Anda di halaman 1dari 18

EVIDENCE BASED PRACTICE MATERNITAS

MANAJEMEN PERAWATAN POST PARTUM


(MANAJEMEN DEPRESI PADA IBU POSTPARTUM)

Dosen Pengampu: Ns. Parliani., MSN

DISUSUN OLEH:
ABDUL MUTAAL
SRP20317060

PROGRAM STUDI NERS REGULER


SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN MUHAMMADIYAH
PONTIANAK
2020/2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Periode postpartum merupakan proses adaptasi terhadap perubahan fisik
dan psikologis bagi ibu dan seluruh anggota keluarga. Dimana semua sistem
tubuh akan mengalami perubahan secara perlahan dan menjadi normal seperti
keadaan sebelum hamil yang sering membuat ibu merasa tidak nyaman.
Perubahan tersebut antara lain adanya rasa nyeri karena afterpain, luka
episiotomi, fase diuresis dan diaphoresis, perubahan sistem integumen dan pola
eliminasi.
Selama proses adaptasi terhadap sistem tubuh, ibu juga akan mengalami
proses adaptasi terhadap perubahan psikologis yakni perubahan peran
parenting dimana terjadi perubahan pola dari diasuh menjadi mengasuh yang
berlangsung dalam beberapa hari postpartum. Dengan adanya perubahan
proses psikologi tersebut, maka ibu dituntut untuk mampu beradaptasi (Suryani
Manurung, 2008).
Proses adaptasi psikologis yaitu suatu proses yang akan melewati tiga fase
penyesuaian ibu terhadap perannya sebagai orang tua, yaitu fase dependen
(taking in), fase dependen-mandiri (taking hold), dan fase interdependen
(letting go) (Rahayu dan Surachmindari, 2018). Perubahan tersebut dapat
menyebabkan gangguan baik dari aspek fisik dan psikologikal salah satunya
yaitu depresi setelah melahirkan yang disebut depresi pasca melahirkan atau
Postpartum Depression (Retno Arienta Sari, 2020).
Depresi pasca melahirkan atau postpartum depression pada wanita umum
terjadi dan berkembang di sekitar 13% bahkan lebih tinggi di belahan dunia
yang lain. Wanita secara nyata terpapar depresi setelah melahirkan ketika
sampai pada batas kemampuan seorang ibu terikat secara pasti pada bayinya.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa depresi pasca melahirkan atau
postpartum depression berkaitan dengan pemikiran, perilaku dan emosional
seorang ibu ketika menghadapi bayi yang baru lahir (Copper, Murray dan
Halligan, 2010 dalam Dewi dan Waruwu, 2018).
Angka kejadian depresi postpartum di Asia cukup tinggi dan bervariasi
antara antara 26-85%. Sedangkan di Indonesia angka kejadian tersebut antara
50-70% dari wanita pasca persalinan. Penelitian di beberapa rumah sakit di
Indonesia seperti di RSUP Haji Adam Malik, Medan tahun 2009 bahwa dari 50
ibu postpartum spontan dirawat inap sebanyak 16% mengalami depresi
postpartum. Pada tahun 2017 di RS KIA Sadewa Yogyakarta, kejadian depresi
postpartum adalah sebanyak 7,7%. Hal ini menandakan bahwa kejadian depresi
postpartum perlu mendapatkan perhatian mengingat masih banyaknya insiden
yang terjadi di berbagai daerah (Kurniasari & Astuti, 2015).
Seorang ibu yang mengalami gangguan depresi postpartum biasanya
memiliki mood yang tertekan, hilangnya ketertarikan atau senang dalam
beraktivitas, gangguan nafsu makan, gangguan tidur, agitasi fisik atau
pelambatan psikomotor, lemah, merasa tidak berguna, susah konsentrasi,
bahkan keinginan untuk bunuh diri. Efek dari depresi postpartum ini tidak
hanya terjadi pada ibu, namun bisa juga terjadi pada bayi dari ibu tersebut.
Bayi akan mengalami keterlambatan dari berbagai aspek, baik dari segi
