Anda di halaman 1dari 20

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Pengertian Beton

Berikut ini adalah macam – macam pengertian beton, yaitu sebagai berikut :
1. Beton merupakan suatu bahan komposit (campuran) dari beberapa material,
yang bahan utamanya terdiri dari campuran antara semen, agregat halus,
agregat kasar, air serta bahan tambahan lain dengan perbandingan tertentu.
Karena beton merupakan bahan komposit, maka kualitas beton sangat
tergantung dari kualitas masing-masing material pembentuk
(Tjokrodimulyo,1992).
2. Beton adalah batuan buatan yang terjadi sebagai hasil pengerasan suatu
campuran tertentu dari semen, air dan agregat (batu pecah, kerikil, dan pasir).
3. Beton dalam pengertian umum adalah campuran bahan-bahan agregat halus
dan agregat kasar berupa pasir dan batu pecah/kerikil/koral kemudian diikat
semen bercampur air.

Nilai kekuatan dan daya tahan (durability) beton merupakan fungsi dari
banyak faktor, antaranya adalah nilai banding campuran dan mutu bahan susun,
metode pelaksanaan pembuatan adukan beton, temperatur dan kondisi
perawatan pengerasannya. Nilai kuat tekan beton relatif tinggi dibanding kuat
tariknya, dan merupakan bahan getas. Nilai kuat tariknya berkisar antara 9%-
15% dari kuat tekannya, pada penggunaan sebagai komponen struktural
bangunan, umumnya beton diperkuat dengan batang tulangan baja sebagai
bahan yang dapat bekerjasama dan mampu membantu kelemahannya, terutama
pada bagian yang bekerja menahan tarik (Dipohusodo, 1994).

III - 1
3.2 Sifat-Sifat Beton

1. Kekuatan Tekan Beton


Sifat yang paling penting dari beton adalah kuat tekan beton. Kuat tekan beton
biasanya berhubungan dengan sifat-sifat lain, maksudnya apabila kuat tekan
beton tinggi, sifat-sifat lainnya juga baik (Kardiyono Tjokrodimulyo,1995).
2. Kekuatan Tarik Beton
Kekuatan beton di dalam tarik adalah juga suatu sifat yang penting yang
mempengaruhi rambatan dan ukuran retak di dalam struktur. Nilai kuat tariknya
berkisar antara 9%-15% dari kuat tekannya, pada penggunaan sebagai
komponen struktural bangunan, umumnya beton diperkuat dengan batang
tulangan baja sebagai bahan yang dapat bekerjasama dan mampu membantu
kelemahannya, terutama pada bagian yang bekerja menahan tarik (Dipohusodo,
1994).
3. Rangkak dan Susut
a. Rangkak
Rangkak adalah sifat dimana beton mengalami perubahan bentuk (deformasi)
permanen akibat beban tetap yang bekerja padanya. Faktor–faktor yang
mempengaruhi rangkak adalah:
1) Sifat bahan dasar, seperti komposisi dan kehalusan semen, kualitas adukan
dan kandungan mineral dalam agregat
2) Rasio air terhadap jumlah semen atau kadar air
3) Suhu pada waktu proses pengikatan
4) Kelembaban nisbi selama penggunaan
5) Umur beton saat beban bekerja
6) Lama pembebanan
7) Nilai tegangan
8) Nilai banding luas permukaan dan volume komponen struktur
9) Nilai slump

b. Susut
Susut adalah perubahan volume elemen beton karena terjadi kehilangan uap
air akibat adanya penguapan dan tidak berhubungan dengan beban. Faktor –
faktor yang mempengaruhi besarnya susut adalah :

III - 2
1) Agregat sebagai penahan susut pasta semen
2) Faktor air semen (fas), dimana semakin besar fas semakin
besar pula efek susut
3) Ukuran elemen beton (kelajuan dan besarnya susut akan
berkurang bila volume elemen betonnya semakin besar)
4) Kelembaban nisbi selama penggunaan
5) Banyaknya penulangan
6) Penggunaan bahan tambah

4. Deformasi
Deformasi adalah perubahan bentuk yang tidak elastis di bawah suatu
pembebanan, yang diduga disebabkan oleh penutupan pori-pori dalam, aliran
dari pasta semen, pergerakan kristal didalam agregat dan terjadinya penekanan
air dari “gel” semen karena adanya tekanan. Kecepatan dari deformasi
bergantung dari faktor-faktor berikut ini yang tergantung pada tegangan yang
diadakan:
a. Kekuatan (semakin besar kenaikan kekuatan,
deformasi makin dapat dikurangi).
b. Semen (angka perbandingan tegangan/kekuatan dari
beton dan pengembangan kekuatan adalah berhubungan dengan semen).
c. Perbandingan campuran (deformasi berkurang
bilamana perbandingan air semen dan volume dari pasta semen juga
berkurang)
d. Agregat (deformasi berkurang bilamana agregat makin halus dan biasanya
bertambah besar lagi bilamana dipakai agregat yang berongga)
e. Perawatan (deformasi berkurang bila hidrasi semen telah berlangsung,
sedemikian sehingga beton mengalami deformasi terus pada waktu basah
yang besarnya kurang dibanding bila dirawat di udara terbuka. Pergantian
dari basah ke kering mengakibatkan besaran deformasi meningkat).
f. Umur (kecepatan deformasi berkurang sejalan dengan umur beton. Deformasi
pada umur satu tahun dapat mencapai dua kali lipat dari umur 28 hari, tetapi
penambahan deformasi lebih lanjut sebesar 20% mungkin membutuhkan
waktu lima tahun).
5. Durabilitas

