SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN MUHAMMADIYAH PONTIANAK 2020/2021 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Periode postpartum merupakan proses adaptasi terhadap perubahan fisik dan psikologis bagi ibu dan seluruh anggota keluarga. Dimana semua sistem tubuh akan mengalami perubahan secara perlahan dan menjadi normal seperti keadaan sebelum hamil yang sering membuat ibu merasa tidak nyaman. Perubahan tersebut antara lain adanya rasa nyeri karena afterpain, luka episiotomi, fase diuresis dan diaphoresis, perubahan sistem integumen dan pola eliminasi. Selama proses adaptasi terhadap sistem tubuh, ibu juga akan mengalami proses adaptasi terhadap perubahan psikologis yakni perubahan peran parenting dimana terjadi perubahan pola dari diasuh menjadi mengasuh yang berlangsung dalam beberapa hari postpartum. Dengan adanya perubahan proses psikologi tersebut, maka ibu dituntut untuk mampu beradaptasi (Suryani Manurung, 2008). Proses adaptasi psikologis yaitu suatu proses yang akan melewati tiga fase penyesuaian ibu terhadap perannya sebagai orang tua, yaitu fase dependen (taking in), fase dependen-mandiri (taking hold), dan fase interdependen (letting go) (Rahayu dan Surachmindari, 2018). Perubahan tersebut dapat menyebabkan gangguan baik dari aspek fisik dan psikologikal salah satunya yaitu depresi setelah melahirkan yang disebut depresi pasca melahirkan atau Postpartum Depression (Retno Arienta Sari, 2020). Depresi pasca melahirkan atau postpartum depression pada wanita umum terjadi dan berkembang di sekitar 13% bahkan lebih tinggi di belahan dunia yang lain. Wanita secara nyata terpapar depresi setelah melahirkan ketika sampai pada batas kemampuan seorang ibu terikat secara pasti pada bayinya. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa depresi pasca melahirkan atau postpartum depression berkaitan dengan pemikiran, perilaku dan emosional seorang ibu ketika menghadapi bayi yang baru lahir (Copper, Murray dan Halligan, 2010 dalam Dewi dan Waruwu, 2018). Angka kejadian depresi postpartum di Asia cukup tinggi dan bervariasi antara antara 26-85%. Sedangkan di Indonesia angka kejadian tersebut antara 50-70% dari wanita pasca persalinan. Penelitian di beberapa rumah sakit di Indonesia seperti di RSUP Haji Adam Malik, Medan tahun 2009 bahwa dari 50 ibu postpartum spontan dirawat inap sebanyak 16% mengalami depresi postpartum. Pada tahun 2017 di RS KIA Sadewa Yogyakarta, kejadian depresi postpartum adalah sebanyak 7,7%. Hal ini menandakan bahwa kejadian depresi postpartum perlu mendapatkan perhatian mengingat masih banyaknya insiden yang terjadi di berbagai daerah (Kurniasari & Astuti, 2015). Seorang ibu yang mengalami gangguan depresi postpartum biasanya memiliki mood yang tertekan, hilangnya ketertarikan atau senang dalam beraktivitas, gangguan nafsu makan, gangguan tidur, agitasi fisik atau pelambatan psikomotor, lemah, merasa tidak berguna, susah konsentrasi, bahkan keinginan untuk bunuh diri. Efek dari depresi postpartum ini tidak hanya terjadi pada ibu, namun bisa juga terjadi pada bayi dari ibu tersebut. Bayi akan mengalami keterlambatan dari berbagai aspek, baik dari segi kofnitif, psikologi, neurologi, dan motorik Bayi juga akan cenderung lebih rewel sebagai respon untuk mencari dan mendapatkan perhatian dari ibunya (Roswiyani, 2010). Berdasarkan fenomena diatas penulis tertarik untuk membahas masalah mengenai “Manajemen Depresi pada Ibu Postpartum”. B. Rumusan Masalah Bagaimana manajemen depresi pada ibu postpartum? C. Tujuan 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui manajemen depresi pada ibu postpartum. