Anda di halaman 1dari 13

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS DROP HAND

DEXTRA DI RSJD DR. RM. SOEDJARWADI PROVINSI JAWA


TENGAH

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Diploma III pada
Jurusan Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan

Oleh:
NISWATUR RUSYDAH
J100160067

PROGRAM STUDI DIPLOMA III FISIOTERAPI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2019
HALAMAN PERSETUJUAN

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI ELECTRICAL STIMULATION, PASIF


EXERCISE DAN AKTIF ASSISTED UNTUK MENINGKATKAN KEKUATAN OTOT
EKSTENSOR WRIST PADA KASUS DROP HAND DEXTRA E.C LESI SARAF
RADIALIS DI RSJD DR. RM. SOEDJARWADI PROVINSI JAWA TENGAH

PUBLIKASI ILMIAH

oleh:

NISWATUR RUSYDAH
J100160067

Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh:

Dosen
Pembimbing

Wahyuni, S.Fis., Ftr., M.Kes


NIK.808/NIDN.0616077302

i
HALAMAN PENGESAHAN

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI ELECTRICAL STIMULATION, PASIF


EXERCISE DAN AKTIF ASSISTED UNTUK MENINGKATKAN KEKUATAN OTOT
EKSTENSOR WRIST PADA KASUS DROP HAND DEXTRA E.C LESI SARAF
RADIALIS DI RSJD DR. RM. SOEDJARWADI PROVINSI JAWA TENGAH

OLEH

NISWATUR RUSYDAH
J100160067

Telah dipertahankan didepan Dewan Penguji


Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Pada hari Jum’at, 5 Juli 2019
dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Dewan Penguji:

1. Wahyuni, S.Fis., Ftr., M.Kes ( )


(Ketua Dewan Penguji)
2. knasdfgnsagsdsdfhfdfgjfgjfgf. ( )
(Anggota I Dewan Penguji)
3. Dhgdhagfasd ( )
(Anggota II Dewan Penguji)

Dekan,

Dr. Mutalazimah, SKM., M.Kes


NIK/NIDN : 786/06-1711-7301

ii
PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam publikasi ilmiah ini tidak terdapat
karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan
tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah dan
disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya di atas, maka
akan saya pertanggungjawabkan sepenuhnya.

Surakarta, 5 Juli 2019


Penulis

NISWATUR RUSYDAH
J100160067

iii
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS DROP HAND
DEXTRA DI RSJD DR. RM. SOEDJARWADI PROVINSI JAWA TENGAH
Abstrak
Drop hand merupakan penekanan pada nervus radialis atau bisa juga yang di
kenal dengan paralisis nervus radialis yang menyebabkan penurunan pergelangan
tangan yang dimulai dari C5-C8 yang melingkar pada lateral siku. Saraf radialis
mempersyarafi otot supinator lengan bawah yang menyebabkan reflex
brakhioradialis mungkin akan menghilang, dan mempersyarafi otot ekstensor
seperti jari-jari, pergelangan tangan , siku (triceps). Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui manfaat ES (Electrical Stimulation) serta terapi latihan berupa pasif
exercise dan aktif assisted untuk peningkatan kekuatan otot ekstensor,
peningkatan lingkup gerak sendi wrist, dan peningkatkan kemampuan fungsional
pada kasus drop hand dextra e.c lesi saraf radialis. Setelah dilakukan terapi
sebanyak 4 kali didapatkan hasil adanya peningkatan kekuatan otot dengan
manual muscle testing (MMT). Diikuti dengan peningkatan lingkup gerak sendi
wrist dinilai dengan goniometer sehingga dapat peningkatan kemampuan
fungsional pasien yang dinilai dengan wrist hand disability index (WHDI).
Pemberian intervensi fisioterapi berupa ES dan terapi latihan berupa pasif exercise
dan aktif assisted didapatkan hasil peningkatan kekuatan otot, peningkatan
lingkup gerak sendi, dan peningkatan kemampuan fungsional.
Kata Kunci: drop hand, es, pasif exercise dan aktif assisted.

