Anda di halaman 1dari 33

ANALISIS INDUSTRI

1. Pengertian Industri
Istilah industri berasal dari bahasa latin, yaitu industria yang artinya buruh atau
tenaga kerja. Istilah industri sering digunakan secara umum dan luas, yaitu semua kegiatan
manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dalam rangka mencapai kesejahteraan.
Definisi Industri menurut Sukirno adalah perusahaan yang menjalankan kegiatan ekonomi
yang tergolong dalam sektor sekunder. Kegiatan itu antara lain adalah pabrik tekstil, pabrik
perakitan dan pabrik pembuatan rokok. Industri merupakan suatu kegiatan ekonomi yang
mengolah barang mentah, bahan baku, barang setengah jadi atau barang jadi untuk
dijadikan barang yang lebih tinggi kegunaannya (Sukirno Sadono, 1995).
Sementara itu, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian
mengatakan bahwa industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan
baku, barang setengah jadi, dan atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih
tinggi untuk penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri.

2. Klasifikasi Industri di Indonesia


Klasifikasi industri di Indonesia juga dilakukan berdasarkan standar klasifikasi
industri tertentu. Salah satu standar yang banyak dipakai untuk mengelompokkan industri
bagi perusahaan-perusahaan yang listing di Bursa Efek Jakarta (BEJ) adalah Jakarta Stock
Exchange Sectoral Industry Classification (JASICA). Klasifikasi JASICA ini terdiri dari 9
divisi dan masing-masing divisi tersebut dibagi lagi menjadi kelompok industri utama dan
diberi kode 2 digit.
3. Analisis Industri
Analisis Industri merupakan salah satu bagian dalam analisis fundamental. Analisis
industri biasanya dilakukan setelah kita melakukan analisis ekonomi, disini investor
mencoba membandingkan kinerja dari berbagai industri untuk mengetahui jenis industri
apa saja yang memberikan prospek paling menjanjikan ataupun sebaliknya. Saat ini sering
terjadi masalah pengelompokan industri karena perusahaan yang mempunyai sekian banyak
ragam lini bisnis.
Terlepas dari permasalahan yang dihadapi, diperlukan cara pengklasifikasian industri.
Cara yang sering dipergunakan adalah dengan mendasarkan diri pada International Standart
Industrial Classification (ISIC) system. System ini menggunakan kode dengan jumlah digit
tertentu. Jumlah digit yang sedikit menunjukkan klasifikasi dengan dasar yang lebih luas,
dan makin banyak digitnya makin terinci klasifikasi yang dilakukan.
Sebelum melakukan analisis industri sektor tertentu, perlu melihat perkembangan atau
kinerja industry sektor tersebut. Sehingga pengamatan perlu dilakukan untuk periode yang
cukup panjang sehingga dapat dideteksi pola perkembangannya atau pengaruh akibat
kondisi ekonomi. Suatu industri yang mempunyai kepekaan lebih tinggi dari pasar
mengindikasikan bahwa industri tersebut mempunyai risiko pasar yang tinggi (artinya lebih
tinggi dari rata-rata).Meskipun demikian, risiko tersebut akan bergerak dalam dua arah,
yaitu: menjadi lebih buruk dari pasar atau sebaliknya. Dengan kata lain, kalau kondisi pasar
membaik, maka sektor industri yang mempunyai kepekaan tinggi juga akan membaik lebih
besar dari pasar.
Analisis industri merupakan tahap penting yang perlu dilakukan investor baik untuk
meminimalkan risiko maupun untuk mengidentifikasi industri yang mempunyai prospek
yang menguntungkan.
Analisis industri perlu diikuti analisis perusahaan agar investor dapat menentukan
saham perusahaan mana saja dalam suatu kelompok industri yang mempunyai kombinasi
return-risiko yang terbaik.

Beberapa penelitian yang terkait dengan analisis industri menghasilkan kesimpulan:

a. Studi mengenai kinerja tahunan industry, menunjukkan bahwa industri yang berbeda
mempunyai tingkat return yang berbeda pula. Hasil penelitian tersebut menunjukkan
bahwa analisis industri itu penting dan perlu dilakukan untuk mengetahui perbedaan
kinerja antar industri, sehingga akan membantu investor dan para analis untuk
mengidentifikasi peluang-peluang yang menguntungkan dan yang tidak
menguntungkan.
b. Tingkat return masing-masing industri berbeda di setiap tahunnya.
Dengan demikian, return industry di masa yang akan dating tidak bias diestimasi
dengan hanya menggunakan data return industri di masa lalu. OLeh karena itu analis
dan investor juga perlu menambahkan dengan beberapa data lain yang relevan untuk
mengestimasi return industry di masa yang akan datang.
c. Tingkat return perusahaan-perusahaan di suatu industri yang sama, terlihat cukup
beragam. Hal ini menunjukkan bahwa analisis industry juga perlu diikuti dengan
analisis perusahaan.
d. Tingkat risiko berbagai industri juga beragam, sehingga analis dan investor perlu
mempelajari dan mengestimasi factor-faktor risiko yang relevan untuk suatu
industry tertentu seperti halnya estimasi return.
e. Tingkat risiko suatu industri relatif stabil sepanjang waktu, sehingga analisis resiko
berdasarkan data historis dapat digunakan untuk mengestimasi risiko industry di
masa yang akan datang.
Dapat disimpulkan bahwa analisis industri penting dilakukan untuk meminimalkan
risiko ataupun mengidentifikasi industri yang mempunyai prospek yang menguntungkan.
Selanjutnya analisis industri juga perlu diikuti oleh analisis perusahaan, sehingga investor
dapat menentukan saham-saham dari perusahaan mana saja dalam suatu kelompok industri
yang mempunyai kombinasi return-risiko yang terbaik
4. Estimasi Earning Per-Share Industri

Menurut Indriyo Gitosudarmo dan Basri (2002: 7) me-maksimalkan kekayaan


pemegang saham dapat diukur dari pendapatan per lembar saham (Earning per Share/ EPS)
sehingga dalam hal ini EPS akan mempengaruhi kepercayaan investor pada perusahaan.
Selain itu menurut Brigham dan Houston (2006: 33-34) terdapat korelasi yang tinggi antara
Earning per Share, arus kas dan harga saham. Earning per Share merupakan salah satu indi-
kator keberhasilan yang telah dicapai perusahaan dalam menciptakan keuntungan bagi
pemegang sahamnya. Menurut Widoatmodjo (1996: 96) dalam Robin Wiguna dan
Anastasia Sri Mendari (2008) dalam perdagangan saham EPS sangat berpengaruh terhadap
harga saham. Semakain tinggi EPS maka akan semakin mahal suatu saham dan sebaliknya,
karena EPS merupakan salah satu bentuk rasio keuangan untuk menilai kinerja perusahaan.
Ada tiga teknik yang dapat digunakan untuk mengestimasikan tingkat penjualan melalui
EPS di suatu industri, yaitu:

a. Daur hidup industri (industry life cycle).

b. Analisis input-output.

c. Hubungan antara industri dengan ekonomi secara keseluruhan.

Ketiga teknik ini, saling melengkapi sehingga investor dapat mengkombinasikan


ketiga teknik tersebut untuk mendapatkan gambaran lengkap mengenai posisi dan prospek
industri dalam berbagai skenario.