III - 3
Faktor-faktor yang mempengaruhi durabilitas suatu beton adalah :
a. Nilai banding campuran dan mutu bahan susun.
b. Metode pelaksanaan pengecoran.
c. Pelaksanaan finishing, temperatur dan kondisi perawatan beton.
6. Sifat Kedap Air
Beton berkecenderungan berisi rongga akibat adanya gelembung-gelembung
yang terbentuk selama atau sesudah pencetakan. Hal ini penting, terutama untuk
memperoleh campuran yang mudah untuk dikerjakan dengan menggunakan air
yang berlebihan dari pada yang dibutuhkan guna persenyawaan kimia dengan
semen.
Air menggunakan ruang dan bila kering meninggalkan rongga udara . Bila
diperhatikan dengan cermat, semen Portland dapat dibuat cukup kedap air dan
menambahnya dengan bahan khusus, analisa data tentang penyebab ruang
kosong, jelaslah untuk mendapatkan beton yang padat dan kedap air, dimana
perbandingan air semen harus direduksi seminimal mungkin sejauh kemudahan
pengerjaannya masih konsisten untuk dipadatkan tanpa terjadi pemisahan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kepadatan beton :
a. Mutu dan porositas dari agregat.
b. Umur, kekedapan air berkurang dengan perkembangan umur.
c. Gradasi, agregat dipilih sedemikian sehingga dihasilkan beton dengan
kemudahan pengerjaan yang baik, dengan air yang optimal. Gradasi yang
besar sebaiknya dihindarkan.
d. Perawatan merupakan pengaruh yang penting, oleh karenanya perlu untuk
membasahi beton terutama selama beberapa hari.

3.3 Kelas dan Mutu Beton.


Mutu beton dibagi dalam tiga kelas seperti yang disyaratkan dalam Peraturan
Beton Indonesia (PBI 1971) pasal 4.7. :
1. Beton kelas I, adalah beton untuk pekerjaan tidak struktural, untuk
pelaksanaannya tidak diperlukan keahlian khusus. pengawasan ringan terhadap
mutu bahan – bahan, sedangkan kekuatan tidak diisyaratkan pemeriksaannya.
2. Beton kelas II, adalah beton untuk pekerjaan–pekerjaan stuktural secara umum,
pelaksanaannya memerlukan keahlian yang cukup dan harus dilakukan di bawah
pengawasan tenaga-tenaga ahli. Beton kelas II dibagi dalam mutu–mutu standar

III - 4
K125 = 125kg/cm2, K175 = 175kg/cm2 dan K225 = 225kg/cm2. Pada umunya
hanya dibatasi pada pengawasan terhadap mutu bahan – bahan, sedangkan
terhadap kekuatan tekan tidak diisyaratkan pemeriksaannya. Pada mutu-mutu
K125 = 125kg/cm2, K175 = 175kg/cm2 dan K225 = 225kg/cm2, pengawasan
mutu terdiri dari pengawasan yang ketat terhadap mutu bahan – bahan dengan
keharusan untuk memeriksa kekuatan tekan beton secara kontinyu.
3. Beton kelas III adalah beton untuk pekerjaan – pekerjaan stuktural, dimana
dipakai mutu beton dengan kekuatan tekan karakteristik yang lebih tinggi dari
K225 = 225kg/cm2, pelaksaannya memerlukan keahlian khusus dan harus
dilakukan di bawah pengawasan tenaga – tenaga ahli. Diisyaratkan adanya
laboratorium beton dengan peralatan yang lengkap yang dilayani oleh tenaga
ahli yang dapat melakukan pengawasan mutu beton secara kontinyu.
3.4 Material Penyusun Beton
Untuk menghasilkan mutu beton yang baik, sangat tergantung pada kualitas
bahan yang dipakai, komposisi yang digunakan, cara pengerjaan dan cara
perawatan. Dengan demikian penurunan dari kualitas dari salah satu elemen
tersebut dapat menurunkan kemampuan kerja beton.
Olehnya perlu diadakan pengujian untuk mendapatkan data yang akurat
mengenai sifat-sifat bahan campuran sehingga dapat dijadikan standar dalam
perencanaan atau menentukan karakteristik serta perbandingan bahan campuran
yang digunakan, faktor yang mempengaruhi beton diantaranya :
1. Agregat
Agregat merupakanmaterial granular,isalnya pasir, kerikil, batu pecah dan kerak
tungku besi, yang dipakai secara bersama-sama dengan suatu media pengikat
untuk membentuk suatu beton semen hidraulik atau adukan. Agregat merupakan
salah satu bahan pengisi pada beton, namun demikian peranan agregat pada
beton sangatlah penting. Kandungan agregat dalam beton kira-kira mencapai
70%-75% dari volume beton. Agregat sangat berpengaruh terhadap sifat-sifat
beton, sehingga pemilihan agregat merupakan suatu bagian penting dalam
pembuatan beton. Agregat dibedakan menjadi dua macam yaitu agregat halus
dan agregat kasar yang diperoleh secara alami atau buatan. Untuk menghasilkan
beton dengan kekompakan yang baik, diperlukan gradasi agregat yang baik.
Gradasi agregat adalah distribusi ukuran kekasaran butiran agregat.
Penggunaan bahan batuan dalam adukan beton berfungsi:

