Anda di halaman 1dari 15

TUGAS RUTIN FILSAFAT PENDIDIKAN

NAMA :NELVAN IRWANTO GEA


NIM :3202131001
DOSEN PENGAMPU :ERWITA IKA VIOLINA,S.Pd.,M.Pd.

FAKULTAS ILMU SOSIAL


UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2020
KELOMPOK 1

1. Filsafat pendidikan sebagai system dan substantsi


2. Filsafat pendidikan sebagai system

System filsafat pendidikan adalah kata system yang berasal dari Bahasa Yunani yaitu Systema
yang berarti cara atau strategi.Dan dalam Bahasa Inggris ,System yang berarati susunan jaringan
cara.

Sedangkan pendidikan pada hakikatnya merupakan suatu keegiatan yang dilakukan secara sadar
dan disengaja serta penuh tanggung jawab,yang dilakukan orang dewasa kepada anak sehingga
menimbulkan ingteraksi dari keduanya agar anak tersebut mencapai kedewasaan

Hubungan antara filsafat dengan filsafat pendidikan

a. Filsafat mempunyai objek lebih luas,sifatnya universal,sedangkan filsafat pendidikan


objeknya terbatas dalam dunia filsafat pendidikan
b. Filsafat memberikan sintesis kepada filsafat pendidikan yang khusus,mempersatukan dan
mengkoordinasikannya
c. Lapangan filsafat mungkin sama dengan lapangan filsafat pendidikan tetapi sudut
pangdangnya berbeda.

Adanya nilai nilai Pancasila

Pancasila merupakan sumber dari segala gagasan mengenai wujud manusia dan masyarakat yang
dianggap baik,sumber dari agama sumber yang menjadi pangkal serta muara dari setiap
keputusan dan tindakan dalam pendidikan dan pembelajaran.

Pelaksanaan UUD 1945 dalam ilmu pendidikan

Untuk mengembangkan fungsi mencerdaskan kehidupan bangsa,pemerintah menyelenggarakan


suatu system pendidikan nasional sebagai yang tercantum pada UUD No.20 tahun 2003 tentang
system pendidikan.

KELOMPOK 2
Hubungan filsafat dengan pendidikan filsafat sangat lah penting sebab ia menjadi dasar, arah dan
pedoman suatu system pendidikan. Menurut Jalaludin dan Idi (2007) filsafat pendidikan
merupakan aktivitas pemikiran teratur yang menjadikan filsafat sebagai medianya untuk
menyusun proses pendidikan, menyelaraskan dan mengharmonisakan serta menerangkan nilai
nilai dan tujuan yang ingin dicapai.

Menurut Plato Hubungan filsafat dengan filsafat pendidikan adalah :


1. Ilmu pengetahuan lahir dari persamaan dan perbedaan filsafat, sedangkan filsafat adalah ibu
dari segala pendidikan.
2. Ilmu pengetahuan lebih bersifat analisis, sedangkan filsafat bersifat synopsis.
3. Ilmu pengetahuan mengemukakan fakta-fakta untuk melukis objek nya. Sedangkan filsafat
menekankan pada keadaan sebenarnya dan bagaimana seharus nya objek itu.
4. Ilmu pengetahuan memulai sesuatu dengan memakai asumsi-asumsi. Sedangkan filsafat
memeriksa dan meragukan segala asumsi.
5. Ilmu pengetahuan diwarnai oleh penggunaan metode eksperimen, terkontrol cara kerja nya.
Sedangkan filsafat menggunakan ilmu pengetahuan.