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengatahui faktor-faktor depresi ibu postpartum b. Untuk mengetahui berbagai jenis manajemen depresi ibu postpartum D. Manfaat 1. Bagi Institusi Pendidikan Evidence Based Practice ini dapat dijadikan sarana informasi dan tambahan kepustakaan terkait intervensi pada ibu postpartum dengan depresi. 2. Bagi Rumah Sakit Evidence Based Practice ini dapat dijadikan sumber kajian dan pertimbangan dalam memberikan pelayanan postpartum di Rumah Sakit. 3. Bagi Perawat Evidence Based Practice ini dapat menjadi acuan bagi perawat dalam memberikan pelayanan secara promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif pada ibu postpartum. BAB II RESUME JURNAL A. Pengobatan Perilaku Kognitif untuk Depresi Postpartum Kajian Deskripsi Identitas Jurnal Judul Jurnal Pengobatan Perilaku Kognitif untuk Depresi Postpartum Nama Jurnal Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Penulis Bina Melvia Girsang Tahun Terbit 2013 Metodologi Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain studi kuasi eksperimen dengan non equivalent control group Teknik Sampling Sampel yang diambil dengan metode purposive sampling Jumlah Sampel 30 ibu postpartum yang terdiri dari 15 orang kelompok perlakuan dan 15 orang kelompok kontrol. Kriteria Inklusi dan Kriteria inklusi Eksklusi Kriteria kelompok sampel interaksi adalah ibu yang mengalami depresi postpartum dengan kriteria inklusi ibu melahirkan normal, mengalami depresi postpartum yang terdeteksi melalui skrining EPDS. Kriteria kelompok sampel kontrol adalah ibu postpartum dengan kriteria tidak melahirkan secara sesar dan tindakan ginekologik, dan sampel yang tidak diambil dengan cara purposive sampling terhadap ibu yang mengalami depresi postpartum melalui skrining EPDS. Instrumen Penelitian Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS) dan Cognitive Behaviour Therapy (CBT) Hasil Penelitian ini menemukan rata-rata perbedaan depresi pada ibu postpartum yang diintervensi dengan ibu postpartum yang tidak diintervensi adalah 0,15, standar deviasi adalah 0,724, dan pada nilai t sebesar 3,56, dan nilai p = 0,003. Ada perbedaan depresi postpartum pada ibu yang dilakukan intervensi terapi pengobatan perilaku kognitif dan yang tidak. Temuan ini memerlukan penerapan penyuluhan kesehatan khususnya melalui terapi cognitive behavior dengan memberikan informasi tentang pencegahan depresi postpartum pada saat pemeriksaan kehamilan trimester I, II, dan III dan setelah tiga hari melahirkan untuk mencegah dan mengatasi depresi postpartum. Kesimpulan Hasil skrining Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS) sebelum dilakukan intervensi CBT didapatkan 30 ibu postpartum mengalami depresi postpartum. Analisis bivariat yang dilakukan mendapatkan hasil bahwa terdapat perbedaan depresi postpartum pada ibu yang dilakukan intervensi terapi CBT dengan ibu yang tidak dilakukan intervensi terapi CBT dengan nilai p = 0,003.