III - 5
a. Menghemat penggunaan semen portland.
b. Menghasilkan kekuatan besar pada beton.
c. Mengurangi penyusutan pada pengerasan beton.
d. Dengan gradasi yang baik dapat dicapai beton padat.
e. Sifat mudah dikerjakan (workability), dapat diperiksa pada adukan beton
dengan gradasi beton.
Agregat yang digunakan sebagai bahan pembentuk beton terdiri dari :
1) Agregat Halus (pasir)
Agregat halus diartikan sebagai agregat yang dapat melewati saringan
uji 5 mm atau agregat yang berdiameter 0 sampai 5 mm dan biasa
disebut pasir (Gunawan Y.A dan Yulizar Y, 1987).
Untuk mendapatkan mutu beton yang diharapkan maka agregat halus
yang akan digunakan harus memenuhi persyaratan yang telah
ditentukan, antara lain :
a) Agregat halus terdiri dari butir – butir yang bersifat kekal, artinya
tidak hancur atau pecah oleh pengaruh – pengaruh cuaca.
b) Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 3 %
(ditentukan terhadap berat kering), apabila kadar lumpurnya
melampaui 3 % maka agregat harus dicuci.
c) Agregat halus tidak mengandung bahan – bahan organik terlalu
banyak, yang diartikan dengan pecobaan warna dari Abrams Harder
/dengan larutan NaOH.

Gambar 3.1 Agregat Halus

2) Agregat Kasar (kerikil)


“Pada umumnya yang dimaksud dengan agregat kasar adalah agregat
dengan besar butiran lebih besar dari 5 mm” (PBI, 1971). Dalam
pengertian lain agregat kasar ialah agregat yang berdiameter butiran lebih
besar dari 4,80 mm dapat berasal dari batu alam (kerikil) batu pecah
III - 6
yang diperoleh dari pemecahan batu. “Sebagaimana halnya agregat halus,
agregat kasar yang akan digunakan harus memenuhi persyaratan –
pesyaratan yang telah ditentukan “ (PBI, 1971), antara lain :
a) Agregat kasar yang mengandung butir – butir yang keras dan tidak
berpori. agregat kasar yang mengandung butir – butir pipih hanya
dapat dipakai bila jumlah butir – butir pipih dipakai bila jumlah butir
tersebut melampaui 20 % dari berat agregat seluruhnya.
b) Agregat kasar tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1 %, maka
agregat kasar harus dicuci.
c) Agregat kasar tidak boleh mengandung zat – zat yang dapat
merusak beton, seperti zat – zat reaktif alkali.
d) Kekerasan dari butir – butir agregat kasar diperiksa dengan mesin
Los Angeles, dimana tidak boleh terjadi kehilangan berat lebih dari
40 %.

Gambar 3.2 Agregat Kasar

2. Semen Portland
Semen adalah bahan yang bersifat sebagai bahan perekat (adhesif) dan sebagai
bahan pemersatu agregat (kohesif) yang digunakan sebagai bahan pengikat
material. Semen yang digunakan sebagai bahan beton adalah semen portland
atau pozzoland, berupa semen hidroulik yang berfungsi sebagai bahan perekat
bahan susun beton. Semen portland adalah semen hidroulis yang umum
digunakan sebagai bahan bangunan. Definisi menurut standart industri indonesia
SII 0031-1981 sebagai berikut : “Semen portland adalah semen hidroulis yang
dihasilkan dengan cara menghaluskan klinker yang terutama terdiri dari silika-
silika kalsium yang bersifiat hidroulis, bersama bahan tambahan yang biasa
digunakan dalam gypsum [PUBI-1981]” (Tjokrodimuljo, 1986). Sesuai dengan
tujuan pemakaiannya, semen porland di Indonesia dibagi menjadi 5 (lima) jenis
(SK SNI-T-15-1990-03 ; 2), yaitu:

III - 7
1. Tipe I
Jenis semen portland type I mungkin yang paling familiar disekitar Anda
karena paling banyak digunakan oleh masyarakat luas dan beredar di pasaran.
Jenis ini biasa digunakan untuk konstruksi bangunan umum yang tidak
memerlukan persyaratan khusus untuk hidrasi panas dan kekuatan tekan
awal. Kegunaan Semen Portland Type I diantaranya konstruksi bangunan
untuk rumah permukiman, gedung bertingkat, dan jalan raya. Karakteristik
Semen Portland Type I ini cocok digunakan di lokasi pembangunan di
kawasan yang jauh dari pantai dan memiliki kadar sulfat rendah.  

Gambar 3.3 Semen Tipe I

2. Tipe II
Kondisi letak geografis ternyata menyebabakan perbedaan kadar asam sulfat
dalam air dan tanah dan juga tingkat hidrasi. Oleh karena itu, keadaan
tersebut mempengaruhi kebutuhan semen yang berbeda. Kegunaan Semen
Portland Type II  pada umumnya sebagai material bangunan yang letaknya
dipinggir laut, tanah rawa, dermaga, saluran irigasi, dan
bendungan. Karakteristik Semen Portland Type II yaitu tahan terhadap asam
sulfat antara 0,10 hingga 0,20 persen dan hidrasi panas  yang bersifat sedang.