Hubungan fungsional Filsafat dengan Filsafat Pendidikan


hubungan fungsional antara filsafat dan teori pendidikan berikut:
1.     Filsafat, dalam arti filosofis, merupakan satu cara pendekatan yang dipakai dalam
memecahkan problematika pendidikan dan menyusun teori-teori pendidikan oleh para ahli.
2.    Filsafat, berfungsi memberi arah bagi teori pendidikan yang telah ada menurut aliran filsafat
tertentu yang memiliki relevansi dengan kehidupan yang nyata.
3.    Filsafat, dalam hal ini filsafat pendidikan, mempunyai fungsi untuk memberikan petunjuk
dan arah dalam pengembangan teori-teori pendidikan menjadi ilmu pendidikan (pedagogik).

KELOMPOK 3

Idialisme adalah suatu aturan filsafat yang yang paling tua yang umumnya disandarkan dengan
filsuf besar Plato.Aturan ini memiliki suatu keayakinan bahwa realitas ini terdiri dari substansi
sebagaimana ide-ide atau spirt.Aturan filsafat Plato percaya bahwa disana terdapat kebenaran
yang universal dan dapat disetujui oleh semua orang.
Tokoh-tokoh aliran Idealisme

1. Plato (477-347 SM)


2. J.G Fichte (1762-1914 M)
3. G.W.F Hegel (1770-1031M)

Tujuan pendidikan Idealisme

1. Agar anak didik bisa menjadi kaya dan memiliki kehidupan yang bermakna memiliki
kepribadian humoris,dan pada akhirnya diharapkan dapat membantu individu lainnya.
2. Perlunya persaudaraan antara manusia

Realisme sangat bertolak belakang dengan idealisme karena realisme memandang suatu bukti
nyata sedeangkan idealisme hanya dalam akar pemikiran manusia.

Filsafat realisme di bagi menjadi 2 yaitu:

1. Realisme klasik/rasional
2. Realisme alam/religious

Tokoh aliran realisme

1. Aristoteles

Objek bertepatan dengan logika atau akal,

2. Johan Amos Comenius

Pendidikan harus universal

3. William Mc Gucken

Tidak ada tujuan hidup maka tidak ada pula tujuan pendidikan

4. Fraros Bacon

Pikiran yang nyata dengan menggunakan sentuhan indrawi

5. John Lock
Pengetahuan manusia itu seperti batu keras yang terteter air,lama kelamaan akan cekung,seperti
akal manusia yang sering diasah

Metearilisme adalah paham dalam filsafat yang menyatakan bahwa hal yang dapat dikatakan
benar-benar adalah materi.Pada dasarnya semua hal terdiri atas materi dan semua fenomena
adalah hasil interaksi material.Materi adalah satu-satunya substansi

Tokoh-tokoh materialism

1. Epikuros

5 dasar idiologi yang dijadikan dasar keyakinan paham materialism

1. Segala yang ada berasal dari 1 sumber yaitu materi


2. Tidak meyakini adanya alam ghaib
3. Menjadikan panca indra sebagai satu-satunya alat mencapai ilmu
4. Menjadikan kecondongan stabiat manusia
5. Memposisikan ilmu sebagai pengganti agama dalam peletakan hukum

KELOMPOK 4

Menurut Keraf

Secara etimologis ,kata Pragmatisme berasal ari Bahasa Yunani yaiti Pragma.Ada pula yang
menyebut dengan istilah Pragmatikos yang berarti tindakan atau aksi.Pragmatisme berarti
filsafat atau pemikiran tentang tindakan.

Eksistensialisme ditandai dengan pemikiran yang menggunakan semua pengetahuan objektif


sehingga manusia sadar akan dirinya sendiri dan memandang filsafat bertujuan mengembalikan
manusia pada jati dirinya kembali

Menurut Willian James

Beliau menegaskan bahwa fungus organ pikiran itu dipelajari sebagai bagian dari mata pelajaran
pokok dan ilmu pengetahuan dalam artinya yaitu ilmu-ilmu yang kita pelajari dari seseorang dan
pemikiran kita.
KELOMPOK 5

Perenialisme merupakan suatu aliran dalam pendidikan yang lahir pada abad ke-20. Perenialisme
berasal dari kata perennial yang berarti abadi, kekal atau selalu. Perenialisme lahir sebagai suatu
reaksi terhadap pendidikan progresif.