5. Daur Hidup industri (Industri Life Cycle)

Tahap perkembangan industri umumnya dibagi menjadi lima, yaitu:

1. Tahap permulaan (introduction).


a. Tahap permulaan merupakan masa-masa awal perkembangan sebuah
industri.

b. Pada tahap ini, pertumbuhan penjualan sangat kecil dan profit yang
dihasilkan kemungkinan akan menunjukkan angka negatif karena perusahaan
harus mengeluarkan dana yang cukup besar untuk menutupi biaya promosi
dan pengembangan produk di awal-awal pertumbuhan industri.

2. Tahap pertumbuhan (growth).

a. Pada tahap pertumbuhan, penjualan tumbuh sangat cepat.


b. Permintaan semakin meningkat sedangkan persaingan belum begitu
ketat sehingga profit pada tahap pertumbuhan akan tumbuh tinggi.

c. Pertumbuhan industri pada tahap ini akan cenderung lebih besar dari
pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.

3. Tahap kedewasaan (mature).

a. Pada tahap ini, pertumbuhan penjualan mulai menurun, karena


banyaknya pesaing yang mulai masuk dan permintaan yang sudah
relatif stabil.

b. Oleh karena itu, profit pada tahap mature akan mengalami


pertumbuhan yang mulai menurun dan menuju tingkat keuntungan
yang normal.

c. Pertumbuhan industri pada tahap ini sedikit lebih besar dari


pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.

4. Tahap stabil.

a. Tahap stabil mungkin merupakan tahap yang paling panjang dalam


daur hidup industri.

b. Pertumbuhan industri akan cenderung sama dengan pertumbuhan


ekonomi secara keseluruhan atau segmen ekonomi di mana industri
tersebut berada.

c. Meskipun penjualan terkait erat dengan kondisi ekonomi, tetapi


besarnya pertumbuhan penjualan masing-masing perusahaan secara
individual dalam suatu industri akan berbeda-beda satu dengan yang
lain, tergantung dari kemampuan manajerial dari masing-masing
perusahaan.

5. Tahap penurunan.

a. Pada tahap penurunan, tingkat penjualan dan profit industri semakin


menurun.
b. Pada tahap ini ada perusahaan yang mulai keluar dari industri dan
investor pun mulai berpikir untuk mencari alternatif industri lain yang
lebih menguntungkan.

c. Pertumbuhan industri pada tahap ini akan jauh di bawah pertumbuhan


ekonomi secara keseluruhan.

6. Analisis Input-Output

Analisis input-output adalah suatu cara alternatif untuk mengetahui gambaran prospek
penjualan suatu industri di masa yang akan datang dengan cara mengidentifikasi pemasok
(supplier) dan konsumen dari suatu industri. Dengan melakukan analisis tersebut, kita dapat
mengestimasi permintaan konsumen di masa datang, serta kemampuan pemasok untuk
menyediakan barang dan jasa yang diperlukan dalam suatu industri. Informasi tersebut
nantinya dapat digunakan untuk memperkirakan tingkat penjualan dan keuntungan suatu
industri di masa depan.

7. Hubungan Industri dan Ekonomi

Teknik analisis ini membandingkan tingkat penjualan industri dengan kondisi


perekonomian secara keseluruhan yang berhubungan dengan barang dan jasa yang
diproduksi oleh industri tersebut. Teknik ini didasari oleh asumsi bahwa kondisi
perekonomian di mana suatu industri beroperasi akan terkait dengan penjualan dan
keuntungan suatu industri.

8. Persaingan dan Return Industri yang di Harapkan

Faktor penting lain yang mempengaruhi besarnya profit yang bisa diperoleh suatu
industri adalah intensitas persaingan dalam industri tersebut. Intensitas persaingan dalam
suatu industri akan menentukan kemampuan industri untuk tetap memperoleh tingkat return
di atas rata-rata. Lima faktor yang menentukan intensitas persaingan dalam suatu industri
tersebut adalah:

a. Ancaman adanya pemain baru,


b. Daya tawar (bargaining power) pembeli,

c. Persaingan diantara pemain yang ada,

d. Ancaman adanya barang atau jasa substitusi,

e. Daya tawar (bargaining power) pemasok.

Lima kekuatan persaingan akan menentukan profitabilitas industri karena lima faktor
tersebut mempunyai pengaruh terhadap komponen return on investment (ROI) dalam suatu
industri.

9. Porter’s Five Forces ( 5 kekuatan menurut porter)

Analisis kompetitif dengan menggunakan model Lima Kekuatan Porter adalah


pendekatan yang dipakai untuk mengembangkan strategi dibanyak perusahaan. Persaingan
itu, menurut Porter adalah sebagai berikut :

1. Persaingan antar perusahaan pesaing


2. Potensi masuknya pesaing baru
3. Potensi pengembangan produk pengganti
4. Daya tawar pemasok
5. Daya tawar konsumen
1. Persaingan antar Perusahaan Pesaing
Merupakan kekuatan terbesar dari lima kekuatan kompetitif lainnya.
Strategi yang dijalankan oleh suatu perusahaan dapat berhasil hanya jika
perusahaan memberikan keunggulan kompetitif dibandingkan dengan
perusahaan pesaing..Seperti penurunan harga, peningkatan kualitas,
penambahan fitur, penyedia layanan, perpanjangan garansi, dan pengintensifan
iklan.

2. Potensi Masuknya Pesaing Baru


Semakin mudahnya perusahaan baru masuk ke suatu industri tertentu,
maka intensitas persaingan antarperusahaan akan meningkat. Hambatan bagi
masuknya perusahaan baru dapat mencakup kebutuhan untuk mencapai skala
ekonomi secara cepat, kebutuhan untuk menguasi teknologi dan pengetahuan
khusus, kurangnya pengalaman, loyalitas konsumen yang tinggi, preferensi
merek yang kuat, persyaratan modal yang besar, kurangnya saluran distribusi
yang memadai, kebijakan regulative pemerintah, kurangnya akses ke bahan
mentah, kepemilikan paten, lokasi yang kurang menguntungkan, serangan
balik dari perusahaan yang diam-diam berkubu, dan potensi penyaring pasar.
3. Potensi Pengembangan Produk Pengganti
Di banyak industri, perusahaan berkompetinsi ketat dengan produsen
produk- produk pengganti. Dimana akan sangat berpengaruh apabila produk
pengganti tersebut memiliki harga yang lebih murah dan biaya peralihan
konsumen juga turun.

4. Daya Tawar Pemasok

Daya tawar pemasok mempengaruhi intensitas persaingan di suatu


industry khususnya ketika terdapat sejumlah besar pemasok, atau ketika hanya
terdapat sedikit bahan mentah pengganti yang bagus, atau ketika biaya
peralihan ke bahan mentah lain sangat tinggi.

Di dalam banyak industry, perusahaan membentuk kemitraan strategis


dengan memilih pemasok dalam upaya mengurangi persediaan biaya logistic,
mempercepat ketersediaan komponen generasi berikutnya, meningkatkan
kualitas suku cadang dan komponen yang disediakan dan mengurangi tingkat
cacat, dan yang terakhir yaitu penghematan biaya yang penting bagi
perusahaan dan juga pemasok mereka.

