Anda di halaman 1dari 9

Nama : Rika Diana Apriani

NIM : 1920 224 0024

Prodi : Pendidikan Matematika

Birokrasi dan Budaya Organisasi Pendidikan


BIROKRASI

Birokrasi berasal dari kata “bureau” yang berarti meja atau

kantor; dan kata “kratia” (cratein) yang berarti pemerintah. Pada

mulanya, istilah ini digunakan untuk menunjuk pada suatu sistematika

kegiatan kerja yang diatur atau diperintah oleh suatu kantor melalui

kegiatan-kegiatan administrasi (Ernawan, 1988). Dalam konsep bahasa

Inggris secara umum, birokrasi disebut dengan “civil service”. Selain itu juga

sering disebut dengan public sector, public service atau public


administration.

Birokrasi berdasarkan definisi yang dikemukakan oleh beberapa ahli

adalah suatu sistem kontrol dalam organisasi yang dirancang berdasarkan

aturan-aturan yang rasional dan sistematis, dan bertujuan untuk

mengkoordinasi dan mengarahkan aktivitas-aktivitas kerja individu dalam

rangka penyelesaian tugas-tugas administrasi berskala besar (disarikan dari

Blau & Meyer, 1971; Coser & Rosenberg, 1976; Mouzelis, dalam

Setiwan,1998).

Birokrasi bukanlah suatu fenomena yang baru bagi kita karena

sebenarnya telah ada dalam bentuknya yang sederhana sejak beribu-ribu


tahun yang lalu. Namun demikian kecenderungan mengenai konsep dan

praktek birokrasi telah mengalami perubahan yang berarti sejak seratus

tahun terakhir ini. Dalam Masyarakat yang modern, birokrasi telah menjadi

suatu organisasi atau institusi yang penting. Pada masa sebelumnya ukuran

negara pada umumnya sangat kecil, namun pada masa kini negara-negara

modern memiliki luas wilayah, ruang lingkup organisasi, dan administrasi

yang cukup besar dengan berjuta-juta penduduk.

BUDAYA ORGANISASI PENDIDIKAN

Koentjaraningrat, kebudayaan merupakan suatu kompleks dari ide-

ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan dan serta sebagai

kompleks aktivitas tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat

Koentjaraningrat mengatakan secara ilmu antropologi, kebudayaan adalah

keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam

rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan

belajar. Hal tersebut menurut Koentjaraningrat hampir seluruh tindakan

manusia adalah kebudayaan. Berikut ini dikemukakan beberapa pengertian

budaya organisasi menurut beberapa ahli:

a) Peter F. Drucker menjelaskan budaya organisasi adalah pokok

penyelesaian masalah-masalah ekternal dan internal yang

pelaksanaannya dilakukan secara konsisten oleh suatu kelompok yang

kemudian mewariskan kepada angota-anggota baru sebagai cara yang

tepat untuk memahami, memikirkan, dan merasakan terhadap

masalah-masalah terkait sepeti di atas.


b) Phithi Sithi Amnuai BO adalah seperangkat asumsi dasar dan

keyakinan yang dianut oleh anggota-angota organisasi, kemudian

dikembangkan dan diwariskan guna mengatasi masalah-masalah

adaptasi eksternal dan masalah-masalah integrasi internal.

c) Daniel R. Denison BO adalah nilai-nilai, keyakinan dan prinsip prinsip

dasar yang merupakan landasan bagi system dan praktek-praktek

manajemen serta perilaku yang meningkatkan dan menguatkan

perinsip-perinsip tersebut.

d) Menurut Wood115, Wallace, Zeffane, Schermerhorn, Hunt, Osborn,

budaya organisasi adalah sistem yang dipercayai dan nilai yang

dikembangkan oleh organisasi dimana hal itu menuntun perilaku dari

anggota organisasi itu sendiri.

e) Menurut Tosi, Rizzo, Carroll budaya organisasi adalah cara cara

berpikir, berperasaan dan bereaksi berdasarkan pola pola tertentu

yang ada dalam organisasi atau yang ada pada bagian-bagian

organisasi.

f) Menurut Robbins budaya organisasi adalah suatu persepsi bersama

yang dianut oleh anggota-anggota organisasi itu.

g) Menurut Schein (budaya organisasi adalah pola dasar yang diterima

oleh organisasi untuk bertindak dan memecahkan masalah,

membentuk karyawan yang mampu beradaptasi dengan lingkungan

dan mempersatukan anggota-anggota organisasi. Untuk itu harus

diajarkan kepada anggota termasuk anggota yang baru sebagai suatu

cara yang benar dalam mengkaji, berpikir dan merasakan masalah

yang dihadapi.
h) Menurut Cushway dan Lodge budaya organisasi merupakan sistem

nilai organisasi dan akan mempengaruhi cara pekerjaan dilakukan

dan cara para karyawan berperilaku.

Dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan budaya

organisasi adalah sistem nilai organisasi yang dianut oleh anggota

organisasi, yang kemudian mempengaruhi cara bekerja dan

berperilaku dari para anggota organisasi. Dalam istilah Inggris culture

berasal dari bahasa Latin cultura, yang berarti merawat atau

perawatan. Dalam istilah Indonesia culture disebut dengan istilah

budaya. Istilah budaya berasal dari bahasa Sansekerta, yakni

buddhaya sebagai bentuk jama’ dari buddhi yang berarti akal. Dalam

KBBI disebutkan bahwa budaya memiliki makna pikiran dan akal

budi. Dalam istilah bahasa Arab, kata budaya disebut dengan kata

“tsaqafa” yang berarti cerdas, memahami dengan cepat, didapatkan

dan diketahui.

Dari definisi secara bahasa antara culture, cultura, dan budaya

terdapat pemahaman bahwa budaya merupakan hasil olah fikir/ akal

untuk menjaga atau merawat keberlangsungan hidup makhluk. Dalam

budaya organisasi adalah mengenai berbagi (share) dua komponen

penting yaitu yang nampak (visible). dan yang tidak nampak

(invisible). Dan dalam pendapat Schein, yang nampak disebut dengan

artifact terhadap yang tidak nampak tersebut dibagi menjadi dua

bagian, yaitu espoused value dan underlying assumption.

Dari berbagai definisi tersebut menunjukkan bahwa budaya

organisasi memberikan manfaat diantaranya; membedakan organisasi

itu dengan yang lain, memberikan solusi dalam beradaptasi dengan


kondisi eksternal dan mengintegrasikan internal organisasi. Bersama

dengan Judge, Robbins menyimpulkan karakter organisasi yaitu:

1. Inovasi dan pengambilan resiko yaitu tingkatan sejauh mana

organisasi mendorong karyawan untuk bersikap inovatif dan

berani mengambil resiko.

2. Perhatian terhadap detail, adalah tingkatan sejauh mana

organisasi mengharapkan karyawan memperlihatkan

kecermatan, analisis, dan memperhatikan pada detail dari

pekerjaannya.

3. Orientasi pada hasil, adalah tingkatan sejauh mana

manajemen memusatkan perhatian pada hasil dibandingkan

perhatian pada teknik dan proses yang digunakan untuk

meraih hasil tersebut.

4. Orientasi terhadap masyarakat dalam organisasi, adalah

tingkatan sejauh mana keputusan manajemen

memperhitungkan efek hasil-hasil pada orang-orang di

dalam organisasi.

5. Orientasi pada kelompok (team) adalah tingkatan sejauh

mana kegiatan kerja diorganisasikan sekitar tim-tim tidak

hanya pada individu-individu untuk mendukung kerjasama.

6. Agresifitas, adalah tingkatan sejauh mana orang-orang

dalam organisasi itu agresif dan kompetitif untuk

menjalankan budaya organisasi sebaik-baiknya.

7. Stabilitas, adalah sejauh mana kegiatan organisasi

menekankan status quo sebagai kontras dari pertumbuhan.

Karakter-karakter tersebut adalah kepribadian dari


organisasi yang menjadi asumsi dasar individu dalam

mengerjakan tugas dan kewajibannya. Dengan karakter

tersebut nampak pada organisasi budaya yang berperan di

dalamnya. Dan dengan budaya tersebut setiap individu

berbuat dan berprespektif sama untuk menghadapi berbagai

masalah internal ataupun eksternal.

Jenis-jenis Budaya Organisasi

Noe dan Mondy membedakan tipe budaya organisasi dalam dua

kelompok, yaitu: 1) Open and participate culture, dan 2) Closed and

autocratic culture.

Open and participate culture ditandai oleh adanya kepercayaan

terhadap bawahan, komunikasi yang terbuka, kepemimpinan yang suportif

dan penuh perhatian, penyelesaian masalah secara kelompok, adanya

otonomi pekerja, sharing informasi, serta pencapaian tujuan yang

outputnya tinggi.

Closed and autocratic culture ditandai oleh pencapaian tujuan

outputyang tinggi, namun pencapaian tersebut mungkin lebih dinyatakan

dan dipaksakan pada organisasi dengan para pemimpin otokrasi dan kuat.

Semakin besar rigiditas dalam budaya ini, yang merupakan hasil kepatuhan

yang ketat terhadap suatu mata rantai komando formal, semakin sempit

pula rentang manajemen dan akuntabilitas individual.