Prinsip pendidikan aliran Perenialisme

01). Tujuan Hiudp sama dengan Tujuan Pendidikan

Menurut Robert M. Hutckin sebagai pelopor perenialisme di AS, mengemukakan bahwa


manusia pada hakikatnya adalah hewan rasional. Tujuan pendidikan adalah sama dengan tujuan
hidup, yaitu untuk mencapai kebijaksanaan dan kebaikan.

02).Rasio merupakan atribut manusia yang paling tinggi

03). Tugas pendidikan adalah memberikan pengetahuan tentang kebenaran yang pasti, dan abadi

04). Pendidikan merupakan suatu persiapan untuk hidup

05). mempelajari karya-karya besar dalam literatur

Tujuan dari pendidikan, menurut pemikiran perenialis

memastiakn bahwa para siswa memperoleh pengetahuan tentang prinsip-prinsip atau gagasan-
gagasan besar yang tidak berubah.

Esensialismeadalah pendidikan yang didasarkan kepada nilai-nilai kebudayaan yang telah ada
sejak awal peradaban umat manusia. Esensialisme muncul pada zaman Renaissance dengan ciri-
ciri utama yang berbeda dengan progresivisme. Perbedaan yang utama ialah dalam memberikan
dasar berpijak padaa pendidikan yang penuh fleksibilitas, terbuka untuk perubahan, toleran dan
tidak ada keterkaitan dengan doktrin tertentu.

Idealism dan realism adalah aliran filsafat yang membentuk corak esensialisme. Dua aliran ini
bertemu sebagai pendukung esensialisme, akan tetapi tidak lebur menjadi satu dan tidak
melepaskan sifatnya yang utama pada dirinya masing-masing.

Prinsip-prinsip Pendidikan Esensialisme

 Pendidikan harus dilakukan melalui usaha yang keras


 Inisiatif dalam pendidikan ditekankan pada guru
 Inti dari proses pendidikan adalah asimilasi dari mata pelajaran yeng telah ditentukan
 Sekolah harus mempertahankan metode-metode tradisional yang bertautan dengan
disiplin mental
 Tujuan akhir pendidikan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan umum yang
merupakan tuntukan demokrasi yang nyata.

Tujuan pendidikan esensialisme adalah menyampaikan warisan budaya dan sejarah melalui suatu
inti pengetahuan yang telah terhimpun, dasar bertahan sepanjang waktu untuk diketahui oleh
semua orang. Pengetahuan ini diikuti oleh keterampilan, sikap, dan nilai-nilai yang tepat untuk
membentuk unsur-unsur yang inti (esensialisme) sebuah pendidikan sehingga pendidikan
bertujuan mencapai standart akademik yang tinggi, pengembangan intelek atau kecerdasan.

Aliran rekostruksionisme adalah suatu aliran yang berusaha merombak tata susunan lama dan
membangun tata susunan hidup kebudayaan yang bercorak modern. Aliran rekonstruksionisme,
pada prinsipnya sepaham dengan aliran perenialisme, yaitu hendak menyatakan krisis
kebudayaan modern. Kedua aliran tersebut memandang bahwa keadaan sekarang merupakan
zama yang mempunyai kebudayaan yang terganggu oleh kehancuran, kebingungan, dan
kesimpangsiuran.

Menurut Brameld (Kneller,1971) terdiri atas 5 tesis,yaitu:

 Pendidikan harus dilaksanakan dalam rangka menciptakan tata sosial baru


 Masyarakat harus berada dalam kehidupan demokratis sejati
 Anak, sekolah, dan pendidikan itu sendiri dikondisikan oleh kekuatan budaya social
 Guru harus meyakini terhadap validitas dan urgensi dirinya
 Cara dan tujuan pendidikan harus diubah kembali seluruhnya

meninjau kembali penyusunan kurikulum, isi pelajaran, metode yang dipakai, struktur
administrasi, dan cara bagaimana guru dilatih.