Gambar 3.4 Semen Tipe II

III - 8
3. Tipe III
Lain halnya dengan tipe I yang digunakan untuk konstruksi tanpa persyaratan
khusus, kegunaan semen portland type III memenuhi syarat konstruksi
bangunan dengan persyaratan khusus. Karakteristik Semen Portland Type
III diantaranya adalah memiliki daya tekan awal yang tinggi pada permulaan
setelah proses pengikatan terjadi, lalu kemudian segera dilakukan
penyelesaian secepatnya. Jenis semen Portland type III digunakan untuk
pembuatan bangunan tingkat tinggi, jalan beton atau jalan raya bebas
hambatan, hingga bandar udara dan bangunan dalam air yang tidak
memerlukan ketahanan asam sulfat. Ketahananya Portland Type III
menyamai kekuatan umur 28 hari beton yang menggunakan Portland type I.       

Gambar 3.5 Semen Tipe III

4. Tipe IVxi
adalah jenis semen yang dalam penggunaannya membutuhkan panas hidrasi
rendah.  Jenis semen portland type IV diminimalkan pada fase pengerasan
sehingga tidak terjadi keretakkan. Kegunaan Portland Type IV digunakan
untuk dam hingga lapangan terbang.
5. Tipe V
untuk konstruksi bangunan yang membutuhkan daya tahan tinggi terhadap
kadar asam sulfat tingkat tinggi lebih dari 0,20 persen. Kegunaan Semen
Potrtland Type V dirancang untuk memenuhi kebutuhan di wilayah dengan
kadar asam sulfat tinggi seperti misalnya rawa-rawa, air laut atau pantai, serta
kawasan tambang. Jenis bangunan yang membutuhkan jenis ini diantaranya
bendungan, pelabuhan, konstruksi dalam air, hingga pembangkit tenaga
nuklir.

III - 9
Gambar 3.6 Semen Tipe V

3. Air
Dalam pembuatan beton, air merupakan salah satu faktor penting, karena air
dapat bereaksi dengan semen, yang akan menjadi pasta pengikat agregat. Air
juga berpengaruh terhadap kuat desak beton, karena kelebihan air akan
menyebabkan penurunan pada kekuatan beton itu sendiri. Selain itu kelebihan
air akan mengakibatkan beton menjadi bleeding, yaitu air bersama-sama semen
akan bergerak ke atas permukaan adukan beton segar yang baru saja dituang.
Hal ini akan menyebabkan kurangnya lekatan antara lapis-lapis beton dan
merupakan yang lemah. Air pada campuran beton akan berpengaruh terhadap :
a. Sifat workability adukan beton.
b. Besar kecilnya nilai susut beton.
c. Kelangsungan reaksi dengan semen portland, sehingga dihasilkan dan
kekuatan selang beberapa waktu.
d. Perawatan keras adukan beton guna menjamin pengerasan yang baik.
Air untuk pembuatan beton minimal memenuhi syarat sebagai air minum
yaitu tawar, tidak berbau, bila dihembuskan dengan udara tidak keruh dan
lain-lain, tetapi tidak berarti air yang digunakan untuk pembuatan beton harus
memenuhi syarat sebagai air minum.

(Kardiyono Tjokrodimulyo, 1992) dijelaskan bahwa dalam Penggunaan air


untuk beton sebaiknya memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Tidak mengandung lumpur atau benda melayang lainnya lebih dari 2 gr/ltr.
b. Tidak mengandung garam-garam yang dapat merusak beton (asam, zat
organik) lebih dari 15 gr/ltr.
c. Tidak mengandung Klorida (Cl) lebih dari 0,5 gr/ltr.
d. Tidak mengandung senyawa sulfat lebih dari 1 gr/ltr.
III - 10
3.5 Kemudahan Pengerjaan Beton (Workability)
Sifat ini merupakan ukuran dari tingkat kemudahan adukan untuk diaduk,
diangkut, dituang dan dipadatkan. Unsur–unsur yang mempengaruhi sifat
kemudahan pengerjaan beton segar, sebagai berikut :
1. Jumlah air yang dipakai dalam campuran adukan beton. Makin banyak air yang
dipakai makin mudah beton segar dikerjakan
2. Penambahan semen kedalam campuran yang diikuti dengan bertambahnya air
pada campuran untuk memperoleh nilai fas tetap.
3. Gradasi campuran pasir dan kerikil
4. Pemakaian butir maksimum kerikil.
5. Pemakaian butir – butir batuan yang bulat.

3.6 Pemadatan Beton


Tujuan pemadatan beton adalah untuk menghilangkan rongga-rongga udara dan
untuk mencapai kepadatan yang maksimal. Pemadatan juga menjamin suatu lekatan
yang baik antara beton dengan permukaan baja tulangan atau bahan yang ikut dicor.
Kepadatan maksimal dapat dicapai dengan bantuan alat pemadat ataupun alat
bantu manual dengan kondisi campuran beton sesuai spesifikasi dengan
pertimbangan workability yang tidak menyulitkan pekerja dengan menjaga faktor
air semen dalam beton segar, “di lain pihak, penting agar campuran jangan terlalu
encer, karena tak disangsikan lagi akan terjadi segregasi (pemisahan butiran),
Laitance (bagian beton yang jelek kualitasnya), timbul secara berlebihan di bagian
atas yang dicor, lemah dan kepadatan yang rendah karena ruangan ditempati oleh
air yang berlebihan” (Murdock, L.J, dkk. 1986).
Pemadatan dengan bantuan mesin dilakukan dengan alat getar (vibrator). Alat
getar itu mengakibatkan getaran pada beton segar yang baru saja dituang, sehingga
mengalir dan menjadi padat. Penggetaran yang terlalu lama harus dicegah untuk
menghindari mengumpulnya kerikil di bagian bawah dan hanya mortar yang ada di
bagian atas.