5. Daya Tawar Konsumen


Daya tawar pelanggan merupakan kekuatan utama yang mempengaruhi
intensitas persaingan dalam suatu industry ketika kelompok pembeli terpusat
atau membeli dengan volume yang besar, ketika produk yang dibeli standar
atau tidak teridentifikasi, ketika switching costyang dikeluarkan pelanggan
kecil, ketika pelanggan menjadi sangat penting bagi pembeli, dan ketika
pelanggan mengetahui informasi yang lengkap mengenai pembeli (produk,
harga, biaya).

10. Estimasi Earning Multiplier Suatu Industri

Setelah melakukan analisis faktor yang mempengaruhi intensitas persaingan industri,


Selanjutnya, investor perlu melakukan estimasi earning multiplier industri dengan
menggunakan 2 teknik yaitu:

1. Analisis Makro
2. Analisis Mikro.
Analisis makro dilakukan untuk mempelajari hubungan antara earning multiplier
untuk industri dengan earning multiplier pasar. Analisis makro mengasumsikan adanya
hubungan antara perubahan dalam tingkat return yang diisyaratkan dalam industri (k)
dengan tingkat pertumbuhan earning dan dividen industri yang diharapkan (g) untuk
industri tertentu dalam pasar secara keseluruhan. Asumsi ini sama halnya dengan hubungan
antara perubahan dalam price earning ratio (P/E) industry, dengan price earning ratio (P/E)
pasar. Dalam melakukan analisis ini, investor terlebih dahulu perlu mengevaluasi kualitas
hubungan antara rasio P/E industri yang akan dianalisis dengan P/E pasar. Penyebabnya,
hubungan antara industri dengan pasar tidak sama untuk setiap industri. Mungkin saja, suatu
industri tertentu hubungan tersebut tidak signifikan. Oleh karena, investor perlu
menggunakan makro untuk mengestimasi earning multiplier untuk industri.

Selain menggunakan analisis makro, investor juga perlu melakukan analisis mikro
untuk estimasi earning multiplier dengan cara mengamati variabel-variabel yang
mempengaruhi earning multiplier industri seperti: dividen-payout ratio (DPR), tingkat
return yang diisyaratkan dalam industri (k), dan tingkat pertumbuhan earning dan dividen
industri yang diharapkan. Investor perlu membandingkan ketiga variabel tersebut dengan
price earning ratio pasar. Dari analisis tersebut, akan diketahui apakah earning multiplier
industri akan berada di atas atau di bawah atau sama dengan earning multiplier. Informasi
tersebut akan berguna untuk membantu membuat keputusan, sehingga investor dapat
melanjutkan kepada analisis berikutnya.

Analisis Perusahaan/Sekuritas

1. Pengertian Analisis Sekuritas

Analisis Sekuritas adalah cara untuk mendeteksi sekuritas mana yang nampaknya
mispriced. Bisa dilakukan dengan analisis teknikal dan analisis fundamental. Analisis
teknikal menggunakan data (perubahan) harga pada masa lalu sebagai upaya untuk
memperkirakan harga sekuritas di masa yang akan datang. Analisis fundamental berupaya
mengidentifikasi prospek perusahaan (lewat analisis terhadap faktor-faktor yang
mempengaruhinya) untuk dapat memperkirakan harga saham di masa yang akan datang.
2. Analisis Fundamental

Analisis fundamental adalah analisis sekuritas yang menggunakan data-data


fundamental dan faktor-faktor eksternal yang berhubungan dengan perusahaan/ badan usaha
tersebut. Data fundamental yang dimaksud adalah data keuangan, data pangsa pasar,
siklus bisnis, dan sejenisnya. Sementara data faktor eksternal yang berhubungan dengan
badan usaha adalah kebijakan pemerintah, tingkat suku bunga, inflasi, dan sejenisnya.
Dengan mempertimbangkan data-data seperti tersebut diatas, analisis fundamental
menghasilkan berupa analisis penilaian badan usaha dengan kesimpulan apakah perusahaan
tersebut sahamnya layak dibeli atau tidak. Jika nilainya mahal atau overvalued, saham
tersebut dianggap nilainya lebih tinggi berdasarkan analisis fundamental melalui
perbandingan harga yang berlaku di pasar. Dengan kata lain harganya sudah terlalu mahal
jadi lebih baik tidak dibeli atau dijual jika memiliki sahamnya. Sementara jika yang terjadi
sebaliknya, saham itu layak untuk dibeli dengan alasan harganya murah.

Analisis ini memiliki horizon jangka panjang, karena selain menggunakan data
historis (berupa laporan keuangan perusahaan) analisis ini juga menggunakan data masa
depan berupa estimasi pertumbuhan perusahaan, estimasi perubahaan ekonomi di masa
mendatang, dan berbagai jenis estimasi lainnya yang dianggap dapat mempengaruhi kinerja
dan kelangsungan usaha.

Analisis ini biasa digunakan untuk jangka panjang, tetapi permasalahannya yang seringkali
dihadapi oleh investor adalah timing dan informasi. Karena tidak semua
investor mendapatkan informasi yang lengkap sehingga jika hanya mengandalkan analisis
fundamental, dapat terjadi kesalahan investasi akibat kurangnya informasi atau kesalahan
timing sehingga bisa jadi saham yang dibeli harganya sudah mahal. Untuk mengatasi
masalah timing tersebut dapat dilihat dari pergerakan bursa atau pergerakan saham tersebut
melalui analisis teknikal untuk menentukan sinyal transaksi (sinyal beli/sinyal jual). Dengan
menggunakan/menggabung kedua analisis tersebut secara tepat, bertujuan untuk
menghasilkan capital gain yang optimum. Pada dasarnya analisa fundamental dapat
dikelompokan menjadi empat kategori besar, yaitu:

1. Faktor Ekonomi
2. Faktor Politik
3. Faktor Keuangan dan Moneter
4. Faktor Eksternal

3. Faktor Ekonomi

Dalam menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi fundamental


perekonomian suatu negara, indikator ekonomi merupakan salah satu faktor yang tidak
dapat dipisahkan dan menjadi bagian penting dari keseluruhan faktor fundamental itu
sendiri. Seiring kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, untuk mendapatkan
sumber informasi terkini seorang trader juga sering menggunakan informasi yang berasal
dari monitor komputer, misalnya melaui Dow Jones Telerate, Reuters, Knight Rider
maupun Bloomberg. Indikator-indikator ekonomi yang sering digunakan dalam Analisis
Fundamental diantaranya:

a. Domestic Product

Merupakan jumlah seluruh barang dan jasa yang diproduksi oleh suatu negara baik
oleh perusahaan dalam negeri maupun oleh perusahaan asing yang beroperasi di
dalam negara tersebut pada suatu periode tertentu.

b. Inflasi

Penggunaan tingkat inflasi sebagai salah satu indikator fundamental ekonomi adalah
untuk mencerminkan tingkat GDP dan GNP ke dalam nilai sebenarnya. Nilai GDP
dan GNP merupakan indikator yang sangat penting bagi seorang Trader dalam
membandingkan peluang dan resiko investasinya di luar negeri.

d. Balance of Payment

Merupakan suatu neraca yang terdiri dari keseluruhan aktivitas transaksi


perekonomian internasional suatu negara, baik yang bersifat komersial
maupun finansial, dengan negara lain pada suatu periode tertentu. Balance of
Payment ini mencerminkan seluruh transaksi antara penduduk, pemerintah dan
pengusaha dalam negeri dan pihak luar negeri, seperti transaksi ekspor dan
impor, investasi portofolio, transaksi antar Bank Sentral dan lain-lain.
Indikator umum yang sering digunakan adalah neraca perdagangan /
current account. Faktor lain yang mempengaruhi neraca pembayaran adalah
adanya aliran investasi asing yang masuk ke dalam negeri dalam bentuk
Foreign Direct Investment maupun Portofolio Investment.

d. Employment

Employment adalah suatu indikator yang dapat memberikan gambaran tentang


kondisi riil berbagai sektor ekonomi. Indikator mengenai tingkat kesempatan kerja ini
dapat dijadikan sebagai alat untuk menganalisis sehat / tidaknya perekonomian suatu
negara. Apabila perekonomian berada dalam keadaan full capacity/kapasitas penuh
maka akan tercapai full employment. Jika keadaan sebaliknya, maka tingkat
pengangguran pun akan meningkat. Tingkat employment adalah indikator ekonomi
yang sangat penting bagi pasar keuangan pada umumnya dan pasar valuta asing
khususnya.