Abstract
Drop hand is an emphasis on the radial nerve or it can also be known as paralysis
of the radial nerve which causes a decrease in the wrist that starts from C5-C8
which coils laterally to the elbow. The radial nerve innervates the forearm
supinator muscle which causes the brachioradial reflex to disappear, and nerve
extensor muscles such as fingers, wrists, elbows (triceps). Objective of this
research are to determine the benefits of ES (Electrical stimulation) and exercise
therapy in the form of passive exercise and active assisted for enhancing extensor
muscle strength, increasing the range of motion of the wrist joint, and improving
functional abilities in cases of extra drop hand e.c radial nerve lesions. After 4
treatments, the results were an increase in muscle strength with Manual Muscle
Testing (MMT). Followed by an increase in the scope of motion of the wrist joint
was assessed by goniometer so that it could increase the functional ability of
patients assessed by the wrist hand disability index (WHDI). The provision of
physiotherapy interventions in the form of ES and exercise therapy in the form of
passive exercise and active assisted results showed increased muscle strength,
increased joint motion range, and increased functional ability
Keywords: drop hand, es, passive exercise and active assisted

1
1. PENDAHULUAN
Kesehatan merupakan keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup secara produktif secara sosial dan ekonomis
(WHO). Berkaitan dengan kesehatan tersebut sering dijuluki sebagai kesehatan
jasmani yaitu jika koordinasi organ-organ tubuh manusia atau mahluk hidup
lainnya dalam keadaan yang normal dan mampu melakukan aktivitas. Dalam
kehidupan ini manusia harus melakukan suatu aktivitas kerja untuk memenuhi
kebutuhan hidup. Resiko yang mungkin terjadi dalam melakukan pekerjaan
adalah kecelakaan seperti trauma, penyebab trauma sendiri bisa diakibatkan
karena jatuh yang menyebabkan seseorang mengalami cidera yang mengenai
anggota tubuh seperti tangan sehingga bisa menyebabkan kerusakan salah satunya
cedera pada saraf radial yang membuat seseorang tidak mampu mengangkat
pergelangan tangan atau mengalami kelemahan yang disebut dengan drop hand.
Drop hand merupakan kelumpuhan atau kerusakan pada saraf radialis
yang dimana seseorang sulit melakukan gerakan dorsi fleksi pergelangan tangan
dan melakukan gerakan ekstensi jari-jari. Gambaran klinis paling umum dari
neuropati radial adalah wrist drop (Weiner,Howard L, 2000) saraf radial
berfungsi mengatur gerakan dari otot triceps saraf ini yang akan mengontrol
gerakan ekstensi wrist dan gerakan pada jari-jari (Han, Cho, Yang, Kang, & Choi,
2014)
Drop hand paling sering terjadi karena disebabkan adanya fraktur
humerus, penekanan lama, trauma, tumor, injeksi intra muskuler, dan neuritis
(moch. Bahrudin, 2017) Prevalensi drop hand pada Departemen klinis bedah saraf
Serbia, dari 1 januari 2000 hingga 31 desember 2010. Semua data yang relevan
dikumpulkan dari catatan medis penelitian melibatkan 104 pasien yang
mengalami cedera saraf ulnaris 70 kasus, diikuti oleh saraf medial 54 kasus, dan
saraf radial hanya dengan 5 kasus. Mekanisme dominan terjadi pada cedera saraf
radial adalah cedera serpihan / luka tembak 31%, sedangkan 16 % terdapat
kompresi neuropati yang menyebabkan kelemahan pada pergelangan tangan, dan
terdapat 11% kasus luka tusukan.

2
Fisioterapi adalah bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada
individu dan atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara dan
memulihkan gerak dan fungsi tubuh sepanjang daur kehidupan dengan
menggunakan penanganan secara manual, peningkatan gerak, peralatan (fisik,
elektroterapeutis dan mekanis), pelatihan fungsi, komunikasi. Apabila pada
kasus drop hand tidak diberikan intervensi maka akan menyebabkan: 1)
kelainan deformitas, 2) kekakuan sendi, 3) kelemahan otot. Dari ulasan diatas
penatalaksanaan fisioterapi memberikan modalitas yaitu electrical stimulation
dan terapi latihan pada kasus drop hand dextra e.c lesi nervus radialis untuk
meningkatkan kekuatan otot di RSJD. RM. Dr. Soedjarwadi.