B. Efektivitas Intervensi Edukasi Pada Depresi Post Partum
Kajian Deskripsi Identitas Jurnal Judul Jurnal Efektivitas Intervensi Edukasi Pada Depresi Post Partum Nama Jurnal FIK UI Penulis Esther T. Hutagaol Tahun Terbit 2010 Metodologi Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian quasy experimental dengan pendekatan pre-post test with control group yang ditujukan untuk menilai efektifitas intervensi edukasi dalam mengatasi depresi postpartum. Teknik Sampling Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan Consecutive Sampling. Pada consecutive sampling, semua objek yang datang dan memenuhi kriteria inklusi dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah subjek yang diperlukan berdasarkan jangka waktu penelitian terpenuhi. Jumlah Sampel 50 orang terdiri dari 25 kelompok kontrol dan 25 kelompok intervensi. Kriteria Inklusi dan Kriteria inklusi Eksklusi Melahirkan aterm (37-42 minggu), kehamilan tunggal, presentasi kepala, kehamilan diinginkan ibu, ibu menetap di Jakarta dan bersedia menjadi responden penelitian. Kriteria Eksklusi Ibu dan bayi dirawat di rumah sakit, ibu mengalami gangguan mental (tidak bisa berkomunikasi dengan baik), dan ibu tidak bersedia menjadi responden penelitian. Instrumen Penelitian Kuesioner dan Edinburgh Depression Postpartum Scale (EPDS) Hasil Hasil analisis proporsi kejadian depresi pada ibu postpartum kelompok kontrol berdasarkan EPDS menunjukkan adanya proporsi depresi sebesar 32%. Namun hasil uji Mc Nemar didapatkan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna antara proporsi kejadian depresi sebelum dan sesudah intervensi pada ibu postpartum kelompok kontrol (p=0,057). Hasil analisis proporsi kejadian depresi pada ibu postpartum kelompok intervensi sebelum pemberian intervensi edukasi menunjukkan bahwa mayoritas responden mengalami depresi sebesar 76%, sedangkan 23% tidak depresi. Setelah pemberian intervensi edukasi, terjadi penurunan proporsi depresi sebesar 64%. Hasil uji Mc Nemar menunjukkan bahwa terdapat perbedaan proporsi depresi sesudah diberikan intervensi edukasi pada ibu postpartum kelompok intervensi (p=0,000). Kesimpulan Hasil penelitian menunjukkan penurunan proporsi depresi secara bermakna pada kelompok intervensi sebesar 64% (p=0,000), namun tidak berbeda bermakna dibandingkan kelompok kontrol (p=1,000).
C. Terapi Kognitif Perilaku dan Depresi Pasca Melahirkan Cognitive Behavior
Therapy dan Post-Partum Depression Kajian Deskripsi Identitas Jurnal Judul Jurnal Terapi Kognitif Perilaku dan Depresi Pasca Melahirkan Cognitive Behavior Therapy dan Post- Partum Depression Nama Jurnal Jurnal Intervensi Psikologi Penulis Haerani Nur Haeba dan Moordiningsih Tahun Terbit 2009 Metodologi Desain Penelitian Hasil intervensi yang telah dilakukan dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif - kualitatif. Diharapkan dengan metode analisis deskriptif dapat mendeskripsikan atau menggambarkan secara menyeluruh dan sistematis mengenai perkembangan selama pemberian perilaku, serta pengaruh pemberian terapi kognitif perilaku terhadap depresi subjek setelah dilakukan satu kali amatan ulangan atas pengaruh terapi tersebut yaitu pada saatpascates dan dua minggu setelah foltow up. Teknik Sampling Purposive sampling dengan menelusuri data rekam medik pasien Jumlah Sampel 14 orang Kriteria Inklusi dan Kriteria inklusi Eksklusi Tingkat pendidikan minimal SMU, Minimal tujuh hari sampai satu bulan pasca melahirkan dan Skor prates BDI berkisar 16-23 yang menunjukkan depresi sedang. Prosedur Penelitian Pemberian terapi dilaksanakan secara berkelompok selama enam sesi, setiap minggu dua kali sesi, setiap pertemuan dilaksanakan selama 45-60 menit. Selama mendapatkan terapi, subjek diberi tugas-tugas untuk dikerjakan sebagai pekerjaan rumah dan akan dibahas bersama dalam proses terapi. Selama terapi, psikolog didampingi oleh pengamatan (observer). Berdasarkan kesepakatan antara terapis dan subjek, pelaksanaan pemberian terapi dilakukan dua kali dalam seminggu yaitu setiap hari rabu dan sabtu, mulai pukul 16.00 sampai dengan 17.00 berlokasi di ruang rehabilitasi Rumah Sakit Jiwa Kendari yang dimulai pada tanggal 2 Agustus sampai dengan 19 Agustus2006. Hasil Berdasarkan perbandingan dari hasil pengukuran yang dilakukan pada saat prates dan