Tujuan akhir pendidikan dari aliran rekonstruksionisme adalah terciptanya masyarakat baru,
yaitu sesuatu masyarakat global yang saling ketergantungan dan menyusun kembali penataaan
ulang atau merekonstruksi masyarakat.
KELOMPOK 6

Pengertian filsafat pancasila dapat dipandang dari dua sisi yaitu filsafat pancasila sebagai objek
dan filsafat pancasila sebagai subjek.Filsafat pancasila sebagai objek menurut Prof.Notonagoro
adalah ilmu filsafat yang objeknya pancasila dasar filsafat,asas kerohanian,ideologi Negara
Republik Indonesia.Tujuannya untuk memperoleh pengetahuan yang sedalam-dalamnya
mengenai Pancasila itu sendiri.

A).Sifat Hakikat Manusia


Sifat hakikat manusia diartikan sebagai ciri-ciri karakteristik yang secara prinsipil
membedakan manusia dan hewan.Meskipun antara manusia dan hewan banyak kemiripan
terutama jika dilihat dari segi biologisnya.Bahkan beberapa filosof seperti Socrates menamakan
manusia itu Zoon Politicon(hewan yang bermasyarakat),Max Scheller menggambarkan manusia
sebagai Das Kranke Tier(hewan yang sakit)yang selalu gelisah dan bermasalah.

Ciri dan kepribadian masyarakat,bangsa dan Negara Indonesia dicerminkan dari nilai yang
terkandung dalam Pancasila.Bangsa Indonesia memiliki pandangan hidup,filsafat hidup dan
pegangan hidup dalam kehidupan bermasyarakat,berbangsa dan bernegar.Nilai-nilai kenegaraan
dan kemasyarakatan yang terkandung dalam sila-sila Pancasila bukan hanya merupakan hasil
konseptual seseorang melainkan karya besar bangsa Indonesia.

Sistem pendidikan nasional Indonesia dijiwai,disadari dan mencerminkan identitas


Pancasila.Sementara cita dan karsa bangsa kita,tujuan nasional dan hasrat luhur rakyat
Indonesia,tersimpul dalam pembukaan UUD 1945 sebagai perwujudan jiwa dan nilai
Pancasila.Cita dan karsa ini dilembagakan dalam system pendidikan nasional yang bertumpu dan
dijiwai oleh suatu keyakinan,dan pandangan hidup Pancasila.Dengan kata lain,sistem Negara
Pancasilatercermin dan dilaksanakan dalam berbagai subsistem kehidupan bangsa dan
masyarakat.

Bagi bangsa Indonesia,yang dijadikan sebagai sumber nilai dalam kehidupan


bermasyarakat,berbangsa,dan bernegara adalah Pancasila.Ini berarti bahwa seluruh tatanan
kehidupan masyarakat,bangsa,dan Negara menggunakan Pancasila sebagai dasar moral atau
norma dan tolak ukur tentang baik buruk dan benar salahnya sikap,perbuatan,dan tingkah laku
bangsa Indonesia.Pancasila dirumuskan oleh para pendiri Negara yang memuat nilai-nilai luhur
untuk menjadi dasar Negara.Sebagai gambaran,didalam tata nilai kehidupan bernegara,ada yang
disebut sebagai nilai dasar,nilai instrumental dan nilai praktis:

KELOMPOK 7

PANDANGAN FILSAFAT PANCASILA TERHADAP SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

 Sedangkan Notonagoro (Ruyadi, 2003:16) menyatakan, Filsafat Pancasila memberi


pengetahuan dan pengertian ilmiah yaitu tentang hakekat dari Pancasila. Pancasila
sebagai suatu sistem filsafat, memiliki dasar ontologis, dasar epistemologis dan dasar
aksiologis tersendiri, yang membedakannya dengan sistem filsafat lain. Secara ontologis,
kajian Pancasila sebagai filsafat dimaksudkan sebagai upaya untuk mengetahui hakekat
dasar dari sila-sila Pancasila. Notonagoro (Ganeswara, 2007:7) menyatakan bahwa
Semuanya telah mencakup filsafat pendidikan Pancasila yang mempunyai ciri, yaitu
integral, etis, dan reigius.