2. METODE
Pengkajian fisioterapi adalah tahap awal dari proses fisioterapi yang bertujuan
untuk memperoleh informasi dan data lengkap pasien untuk mendapatkan
efektifitas dari program fisioterapi yang akan diberikan (Cahyati, 2015) adapun
tahap-tahapan dari pengkajian fisioterapi terdiri atas anamnesis dan pemeriksaan
fisioterapi.
Anamnesis adalah suatu kegiatan tanya jawab yang dilakukan antara
fisioterapi dengan pasien secara langsung atau dengan keluarga pasien yang
bertujuan untuk mendaptkan data dan masalah pasien (Herewati & Wahyuni,
2017).
Berdasarkan anamnesis umum diperoleh data berupa:1) nama: Ny. S , 2)
umur: 69 tahun, 3) jenis kelamin: perempuan, 4) agama: islam, 5) pekerjaan: ibu
rumah tangga, 6) alamat: Jiwo Kulon Trotok wedi, Klaten. Anamnesis khusus
dalam penelitian ini diperoleh data bahwa pasien mengeluhkan lemas pada
pergelangan tangan hingga jari-jari sebelah kanan ketika digerakkan.
Informasi yang didapat dari anamnesis tentang riwayat penyakit sekarang
yakni kurang lebih 2 bulan yang lalu (Desember 2018) pasien pergi bersama
suaminya dan saat perjalanan tiba-tiba pasien ditabrak oleh kendaraan dari
belakang kemudian pasien jatuh dengan posisi tengkurap lalu dibawa ke RS
terdekat untuk dipriksa. Kemudian pasien dibawa pulang setelah jatuh pasien

3
belum mengeluhkan apa-apa dan masih bisa melakukan aktivitas, satu bulan saat
setelah kejadian pasien mengeluhkan lemas dan kaku pada pada lengan sisi kanan
terutama di pergelangan tangan dan dibawa ke RS Soedjarawadi untuk menjalani
terapi hingga sekarang (Februari, 2019).
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit terdahulu dan penyakit penyerta.
Dari hasil anamnesis diketahui pasien adalah seorang ibu rumah tangga yang
biasanya bertugas atau beraktivitas dirumah lebih sering menggunakan tangan
kananya.
Anamnesis system pada pasien dengan keluhan Drop hand dextra e.c lesi
nervus radialis, pada kepala dan leher tidak ada keluhan pusing. Pada
kardiovaskular tidak ada keluhan nyeri dada. Pada respirasi tidak ada keluhan
sesak napas. Pada gastrointestinalis, BAB lancar dan terkontrol. Pada urogenitalis
BAK lancar dan terkontrol. Pada musculoskeletal terdapat kelemahan pada otot
ekstensor atau otot penggerak wrist. Pada nervorum masih bisa merasakan hanya
motoric yang terganggu.
Pemeriksaan fisioterapi meliputi pemeriksaan tanda vital, inspeksi,
palpasi, perkusi (reflek fisiologis), gerakan dasar, kognitif, intra personal, dan
inter personal, kemampuan fungsional dan lingkungan aktivitas, dan pemeriksaan
khusus. Tindakan fisioterapi dalam penelitian ini melalui teknologi yaitu
dilakkukan menggunakan Electrical Stimulation (ES) dan terapi latihan.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1 Hasil
Berdasarkan laporan status klinis, pasien dengan nama Ny.S umur 69 tahun,
dengan diagnosa drop hand mengalami beberapa permasalahan yakni : 1)
penurunan kekuatan otot, 2) penurunan lingkup gerak sendi wrist. Setelah
dilakukan tindakan fisioterapi sebanyak 4 kali dengan menggunakan modalitas ES
(electrical stimulation) dan terapi latihan, didapatkan hasil sebagai berikut:

4
3.1.1 Pemeriksaan kekuatan otot dengan Manual Muscle Testing
6

0
T0 T1 T2 T3 T4

Dorsal Fleksi Palmar Fleksi Radial Deviasi Ulnar Deviasi

Grafik 1. Evaluasi peningkatan kekuatan otot dengan manual muscle


testing
Pada grafik diatas didapatkan hasil peningkatan kekuatan otot dorsi fleksi
wrist dari sebelum terapi pada nilai 2 menjadi nila 3 setelah terapi ke
empat. Pada kekuatan otot palmar wrist sebelum terapi pada nilai 4
menjadi nilai 5 setelah terapi ke empat. Pada kekuatan otot radial deviasi
sebelum terapi pada nilai 2 menjadi nilai 3 setelah terapi ke empat. Pada
kekuatan otot ulnar deviasi sebelum terapi pada nilai 2 menjadi nilai 3
setelah terapi ke empat.
3.1.2 Peningkatan Lingkup Gerak Sendi dengan goniometer
70
60
60 55
50 50 50
50

