Anda di halaman 1dari 6

FILSAFAT &

FILSAFAT PENDIDIKAN

Filsafat
 Berasal dari bahasa Yunani kuno philos yang berarti cinta dan Sophia berarti

kebajikan, kebaikan atau kebenaran, atau bisa juga diartikan cinta atau hikmah.

 Philosophia yang berarti cinta kepada kebijaksanaan untuk Indonesia istilah itu
disebut filsafat sedangkan orang yang mencintai kebenaran disebut filsuf.

 Phytagoras (580-500 SM) pernah menyatakan bahwa dirinya bukanlah orang


yang bijaksana, melainkan seorang filsuf atau seseorang yang mencintai

kebijaksanaan.

 Kebenaran yang ingin dicapai oleh filsafat adalah kebenaran yang bersifat

hakiki, hingga nilai kebenaran itu dapat dijadikan pandangan hidup manusia.

 Kebenaran itu sendiri selalu mengalami perkembangan sesuai dengan

perubahan zaman dan peradaban manusia, perubahann itu mendorong

manusia memikirkan kembali pengertiannya tentang kebenaran atau nilai-


nilai kebenaran.

Sehingga filsafat memiliki dua definisi yaitu:

1. Filsafat secara Operasional

Mewujudkan cinta kepada kebijaksanaan adalah berpikir atau berfilsafat

untuk memperoleh kebenaran, ada juga yang mendefinisikan filsafat dari

segi hasilnya.

2. Filsafat secara Leksikal

Sesuai dengan KBBI, filsafat berarti sikap hidup atau pandangan hidup.

Kita sering mendengar “filsafat hidup saya adalah…..” atau “pancasila

adalah filsafat hidup bangsa Indonesia”.


Dapat disimpulkan bahwa berfilsafat dapat
diwujudkan oleh para filsuf dalam perbuatan sebagai
berikut:

a. Berpikir secara mendalam untuk memperoleh

pengetahuan mengenai hakikat segala sesuatu.

b. Mengamalkan kebenaran artinya bahwa para filsuf

berupaya untuk berbuat berdasarkan pada titik tolak

kebenaran yang telah diyakininya.

c. Mengajarkan kebenaran kepada orang lain sebagai hasil

dari proses berpikirnya yang telah diyakininya.

d. Berjuang mempertahankan kebenaran tersebut dengan

penuh pengorbanan.

Sedangkan Imam Al-Ghozali (505 H: 33-34) membagi filsafat menjadi 4 bagian:

1. Ilmu perhitungan  ilmu ini diperbolehkan untuk dipelajari karena manusia


diberikan kesempatan dalam menghitung dan mengukur apa pun untuk hidup

dan kehidupannya.

2. Ilmu mantiq  ilmu kalam yang tentunya membicarakan tentang strategi


berbicara yang baik dan benar.

3. Ilahiyat  ilmu tentang ketuhanan dimana manusia harus memahami hakikat


ketuhanan yang menjadi sandaran manusia dalam hidup dan kehidupannya

baik ketika manusia menemukan kesulitan ataupun tidak.

4. Kepribadian  ilmu yang mempelajari hakikat manusia, yang membahas


tentang totalitas manusia secara utuh.

Berfilsafat bukan berarti mengubah paradigma yang sudah terbangun oleh

masyarakat terdahulu, tetapi membangun tata nilai yang lebih baik lagi.

Hanya saja pergeseran nilai filsafat akan usaha untuk mencari kebenaran itu

tampaknya sudah pudar oleh pergeseran kebudayaan global yang hampir

merusak nilai peradaban lokal.


KONSEP DASAR
FILSAFAT PENDIDIKAN
Filsafat Pendidikan
Berdasarkan ruang lingkup filsafat, bahwa filsafat pendidikan merupakan

disiplin ilmu dari cabang filsafat khusus. Pengertian filsafat pendidikan banyak
dikemukakan oleh para ahli di antaranya:

 Socrates  filsafat pendidikan adalah dengan metode dialektis suatu

metode yang digunakan sebagai teknis pendidikan yang direncakanakan

untuk mendorong seseorang belajar berpikir secara cermat, untuk

menguji diri sendiri, dan untuk memperbaiki pengetahuannya.

 Plato  setiap peserta didik harus diberi kebebasan untuk mengikuti

ilmu sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuan masing-masing

sesuai jenjang usianya.

 Imam Barnadib  ilmu yang pada hakikatnya merupakan jawaban dari


pertanyaan bidang pendidikan.

Engkoswara dan Aan Komariah menyatakan bahwa filsafat pendidikan terdapat


lima pandangan yang dominan, yaitu:

1. Perenialisme

Filsafat pendidikan yang memiliki keyakinan bahwa pengetahuan merupakan

dasar pokok bagi pendidikan.