4. Faktor Politik

Faktor Politik merupakan salah satu indikator untuk memprediksi pergerakan nilai
tukar, sangat sulit untuk diketahui timing / waktu terjadinya secara pasti dan untuk
ditentukan dampaknya terhadap fluktuasi nilai tukar. Ada kalanya suatu perkembangan
politik berdampak pada pergerakan nilai tukar, namun ada kalanya tidak membawa dampak
apapun terhadap pergerakan nilai tukar.

5. Faktor Keuangan & Moneter

Peranan Faktor Keuangan sangat penting dalam melakukan Analisis Fundamental.


Adanya perubahan dalam kebijaksanaan moneter dan fiskal yang diterapkan oleh
pemerintah, terutama dalam hal kebijakan yang menyangkut perubahan tingkat suku bunga,
akan membawa dampak signifikan terhadap perubahan dalam fundamental ekonomi.
Perubahan kebijakan ini juga akan mempengaruhi nilai tukar mata uang. Para pengamat
pasar valuta asing menyatakan bahwa tingkat suku bunga adalah penentu utama nilai tukar
suatu mata uang, selain indikator keuangan lainnya, seperti jumlah uang yang beredar.
Aturan umum mengenai kebijakan tingkat suku bunga ini adalah: semakin tinggi tingkat
suku bunga maka semakin kuat juga nilai tukar suatu mata uang.Tingkat suku bunga yang
dimaksudkan disini adalah tingkat suku bunga riil bukan yang nominal. Seorang Trader
akan bereaksi terhadap perubahan selisih tingkat suku bunga, bukan pada perubahan tingkat
suku bunga secara individual.
6. FAKTOR EKSTERNAL

Faktor Eksternal dapat membawa perubahan yang signifikan terhadap nilai tukar
suatu negara. Perubahan ekonomi yang terjadi dalam suatu negara dapat membawa dampak
regional bagi perekonomian negara-negara yang berada di kawasan yang sama. Dalam era
alokasi global asset, arus portofolio modal tidak lagi mengenal batas-batas wilayah negara.
Para Fund Manager, Investor dan Hedge Fund yang melakukan investasi secara global
sangat mencermati perubahan ekonomi, bukan hanya dalam lingkup satu negara, melainkan
juga meluas hingga ke dalam lingkup satu kawasan / regional tertentu.

EARNING PER SHARE (EPS)

1. Pengertian EPS (Earning per Share atau Laba per Saham)

Laba per Saham atau dalam bahasa Inggris disebut dengan Earning per
Share yang disingkat dengan EPS adalah bagian dari laba perusahaan yang
dialokasikan ke setiap saham yang beredar. Laba per saham atau Earning per Share ini
merupakan indikator yang paling banyak digunakan untuk menilai profitabilitas suatu
perusahaan. Laba per saham adalah ukuran profitabilitas yang sangat berguna dan
apabila dibandingkan dengan Laba per Saham pada perusahaan sejenisnya, Laba per
Saham ini akan memberikan suatu gambaran yang sangat jelas tentang kekuatan
profitabilitas antara perusahaan yang bersangkutan dengan perusahaan
pembandingnya. Perlu diketahui bahwa perusahaan pembandingnya harus merupakan
perusahaan yang bergerak di jenis industri yang sama. Earning per Share atau EPS ini
apabila dihitung selama beberapa tahun, maka akan menunjukan apakah profitabilitas
perusahaan tersebut semakin membaik atau malah semakin memburuk. Investor
biasanya akan menginvestasikan dananya pada perusahaan yang Laba per Sahamnya
yang terus meningkat.

Laba per Saham(EPS) = (Laba Bersih setelah Pajak – Dividen) / Jumlah


Saham yang Beredar

LAPORAN KEUANGAN

1. Pengertian Laporan Keuangan


Laporan Keuangan merupakan instrumen yang sangat penting bagi pemegang
saham dan investor untuk mengetahui kemajuan dan pencapaian perusahaan dalam
mengelola keuangannya selama periode tertentu. Laporan keuangan ini juga dihitung
dalam jangka waktu yang ditentukan oleh perusahaan. Menurut Sutrisno (2012:9),
laporan keuangan adalah hasil akhir dari proses akuntansi yang meliputi dua laporan
utama yakni neraca dan laporan laba-rugi. Pada dasarnya, laporan keuangan
merupakan hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk
berkomunikasi antara data keuangan / aktivitas suatu perusahaan dengan pihak –
pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut. Dan pihak
– pihak yang berkepentingan terhadap posisi keuangan maupun perkembangan suatu
perusahaan adalah Para Pemilik Perusahaan, Manager Perusahaan, Para Kreditur,
Bankers, Para Investor, dan Pemerintah tempat perusahaan tersebut berjalan, dan Para
Karyawan. Jadi, melalui laporan keuangan akan dapat dinilai kemampuan perusahaan
untuk memenuhi kewajiban – kewajibannya jangka pendek struktur modal
perusahaan, distribusi daripada aktivanya, keefektifan penggunaan aktiva, hasil
usaha/pendapatan yang telah dicapai, beban-beban tetap yang harus dibayar, serta
nilai – nilai tiap lembar saham dari Perusahaan.

2. Tujuan Laporan Keuangan


Tujuan laporan keuangan menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
(PSAK) No. 1 (2015:3) adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan,
kinerja keuangan dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan
pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi.

Laporan keuangan juga menunjukkan hasil pertanggungjawaban manajemen


atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka. Dalam rangka
mencapai tujuan laporan keuangan menyajikan informasi mengenai entitas yang
meliputi: “asset, liabilitas ekuitas, pendapatan dan beban termasuk keuntungan dan
kerugian, kontribusi dari dan distribusi kepada pemilik dalam kapasitasnya sebagai
pemilik dan arus kas”.