Kajian epistemologis filsafat Pancasila, dimaksudkan sebagai upaya untuk mencari hakekat
Pancasila sebagai suatu sistem pengetahuan. Menurut Titus (Kaelan, 2007:15) .

Terdapat tiga persoalan mendasar dalam epistemologi yaitu : 

 Tentang sumber pengetahuan manusia;

 Tentang teori kebenaran pengetahuan manusia

 Tentang watak pengetahuan manusia.

Landasan filosofil pendidikan nasional adalah pancasila sebagai mana tercantum dalam
pembuaan undang-undang dasar 1945. Landasan filosofil pendidikan nasional berasumsi sebagai
berikut :

 Segala sesuatu berasal dari Tuhan sebagai pencipta

 Pancasila sebagai filsafat pendidikan

 Aspek ontologis filsafat pendidikan pancasila

 Aspek Epistemologis Filsafat Pendidikan pancasila


 Aspek Aksiologis Filsafat Pendidikan pancasila

Ada dua pandangan yang menurut (Jumali,dkk,2004:54),perlu dipertimbangkan dalam


menentukan landasan filosofi dalam pendidikan nasional Indonesia. Pertama tentang ,pandangan
tentang manusia Indonesia.

Filsafah pendidikan Pancasila mengimplikasikan ciri-ciri tersebut.

  Integral

 Etis

 Religius

KELOMPOK 8

Menurut bahasa belanda, Pendidikan berasal dari kata Ofvooden yang artinya memberi makan.
Menurut mereka semua yang diberi makan akan tumbuh dan berkembang. Sedangkan dalam
Bahasa Inggris, Pendidikan adalah Education, yang artinya adalah The process of training and
developing the knowledge, Skill, Mind, Character, by Formal Schooling, Teaching, Training,
(Neufeldt and Guralnik. 1996). Yang artinya proses pelatihan dan pengembangan pengetahuan,
keterampilan, pikiran, karakter, melalui sekolah formal, pengajaran, dan pelatihan. Menurut
bahasa jerman pendidikan berasal dari kata Zie Chung, artinya membawa keluar. Sedangkan
menurut bahasa romawi kuno pendidikan adalah educare, artinya menarik keluar.
Pada hakikatnya pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki potensi spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. (Achmad
Munib, 2004).
Adapun pengertian menurut para beberapa ahli :
1. Menurut Undang - Undang No. 20 Tahun 2003.
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
2. Jhon Deway ( 2003 : 69 )
Pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan. Kecakapan Fundamental secara
intelektual dan emosional ke arah alam dan sesama manusia.
3. J.J. Rosseau ( 2003 : 69 )
Pendidikan merupakan memberikan kita pembekalan yang tidak ada pada masa kanak -
kanak, akan tetapi kita membutuhkannya pada masa dewasa.
4. Kamus Besar Bahasa Indonesia
Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok orang
dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan proses, cara,
perbuatan mendidik.
Beberapa asumsi dasar yang berkenaan dengan hakikat pendidikan tersebut dinyatakan oleh
Raka Joni, sebagai berikut :
1. Pendidikan merupakan proses interaksi manusia yang ditandai oleh keseimbangan antara
kedaulatan subjek didik dengan tenaga didik atau guru.
2. Pendidikan merupakan usaha penyiapan subjek didik menghadapi lingkungan hidup yang
mengalami perubahan yang semakin pesat.
3. Pendidikan meningkatkan kualitas kehidupan pribadi.
4. Pendidikan berlangsung seumur hidup.
5. Pendidikan merupakan kiat dalam menerapkan prinsip - prinsip ilmu pengetahuan dan
teknologi dalam pembentukan manusia seutuhnya.