kofnitif, psikologi, neurologi, dan motorik Bayi juga akan cenderung lebih
rewel sebagai respon untuk mencari dan mendapatkan perhatian dari ibunya
(Roswiyani, 2010). Berdasarkan fenomena diatas penulis tertarik untuk
membahas masalah mengenai “Manajemen Depresi pada Ibu Postpartum”.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana manajemen depresi pada ibu postpartum?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui manajemen depresi pada ibu postpartum.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengatahui faktor-faktor depresi ibu postpartum
b. Untuk mengetahui berbagai jenis manajemen depresi ibu postpartum
D. Manfaat
1. Bagi Institusi Pendidikan
Evidence Based Practice ini dapat dijadikan sarana informasi dan
tambahan kepustakaan terkait intervensi pada ibu postpartum dengan
depresi.
2. Bagi Rumah Sakit
Evidence Based Practice ini dapat dijadikan sumber kajian dan
pertimbangan dalam memberikan pelayanan postpartum di Rumah Sakit.
3. Bagi Perawat
Evidence Based Practice ini dapat menjadi acuan bagi perawat dalam
memberikan pelayanan secara promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif
pada ibu postpartum.
BAB II
RESUME JURNAL
A. Pengobatan Perilaku Kognitif untuk Depresi Postpartum
Kajian Deskripsi
Identitas Jurnal
Judul Jurnal Pengobatan Perilaku Kognitif untuk Depresi
Postpartum
Nama Jurnal Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional
Penulis Bina Melvia Girsang
Tahun Terbit 2013
Metodologi
Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain studi kuasi
eksperimen dengan non equivalent control group
Teknik Sampling Sampel yang diambil dengan metode purposive
sampling
Jumlah Sampel 30 ibu postpartum yang terdiri dari 15 orang kelompok
perlakuan dan 15 orang kelompok kontrol.
Kriteria Inklusi dan Kriteria inklusi
Eksklusi Kriteria kelompok sampel interaksi adalah ibu yang
mengalami depresi postpartum dengan kriteria inklusi
ibu melahirkan normal, mengalami depresi postpartum
yang terdeteksi melalui skrining EPDS.
Kriteria kelompok sampel kontrol adalah ibu
postpartum dengan kriteria tidak melahirkan secara
sesar dan tindakan ginekologik, dan sampel yang tidak
diambil dengan cara purposive sampling terhadap ibu
yang mengalami depresi postpartum melalui skrining
EPDS.
Instrumen Penelitian Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS) dan
Cognitive Behaviour Therapy (CBT)
Hasil Penelitian ini menemukan rata-rata perbedaan depresi
pada ibu postpartum yang diintervensi dengan ibu
postpartum yang tidak diintervensi adalah 0,15,
standar deviasi adalah 0,724, dan pada nilai t sebesar
3,56, dan nilai p = 0,003. Ada perbedaan depresi
postpartum pada ibu yang dilakukan intervensi terapi
pengobatan perilaku kognitif dan yang tidak. Temuan
ini memerlukan penerapan penyuluhan kesehatan
khususnya melalui terapi cognitive behavior dengan
memberikan informasi tentang pencegahan depresi
postpartum pada saat pemeriksaan kehamilan trimester
I, II, dan III dan setelah tiga hari melahirkan untuk
mencegah dan mengatasi depresi postpartum.
Kesimpulan Hasil skrining Edinburgh Postnatal Depression Scale
(EPDS) sebelum dilakukan intervensi CBT didapatkan
30 ibu postpartum mengalami depresi postpartum.
Analisis bivariat yang dilakukan mendapatkan hasil
bahwa terdapat perbedaan depresi postpartum pada ibu
yang dilakukan intervensi terapi CBT dengan ibu yang
tidak dilakukan intervensi terapi CBT dengan nilai p =
0,003.