Selain itu, karakteristik ini lebih menekankan pada individual

daripada teamwork. Daft memberikan gambaran mengenai kultur


organisasi yaitu melalui dua fokus yaitu: 1) tingkat dimana lingkungan yang

kompetitiv yang meminta fleksibilitas dan stabilitias. 2) tingkat dimana

strategi organisasi fokus pada kekuatan internal ataupun external. Deal dan

Kennedy, mengemukakan empat jenis budaya organisasi, yaitu:

 Macho culture. Perusahaan yang menganut budaya ini anggotanya

harus berani mengambil resiko yang tinggi dan akan segera menerima

umpan dari manajemen mengenai tindakannya.

 Work hard play hard. Budaya perusahaan ini ditandai oleh risiko

rendah dan umpan balik yang cepat, namun budaya inimenekankan

pada “keriangan” dalam bekerja serta lebih berorientasi pada masa

kini.

 Bet your company. Budaya ini cenderung dianut perusahaan yang

berada pada risiko tinggi, namun umpan balik terhadap pekerjaan

biasanya relative sama.

 Process culture. Budaya ini tercermin pada risiko rendah dan umpan

balik lambat. Nilai-nilai yang dianut adalah protektif dan keberhati-

hatian.

Dari berbagai pembagian jenis-jenis budaya organisasi tersebut, dapat

dimengerti secara lebih mudah dengan memahami budaya organisasi

sebagaimana dikelompokkan oleh Daft. Yaitu pembagian pada empat model

budaya organisasi,The Adaptability culture, The Mission culture, The Clan

culture, dan The Bureaucratic culture.

Manfaat Budaya Organisasi Terhadap Manajemen Lembaga Pendidikan

Karakteristik pelaksanaan budaya organisasi meliputi: Perilaku

personil, Norma-norma, Nilai-nilai, Falsafah manajemen,


Peraturanperaturan, Iklim, Inisiatif anggota, Toleransi terhadap resiko,

Pengarahanpimpinan, Integrasi kerja, Dukungan pimpinan, Pengawasan

kerja, Identitas angota, Sistem penghargaan personil, Toleransi terhadap

konflik, Pola komunikasi kerja. Berikut penjelasan pelaksanaan budaya

organisasi:

a) Perilaku personil. Terjadinya interaksi yang baik antar anggota

dengan anggota, anggota dengan atasan.

b) Norma-norma. Berupa aturan-aturan yang tidak tertulis yang

disepakati dan telah menjadi identitas organisasi.

c) Nilai-nilai. Bagaimana pelayanan berlangsung di organisasi

benar-benar mencerminkan kualitas dan terbaik.

d) Falsafah manajemen. Sejauhmana setiap aktivitas didasarkan

falsafah yang dianut dalam organisasi.

e) Peraturan-peraturan. Adanya peraturan atau hukum yang

berlangsun dalam organisasi yang jika dilanggar oleh anggota

akan berdampak mendapatkan sanksi.

f) Iklim. Terciptanya hubungan kerja yang harmonis dan saling

percaya dalam organisasi.

g) Inisiatif anggota. Setiap anggota memberikan kontribusi positif

terhadap pengembangan organisasi.

h) Toleransi terhadap resiko. Di dalam organisasi terdapat

kesadaran terhadap berbagai resiko yang akan menghambat

perkembangan organisasi.

i) Pengarahan pimpinan. Pimpinan memberikan arahan kepada

seluruh anggota organisasi agar dapat memberikan yang terbaik

bagi organisasi.
j) Integrasi kerja. Adanya koordinasi kerja antar depertemen

sehingga adanya keselarasan.

k) Dukungan pimpinan. Pimpinan memberikan dukungan kepada

anggota setiap aktivitas yang dilakukan untuk kemajuan

organisasi.

Husaini Usman mengungkapkan bahwa peranan dari Budaya

Organisasi adalah:

1. Sebagai identitas organisasi, yang membedakan antara satu

organisasi yang satu dengan yang lain.

2. Perekatkebersamaan seluruh warga organisasi dalam hidup

multikurtural, juga mencegah konflik hidup bermasyarakat,

berbangsa dan bernegara.

3. Sarana pencapaian tujuan organisasi secara efektif dan efisien

karena adanya kesamaan pikiran, pendapat, gerak, dan langkah.

4. Meningkatkan kondisi iklim organisasi yang kondusif.

5. Meningkatkan mutu produk organisasi.

6. Menjelaskan dinamika kultur dalam organisasi.

7. Memhami iptek baru yang mempengaruhi dan dipengaruhi

organisasi.

8. Memahami resistensi budaya terhadap perubahan yang terjadi

seperti pembelajaran organisasional dan perubahan organisasi.

Dengan memiliki budaya organisasi yang baik maka akan

menghasilkan pikiran organisasi yang baik. Pikiran organisasi yang baik ini

kemudian menghasilkan nilai-nilai yang baik. Kondisi ini tentu akan

terwujud dalam berbagai tindakan yang baik pula.

Anda mungkin juga menyukai