3. Jenis Laporan Keuangan


a. Laporan Laba Rugi
Sesuai dengan namanya, jenis laporan keuangan ini berfungsi untuk
membantu Anda mengetahui apakah bisnis berada dalam posisi laba atau rugi.
Apabila pendapatan perusahaan lebih besar daripada beban atau biayanya, maka
bisnis memperoleh laba. Sebaliknya, jika pendapatan cenderung lebih kecil dari beban
atau biayanya, maka kemungkinan besar bisnis mengalami kerugian. Pada umumnya,
ada dua cara yang digunakan untuk menyusun laporan laba rugi, yaitu single step
(cara langsung) dan multiple step (cara bertahap). Metode single step relatif lebih
mudah dibandingkan multiple step, Anda hanya perlu menjumlahkan seluruh
pendapatan dari atas sampai bawah menjadi satu kelompok, kemudian menguranginya
dengan total beban atau biaya dalam periode yang berlaku.
Sedangkan, pada metode multiple step, pendapatan dipisah menjadi dua
kategori, yaitu pendapatan operasional (yang berasal dari kegiatan pokok) perusahaan
dan pendapatan non operasional (yang berasal dari luar kegiatan pokok) perusahaan.
Pembagian kategori tersebut juga berlaku pada beban atau biaya.
b. Laporan Perubahan Modal
Dalam menjalankan operasional perusahaan, tentunya modal awal yang
ditanam akan mengalami perubahan. Perubahan ini terjadi karena modal harus
digunakan dalam menjalankan roda perusahaan, juga karena adanya penambahan dari
laba yang didapat, penggunaan modal untuk kepentingan pemilik perusahaan, atau hal
lainnya. Laporan perubahan modal atau yang biasa disebut Capital Statement dalam
istilah akuntansi merupakan jenis laporan keuangan yang memberikan informasi
mengenai perubahan modal atau ekuitas perusahaan dalam periode tertentu. Laporan
perubahan modal ini berfungsi untuk menunjukkan seberapa besar perubahan modal
yang terjadi dan apa yang menyebabkan perubahan tersebut terjadi.
c. Neraca (Balance Sheet)
Neraca adalah jenis laporan keuangan ini menyajikan akun-akun aktiva,
kewajiban, dan modal dalam satu periode. Neraca biasanya terdiri dari dua bentuk,
yaitu bentuk skontro/horizontal (account form) dan bentuk vertikal/stafel (report
form). Nilai modal pada neraca merupakan nilai yang tercatat pada Laporan
Perubahan Modal. Keseimbangan pada neraca dapat tercapai karena pada Laporan
Perubahan Modal sudah terdiri dari pendapatan dan biaya yang tercatat pada Laporan
Laba-Rugi.
a. Aktiva, merupakan harta yang dimiliki perusahaan dengan nilai manfaat di
masa depan (future economic benefit). Aktiva terdiri dari Aktiva Lancar
(Current Assets) dan Aktiva Tetap Berwujud (Tangiable Fixed Assets)
b. Kewajiban, terdiri dari Utang Lancar (Current Liabilities) dan Utang
Jangka Panjang (Long Term Liabilities).
c. Modal, adalah harta kekayaan perusahaan yang dimiliki oleh pemilik
perusahaan. Modal akan bertambah jika pemilik perusahaan menambahkan
investasinya ke dalam perusahaan dan jika perusahaan memperoleh
keuntungan.
d. Laporan Arus Kas
Laporan arus kas atau Cash Flow berfungsi untuk memberikan informasi
mengenai arus kas masuk dan arus kas keluar. Laporan mengenai arus kas masuk
dapat dilihat dari beberapa sumber, yaitu hasil dari kegiatan operasional dan kas yang
diperoleh dari pendanaan atau pinjaman. Sedangkan arus kas keluar dapat dilihat dari
berapa banyak beban biaya yang dikeluarkan perusahaan, baik untuk kegiatan
operasional atau investasi pada bisnis lain.
Jenis laporan keuangan dapat berbeda-beda tergantung dari perusahaan yang
dijalankan atau dapat disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan. Jurnal adalah
software akuntansi online yang dapat menyediakan laporan keuangan secara instan,
mudah, dan cepat.
KELEMAHAN PELAPORAN EPS DALAM LAPORAN KEUANGAN
Beberapa kelemahan pelaporan EPS dalam laporan keuangan:
1. Permasalahan pelaporan earning yang akan menimbulkan konflik kepentingan
antara investor di satu sisi sebagai pengguna laporan keuangan dan manajemen di sisi
lainnya sebagai penyaji laporan keuangan.
2. Lemahnya kemampuan laporan keuangan untuk menggambarkan kondisi
perusahaan yang paling terkini. Seperti yang kita ketahui bahwa laporan keuangan
disusun pada akhir periode (biasanya 1 tahun) untuk menggambarkan apa yang telah
terjadi pada perusahaan pada periode tertentu. Kelemahan seperti ini dikenal juga
dengan istilah snapshot.

ANALISIS RASIO PROFITABILITAS PERUSAHAAN

1. Return on Equity (ROE)


Menggambarkan sejauhmana kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang bisa
diperoleh pemegang saham.

Lababersihsetelah
bungadanpajak
ROE 
Jumlah modalsendiri

2. Return on Asset (ROA)


Menggambarkan sejauhmana kemampuan aset-aset yang dimiliki perusahaan bisa
menghasilkan laba.

EBIT
ROA 
Jumlah
as et

Perhitungan ROE & ROA

Contoh: Data laba bersih, EBIT, ekuitas, dan total aset PT Semen Gresik pada akhir Tahun
2006 dan 2007 seperti disajikan pada tabel berikut ini. Berapakah ROE dan ROA
perusahaan tersebut untuk Tahun 2006 dan 2007?
Jawab: ROE dan ROA PT Semen Gresik untuk Tahun 2006 dan 2007, adalah

Laba bersih setelah bunga dan pajak


ROE =
Jumlah modal sendiri

1.295,52
ROE2006   0,2356
5.499,61
ROE 2007  0,2679

EBIT 1.779,38
ROA  ROA2006   0,2374
Jumlahaset 7.496,42
ROA 2007  0,2815
Earning Per Share (EPS)

Earning Per Share (EPS) merupakan komponen penting pertama yang


harusdiperhatikan dalam analisis perusahaan. Informasi EPS suatu perusahaan
menunjukkan besarnya laba bersih perusahaan yang siap dibagikan untuk semua pemegang
saham perusahaan. EPS merupakan rasio yang menunjukkan berapa besar
keuntungan(return) yang diperoleh investor atau pemegang saham per lembar saham
(Tjiptono dan Hendry, 2001 : 139).

Pada umumnya manajemen perusahaan, pemegang saham biasa dan calonpemegang


saham sangat tertarik pada Earning Per Share (EPS), karena hal ini menggambarkan jumlah
rupiah yang diperoleh untuk setiap lembar saham biasadan menggambarkan prospek
earning perusahaan. di masa depan.

Para calon pemegang saham tertarik dengan earning per share yang besar, karena hal
ini merupakan salah satu indikator keberhasilan suatu perusahaan (Lukman Syamsudin,
1992 : 66). Secara singkat dapat peneliti simpulkan bahwa semakin tinggi nilai EPS tentu
saja akan menyenangkan pemegang saham, karena semakin besar laba yang disediakan
untuk pemegang saham.