B. Efektivitas Intervensi Edukasi Pada Depresi Post Partum


Kajian Deskripsi
Identitas Jurnal
Judul Jurnal Efektivitas Intervensi Edukasi Pada Depresi Post
Partum
Nama Jurnal FIK UI
Penulis Esther T. Hutagaol
Tahun Terbit 2010
Metodologi
Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian quasy
experimental dengan pendekatan pre-post test with
control group yang ditujukan untuk menilai efektifitas
intervensi edukasi dalam mengatasi depresi
postpartum.
Teknik Sampling Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini
menggunakan Consecutive Sampling. Pada
consecutive sampling, semua objek yang datang dan
memenuhi kriteria inklusi dimasukkan dalam
penelitian sampai jumlah subjek yang diperlukan
berdasarkan jangka waktu penelitian terpenuhi.
Jumlah Sampel 50 orang terdiri dari 25 kelompok kontrol dan 25
kelompok intervensi.
Kriteria Inklusi dan Kriteria inklusi
Eksklusi Melahirkan aterm (37-42 minggu), kehamilan tunggal,
presentasi kepala, kehamilan diinginkan ibu, ibu
menetap di Jakarta dan bersedia menjadi responden
penelitian.
Kriteria Eksklusi
Ibu dan bayi dirawat di rumah sakit, ibu mengalami
gangguan mental (tidak bisa berkomunikasi dengan
baik), dan ibu tidak bersedia menjadi responden
penelitian.
Instrumen Penelitian Kuesioner dan Edinburgh Depression Postpartum
Scale (EPDS)
Hasil Hasil analisis proporsi kejadian depresi pada ibu
postpartum kelompok kontrol berdasarkan EPDS
menunjukkan adanya proporsi depresi sebesar 32%.
Namun hasil uji Mc Nemar didapatkan bahwa tidak
ada perbedaan yang bermakna antara proporsi kejadian
depresi sebelum dan sesudah intervensi pada ibu
postpartum kelompok kontrol (p=0,057). Hasil analisis
proporsi kejadian depresi pada ibu postpartum
kelompok intervensi sebelum pemberian intervensi
edukasi menunjukkan bahwa mayoritas responden
mengalami depresi sebesar 76%, sedangkan 23% tidak
depresi. Setelah pemberian intervensi edukasi, terjadi
penurunan proporsi depresi sebesar 64%. Hasil uji Mc
Nemar menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
proporsi depresi sesudah diberikan intervensi edukasi
pada ibu postpartum kelompok intervensi (p=0,000).
Kesimpulan Hasil penelitian menunjukkan penurunan proporsi
depresi secara bermakna pada kelompok intervensi
sebesar 64% (p=0,000), namun tidak berbeda
bermakna dibandingkan kelompok kontrol (p=1,000).