pascates diperoleh data yang menunjukkan adanya penurunan skor tingkat depresi dari ketiga subjek penelitian dan masih dapat bertahan setelah dua minggu pemberian perlakuan. Hal ini dapat dilihat dari perbedaan skor prates lebih tinggi dibandingkan skor pascates dan dua minggu setelah pengukuran. Selanjutnya dalam memberi makna pada masing-masing skor tersebut peneliti mengacu pada tabel tingkat depresi dan tingkat keluhan depresi juga batasan skor yang dapat menunjukkan bahwa subjek mengalami depresi atau tidak berdasarkan Beck Depression Inventory. Berdasarkan hasil prates BDI diketahui adanya simtom depresi tingkat sedang yang dialami subjek A dengan skor 21 , subjek B dengan skor 17 dan subjek C dengan skor 20. Sebaliknya, untuk skor pascates subjek Amemiliki skor 4, subjek B memiliki skor 2 dan subjek C memiliki skor 1, artinya masuk dalam kategori tidak ada gejala depresi, namun masih ada keluhan ringan. Selanjutnya, pada dua minggu setelah pemberian perlakuan skor subjek A menunjukkan angka 2 dan subjek B menunjukkan skor 2, artinya masuk dalam kategori tidak ada gejala depresi, namun masih ada keluhan ringan dan pada subjek C menunjukkan skor 0, artinya dalam kategori tidak ada sama sekali gejala depresi. Hal tersebut menunjukkan bahwa adanya pengaruh pemberian terapi kognitif perilaku dalam menurunkan tingkat depresi pada ketiga subjek. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis penelitian yang telah dikemukakan, dapat ditarik kesimpulan bahwa terapi kognitif perilaku dapat menurunkan depresi pasca melahirkan.
D. Terapi Musik Sebagai Lowering Depresi Postpartum Pada Wanita Pasca-
Melahirkan Kajian Deskripsi Identitas Jurnal Judul Jurnal Terapi Musik Sebagai Lowering Depresi Postpartum Pada Wanita Pasca-Melahirkan Nama Jurnal Khazanah Penulis Rabi’atul Aprianti Tahun Terbit 2011 Metodologi Desain Penelitian Karya tulis ini menggunakan metode studi pustaka (library study) sebagai metode penuiisan. Penulisan didasarkan atas berbagai iiteratur, balk teori maupun berita dan konsep yang me miliki hubungan dengan kajian yang menjadi pokok bahasan. Metode Pengumpulan Penulis membagi daftar pustaka menjadi dua bagian Data yaitu pustaka utama dan pustaka pelengkap. Pustaka umum merupakan teks-teks yang akan menjadi fokus analisis pembahasan dan pustaka pelengkap merupakan teks-teks yang berfungsi sebagai penguat, pembanding, pemberi contoh, penegas dalam pembahasan dan anaiisis yang bersandar pada pustaka utama. Pustaka umum dan pustaka pelengkap diperoieh dari buku, jurnal, artikel ilmiah, dan skripsi. Metode Analisi Data Analisis data dilakukan dengan menggunakan teknik analisis isl (content analysis). Dengan teknik Ini, diharapkan data dapat terpilah dan terpiiih sesuai dengan tujuan dalam karya tulis. Teknik ini juga dilakukan dengan menelusuri berbagai data yang relevan guna membuat satu susunan konsep yang objektif dan klasifikasi data berdasarkan kriterla- krlterla tertentu. Hasil Peran musik sebagai reinforcement berarti musik memiliki peran sebagai penguat atau pendorong perubahan perilaku. Secara mendalam, beberapa penelltian memperlihatkan bahwa musik dapat mempengaruhi sistem syaraf yang tegang menjadi lebih rileks. Pada penggunaan musik dalam kegiatan medis, musik pada konteks Ini diposisikan sebagai audioanalgeslk atau penenang yang digunakan setidaknya dengan tiga tujuan utama yakni menurunkan gejala fisiologis dan kadar stres, mengalihkan perhatian rasa sakit, dan atau mengubah persepsi secara langsung dengan menurunkan tingkat persepsi terhadap rasa sakIt. Hal-hal Inilah yang penting dalam peran terapi muslk sebagai lowering atau sebagai media yang dapat menurunkan Intensitas depresi postpartum. Kesimpulan Terapi musik memiliki peluang yang cukup besar untuk menurunkan depresi postpartum pada wanita pasca-melahirkan, sehingga peran wanita sebagai ibu baru dapat dilaksanakan dengan baik. Terapi musik bertujuan atau me miliki peran sebagai reinforcement, dalam artian wanita yang mengalami depresi postpartum diharapkan memperoleh dorongan atau penguat untuk mengubah mood dan perilakunya serta terjadi penetapan atau kesinambungan dari mood dan perilaku tersebut. Selain Itu,terapi musik diharapkan dapat men jadi lowering atau penurun Intensltas depresi postpartum pada Ibu bam.