Rumus:

Laba bersih setelah bunga dan pajak


EPS=
Jumlah sahamberedar

Jumlahmodalsendiri
EPS ROEX
Jumlahsaham beredar
Lababersihsetelahbungadanpajak Jumlah
modalsendiri
EPS X
Jumlahmodalsendiri Jumlah
saham
beredar

Perhitungan EPS

Contoh: Berdasarkan data PT Semen Gresik tahun 2006 dan 2007 sebelumnya, jika jumlah
saham yang beredar di Tahun 2006 dan 2007 sama sebanyak 5,93 miliar, maka EPS dapat
dihitung dengan:

Lababersihsetelah
bungadanpajak
EPS
Jumlah saham beredar

EPS2006 = Rp1.295,52 / 5,93


= Rp218

EPS2007 = 1.775,41 / 5,93


= Rp299

EPS PT Semen Gresik tersebut juga dapat dihitung dengan:

EPS = (Rp1.295,52 / Rp5.499,61) x (Rp5.499,61 / 5,93)


2006
= Rp218

EPS = (Rp1.775,41 / Rp6.627,26) x (Rp6.627,26 / 5,93)


2007
= Rp299
Price Earning Ratio (PER)

Price to Earning Ratio atau biasanya disingkat dengan singkatan PER (P/E Ratio)
adalah rasio harga pasar per saham terhadap laba bersih per saham. Rasio Price to
Earning ini adalah rasio valuasi harga per saham perusahaan saat ini dibandingkan dengan
laba bersih per sahamnya. Price to Earning Ratio ini merupakan rasio yang sering
digunakan untuk mengevaluasi investasi prospektif. Rasio ini juga digunakan untuk
membantu investor dalam pengambilan keputusan apakah akan membeli saham perusahaan
tertentu. Umumnya, para trader atau investor akan memperhitungkan PER atau P/E Ratio
untuk memperkirakan nilai pasar pada suatu saham.

Informasi PER (earning multiplier) mengindikasikan besarnya rupiah yang harus


dibayarkan investor untuk memperoleh satu rupiah earning perusahaan.

Rumus:

Keterangan:

D1/E1 = tingkat dividend payout ratio yang diharapkan

k = tingkat return yang disyaratkan

g = tingkat pertumbuhan dividen yang diharapkan

Komponen PER

1. Dividend payout ratio (DPR) merupakan perbandingan antara dividen yang


dibayarkan perusahaan terhadap earning yang diperoleh perusahaan.
2. Tingkat return yang disyaratkan (k) diperoleh dengan menjumlahkan tingkat
return bebas risiko (risk-free rate) dan premi risiko yang disyaratkan investor.
k = RF + RP

= tingkat return bebas risiko + premi risiko


3. Tingkat pertumbuhan dividen yang diharapkan (g),
merupakan fungsi dari besarnya ROE dan tingkat laba ditahan perusahaaan
(retention rate).
g= ROE X tingkat laba ditahan
Lababersihsetelahbungadanpajak
= X (1- DPR)
Jumlah modalsendiri

Estimasi Nilai Intrinsik Saham

Estimasi nilai intrinsik saham dalam analisis perusahaan bisa dilakukan dengan
memanfaatkan dua komponen informasi penting dalam analisis perusahaan, yaitu EPS dan
PER (earning multiplier).

Rumus:

P = Estimasi EPS X PER


0
= E X PER
1

Jika nilai intrinsik saham sudah berhasil diestimasi, langkah selanjutnya adalah
membandingkan nilai intrinsik saham dengan harga pasarnya.

Analisis Perusahaan Menggunakan Ringkasan Laporan Keuangan

Informasi secara lengkap laporan keuangan perusahaan diperoleh pada laporan


tahunan yang dipublikasikan perusahaan. Sumber-sumber lain umumnya menyajikan
laporan keuangan perusahaan dengan format ringkasan, misalnya Indonesian Capital
Market Dirctory (ICMD) yang dikeluarkan oleh Institute for Economics and Financial
Research (ECFIN).

Contoh:

Pada tahun 2002, PT Kedaung Indah Can Tbk mempunyai total aktiva sebesar Rp203
milyar dan total kewajiban sebesar Rp76 milyar. Berapakah ekuitas pemegang sahamnya?

Jawab:

Mengikuti identitas akuntansi, ekuitas pemegang saham Kedaung Indah Can adalah
Rp203 milyar – Rp76 milyar = Rp127 milyar.
Data Per Lembar Saham dan Rasio Kinerja

 Earning per Share (EPS) = Laba setelah pajak / Lembar saham beredar atau EPS =
ROE x BVPS
 Book Value per Share (BVPS) = Ekuitas pemegang saham / Lembar saham beredar
 Dividend per Share (DPS) = Dividen / Lembar saham beredar
 Price Earning Ratio (PER atau P/E) = Harga saham / EPS
 Price to Book Value (PBV atau P/B) = Harga saham / BVPS
 Dividend Payout = DPS / EPS
 Dividend Yield = DPS / Harga saham
 Net Profit Margin = Laba setelah pajak / Pendapatan
 Return on Investment / Return on Asset (ROI atau ROA) = Laba setelah pajak
/ Total aktiva.
 Return on Equity (ROE) = Laba setelah pajak / Ekuitas pemegang saham.

Analisis Teknikal

1. Pengertian Analysis Technical


Technical Analysis (TA) merupakan sebuah metode yang
mempelajari pergerakan harga dengan melihat data historis harga yang terjadi di
market melalui media chart. Dengan mempelajari data historis ini dapat ditarik
sebuah kesimpulan untuk pengambilan keputusan investasi di market. Analisis
teknikal tidak mencoba untuk mengukur nilai intrinsik suatu sekuritas, melainkan
menggunakan grafik dan alat-alat lain untuk mengidentifikasi pola-pola yang dapat
menyarankan aktivitas masa depan.
2. Asumsi-Asumsi Dasar
1) Market Actions Discount Everything
Kritik utama dari analisis teknikal adalah bahwa ia hanya menganggap
pergerakan harga, mengabaikan faktor fundamental perusahaan. Namun, analisis
teknikal mengasumsikan bahwa, pada waktu tertentu, harga saham mencerminkan
segala sesuatu yang telah atau dapat mempengaruhi perusahaan – termasuk faktor
fundamental. Teknikal analis percaya bahwa fundamental perusahaan, bersama
dengan faktor ekonomi yang lebih luas dan psikologi pasar, semua harga ke saham,
menghilangkan kebutuhan untuk benar-benar mempertimbangkan faktor-faktor secara
terpisah. Ini hanya meninggalkan analisis pergerakan harga, yang memandang teori
teknikal sebagai produk dari penawaran dan permintaan untuk saham tertentu di
pasar.
2) Price Moves in Trends
Dalam analisis teknikal, pergerakan harga diyakini mengikuti tren. Ini berarti
bahwa setelah tren telah ditetapkan, pergerakan harga masa depan adalah lebih
mungkin untuk berada dalam arah yang sama sebagai tren daripada harus
melawannya. Strategi perdagangan yang paling teknikal didasarkan pada asumsi ini.

3) History Tends To Repeat Itself


Gagasan lain yang penting dalam analisis teknikal adalah bahwa sejarah
cenderung berulang, terutama dalam hal pergerakan harga. Sifat berulang dari
pergerakan harga dikaitkan dengan psikologi pasar, dengan kata lain, pelaku pasar
cenderung memberikan reaksi yang konsisten terhadap rangsangan pasar yang sama
dari waktu ke waktu. Analisis teknikal menggunakan pola grafik untuk menganalisa
pergerakan pasar dan memahami tren. Meskipun banyak dari grafik telah digunakan
lebih dari 100 tahun, mereka masih diyakini relevan karena menggambarkan pola
pergerakan harga yang sering berulang.