C. Terapi Kognitif Perilaku dan Depresi Pasca Melahirkan Cognitive Behavior


Therapy dan Post-Partum Depression
Kajian Deskripsi
Identitas Jurnal
Judul Jurnal Terapi Kognitif Perilaku dan Depresi Pasca
Melahirkan Cognitive Behavior Therapy dan Post-
Partum Depression
Nama Jurnal Jurnal Intervensi Psikologi
Penulis Haerani Nur Haeba dan Moordiningsih
Tahun Terbit 2009
Metodologi
Desain Penelitian Hasil intervensi yang telah dilakukan dianalisis dengan
menggunakan metode deskriptif - kualitatif.
Diharapkan dengan metode analisis deskriptif dapat
mendeskripsikan atau menggambarkan secara
menyeluruh dan sistematis mengenai perkembangan
selama pemberian perilaku, serta pengaruh pemberian
terapi kognitif perilaku terhadap depresi subjek setelah
dilakukan satu kali amatan ulangan atas pengaruh
terapi tersebut yaitu pada saatpascates dan dua minggu
setelah foltow up.
Teknik Sampling Purposive sampling dengan menelusuri data rekam
medik pasien
Jumlah Sampel 14 orang
Kriteria Inklusi dan Kriteria inklusi
Eksklusi Tingkat pendidikan minimal SMU, Minimal tujuh hari
sampai satu bulan pasca melahirkan dan Skor prates
BDI berkisar 16-23 yang menunjukkan depresi sedang.
Prosedur Penelitian Pemberian terapi dilaksanakan secara berkelompok
selama enam sesi, setiap minggu dua kali sesi, setiap
pertemuan dilaksanakan selama 45-60 menit. Selama
mendapatkan terapi, subjek diberi tugas-tugas untuk
dikerjakan sebagai pekerjaan rumah dan akan dibahas
bersama dalam proses terapi. Selama terapi, psikolog
didampingi oleh pengamatan (observer). Berdasarkan
kesepakatan antara terapis dan subjek, pelaksanaan
pemberian terapi dilakukan dua kali dalam seminggu
yaitu setiap hari rabu dan sabtu, mulai pukul 16.00
sampai dengan 17.00 berlokasi di ruang rehabilitasi
Rumah Sakit Jiwa Kendari yang dimulai pada tanggal
2 Agustus sampai dengan 19 Agustus2006.
Hasil Berdasarkan perbandingan dari hasil pengukuran yang
dilakukan pada saat prates dan pascates diperoleh data
yang menunjukkan adanya penurunan skor tingkat
depresi dari ketiga subjek penelitian dan masih dapat
bertahan setelah dua minggu pemberian perlakuan. Hal
ini dapat dilihat dari perbedaan skor prates lebih tinggi
dibandingkan skor pascates dan dua minggu setelah
pengukuran. Selanjutnya dalam memberi makna pada
masing-masing skor tersebut peneliti mengacu pada
tabel tingkat depresi dan tingkat keluhan depresi juga
batasan skor yang dapat menunjukkan bahwa subjek
mengalami depresi atau tidak berdasarkan Beck
Depression Inventory. Berdasarkan hasil prates BDI
diketahui adanya simtom depresi tingkat sedang yang
dialami subjek A dengan skor 21 , subjek B dengan
skor 17 dan subjek C dengan skor 20. Sebaliknya,
untuk skor pascates subjek Amemiliki skor 4, subjek B
memiliki skor 2 dan subjek C memiliki skor 1, artinya
masuk dalam kategori tidak ada gejala depresi, namun
masih ada keluhan ringan. Selanjutnya, pada dua
minggu setelah pemberian perlakuan skor subjek A
menunjukkan angka 2 dan subjek B menunjukkan skor
2, artinya masuk dalam kategori tidak ada gejala
depresi, namun masih ada keluhan ringan dan pada
subjek C menunjukkan skor 0, artinya dalam kategori
tidak ada sama sekali gejala depresi. Hal tersebut
menunjukkan bahwa adanya pengaruh pemberian
terapi kognitif perilaku dalam menurunkan tingkat
depresi pada ketiga subjek.
Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis penelitian yang telah
dikemukakan, dapat ditarik kesimpulan bahwa terapi
kognitif perilaku dapat menurunkan depresi pasca
melahirkan.