40
30
30 25 25 25 25
20
20 15 15 15 15 15
10 10 10 10
10

0
T0 T1 T2 T3 T4

Dorsal Fleksi Palmar Fleksi Radial Deviasi Ulnar Deviasi

Grafik 2. Evaluasi peningkatan lingkup gerak sendi dengan goniometer

5
Pada grafik diatas didaptkan hasil peningkatan lingkup gerak sendi untuk
bidang sagital didapatkan hasil T0: S= 250-00-500 menjadi T4: S= 300-00-
600, untuk bidang frontal didapatkan hasil T0: F= 100-00-150 menjadi T4:
F= 150-00-200 setelah dilakukan empat kali terapi.
3.1.3 Peningkatan kemampuan fungsional WHDI

WHDI
WHDI

57

56 56 56 56

55

54 54

53

52 52

51

50
T0 T1 T2 T3 T4

Grafik 3. Evaluasi kemampuan fungsional dengan wrist hand disability index.

Pada grafik diatas didapatkan hasil selama 4 kali terapi terdapat


peningkatan kemampuan fungsional dari T0 didapatkan hasil 56% dan T4
52%.
3.2 Pembahasan
3.2.1 Faradic (Electrical stimulation)
Electrical stimulation arus faradic merupakan intervensi fisioterapi yang
bertujuan untuk memberikan stimulasi pada otot yang titik rangsanganya
terletak pada kulit dimana hal ini bertujuan untuk meningkatkan kerja baik
yang letaknya diluar maupun bagian dalam (singh, 2005). Modalitas, yang
sesuai untuk meningkatkan kerja otot yaitu faradic. Arus faradic yang
diberikan dapat menimbulkan efek therapeutic berupa fasilitas kontraksi
otot. Melatih kerja otot, dan melatih kerja otot baru (singh, 2005).
Rangsangan eletric yang diulang-ulang akan memberikan informasi ke

6
“supra spinal mechanism” sehingga terjadi pola gerak terintregasi dan
menjadi gerakan-gerakan pola fungsional. Stimulasi elektric melalui
motorik dapat memberikan fasilitasi pada otot yang lemah dalam
melakukan gerakan (Hasan, 2015).
3.2.2 Terapi Latihan
Terapi latihan adalah kinerja sistematis, terencana gerakan tubuh, postur,
atau aktivitas fisik yang dimaksudkan untuk memberikan pasien atau klien
sarana untuk mencegah terjadinya penurunan nilai otot, memperbaiki,
memulihkan, serta meningkatkan fungsi fisik, pelaksanaannya
menggunakan gerak tubuh aktif maupaun pasif (Kisner, 2012). Terapi
latihan yang diberikan berupa passive exercise dan active assisted, dengan
pelaksanaannya sesuai tujuan yang akan dicapai. Pada pemberian passive
exercise ini dapat mengurangi perlengketan jaringan yang semula
memendek akan dapat memanjang kembali dan berakibat pada kembalinya
fungsi otot secara normal sehingga dapat meningkatkan luas gerak sendi
(kisner, 2012). active assisted merupakan suatu gerakan aktif dengan
secara cepat dibebani dari kekuatan luar, maka menyebabkan peregangan
secara tiba-tiba, pemanjangan serat terdeteksi oleh muscle spindle, yang
mendatangkan respon dinamis. Kemudian dikirim melalui syaraf afferent
yang bersinapsis dengan syaraf motoric alpha, kemudian dikirim menuju
serat otot rangka dan menyebabkan otot berkontraksi.
Kuatnya respon muscle spindle tersebut ditentukan oleh rata-rata
penguluran. Secara praktek dapat dikatakan bahwa dengan lebih cepat dan
kuat suatu gerak yang diterapkan diotot, maka gerakan yang lebih
bertenaga saat kontraksi otot akan muncul dan dapat memberikan
peningkatan kekuatan otot. Pada kasus ini, setelah dilakukan active
assisted telah memberikan adanya peningkatan kekuatan otot (Matthew,
2010).