3. Metode-Metode Analisis Teknikal


Untuk memberikan gambaran mengenai cara bekerja para analis teknikal, berikut ini
ada beberapa metode analisis teknikal saham yang paling umum digunakan dan
mudah dipahami., yaitu:
a) Moving Average
Merupakan indikator sederhana yang paling banyak banyak digunakan oleh
trader ataupun investor karena sangat sederhana dan mudah menggunakannya.
Garis M dapati menunjukkan adanya sebuah trend yang sedang berjalan dan
kemungkinan yang akan terjadi. Waktu yang digunakan biasanya adalah MA
20,50 dan 200. Garis MA ini juga bisa berfungsi sebagai garis Suppport dan
Resistance serta terbagi dalam: SMA (Simple Moving Average); WMA
(Weighted Moving Average); dan EMA (Exponential Moving Average)

b) Moving Average Convergence Divergence (MACD)


Pertama kali diciptakan oleh Gerald Appel. MACD termasuk indikator lagging
dan sifat pergerakannya naik atau turun (oscillator) dan terbagi menjadi dua
bagian area oversold dan area overbought.
Indikator MACD memiliki dua garis ,warna tidak penting yang penting
berbeda, dimana salah satunya adalah garis sinyal dan yang lain adalah garis
MACD. Garis MACD adalah selisih dari dua buah EMA (misal EMA 26
dan EMA 12) dan menggunakan harga penutupan saham.
Standar garis sinyal yang biasa digunakan adalah sembilan hari sedangkan
garis MACD adalah 26 dan 12. Jika garis sinyal dibuat lebih pendek, misalnya
tujuh hari maka akan memberikan sinyal yang lebih sensitif. Jika semakin rendah
periodenya maka kekurangannya adalah akan memberikan banyak sinyal palsu.
Garis sinyal sifatnya lebih lambat dan merupakan moving average dari
garis MACD.
Cara bacanya jika Sinyal jual adalah pada saat garis MACD memotong ke
bawah garis sinyal maka ini merupakan sinyal jual. Dan disebut sinyal beli jika
garis MACD memotong ke atas garis sinyal.

c) RELATIVE STRENGHT INDEX (RSI)


RSI adalah suatu indikator osilator dengan batasan rentang terendah (0)
sampai rentang tertinggi (100). Rentang di bawah 30 disebut sebagai
area oversold dan rentang di atas 70 disebut sebagai area overbought.
Periode RSI standardnya menurut pembuatnya adalah 14 hari, namun dapat
dirubah agar menghasilkan sinyal yang lebih sensitif menjadi 12, 10, atau 9 hari).
Bila garis RSI menembus ke bawah garis rentang 70 memberikan sinyal bearish.
Bila garis RSI menembus ke atas garis rentang 30 memberikan sinyal bullish.
Jika terjadi penyimpangan garis RSI dengan grafik pergerakan harga saham
(bertolak belakang), maka dapat pula sebagai sinyal jual atau sinyal beli. Apabila
garis RSI berada di atas garis rentang 70 (kondisi overbought) menunjukan arah
yang berlawanan dengan market, maka memberikan sinyal bearish. Apabila garis
RSI berada di bawah garis rentang 30 (kondisi oversold) menunjukan arah yang
berlawanan dengan market, maka memberikan sinyal bullish.
d) Stochastic Oscilator
Pergerakan Stochastic hampir menyerupai pergerakan RSI, namun
Stocasthic memilik dua garis yang disebut garis %K dan %D yang berkisar di
level vertikal 0-100. Area diatas 80 termasuk area overbought sedangkan area di
bawah 20 termasuk area oversold.
Mana yang disebut garis sinyal? Garis %K adalah disebut garis sinyal dan
garis yang terpenting. Garis % D disebut garis trigger (pemicu). Dikatakan ada
sinyal beli jika pada area oversold garis %K memotong ke atas garis %D.
Dikatakan sinyal jual jika pada area overbought garis %K memotong ke bawah
garis %D.

e) Bollinger Band
Dikembangkan oleh John Bollinger dan merupakan indikator yang digunakan
untuk mengukur volatilitas market. Garis garis dalam Bollinger Band terbagi
dalam 3 garis, yakni garis bawah, tengah dan atas. Kita juga dapat menggunakan
garis garis ini sebagai garis Support dan Resistance.
Garis garis Bollinger Band ini bisa mengecil dan membesar, hal ini terjadi
dikarenakan volatilitas market itu sendiri, dimana jika pergerakan harga dalam
kondisi tidak bergairah atau kurang kuat (sideways) biasanya garis Bollinger Band
ini merapat dan bahkan mengecil dan jika pergerakan harga mulai berfluktuasi
maka garis Bollinger Band akan bergerak membesar.

Pada akhirnya tidak semua indikator tersebut harus digunakan dan tidak ada
indikator yang 100 % sempurna. Semuanya berpaling pada trading style masing
masing trader, ada yang suka menggunakan beberapa indikator dalam menganalisa
pergerakan harga bahkan ada yang tidak menggunakan indikator sama sekali.
Semakian banyak menggunakan indikator terkadang bisa membuat kita tidak fokus
dalam trading dan terkadang malah membingungkan. Sekali lagi Tidak ada benar atau
salah dalam hal ini, yang ada hanyalah, THE MARKET IS ALWAYS RIGHT.

4. Teknik Penggunaan Grafik


a) The Dow Theory.
Teori ini ditemukan oleh Charles H. Dow pada tahun 1800-an. Teori ini
bertujuan untuk mengidentifikasi tren harga pasar saham dalam jangka panjang
dengan berdasar pada data-data historis harga pasar saham di masa lalu, yang
dikelompokkan mejadi tiga yaitu:
 Primary Trend, yaitu pergerakan harga saham dalam jangka waktu panjang
 Secondary Intermediate Trend, yaitu pergerakan harga saham yang terjadi
selama pergerakan harga dalam primary tren. Bersifat penyimpangan dari
pergerakan primer yang terjadi dalam beberapa minggu atau bulan.
 Minor Trend atau day to day move merupakan fluktuasi harga saham yang

terjadi setiap hari.

b) Chart Pola Pergerakan Harga Saham

 Support Level.
Support level berarti tingkat harga atau kisaran harga, pada saat para analis
teknikal mengharapkan akan terjadinya peningkatan yang signifikan atas
permintaan saham di pasar. Biasanya terjadi ketika banyak investor melakukan
tindakan “ambil untung” dengan melakukan penjualan saham-saham karena
tertarik pada harga jual yang cukup tinggi, dan biasanya diikuti oleh penurunan
harga saham. Dampak selanjutnya adalah banyak pembeli saham yang tertarik
untuk melakukan pembelian-pembelian saham sehingga permintaan saham
kembali meningkat. Sesuai dengan hukum permintaan penawaran, peningkatan
permintaan saham ini nantinya diharapkan menjadi support level yang menjaga
agar harga saham bergerak naik.
 Resistance Level
Resistance level berarti kisaran harga di mana para analis teknikal berharap
akan terjadi peningkatan yang signifikan atas jumlah saham yang ditawarkan di
pasar. Dengan kata lain, resistance level menggambarkan batas atas tingkat harga
(upper boundary) yang dapat membuat para penjual saham segera menjadi
penahan atas gerakan naik harga saham karena jika banyak pihak yang ingin
menjual saham di pasar maka diharapkan harga akan bergerak turun, dan tidak
melewati batas atas harga. Hal ini biasa terjadi ketika harga saham turun terus
setelah mencapai harga tertinggi. Investor yang memiliki saham tentunya tidaka
akan mau rugi akibat harga sahamnya selalu turun. Mereka akan menunggu
waktu yang tepat untuk menjual sahamnya agar kerugian berkurang. Biasanya

pada saat harga saham mencapai titik balik (recovery point).