D. Terapi Musik Sebagai Lowering Depresi Postpartum Pada Wanita Pasca-


Melahirkan
Kajian Deskripsi
Identitas Jurnal
Judul Jurnal Terapi Musik Sebagai Lowering Depresi
Postpartum Pada Wanita Pasca-Melahirkan
Nama Jurnal Khazanah
Penulis Rabi’atul Aprianti
Tahun Terbit 2011
Metodologi
Desain Penelitian Karya tulis ini menggunakan metode studi pustaka
(library study) sebagai metode penuiisan. Penulisan
didasarkan atas berbagai iiteratur, balk teori maupun
berita dan konsep yang me miliki hubungan dengan
kajian yang menjadi pokok bahasan.
Metode Pengumpulan Penulis membagi daftar pustaka menjadi dua bagian
Data yaitu pustaka utama dan pustaka pelengkap. Pustaka
umum merupakan teks-teks yang akan menjadi fokus
analisis pembahasan dan pustaka pelengkap
merupakan teks-teks yang berfungsi sebagai penguat,
pembanding, pemberi contoh, penegas dalam
pembahasan dan anaiisis yang bersandar pada pustaka
utama. Pustaka umum dan pustaka pelengkap
diperoieh dari buku, jurnal, artikel ilmiah, dan skripsi.
Metode Analisi Data Analisis data dilakukan dengan menggunakan teknik
analisis isl (content analysis). Dengan teknik Ini,
diharapkan data dapat terpilah dan terpiiih sesuai
dengan tujuan dalam karya tulis. Teknik ini juga
dilakukan dengan menelusuri berbagai data yang
relevan guna membuat satu susunan konsep yang
objektif dan klasifikasi data berdasarkan kriterla-
krlterla tertentu.
Hasil Peran musik sebagai reinforcement berarti musik
memiliki peran sebagai penguat atau pendorong
perubahan perilaku. Secara mendalam, beberapa
penelltian memperlihatkan bahwa musik dapat
mempengaruhi sistem syaraf yang tegang menjadi
lebih rileks. Pada penggunaan musik dalam kegiatan
medis, musik pada konteks Ini diposisikan sebagai
audioanalgeslk atau penenang yang digunakan
setidaknya dengan tiga tujuan utama yakni
menurunkan gejala fisiologis dan kadar stres,
mengalihkan perhatian rasa sakit, dan atau mengubah
persepsi secara langsung dengan menurunkan tingkat
persepsi terhadap rasa sakIt. Hal-hal Inilah yang
penting dalam peran terapi muslk sebagai lowering
atau sebagai media yang dapat menurunkan Intensitas
depresi postpartum.
Kesimpulan Terapi musik memiliki peluang yang cukup besar
untuk menurunkan depresi postpartum pada wanita
pasca-melahirkan, sehingga peran wanita sebagai ibu
baru dapat dilaksanakan dengan baik. Terapi musik
bertujuan atau me miliki peran sebagai reinforcement,
dalam artian wanita yang mengalami depresi
postpartum diharapkan memperoleh dorongan atau
penguat untuk mengubah mood dan perilakunya serta
terjadi penetapan atau kesinambungan dari mood dan
perilaku tersebut. Selain Itu,terapi musik diharapkan
dapat men jadi lowering atau penurun Intensltas
depresi postpartum pada Ibu bam.