3.7 Perawatan Beton


Perawatan beton dilakukan setelah beton mengalami final setting. Fungsi
perawatan agar proses hidrasi tidak mengalami gangguan yang disebabkan oleh
kehilangan air. Kehilangan air banyak terjadi pada saat setting time serta penguapan
pada hari-hari pertama akibat perbedaan suhu yang besar dengan lingkungan.
III - 11
Untuk beton normal perawatan dilakukan selama minimal 7 hari, sedangkan untuk
beton dengan kekuatan awal tinggi selama 3 hari.
Tujuan dari perawatan beton adalah :
1. Mencegah terjadinya penguapan/pelepasan air yang berlebihan, karena
penguapan/pelepasan air yang berlebihan, akan menyebabkan hambatan dalam
proses hidrasi.
2. Beton harus dipelihara agar berada dalam suhu tertentu sedemikian rupa
sehingga terhindar dari perbedaan suhu yang berlebihan.
Untuk memperoleh hasil pengujian yang diharapkan, maka setelah beton
dikeluarkan dari cetakan harus dilakukan perawatan. Ada beberapa cara
perawatan beton yang biasa dilakukan adalah:
1. Menaruh beton segar di dalam ruangan yang lembab.
2. Menaruh beton segar di atas genangan air.
3. Menaruh beton segar di dalam air.
4. Menyelimuti permukaan beton dengan karung basah.
5. Menggenangi permukaan beton dengan air.
6. Menyirami permukaan beton pada saat tertentu.
Cara 1, 2, dan 3 dilakukan terhadap contoh beton yang berbentuk
kubus/silinder dan balok, adapun cara 4, 5, dan 6 dilakukan untuk beton segar
yang dituang di lapangan/ di proyek (Tjokrodimuljo, 1996. Hal.55).

3.8 Metode Pelaksanaan Pekerjaan


Metode Pelaksanaan Pekerjaan adalah tahap realisasi design rencana menjadi
sebuah bangunan yang utuh. Pada tahap ini dibutuhkan metode yang efektif dalam
menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan shop drawing. Metode yang dipakai
dalam pelaksanaan pekerjaan dapat berbeda meskipun untuk pekerjaan yang
sama, hal ini tergantung dari sumber daya dan kondisi lingkungan yang dihadapi.
Perencanaan yang matang mengenai metode yang diterapkan di lapangan mutlak
diperlukan untuk mendapatkan hasil yang sesuai dengan spesifikasi yang
disyaratkan. Selain menjamin mutu yang dihasilkan, metode pelaksanaan yang
dipilih juga harus memperhitungkan keselamatan kerja semua yang terlibat dalam
proses pelaksanaan pekerjaan sehingga menekan tingkat kecelakaan kerja dalam
proyek.

III - 12
1. Pekerjaan Persiapan
Sebelum pelaksanaan pekerjaan di lapangan dimulai, kegiatan pertama kali
yang dilakukan oleh pihak pelaksana (kontraktor) adalah mobilisasi. Pekerjaan
mobilisasi yang dilakukan adalah semua pekerjaan persiapan yang diperlukan
untuk memungkinkan terlaksananya pekerjaan serta manajemennya.
a. Mobilisasi Peralatan
Mobilisasi peralatan adalah pekerjaan persiapan dengan tujuan untuk
menyediakan kebutuhan peralatan berupa alat berat dan alat bantu yaitu :
1) Alat-alat tukang kayu dan tukang batu seperti : gergaji, palu/martil,
sekop, linggis, alat perata campuran, dan ember.
2) Alat pencampur beton (Molen)
3) Mesin getar (Vibrator)
4) Alat pemotong besi (Strong Bar Cutter)
5) Kereta dorong untuk mengangkut campuran, batu bata dan material.
6) Sarana penerangan berupa lampu, dsb.
b. Mobilisasi Personalia
Mobilisasi personalia adalah mempersiapkan tenaga kerja beserta mandor
yang akan menyelesaikan pekerjaan.
c. Mobilisasi Material
1) Bahan dan peralatan, seperti : paku, besi, kawat, helm kerja, semen dan
peralatan lainnya harus disimpan di gudang/ agar terlindung dari terik
matahari, serta hujan.
2) Bahan-bahan seperti pasir, kerikil dan air diletakkan dekat lokasi
pekerjaan (pencampuran).
d. Pembuatan Direksi Keet dan Gudang
Direksi keet merupakan tempat untuk melaksanakan pengawasan,
pengendalian pekerjaan, pekerjaan administrasi proyek, tempat pemajangan
schedule proyek, gambar bestek, kurva S, tempat makan direksi dan tamu
pengawas, tempat transaksi material dengan pihak suplier serta transaksi
dengan mandor & tukang.
Gudang merupakan tempat pengamanan material dan peralatan yang harus
terlindung dari panas dan hujan agar terjaga kualitasnya.
Pembuatan direksi keet dan gudang tidak dibangun secara permanen karena
hanya bersifat sementara, namun tetap mengutamakan kenyaman yang