7
4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Setelah dilakukan terapi selama 4 kali berupa pemberian intervensi electrical
stimulation didapatkan hasil bahwa nilai dari kekuatan otot mengalami perubahan,
hasil dari terapi latihan juga didapatkan adanya peningkatan lingkup gerak sendi
dan untuk skala WHDI terdapat peningkatan kemampuan fungsional. Dapat
disimpulkan bahwa pemberian electrical stimulation, terapi latihan dapat
berpengaruh pada peningkatan kekuatan otot dan lingkup gerak sendi, serta
peningkatan kemampuan fungsional pada pasien Ny. S dengan diagnosa drop
hand
4.2 Saran
Saran yang dapat diberikan oleh penulis adalah sebagai seorang fisioterapis kita
harus mengetahui tantang perjalanan penyakit suatu penyakit khususnya pada
kasus neuromuscular yaitu Drop hand sehingga dapat mengetahui letak
permasalahan yang terjadi. Sehingga intervensi yang dapat diberikan berjalan
sesuai harapan dan didapatkan goal sesuai dengan rencana.
Saran yang dapat diberikan untuk pasien dalam terapi adalah selalu
melakukan latihan yang sudah diberikan selama proses terapi dirumah sakit dan
menghindari melakukan aktivitas berat yang menggunakan tangan yang
mengalami kelemahan sehingga tidak memperburuk kondisi.

DAFTAR PUSTAKA
Bakara, D.M & Warsito, S. (2016). latihan range of motion pasif terhadap
rentang sendi pasien pasca stroke exercise.
Bergquist, A. J., Clair, J. M., & Collins, D. F. (2011). Motor unit recruitment
when neuromuscular electrical stimulation is applied over a nerve trunk
compared with a muscle belly : triceps surae, (5), 627–637.
https://doi.org/10.1152/japplphysiol.01103.2010.
Bumbasirevic, M., Palibrk, T., Lesic, A., & Atkinson, H. D. E. (2016). Radial
nerve palsy, 1(August). https://doi.org/10.1302/2058-5241.1.000028
Derrick Sueki, J. B. (2010). Orthopedic Rehabilitation Clinical Advisor. Mosby:
elsevier.

8
Guo, X., Fan, B., & Mao, Y. (2018). Effectiveness of neuromuscular electrical
stimulation for wrist rehabilitation after acute ischemic stroke. Medicine,
97:38.
Han, B. R., Cho, Y. J., Ph, D., Yang, J. S., Kang, S. H., Ph, D., … Ph, D. (2014).
Clinical Features of Wrist Drop Caused by Compressive Radial
Neuropathy and Its Anatomical Considerations, 55(3), 148–151.
HASAN, S. (2015). A PHYCHOLOGY DISTRESSING CONDITION.
OVERVIEW OF LITERATURE.
Herawati, I. & W. (2017). Pemeriksaan fisioterapi. surakarta: Muhammadiyah
University Press.
Howard L, W. (2001). neurology (WitaJ.Suwono, ed.). EGC.
John E kennedy. (2011). rehabilitation of the hand and upper extermity (6th ed.).
mosby: elsevier.
Kisner, carolyn. (2012). therapeutic exercise. (margaret M.biblis, Ed.).
philadelphia: F.A Davis Commppany.
Lee, JM. (2006). Segi Prajtis Fisioterapi Edisi ke – 1 hal 95 - 97. Jakarta:
Binarupa Aksara.
Mashhood, A. A. (n.d.). RADIAL NERVE INJURIES ;, 15(1), 67–73.
Matthew, K. R. (2010). Theoritical and practical Issues for Plyometric Trainning.
NSCA’s Performance Training Journal.
Moch. bahrudin, 2017. (2017). neurologi klinis. UMM Press
Neuropathy, R. (2013). Radial Neuropathy 21. 331–333.
https://doi.org/10.1016/B978-1-4557-2672-1.00021-0
Singh, J. 2005. Textbook of electrotherapy. Delhi: Jaype Brothers Medical
Published
Slamet parjoto. (2006). Terapi Listrik Untuk Modulasi Nyeri (1st ed.; heryanto
wasir, ed.). semarang: ifi cabang semarang.
Snell, R. (2006). neuroanatomi klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Jakarta:
Kedokteran EGC.
Stanziano, D. C., Roos, B. A., & Perry, A. C. (2009). The effects of an active-
assisted stretching program on functional performance in elderly
persons : A pilot study.
Suhron, M. (2017). pengaruh latihan ROM pasif terhadap peningkatan kekuatan
otot ekstermitas pada pasien stroke iskemik dengan paraplegi.

Anda mungkin juga menyukai