E. Efektifitas Terapi Musik Klasik Mozart Terhadap Penurunan Gejala Post


Partum Blues
Kajian Deskripsi
Identitas Jurnal
Judul Jurnal Efektifitas Terapi Musik Klasik Mozart Terhadap
Penurunan Gejala Post Partum Blues
Nama Jurnal JOM
Penulis Ike Dwi Permatasari, Misrawati dan Oswati Hasanah
Tahun Terbit 2015
Metodologi
Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian quasy
eksperiment dengan pendekatan non-equivalent
control group yang melibatkan dua kelompok, yaitu
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Teknik Sampling Pengambilan sampel menggunakan purposive
sampling.
Jumlah Sampel 30 responden
Kriteria Inklusi dan Kriteria inklusiI
Eksklusi Ibu post partum hari ke 7 dengan persalinan normal,
mengalami post partum blues (skor EPDS 9- 14), tidak
mengalami gangguan pendengaran, serta bersedia
untuk dijadikan responden penelitian.
Prosedur Penelitian Terapi musik diberikan pada hari ke 7 post partum satu
kali sehari selama tujuh hari berturut-turut dengan
menggunakan Earphone dan MP3 Player selama 30
menit. Pada hari ke 14 gejala post partum blues diukur
kembali dengan menggunakan kuesioner EPDS.
Analisa data yang digunakan yaitu analisa univariat
menggunakan frekuensi dan analisa bivariat
menggunakan uji Dependent T Test dan uji
Independent T Test untuk melihat efektifitas terapi
musik klasik Mozart terhadap penurunan gejala post
partum blues.
Hasil Terdapat perbedaan antara rata-rata gejala post partum
blues pada kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol. Pada kelompok eksperimen terjadi penurunan
rata-rata gejala post partum blues yaitu dari 10,80
(SD=1,52) dengan skor minimal 9 dan skor maksimal
13 menjadi 4,93 (SD=1,28) dengan skor minimal 3 dan
skor maksimal 7, sedangkan pada kelompok kontrol
terjadi lebih sedikit penurunan yaitu dari 11,00
(SD=1,46) dengan skor minimal 9 dan skor maksimal
13 menjadi 7,80 (SD=1,37) dengan skor minimal 6 dan
skor maksimal 11. Berdasarkan uji Dependent T Test
pada kelompok eksperimen diperoleh p value 0,000.
Kesimpulan Terapi musik klasik Mozart efektif terhadap penurunan
gejala post partum blues.
BAB III
PEMBAHASAN
Depresi postpartum merupakan gangguan mood yang terjadi setelah
melahirkan. Gangguan ini merefleksikan disregulasi psikologikal yang
merupakan tanda dari gejala-gejala depresi mayor. Depresi postpartum
biasanya dialami oleh ibu setelah 4 minggu melahirkan. Tanda-tanda yang
menyertainya adalah perasaan sedih, menurunnya suasana hati, kehilangan
minat dalam kegiatan sehari-hari, peningkatan atau penurunan berat badan
secara signifikan, merasa tidak berguna atau bersalah, kelelahan, penurunan
konsentrasi bahkan ide bunuh diri (Nasri, Wibowo, & Ghozali, 2017 dalam
Retno Arienta Sari, 2020).
Banyak faktor yang diduga berperan pada kejadian depresi postpartum
antara lain: 1) faktor hormonal, berupa penurunan kadar estrogen, progesterone
dan peningkatan kortisol, laktogen dan prolaktin. 2) faktor demografi yaitu
umur dan paritas, 3) pengalaman dalam proses kehamilan dan persalinan, 4)
latar belakang psikososial yang bersangkutan (Esther T. Hutagaol, 2010).
Pada kasus yang berat depresi dapat menjadi psikotik, dengan halusinasi,
waham dan pikiran untuk membunuh bayi. Diketahui sekitar 20–40% wanita
melaporkan adanya suatu gangguan emosional atau disfungsi kognitif pada
masa pascapersalinan. Strategi pengobatan nonfarmakologis berguna untuk
wanita dengan gejala depresi ringan sampai sedang. Untuk membantu
mengatasi depresi, berdasarkan kajian literature penulis mendapatkan 2 jenis
intervensi yang bertujuan megurangi depresi postpartum yaitu terapi kognitif
perilaku dan terapi musik.