III - 13
mengacu pada spesifikasi teknis dokumen pelelangan  dan diatur dalam
ketentuan dokumen kontrak.
e. Pengukuran
Pengukuran sebagai penetapan dan penentuan ukuran yang didasarkan pada
as balok dan ketinggian kolom dari rencana pembangunan. Pengukuran
dilakukan secara horizontal dan vertikal. sedangkan pengukuran kedataran
bekisting (balok dan pelat lantai dua) menggunakan waterpass dan
theodolith serta benang sebagai alat bantu penentuan kedataran.
f. Air kerja
Air kerja dibutuhkan untuk keperluan proyek, seperti untuk membuat
adukan beton, mortar, grounting, mencuci agregat dan curing beton. Air
yang digunakann harus air tawar yang bersih dari bahan-bahan yang
berbahaya (seperti : minyak, alkali, sulfat, garam, lanau dan bahan organis
lainnya).
g. Listrik Kerja
Listrik yang dimaksud adalah jumlah daya yang diperlukan untuk
pengoprasian  alat-alat yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pekerjaan
seperti mesin bor, mesin pemotong, pompa air, penerangan dan alat-alat
yang membutuhkan tenaga listrik di lapangan guna membantu kelancaran
pekerjaan.
h. Papan Nama Proyek
Papan nama proyek sebagai papan informasi proyek yang dipasang pada
awal pekerjaan. Papan nama proyek umumnya berukuran 1 x 1,50 meter
dari bahan yang dapat disesuaikan dengan jumlah anggaran. Adapun
cakupan kegiatan yang tertulis pada papan nama proyek, yaitu :
1) Nama Departemen/Instansi Pemberi Tugas
2) Nama Proyek dan Nama Pekerjaan
3) Sumber Dana dan Tahun Snggaran
4) Nilai Kontrak dan Waktu Pelaksanaan
5) Nama Konsultan Pengawas
6) Nama Pelaksana
i. Administrasi dan Dokumentasi
Administrasi yang dimaksud yaitu pengurusan perijinan, pelaporan, termin
atau surat-surat lainnya yang berhubungan dengan pelaksanaan kegiatan.

III - 14
Dokumentasi dibuat sebanyak lima kali yaitu foto kondisi sebelum
pelaksanaan pekerjaan 0 %, foto kondisi pelaksanaan 25 %, 50 %, 75 % dan
foto kondisi proyek selesai (100%). Setelah pekerjaan berakhir, penyedia
jasa harus menyerahkan album foto sebanyak 3 (tiga) set untuk arsip proyek
kepada pengguna jasa.
j. Pemasangan Bouwplank
1) Bouwplank adalah papan-papan yang dipasang di sekitar lokasi
pekerjaan.
2) Kayu yang digunakan adalah kayu reng 5/7 x 4m dan kayu papan 3/20.
3) Bouwplank dipasang mendatar sesuai ketinggian rencana, dan dipaku
pada beberapa tempat untuk menarik benang-benang as.
4) Benang-benang as ini menjadi acuan dalam semua pekerjaan yang
menyangkut letak elemen bangunan, lebar pondasi dan tembok,
kedalaman galian, dan ketinggian elemen bangunan (lantai, pintu,
jendela, dll).
5) Bouwplank tidak perlu dipasang menerus, pada beberapa tempat dapat
dikosongkan untuk jalan pekerja.

7. Pekerjaan Struktur Beton Bertulang


a. Pekerjaan Sloof
1) Besi sloof yang telah dipotong dan dirakit selanjutnya dipasang di atas
pondasi.
2) Buat stek besi untuk sambungan besi kolom di sloof.
3) Sebelum pengecoran sloof, semua jarak dan ukuran dicek kembali oleh
pengawas. Baik itu jumlah dan jarak tulangan maupun ukuran sloof
lantai.
4) Untuk kostruksi sloof gantung dimana sloof langsung diletakkan di atas
tanah, perlu dilakukan pemadatan dengan alat stamper hingga tanah
benar-benar padat.
5) Sloof lantai dicor dengan campuran semen, pasir, kerikil dan air sesuai
spesifikasi mix design. Pencampuran dilakukan dengan menggunakan
alat molen beton (site mix). Terlebih dahulu pasir dengan kualitas baik
yang rendah kadar lumpurnya dicampur dengan kerikil. Setelah itu
ditambahkan semen dan dicampur rata lalu terakhir ditambahkan air. Bila