E. Efektifitas Terapi Musik Klasik Mozart Terhadap Penurunan Gejala Post
Partum Blues Kajian Deskripsi Identitas Jurnal Judul Jurnal Efektifitas Terapi Musik Klasik Mozart Terhadap Penurunan Gejala Post Partum Blues Nama Jurnal JOM Penulis Ike Dwi Permatasari, Misrawati dan Oswati Hasanah Tahun Terbit 2015 Metodologi Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian quasy eksperiment dengan pendekatan non-equivalent control group yang melibatkan dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Teknik Sampling Pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Jumlah Sampel 30 responden Kriteria Inklusi dan Kriteria inklusiI Eksklusi Ibu post partum hari ke 7 dengan persalinan normal, mengalami post partum blues (skor EPDS 9- 14), tidak mengalami gangguan pendengaran, serta bersedia untuk dijadikan responden penelitian. Prosedur Penelitian Terapi musik diberikan pada hari ke 7 post partum satu kali sehari selama tujuh hari berturut-turut dengan menggunakan Earphone dan MP3 Player selama 30 menit. Pada hari ke 14 gejala post partum blues diukur kembali dengan menggunakan kuesioner EPDS. Analisa data yang digunakan yaitu analisa univariat menggunakan frekuensi dan analisa bivariat menggunakan uji Dependent T Test dan uji Independent T Test untuk melihat efektifitas terapi musik klasik Mozart terhadap penurunan gejala post partum blues. Hasil Terdapat perbedaan antara rata-rata gejala post partum blues pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Pada kelompok eksperimen terjadi penurunan rata-rata gejala post partum blues yaitu dari 10,80 (SD=1,52) dengan skor minimal 9 dan skor maksimal 13 menjadi 4,93 (SD=1,28) dengan skor minimal 3 dan skor maksimal 7, sedangkan pada kelompok kontrol terjadi lebih sedikit penurunan yaitu dari 11,00 (SD=1,46) dengan skor minimal 9 dan skor maksimal 13 menjadi 7,80 (SD=1,37) dengan skor minimal 6 dan skor maksimal 11. Berdasarkan uji Dependent T Test pada kelompok eksperimen diperoleh p value 0,000. Kesimpulan Terapi musik klasik Mozart efektif terhadap penurunan gejala post partum blues. BAB III PEMBAHASAN Depresi postpartum merupakan gangguan mood yang terjadi setelah melahirkan. Gangguan ini merefleksikan disregulasi psikologikal yang merupakan tanda dari gejala-gejala depresi mayor. Depresi postpartum biasanya dialami oleh ibu setelah 4 minggu melahirkan. Tanda-tanda yang menyertainya adalah perasaan sedih, menurunnya suasana hati, kehilangan minat dalam kegiatan sehari-hari, peningkatan atau penurunan berat badan secara signifikan, merasa tidak berguna atau bersalah, kelelahan, penurunan konsentrasi bahkan ide bunuh diri (Nasri, Wibowo, & Ghozali, 2017 dalam Retno Arienta Sari, 2020). Banyak faktor yang diduga berperan pada kejadian depresi postpartum antara lain: 1) faktor hormonal, berupa penurunan kadar estrogen, progesterone dan peningkatan kortisol, laktogen dan prolaktin. 