Hasil penelitian Bina Melvia Girsang (2013) menunjukkan bahwa sekitar
86,6% ibu postpartum yang dilakukan intervensi terapi CBT tidak mengalami
depresi dibandingkan ibu yang depresi hanya 13,3%, sedangkan yang tidak
dilakukan intervensi terapi CBT 80% termasuk depresi dan yang tidak depresi
sebesar 20%. Secara umum, jumlah ibu yang mengalami depresi dapat
dikategorikan. Ibu postpartum yang depresi setelah intervensi CBT dengan
booklet mengalami penurunan frekuensi ibu postpartum yang depresi sebanyak
14 orang (46,6%) dan yang tidak mengalami depresi postpartum sebanyak 16
ibu (53,3%).
Hal serupa juga dipaparkan oleh Haerani Nur Haeba (2009) yaitu
sebelum mendapat terapi kognitif perilaku, subjek A mendapat skor BDI 21
dengan kategori depresi sedang, subjek B sebelum mendapat terapi kognitif
perilaku mendapat skor 17 dengan kategori depresi sedang dan subjek C
sebelum mendapatkan terapi kognitif perilaku mendapat skor 20 dengan
kategori depresi sedang. Berdasarkan perbandingan dari hasil pengukuran yang
dilakukan pada saat prates dan pascates diperoleh data yang menunjukkan
adanya penurunan skor tingkat depresi dari ketiga subjek penelitian dan masih
dapat bertahan setelah dua minggu pemberian perlakuan.
Dua minggu setelah pemberian perlakuan skor subjek A menunjukkan
angka 2 dan subjek B menunjukkan skor 2, artinya masuk dalam kategori tidak
ada gejala depresi, namun masih ada keluhan ringan dan pada subjek C
menunjukkan skor 0, artinya dalam kategori tidak ada sama sekali gejala
depresi. Hal tersebut menunjukkan bahwa adanya pengaruh pemberian terapi
kognitif perilaku dalam menurunkan tingkat depresi pada ketiga subjek.
Cognitive behavior therapy (CBT) atau terapi perilaku kognitif yang
merupakan salah satu bentuk konseling untuk membantu klien agar menjadi
lebih sehat, memperoleh pengalaman yang memuaskan, dan dapat memenuhi
gaya hidup tertentu, dengan memodifikasi pola pikir dan perilaku tertentu.
Konseling perilaku kognitif terfokus pada kegiatan mengelola dan memonitor
pola pikir klien sehingga mengurangi pikiran negatif dan mengubah isi pikiran
agar diperoleh emosi yang lebih positif yang dilakukan dengan memberikan
latihan relaksasi dan edukasi. Penanganan psikologis dalam bentuk edukasi
pada ibu postpartum dapat mereduksi depresi postpartum dan meningkatkan
respons positif.
Intervensi edukasi yang merupakan bagian dari CBT terbukti membantu
mengurangi depresi postpartum dibuktikan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Esther T. Hutagaol (2010). Hasil analisis proporsi kejadian depresi pada
ibu postpartum kelompok intervensi sebelum pemberian intervensi edukasi
menunjukkan bahwa mayoritas responden mengalami depresi sebesar 76%,
sedangkan 23% tidak depresi. Setelah pemberian intervensi edukasi, terjadi
penurunan proporsi depresi sebesar 64%. Hasil uji Mc Nemar menunjukkan
bahwa terdapat perbedaan proporsi depresi sesudah diberikan intervensi
edukasi pada ibu postpartum kelompok intervensi (p=0,000). Intervensi
edukasi/ pendidikan kesehatan bagi ibu postpartum bermanfaat untuk
meningkatkan pengetahuan ibu, ibu post partum diajarkan teknik relaksasi dan
teknik pernafasan untuk digunakan saat ia mengalami keadaan stress, cemas
dan depresi.
Beberapa penelitian mengenai kecemasan, terutama penelitian yang
sifatnya eksperimental menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan dari
musik terhadap depresi postpartum, khususnya terapi musik guna menurunkan
kecemasan pada Individu yang menderita depresi. Lebih dari Itu,musik
sebenarnya memiliki pengaruh pada kondisi emosi seseorang. Pada kasus
depresi postpartum peran terapi musik adalah sebagai reinforcement. Peran