III - 15
campuran telah rata lalu dituang ke bak pencampuran dan diisi ke ember
campuran untuk diangkut dan dituang ke bekisting sloof lantai.
6) Bekisting menggunakan batako sehingga tidak lagi dilakukan proses
pencabutan bekisting seperti halnya bekisting kayu. Dalam artian coran
sloof menyatu dengan bekisting.
b. Pekerjaan Pelat Lantai Beton
1) Menyiapkan shop drawing sebelum memulai pekerjaan.
2) Material panel-panel bekisting yang telah difabrikasi diperiksa dan
dipasang sesuai dengan kode-kode yang ada di dalam shop drawing.
3) Rencana pemasangan perancah perlu diperhatikan dengan baik dan benar
(terkhusus di lantai 2 dan seterusnya).
4) Periksa posisi sparing kebutuhan mekanikal dan elektrikal sesuai dengan
shop drawing.
5) Memastikan ukuran dimensi bekisting pelat yang merupakan kesatuan
dengan bekisting balok menggunakan meteran .
6) Mengecek elevasi pelat lantai dan balok dengan alat ukur sesuai gambar
kerja.
7) Mengecek ketegakan sisinya dengan siku logam/unting-unting.
8) Mengecek kelurusan bekisting pelat beserta balok dengan tarikan benang
pada balok, terutama pada balok tepi, sisi bekisting harus sejajar tarikan
benang. Pada balok dan pelat, periksa kerapatan sambungan/pertemuan.
9) Melakukan pemadatan tanah dengan menggunakan stamper dan
membuat lantai kerja pelat sesuai gambar dan spesifikasi campuran.
10) Besi pelat yang telah dipotong kemudian dirakit di atas bekisting pelat
yang telah terpasang dengan kokoh, perhatikan model rakitan besi pada
daerah tumpuan dan lapangan serta panjang penyaluran pelat yang masuk
pada balok.
11) Pemasangan besi pelat menggunakan beton tahu (decking block) untuk
memberi jarak selimut beton.
12) Sebelum pengecoran pelat, semua jumlah, jarak antar tulangan dan
selimut beton dicek kembali oleh pengawas.
13) Pengecoran dilakukan setelah mendapatkan ijin pengecoran dari
pengawas dan dengan spesifikasi mix design yang ditentukan baik
menggunakan molen dan beton ready mix, Pengecoran dilakukan oleh
III - 16
pekerja yang mencukupi dan menggunakan alat bantu concrete vibrator
untuk memadatkan massa beton.
14) Dilakukan perataan elevasi pelat dengan kontrol ketebalan yang
direncanakan serta melakukan dokumentasi pekerjaan pelat.
15) Pembukaan bekisting pelat dilakukan bersamaan dengan bekisting balok
jika merupakan bangunan gedung berlantai, setelah mencukupi umur
beton minimum 14 hari dimana beton telah mengeras dan mampu
memikul beban.
c. Pekerjaan Kolom
1) Diawali dengan pekerjaan pembesian kolom. Besi dipotong dan dirakit.
Pemotongan besi harus tepat, agar setelah ditekuk (jangkar, radius
tekuk), bentuk dan panjang jadi sesuai BBS (Bar Bending Schedule).
Penekukan/pembengkokan (radius tekuk) besi harus menggunakan
piringan tekuk/roller sesuai kelompok/ jenis diameter besi guna
mempermudah dan efisiensi waktu pengerjaan. Periksa pemasangan
kawat bendrat. Besi yang belum & sudah dipotong harus diletakkan dan
diproteksi dari tanah dan hujan.
2) Besi yang digunakan harus sesuai jumlah dan ukurannnya dengan
gambar kerja. Setelah itu besi diatur pada posisi masing-masing kolom
dengan menyambung tulangan stek yang terdapat pada sloof. Buat garis
sipatan batas beton kolom pada lantai beton tempat bekisting kolom akan
didirikan. Pastikan semua pembesian berada di dalam garis sipatan dan
memiliki selimut beton dengan memasang decking blook atau beton tahu.
Semua bidang dalam polywood bekisting dinding (kolom harus diolesi
minyak bekisting/mould oil sebelum didirikan). Perlu dilakukan
pengecekan kembali terhadap instalasi yang masuk dalam struktur
kolom. Baik itu instalasi pembuangan ataupun instalasi elektrikal.
Setelah bekisting kolom ditutup, semua sarana perkuatan bekisting
dipasang. Kelurusan bidang bekisting dinding/kolom dicek dengan
bantuan unting-unting, waterpas dan alat ukur. Setelah bekisting
terpasang baik, buat sipatan (atau tanda dari paku) untuk batas/level
pengecoran di sisi atas bekisting dinding/kolom.
3) Setelah bekisting kolom dan tulangannya telah siap, dilanjutkan dengan
pencampuran beton sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan.

III - 17
4) Pencampuran kolom beton dengan menggunakan concrete mixer atau
beton ready mix (menggunakan concrete pump). Bila campuran telah rata
lalu dituang ke bak pencampuran dan diisi ke ember campuran untuk
diangkut serta dituang ke dalam bekisting kolom. Pemadatan beton segar
dapat dilakukan dengan cara menumbuk dengan bambu tetapi tetap
menjaga posisi tulangan kolom agar tidak terdapat menyimpangan.
5) Pembukaan bekisting kolom dilakukan setelah mencukupi umur beton
minimum 14 hari dimana beton telah mengeras dan mampu memikul
beban.
d. Pekerjaan Balok
1) Diawali dengan pemasangan bekisting dasar balok berupa papan atau
Multiplex yang ditopang dengan perancah dan diperkuat dengan
perancah dan balok kayu reng ukuran 5/10.
2) Besi dipotong dan dirakit. Pemotongan besi harus tepat agar setelah
ditekuk (jangkar, radius tekuk), bentuk dan panjang sesuai BBS (Bar
Bending Schedule). Penekukan/pembengkokan (radius tekuk) besi
menggunakan alat pembengkok secara manual oleh tukang, serta
memeriksa pemasangan kawat bendrat.
3) Besi yang belum dan sudah dipotong harus diletakkan atau diproteksi
dari tanah dan hujan. Besi yang digunakan harus sesuai jumlah dan
ukurannnya dengan gambar kerja.
4) Besi diatur di posisi antar tulangan kolom dengan memperhatikan
sambungan joint balok-kolom. Pastikan semua pembesian sesuai dengan
gambar rencana dan memiliki selimut beton. Kelurusan bidang balok
bekistingnya dicek dengan bantuan unting-unting, waterpass manual dan
alat ukur.
5) Setelah bekisting terpasang baik, buat sipatan atau tanda dari paku untuk
batas/level pengecoran balok.
6) Sebelum pengecoran balok, semua jarak dan ukuran dicek kembali oleh
Pengawas. Baik itu jumlah dan jarak tulangan maupun ukuran balok.
7) Balok dicor dengan campuran semen, pasir, kerikil dan air sesuai
spesifikasi mix design. Pencampuran dilakukan dengan menggunakan
alat concrete mixer atau beton ready mix (menggunakan concrete pump).
Terlebih dahulu pasir dengan kualitas baik yang rendah kadar lumpurnya