2. Essensialisme

Filsafat pendidikan yang memandang fungsi sekolah sebagai lembaga penerus

warisan budaya bangsa dan sejarah kepada generasi penerus.

3. Progresivisme

Filsafat pendidikan yang menekankan pentingnya pemberian keterampilan dan

alat kepada individu yang diperlukannya untuk berintegrasi dengan

lingkukannya yang selalu berubah. Menganut bahwa pendidikan itu adalah

kehidupan itu sendiri dan bukan persiapan untuk hidup.


4. Rekonstruksionisme

Filsafat pendidikan yang berpandangan bahwa dalam

suasana perkembangan teknologi yang cepat, pendidikan

harus mampu melakukan rekonstruksi masyarakat dan

membangun tatanan dunia baru selaras dengan perubahan

teknologi itu. Pendidikan harus selalu memandang masa depan.

5. Eksistensialisme
Filsafat pendidikan yang sangat menghormati martabat manusia sebagai

individu yang unik dan memperlakukan individu lain seperti diri sendiri.

Pandangan Pemikir Pendidikan.


Di kalangan masyarakat Barat pada zaman renaissance muncul dengan

pandangan pemikir pendidikan yang masih dikenali hingga kini, dan berkembang

sejajar mengikuti perkembangan berbagai disiplin ilmu pengetahuan yang sudah


terlebih dahulu dari induknya filsafat, yaitu:

 Nativisme atau Naturalisme


(J.J Rousseau 1712–1778 M & Schoppenhauer 1778-1860 M)

Bayi itu lahir membawa potensi alamiahnya, karena itu

pendidikan hanya berfungsi memelihara dan memekarkannya saja.

“Retour a la Natour”
 Empirisme atau Environmentalisme

(J. Locke 1632-1704 M & J.H Herbart 1776-1841 M)

Bayi itu lahir bagaikan kertas putih yang belum tertulis (tabula

rasa). Dan bayi itu lahir bagaikan bejana yang masih kosong. Pendidikan

mengisinya sesuai dengan harapan lingkunagn masyarakatnya.

 Konvergensionisme atau Interaksionisme

(William Stern 1871-1939 M)

Paham ini merupakan perpaduan dari kedua paham terdahulu

dengan berpendirian bahwa diri pribadi anak itu berkembang sebagai

resultante hasil interaksi pembawaan (potensi alamiah dan

lingkungannya).
Bahwa filsafat sebenarnya lebih kepada pemikiran ide dan

idealism yang matang, sedangkan pendidikan adalah pelaksana

dari ide dan idealism tersebut. Untuk mengkaji lebih dalam

mengenai pendidikan nasional bangsa Indonesia sangat perlu

memahami UU Sistem Pendidikan, yaitu:

a. UUSPN Nomor 2 Tahun 1989, Bab 1, Pasal 1 ayat (1)

“pendidikan adalah usaha sadar menyiapkan peserta didik melalui kegiatan

bimbingan, pengajaran dan latihan bagi perannya di masa yang akan datang”.

b. UUSPN Nomor 20, Tahun 2003, Bab 1, Pasal 1 ayat (1)

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual,

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara“.

Menurut Moh. Said, pendidikan adalah suatu proses untuk mendewasakan

manusia. Dengan kata lain pendidikan merupakan suatu upaya secara sengaja dan

terarah untuk memanusiakan manusia. Melalui pendidikan manusia dapat tumbuh

dan berkembang secara wajar dan sempurna, sehingga dapat melaksanakan tugas
sebagai manusia serta memelihara sekelilingnya secara baik dan bermanfaat.

Filsafat Pendidikan Nabi


Barangkali ini merupakan sebuah jawaban dari kebuntuan filsafat selama ini

terhadap problematikanya karena konsep yang dibangun oleh Nabi Muhammad Saw.

bersumber dari wahyu Allah Swt. dan kebenarannya adalah mutlak tak

terbantahkan oleh siapa pun, serta tata kehidupannya selalu terjaga (ma’shum) agar

tidak terjebak dalam perbuatan dan akhlak tercela. Dengan demikian sangat wajar

ketika dijadikan sebagai rujukan dan pola hidup dalam periodesasi kehidupan

selanjutnya karena beliau adalah satu-satunya manusia sempurna tanpa cela

sedikitpun sepanjang zaman.


Nama : Rika Diana Apriani

NIM: 1920-224-0024

Prodi: Pendidikan Matematika

Tugas: rangkuman pengelolaan pendidikan

Anda mungkin juga menyukai