KELOMPOK 9

A. Manusia sebagai makhluk individu

Tidak ada orang yang dilahirkan persis sama, walaupun pada anak kembar sekalipun. Jadi dari
lahir masing-masing sudah ada pembawaannya, tidak ada duanya. Demikian juga dengan apa
yang mereka alami dari lingkungan.
B. Manusia sebagai makhluk sosial

Manusia itu adalah makhluk sosial dan sekaligus makhluk individu, sebagai manusia dia kedua-
duanya dalam kesatuannya sebagai suatu pribadi. Sebagai makhluk sosial individualitasnya
hendaknya tetap terpelihara secara utuh.

C. Manusia sebagai makhluk susila

Manusia susila adalah manusia yang memiliki, menghayati, dan melakukan nilai-nilai
kemanusiaan.

D. Manusia sebagai makhluk religìous

Arbi (1988, 135-136) mengemukakan bahwa yang mungkin menjadi persoalan bagi orang
adalah, apakah sekolah akan mengajarkan sesuai pengetahuan belaka atau juga harus sampai
kepada instansi, penerimaan atau pemantapan dan penguatan penerimaan pernyataan-pernyataan
dan sistem kepercayaan agama tertentu.

Pengembangan Dimensi-Dimensi Manusia dalam Proses Pendidikan

A. Pengembangan diri sebagai makhluk individu

Pengembangan diri sebagai makhluk individu, berarti pendidikan membantu anak itu menjadi
dirinya sendiri, dia dikembangkan menjadi suatu pribadi yang utuh karena tidak ada orang yang
dilahirkan persis sama, setiap individu itu berbeda.

B. Pengembangan manusia sebagai makhluk sosial

Manusia adalah makhluk yang selalu berinteraksi dengan sesamanya, tidak dapat mencapai apa
yang diinginkannya secara seorang diri saja. Kehadiran manusia lain di hadapannya bukan saja
penting untuk mencapai tujuan hidupnya tetapi juga merupakan sarana untuk pertumbuhan dan
perkembangan kepribadiannya.

C. Pengembangan manusia sebagai makhluk susila

Hanyalah manusia yang dapat menghayati norma-norma dan nilai-nilai di dalam kehidupannya
sehingga manusia mampu menentukan tingkah laku mana yang baik dan mana yang tidak baik.
Setiap masyarakat dan bangsa mempunyai norma dan nilai tertentu..
D. Pengembangan manusia sebagai makhluk religius

Pendidikan agama lebih dari pengkajian tentang agama, yang dituju bukanlah hanya agar peserta
didik mampu berpikir berbicara tentang agama, melainkan agar mereka berpikir dan merasa
secara keagamaan serta secara sepenuh hati dan taat melakukan ibadah agamanya.

KELOMPOK 10

Pengertian hakikat manusia adalah seperangkat gagasan atau konsep yang mendasar tentang
manusia dan makna eksistensi manusia di dunia. Pengertian hakikat manusia berkenaan dengan
“prinsip adanya” manusia. Dengan kata lain, pengertian hakikat manusia adalah seperangkat
gagasan tentang “sesuatu yang olehnya” manusia miliki, karakteristik khas yang memiliki
sesuatu martabat khusus” (Louis Leahy, 1985).

Menurut Raka Joni, hakikat peserta didik didasarkan pada 4 hal yaitu:
a. Peserta didik bertanggung jawab terhadap pendidikan sesuai dengan wawasan pendidikan
seumur hidup.
b. Memiliki potensi baik fisik maupun psikologi yang berbeda-beda sehingga masing-masing
peserta didik merupakan insan yang unik.
c. Pembinaan individual serta perlakuan yang manusiawi.
d. Pada dasarnya merupakan insan yang aktif menghadapi lingkungan.
Dari segi peserta didik guru menjadi tumpuan harapan mencari sumber informasi dan energi bagi
bergeraknya proses pendidikan.