III - 18
dicampur dengan kerikil. Setelah itu ditambahkan semen dan dicampur
rata lalu terakhir ditambahkan air. Bila campuran telah rata lalu dituang
ke bak pencampuran dan diisi ke ember campuran untuk diangkut dan
dituang ke bekisting sloof lantai.
8) Pembukaan bekisting balok dilakukan bersamaan dengan bekisting pelat
jika merupakan bangunan gedung berlantai, setelah mencukupi umur
beton minimum 14 hari dimana beton telah mengeras dan mampu
memikul beban.
e. Pekerjaan Struktur Tangga
1) Pekerjaan Bekisting Tangga
Metode pelaksanaan bekisting tangga adalah sebagai berikut :
a) Scaffolding didirikan sesuai ketinggian bordes berfungsi untuk
menopang struktur di atasnya.
b) Balok gelagar penyangga bawah dipasang di atas perancah dari
scaffolding.
c) Untuk memeriksa apakah bekisting sudah benar-benar horisontal
dilakukan dengan menggunakan selang yang diisi air, perlu juga dicek
menggunakan waterpass.
d) Dilakukan pemasangan papan bekisting untuk tangga dan anak
tangga.
e) Setelah bekisting terpasang kemudian selanjutnya dilakukan
penulangan tangga.
2) Pekerjaan Penulangan Tangga
Besi tulangan dirakit langsung di lapangan yang berfungsi sebagai
kerangka dari tangga.
Metode pelaksanaan penulangan tangga adalah sebagai berikut :
a) Pelajari gambar rencana penulangan tangga.
b) Memotong dan membengkokan besi sesuai dengan gambar rencana.
c) Tulangan yang digunakan untuk anak tangga dan bordes dirakit di atas
bekisting yang telah dibuat.
d) Tulangan utama ditempatkan terlebih dahulu kemudian tulangan susut
dan disatukan dengan kawat bendrat.
e) Untuk mengatur posisi tulangan agar memiliki spasi untuk selimut
beton digunakan beton tahu (decking block).

III - 19
f) Perhatikan penjangkaran besi dari tangga ke bordes dan anak tangga
sesuai spesifikasi struktur agar terkait dan kokoh ketika dibebani.
3) Pekerjaan Pengecoran Tangga
Metode pelaksanaan pengecoran tangga adalah sebagai berikut :
a) Pengecoran dilakukan dengan menggunakan site mix, penggunaan alat
ini tergantung spesifikasi teknis yang telah diatur.
b) Pemadatan menggunakan alat concrete vibarator dan dilakukan
selama berlangsungnya pengecoran. Ini dimaksudkan agar diperoleh
beton yang benar-benar padat.
c) Setelah itu adukan diratakan oleh pekerja dengan memakai kayu
perata dengan tinggi peil yang sudah ditentukan dengan bekisting.
4) Pekerjaan Pembongkaran Bekisting Tangga
Bekisting tangga dapat dibongkar minimum 14 hari dengan syarat beton
sudah cukup keras, tujuannya untuk menghindari cacat pada tangga.
Untuk menjaga agar beton pada tangga dapat mengeras dengan sempurna
maka scaffolding pada bagian bordes tidak dilepas hingga beton berumur
kurang lebih 28 hari.

III - 20

Anda mungkin juga menyukai

  • Tegangan Lentur Balok
    Tegangan Lentur Balok
    Dokumen11 halaman
    Tegangan Lentur Balok
    Fragile Eternity D'al
    33% (3)
  • Illing
    Illing
    Dokumen9 halaman
    Illing
    shiro hige
    Belum ada peringkat
  • Illing 2
    Illing 2
    Dokumen4 halaman
    Illing 2
    shiro hige
    Belum ada peringkat
  • Ardi Kecerahan
    Ardi Kecerahan
    Dokumen4 halaman
    Ardi Kecerahan
    shiro hige
    Belum ada peringkat
  • Ardi Kecerahan
    Ardi Kecerahan
    Dokumen4 halaman
    Ardi Kecerahan
    shiro hige
    Belum ada peringkat
  • HAM Menurut Islam
    HAM Menurut Islam
    Dokumen2 halaman
    HAM Menurut Islam
    shiro hige
    Belum ada peringkat
  • Illing
    Illing
    Dokumen9 halaman
    Illing
    shiro hige
    Belum ada peringkat
  • Illing 2
    Illing 2
    Dokumen4 halaman
    Illing 2
    shiro hige
    Belum ada peringkat
  • Tegangan Lentur Balok
    Tegangan Lentur Balok
    Dokumen11 halaman
    Tegangan Lentur Balok
    Fragile Eternity D'al
    33% (3)
  • Illing
    Illing
    Dokumen9 halaman
    Illing
    shiro hige
    Belum ada peringkat
  • Ilmu Lingkungan
    Ilmu Lingkungan
    Dokumen5 halaman
    Ilmu Lingkungan
    shiro hige
    Belum ada peringkat
  • Illing 2
    Illing 2
    Dokumen4 halaman
    Illing 2
    shiro hige
    Belum ada peringkat