5. Tantangan-Tantangan Penggunaan Technical Analysis


Tantangan terhadap penggunaan technical analysis diungkapkan oleh para
penentangnya. Fokus penentang penggunaan technical analysis adalah pada:
1) Basic assumption
Asumsi technical analysis berlawanan dengan konsep dan hasil penelitian empiris
tentang EMH. Untuk menghasilkn superior risk-adjusted return (setelah dikurangi
transaction costs), harga pasar suatu sekuritas akan segera menyesuaikan diri
terhadap munculnya informasi. Trend ini menjadikan munculnya weak-form
EMH. Setelah menguji
Keberadaan weak-form EMH (lihat bahasan sebelumnya), peneliti
menemukan bahwa harga asset tidak bergerak pada suatu trend tertentu. Hasil
riset ini mendukung adanya EMH.
2) Technical trading rules
Harga pasar asset (hubungan antara specific market variables dengan harga
saham) tidak berulang. Sebagai konsekuensinya, penggunaan suatu teknik di masa
lalu mungkin saja menjadi tidak dapat diaplikasikan pada kesempatan lain.
Kemungkinan ini menyebabkan technical analyst menerapkan beragam trading rules
dan mencari kesepakatan dan consensus bersama untuk memprediksi pola harga
pasar suatu asset (future market pattern). Masalah lain pada technical analyst
adalah keberhasilan penggunaan suatu trading rule akan mendorong investor lain
untuk mengadopsinya. Hal ini akan menjadikan trading rule tersebut popular dan
berakibat pada meningkatnya level persaingan antar investor, dan pada akhirnya
akan menetralkan teknik tersebut. Hal lain adalah penggunaan trading rules yang
banyak menjadikan technical analyst membutuhkan a great deal of subjective
judgment.
Dua orang technical analyst yang mengamati pola harga saham yang sama
bisa jadi memiliki interpretasi yang berbeda tentang pola harga yang sedang
terjadi. Faktor lain tentang technical analysis adalah bahwa standard values yang
bisa menjadi signal untuk keputusan investasi bisa berubah sepanjang waktu.
3) Technical trading indicators
Grafik berikut ini menggambarkan siklus harga saham yang terjadi secara
normal. Siklus ini bisa terjadi pada keseluruhan pasar modal (overall stock
market) atau untuk saham individual. Grafik tersebut menggambarkan peak
(puncak) dan trough (low activity), rising trend channel, declining trend channel, flat

trend channel.

Grafik tersebut dimulai dengan berakhirnya masa declining(bear) market, yaitu


berhenti pada trough, yang kemudiaan diikuti dengan trend naik (upward trend) yang
melampaui declining trend channel.Ketika declining trend sudah beralih arah ini
memberikan sinyal bagi technical analyst untuk membeli asset. Technical analyst
kemudian mengharapkan adanya rising trend channel. Sepanjang harga saham
mengalami kenaikan seiring dengan rising trend channel tersebut, investor
umumnya menyarankan untuk menahan asset (hold the stock). Secara ideal,
investor ini ingin menjual saham saat siklus mengalami peak.Tetapi, investor
tidak dapat mengidentifikasi bahwa peakakan terjadi hingga trend tersebut mengalami
perubahan. Jika harga saham mulai mengalami pola mendatar (flat pattern), maka
masa rising trend channel akan terlampaui. Pada posisi ini, technical analyst
cenderung memutuskan untuk menjual saham. Meskipun demikian, mereka bisa
memutuskan untuk menahan kepemilikan asset untuk melihat apakah asset
tersebut akan mengalami periode konsolidasi dan kemudian mengakhiri masa
flat trend channel, dan mulai mengalami kenaikan lagi. Alternative lain, jika
harga saham mengakhiri masa flat dan cenderung menurun, maka technician
memandang trend ini sebagai sinyal untuk menjual asset dan mengamati penurunan
tersebut sebagai dimulainya declining trend channel.

6. Keuntungan dan Kelemahan Penggunaan Technical Analysis


Keuntungan utama menggunakan metode technical analysis adalah bahwa
metode tersebut tidak menggantungkan diri pada informasi pada laporan
keuangan. Seperti diketahui, laporan keuangan (financial accounting statements)
adalah sumber utama informasi tentang kinerja perusahaan atau industry di
masa lalu. Fundamental analyst menggunakan laporan keuangan ini untuk
memproyeksikan risiko dan return suatu sekuritas atau industry di masa mendatang.
Namun bagi technical analyst, terdapat beberapa kelemahan laporan
keuangan:
a. Laporan keuangan tidak memberikan informasi yang dibutuhkan oleh security
analyst, termasuk faktor psikologis dan nonquantifiable variable seperti employee
training and loyalty, customer goodwill, dan perilaku pemegang saham dalam
suatu industri apakah mereka cenderung konservatif atau agresif. Perilaku
pemegang saham ini penting untuk memperhitungkan risiko misalnya jika terjadi
pelarangan produk atau pengenaan pajak yang tinggi, seperti misalnya pada produk
rokok.
b. Pembuatan laporan keuangan didasarkan pada GAAP (Generalized Accepted
Accounting Principles) yang memungkinkan perusahaan memilih satu di antara
beberapa jenis prosedur untuk melaporkan biaya, asset atau liabilities. Perbedaan
pemilihan metode ini dapat menghasilkan perbedaan nilai biaya, pendapatan,
ROA dan ROE. Akibatnya, investor memiliki kesulitan saat membandingkan
laporan keuangan dari dua perusahaan atau lebih bahkan di satu industri yang sama.
Dengan alasan tersebut, technical analyst tidak menggantungkan keputusan
investasi pada informasi dari laporan keuangan.
Jika pada suatu saat fundamental analyst mengetahui bahwa sekuritas A ada
dalam posisi under-atau over-valued sebelum investor lain mengetahuinya, analyst
tersebut harus menentukan kapan saat membeli atau menjual asset tersebut.
Idealnya, highest rate of return akan dapat diperoleh saat investor melakukan
transaksi sebelum terjadi perubahan nilai pasar. Misalnya, jika diketahui bahwa
berdasarkan analisis di bulan Februari, Anda memperhitungkan bahwa perusahaan
A akan dapat menghasilkan profit tinggi di bulan Juni. Meskipun Anda dapat
membeli saham perusahaan A pada bulan Februari, Anda lebih baik menunggu
hingga bulan Mei untuk membeli saham tersebut. Dengan demikian, uang Anda tidak
terikat pada saham A selama 3 bulan. Hal tersebut terjadi bagi fundamental
analyst. Akan tetapi, baik fundamental maupun technical analyst sama-
sama memiliki kecenderungan untuk menunggu saat yang tepat untuk
berinvestasi. Kebanyakan technical analyst tidak berinvestasi hingga saat terjadinya
pergerakan menuju equilibrium baru.

Anda mungkin juga menyukai