musik sebagai reinforcement berarti musik memiliki peran sebagai penguat
atau pendorong perubahan perilaku (Rabi'atul Aprianti, 2011).
Hal ini didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Ike Dwi
Permatasari dkk (2015) kelompok eksperimen diperoleh p value 0,000
(p<0,05). Hal ini berarti ada pengaruh yang signifikan antara rata-rata gejala
post partum blues pada kelompok eksperimen sebelum dan sesudah diberikan
terapi klasik Mozart. Mekanisme musik dapat menurunkan gejala post partum
blues yaitu musik akan merangsang pengeluaran gelombang otak yang dikenal
sebagai gelombang α yang memiliki frekuensi 8-12 cps (cycles per second).
Pada saat gelombang α dikeluarkan otak memproduksi serotonin yang
membantu menjaga perasaan bahagia dan membantu dalam menjaga mood,
dengan cara membantu tidur, perasaan tenang serta melepaskan depresi dan
endorphin yang menyebabkan seseorang merasa nyaman, tenang, dan euphoria.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Periode Postpartum harus dianggap sebagai waktu yang rentan untuk
terjadinya gangguan psikologis. Pada hari pertama pasca-partum, tubuh ibu
sering merasa tidak nyaman, ditambah lagi dengan adanya tugas perawatan
rutin bayi yang mengganggu istirahat malam ibu, terutama setelah kelahiran
anak pertama. Terapi musik dan terapi CBT (Cognitive Behavior Therapy)
merupakan intervensi yang dapat diberikan pada ibu postpartum dengan
depresi sehingga dapat menurunkan skala depresi.
B. Saran
1. Bagi Rumah Sakit
Diharapkan tulisan ini dapat menambah informasi dan sumber data untuk
rumah sakit sehingga dapat memberikan pelayanan secara holistik sesuai
masalah yang dihadapi ibu hamil.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan tulisan ini dapat dijadikan referensi dalam rangka
meningkatkan dan memperkaya kajian keperawatan maternitas tentang
Postpartum Care serta dapat digunakan bagi mahasiswa untuk menambah
pengetahuan, wawasan dan menjadi educator bagi ibu hamil di lingkungan
masing-masing.
3. Bagi Perawat
Diharapkan analisa jurnal ini dapat menambah informasi bagi perawat agar
dapat memberikan pelayanan secara promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif pada ibu hamil dan dapat melakukan pendekatan agar dapat
memberikan KIE yang terus menerus yang bertujuan untuk
mempertahankan praktek yang positif.
DAFTAR PUSTAKA
Aprianti, R. (2011). Terapi Musik sebagai Lowering Depresi Postpartum pada
Wanita Pasca Melahirkan. Khazanah.
Girsang, B. M. (2013). Pengobatan Perilaku Kognitif untuk Depresi Postpartum.
Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional.
Haeba, H. N., & Moordiningsih. (2009). Terapi Kognitif Perilaku dan Depresi
Pasca Melahirkan. Jurnal Intervensi Psikologi.
Hutagaol, E. T. (2010). Efektivitas Intervensi Edukasi pada Depresi Postpartum.
Depok: FIK UI.
Kurniasari, D., & Astuti, Y. A. (2015). Hubungan Antara Karakteristik Ibu,
Kondisi Bayi dan Dukungan Sosial Suami dengan Postpartum Blues pada
Ibu Dengan Persalinan SC di Rumah Sakit Umum Ahmad Yani Metro
Tahun 2014. Jurnal Kesehatan Holistik, 9(3), 115-125.
Manurung, S. (2008). Efektifitas Terapi Musik Terhadap Pencegahan Postpartum
Blues Pada Ibu Primipara Di Ruang Kebidanan RSUP Cipto
Mangunkusumo Jakarta Pusat. FIK UI.
Permatasari, I. D., Misrawati, & Hasanah, O. (2015). Efektifitas Terapi Musik
Klasik Mozart Terhadap Penurunan Gejala Post Partum Blues. JOM.
Roswiyani. (2010). Post-partum depression. In Pharmaceutical and Biological
Evaluations (Vol. 3, pp. 450-455).
Sari, R. A. (2020). Literature Review: Depresi Postpartum. Jurnal Kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai