasar. Dalam melakukan analisis ini, investor terlebih dahulu perlu mengevaluasi kualitas
hubungan antara rasio P/E industri yang akan dianalisis dengan P/E pasar. Penyebabnya,
hubungan antara industri dengan pasar tidak sama untuk setiap industri. Mungkin saja, suatu
industri tertentu hubungan tersebut tidak signifikan. Oleh karena, investor perlu
menggunakan makro untuk mengestimasi earning multiplier untuk industri.
Selain menggunakan analisis makro, investor juga perlu melakukan analisis mikro
untuk estimasi earning multiplier dengan cara mengamati variabel-variabel yang
mempengaruhi earning multiplier industri seperti: dividen-payout ratio (DPR), tingkat
return yang diisyaratkan dalam industri (k), dan tingkat pertumbuhan earning dan dividen
industri yang diharapkan. Investor perlu membandingkan ketiga variabel tersebut dengan
price earning ratio pasar. Dari analisis tersebut, akan diketahui apakah earning multiplier
industri akan berada di atas atau di bawah atau sama dengan earning multiplier. Informasi
tersebut akan berguna untuk membantu membuat keputusan, sehingga investor dapat
melanjutkan kepada analisis berikutnya.
Analisis Perusahaan/Sekuritas
Analisis Sekuritas adalah cara untuk mendeteksi sekuritas mana yang nampaknya
mispriced. Bisa dilakukan dengan analisis teknikal dan analisis fundamental. Analisis
teknikal menggunakan data (perubahan) harga pada masa lalu sebagai upaya untuk
memperkirakan harga sekuritas di masa yang akan datang. Analisis fundamental berupaya
mengidentifikasi prospek perusahaan (lewat analisis terhadap faktor-faktor yang
mempengaruhinya) untuk dapat memperkirakan harga saham di masa yang akan datang.
2. Analisis Fundamental
Analisis ini memiliki horizon jangka panjang, karena selain menggunakan data
historis (berupa laporan keuangan perusahaan) analisis ini juga menggunakan data masa
depan berupa estimasi pertumbuhan perusahaan, estimasi perubahaan ekonomi di masa
mendatang, dan berbagai jenis estimasi lainnya yang dianggap dapat mempengaruhi kinerja
dan kelangsungan usaha.
Analisis ini biasa digunakan untuk jangka panjang, tetapi permasalahannya yang seringkali
dihadapi oleh investor adalah timing dan informasi. Karena tidak semua
investor mendapatkan informasi yang lengkap sehingga jika hanya mengandalkan analisis
fundamental, dapat terjadi kesalahan investasi akibat kurangnya informasi atau kesalahan
timing sehingga bisa jadi saham yang dibeli harganya sudah mahal. Untuk mengatasi
masalah timing tersebut dapat dilihat dari pergerakan bursa atau pergerakan saham tersebut
melalui analisis teknikal untuk menentukan sinyal transaksi (sinyal beli/sinyal jual). Dengan
menggunakan/menggabung kedua analisis tersebut secara tepat, bertujuan untuk
menghasilkan capital gain yang optimum. Pada dasarnya analisa fundamental dapat
dikelompokan menjadi empat kategori besar, yaitu:
1. Faktor Ekonomi
2. Faktor Politik
3. Faktor Keuangan dan Moneter
4. Faktor Eksternal
3. Faktor Ekonomi
a. Domestic Product
Merupakan jumlah seluruh barang dan jasa yang diproduksi oleh suatu negara baik
oleh perusahaan dalam negeri maupun oleh perusahaan asing yang beroperasi di
dalam negara tersebut pada suatu periode tertentu.
b. Inflasi
Penggunaan tingkat inflasi sebagai salah satu indikator fundamental ekonomi adalah
untuk mencerminkan tingkat GDP dan GNP ke dalam nilai sebenarnya. Nilai GDP
dan GNP merupakan indikator yang sangat penting bagi seorang Trader dalam
membandingkan peluang dan resiko investasinya di luar negeri.
d. Balance of Payment
d. Employment
4. Faktor Politik
Faktor Politik merupakan salah satu indikator untuk memprediksi pergerakan nilai
tukar, sangat sulit untuk diketahui timing / waktu terjadinya secara pasti dan untuk
ditentukan dampaknya terhadap fluktuasi nilai tukar. Ada kalanya suatu perkembangan
politik berdampak pada pergerakan nilai tukar, namun ada kalanya tidak membawa dampak
apapun terhadap pergerakan nilai tukar.
Faktor Eksternal dapat membawa perubahan yang signifikan terhadap nilai tukar
suatu negara. Perubahan ekonomi yang terjadi dalam suatu negara dapat membawa dampak
regional bagi perekonomian negara-negara yang berada di kawasan yang sama. Dalam era
alokasi global asset, arus portofolio modal tidak lagi mengenal batas-batas wilayah negara.
Para Fund Manager, Investor dan Hedge Fund yang melakukan investasi secara global
sangat mencermati perubahan ekonomi, bukan hanya dalam lingkup satu negara, melainkan
juga meluas hingga ke dalam lingkup satu kawasan / regional tertentu.
Laba per Saham atau dalam bahasa Inggris disebut dengan Earning per
Share yang disingkat dengan EPS adalah bagian dari laba perusahaan yang
dialokasikan ke setiap saham yang beredar. Laba per saham atau Earning per Share ini
merupakan indikator yang paling banyak digunakan untuk menilai profitabilitas suatu
perusahaan. Laba per saham adalah ukuran profitabilitas yang sangat berguna dan
apabila dibandingkan dengan Laba per Saham pada perusahaan sejenisnya, Laba per
Saham ini akan memberikan suatu gambaran yang sangat jelas tentang kekuatan
profitabilitas antara perusahaan yang bersangkutan dengan perusahaan
pembandingnya. Perlu diketahui bahwa perusahaan pembandingnya harus merupakan
perusahaan yang bergerak di jenis industri yang sama. Earning per Share atau EPS ini
apabila dihitung selama beberapa tahun, maka akan menunjukan apakah profitabilitas
perusahaan tersebut semakin membaik atau malah semakin memburuk. Investor
biasanya akan menginvestasikan dananya pada perusahaan yang Laba per Sahamnya
yang terus meningkat.
LAPORAN KEUANGAN
Lababersihsetelah
bungadanpajak
ROE
Jumlah modalsendiri
EBIT
ROA
Jumlah
as et
Contoh: Data laba bersih, EBIT, ekuitas, dan total aset PT Semen Gresik pada akhir Tahun
2006 dan 2007 seperti disajikan pada tabel berikut ini. Berapakah ROE dan ROA
perusahaan tersebut untuk Tahun 2006 dan 2007?
Jawab: ROE dan ROA PT Semen Gresik untuk Tahun 2006 dan 2007, adalah
1.295,52
ROE2006 0,2356
5.499,61
ROE 2007 0,2679
EBIT 1.779,38
ROA ROA2006 0,2374
Jumlahaset 7.496,42
ROA 2007 0,2815
Earning Per Share (EPS)
Para calon pemegang saham tertarik dengan earning per share yang besar, karena hal
ini merupakan salah satu indikator keberhasilan suatu perusahaan (Lukman Syamsudin,
1992 : 66). Secara singkat dapat peneliti simpulkan bahwa semakin tinggi nilai EPS tentu
saja akan menyenangkan pemegang saham, karena semakin besar laba yang disediakan
untuk pemegang saham.
Rumus:
Jumlahmodalsendiri
EPS ROEX
Jumlahsaham beredar
Lababersihsetelahbungadanpajak Jumlah
modalsendiri
EPS X
Jumlahmodalsendiri Jumlah
saham
beredar
Perhitungan EPS
Contoh: Berdasarkan data PT Semen Gresik tahun 2006 dan 2007 sebelumnya, jika jumlah
saham yang beredar di Tahun 2006 dan 2007 sama sebanyak 5,93 miliar, maka EPS dapat
dihitung dengan:
Lababersihsetelah
bungadanpajak
EPS
Jumlah saham beredar
Price to Earning Ratio atau biasanya disingkat dengan singkatan PER (P/E Ratio)
adalah rasio harga pasar per saham terhadap laba bersih per saham. Rasio Price to
Earning ini adalah rasio valuasi harga per saham perusahaan saat ini dibandingkan dengan
laba bersih per sahamnya. Price to Earning Ratio ini merupakan rasio yang sering
digunakan untuk mengevaluasi investasi prospektif. Rasio ini juga digunakan untuk
membantu investor dalam pengambilan keputusan apakah akan membeli saham perusahaan
tertentu. Umumnya, para trader atau investor akan memperhitungkan PER atau P/E Ratio
untuk memperkirakan nilai pasar pada suatu saham.
Rumus:
Keterangan:
Komponen PER
Estimasi nilai intrinsik saham dalam analisis perusahaan bisa dilakukan dengan
memanfaatkan dua komponen informasi penting dalam analisis perusahaan, yaitu EPS dan
PER (earning multiplier).
Rumus:
Jika nilai intrinsik saham sudah berhasil diestimasi, langkah selanjutnya adalah
membandingkan nilai intrinsik saham dengan harga pasarnya.
Contoh:
Pada tahun 2002, PT Kedaung Indah Can Tbk mempunyai total aktiva sebesar Rp203
milyar dan total kewajiban sebesar Rp76 milyar. Berapakah ekuitas pemegang sahamnya?
Jawab:
Mengikuti identitas akuntansi, ekuitas pemegang saham Kedaung Indah Can adalah
Rp203 milyar – Rp76 milyar = Rp127 milyar.
Data Per Lembar Saham dan Rasio Kinerja
Earning per Share (EPS) = Laba setelah pajak / Lembar saham beredar atau EPS =
ROE x BVPS
Book Value per Share (BVPS) = Ekuitas pemegang saham / Lembar saham beredar
Dividend per Share (DPS) = Dividen / Lembar saham beredar
Price Earning Ratio (PER atau P/E) = Harga saham / EPS
Price to Book Value (PBV atau P/B) = Harga saham / BVPS
Dividend Payout = DPS / EPS
Dividend Yield = DPS / Harga saham
Net Profit Margin = Laba setelah pajak / Pendapatan
Return on Investment / Return on Asset (ROI atau ROA) = Laba setelah pajak
/ Total aktiva.
Return on Equity (ROE) = Laba setelah pajak / Ekuitas pemegang saham.
Analisis Teknikal
e) Bollinger Band
Dikembangkan oleh John Bollinger dan merupakan indikator yang digunakan
untuk mengukur volatilitas market. Garis garis dalam Bollinger Band terbagi
dalam 3 garis, yakni garis bawah, tengah dan atas. Kita juga dapat menggunakan
garis garis ini sebagai garis Support dan Resistance.
Garis garis Bollinger Band ini bisa mengecil dan membesar, hal ini terjadi
dikarenakan volatilitas market itu sendiri, dimana jika pergerakan harga dalam
kondisi tidak bergairah atau kurang kuat (sideways) biasanya garis Bollinger Band
ini merapat dan bahkan mengecil dan jika pergerakan harga mulai berfluktuasi
maka garis Bollinger Band akan bergerak membesar.
Pada akhirnya tidak semua indikator tersebut harus digunakan dan tidak ada
indikator yang 100 % sempurna. Semuanya berpaling pada trading style masing
masing trader, ada yang suka menggunakan beberapa indikator dalam menganalisa
pergerakan harga bahkan ada yang tidak menggunakan indikator sama sekali.
Semakian banyak menggunakan indikator terkadang bisa membuat kita tidak fokus
dalam trading dan terkadang malah membingungkan. Sekali lagi Tidak ada benar atau
salah dalam hal ini, yang ada hanyalah, THE MARKET IS ALWAYS RIGHT.
Support Level.
Support level berarti tingkat harga atau kisaran harga, pada saat para analis
teknikal mengharapkan akan terjadinya peningkatan yang signifikan atas
permintaan saham di pasar. Biasanya terjadi ketika banyak investor melakukan
tindakan “ambil untung” dengan melakukan penjualan saham-saham karena
tertarik pada harga jual yang cukup tinggi, dan biasanya diikuti oleh penurunan
harga saham. Dampak selanjutnya adalah banyak pembeli saham yang tertarik
untuk melakukan pembelian-pembelian saham sehingga permintaan saham
kembali meningkat. Sesuai dengan hukum permintaan penawaran, peningkatan
permintaan saham ini nantinya diharapkan menjadi support level yang menjaga
agar harga saham bergerak naik.
Resistance Level
Resistance level berarti kisaran harga di mana para analis teknikal berharap
akan terjadi peningkatan yang signifikan atas jumlah saham yang ditawarkan di
pasar. Dengan kata lain, resistance level menggambarkan batas atas tingkat harga
(upper boundary) yang dapat membuat para penjual saham segera menjadi
penahan atas gerakan naik harga saham karena jika banyak pihak yang ingin
menjual saham di pasar maka diharapkan harga akan bergerak turun, dan tidak
melewati batas atas harga. Hal ini biasa terjadi ketika harga saham turun terus
setelah mencapai harga tertinggi. Investor yang memiliki saham tentunya tidaka
akan mau rugi akibat harga sahamnya selalu turun. Mereka akan menunggu
waktu yang tepat untuk menjual sahamnya agar kerugian berkurang. Biasanya
trend channel.