Profil guru yang diharapkan siswa :


1. Periang
2. Suka berteman
3. Beremosi matang
4. Jujur dan ikhlas
5. Dapat dipercaya
6. Sehat mental
Pembelajaran adalah suatu aktivitas yang melibatkan berbagai komponen untuk mencapai suatu
tujuan. Pembelajaran merupakn sesuatu yang kompleks, artinya segala sesuatu terjadi pada
proses pembelajaran harus mendapatkan sesuau yang sangat berarti baik ucapan, pikiran maupun
tindakan.

KELOMPOK 11

Landasan filosofis bersumber dari pandangan-pandangan dalam filsafat pendidikan, menyangkut


keyakianan terhadap hakekat manusia, keyakinan tentang sumber nilai, hakekat pengetahuan,
dan tentang kehidupan yang lebih baik dijalankan. Aliran filsafat yang kita kenal sampai saat ini
adalah Idealisme, Realisme, Perenialisme, Esensialisme, Pragmatisme dan Progresivisme dan
Ekstensialisme.
Pasal 2 UU RI No.2 Tahun 1989 menetapkan bahwa pendidikan nasional berdasarkan pancasila
dan UUD 1945, sedangkan Ketetapan MPR RI No. II/MPR/1978 tentang P4 menegaskan pula
bahwa Pancasila adalah jiwa seluruh rakyat indonesia, kepribadian bangsa Indonesia, pandangan
hidup bangsa Indonesia, dan dasar negara Indonesia.
Ruang lingkup yang dipelajari oleh sosiologi pendidikan meliputi empat bidang:

1. Hubungan sistem pendidikan dengan aspek masyarakat lain.


2. Hubungan kemanusiaan.
3. Pengaruh sekolah pada perilaku anggotanya.
4. Sekolah dalam komunitas,yang mempelajari pola interaksi antara sekolah dengan
kelompok.

Pengertian Landasan Kultural

Kebudayaan dan pendidikan mempunyai hubungan timbal balik, sebab kebudayaan dapat
dilestarikan/ dikembangkan dengan jalur mewariskan kebudayaan dari generasi ke generasi
penerus dengan jalan pendidikan, baik secara formal maupun informal.

Pengertian Landasan Psikologis


Dasar psikologis berkaitan dengan prinsip-prinsip belajar dan perkembangan anak. Pemahaman
terhadap peserta didik, utamanya yang berkaitan dengan aspek kejiwaan merupakan salah satu
kunci keberhasilan pendidikan. Oleh karena itu, hasil kajian dan penemuan psikologis sangat
diperlukan penerapannya dalam bidang pendidikan. Sebagai implikasinya pendidik tidak
mungkin memperlakukan sama kepada setiap peserta didik, sekalipun mereka memiliki
kesamaan. Penyusunan kurikulum perlu berhati-hati dalam menentukan jenjang pengalaman
belajar yang akan

Pengertian Landasan IPTEK

Kebutuhan pendidikan yang mendesak cenderung memaksa tenaga pendidik untuk


mengadopsinya teknologi dari berbagai bidang teknologi ke dalam penyelenggaraan pendidikan.
Pendidikan yang berkaitan erat dengan proses penyaluran pengetahuan haruslah mendapat
perhatian yang proporsional dalam bahan ajaran, dengan demikian pendidikan bukan hanya
berperan dalam pewarisan IPTEK tetapi juga ikut menyiapkan manusia yang sadar IPTEK dan
calon pakar IPTEK itu. Selanjutnya pendidikan akan dapat mewujudkan fungsinya dalam
pelestarian dan pengembangan iptek tersebut.

Anda mungkin juga menyukai