2) faktor demografi yaitu umur dan paritas, 3) pengalaman dalam proses kehamilan dan persalinan, 4) latar belakang psikososial yang bersangkutan (Esther T. Hutagaol, 2010). Pada kasus yang berat depresi dapat menjadi psikotik, dengan halusinasi, waham dan pikiran untuk membunuh bayi. Diketahui sekitar 20–40% wanita melaporkan adanya suatu gangguan emosional atau disfungsi kognitif pada masa pascapersalinan. Strategi pengobatan nonfarmakologis berguna untuk wanita dengan gejala depresi ringan sampai sedang. Untuk membantu mengatasi depresi, berdasarkan kajian literature penulis mendapatkan 2 jenis intervensi yang bertujuan megurangi depresi postpartum yaitu terapi kognitif perilaku dan terapi musik. Hasil penelitian Bina Melvia Girsang (2013) menunjukkan bahwa sekitar 86,6% ibu postpartum yang dilakukan intervensi terapi CBT tidak mengalami depresi dibandingkan ibu yang depresi hanya 13,3%, sedangkan yang tidak dilakukan intervensi terapi CBT 80% termasuk depresi dan yang tidak depresi sebesar 20%. Secara umum, jumlah ibu yang mengalami depresi dapat dikategorikan. Ibu postpartum yang depresi setelah intervensi CBT dengan booklet mengalami penurunan frekuensi ibu postpartum yang depresi sebanyak 14 orang (46,6%) dan yang tidak mengalami depresi postpartum sebanyak 16 ibu (53,3%). Hal serupa juga dipaparkan oleh Haerani Nur Haeba (2009) yaitu sebelum mendapat terapi kognitif perilaku, subjek A mendapat skor BDI 21 dengan kategori depresi sedang, subjek B sebelum mendapat terapi kognitif perilaku mendapat skor 17 dengan kategori depresi sedang dan subjek C sebelum mendapatkan terapi kognitif perilaku mendapat skor 20 dengan kategori depresi sedang. Berdasarkan perbandingan dari hasil pengukuran yang dilakukan pada saat prates dan pascates diperoleh data yang menunjukkan adanya penurunan skor tingkat depresi dari ketiga subjek penelitian dan masih dapat bertahan setelah dua minggu pemberian perlakuan. Dua minggu setelah pemberian perlakuan skor subjek A menunjukkan angka 2 dan subjek B menunjukkan skor 2, artinya masuk dalam kategori tidak ada gejala depresi, namun masih ada keluhan ringan dan pada subjek C menunjukkan skor 0, artinya dalam kategori tidak ada sama sekali gejala depresi. Hal tersebut menunjukkan bahwa adanya pengaruh pemberian terapi kognitif perilaku dalam menurunkan tingkat depresi pada ketiga subjek. Cognitive behavior therapy (CBT) atau terapi perilaku kognitif yang merupakan salah satu bentuk konseling untuk membantu klien agar menjadi lebih sehat, memperoleh pengalaman yang memuaskan, dan dapat memenuhi gaya hidup tertentu, dengan memodifikasi pola pikir dan perilaku tertentu. Konseling perilaku kognitif terfokus pada kegiatan mengelola dan memonitor pola pikir klien sehingga mengurangi pikiran negatif dan mengubah isi pikiran agar diperoleh emosi yang lebih positif yang dilakukan dengan memberikan latihan relaksasi dan edukasi. Penanganan psikologis dalam bentuk edukasi pada ibu postpartum dapat mereduksi depresi postpartum dan meningkatkan respons positif. Intervensi edukasi yang merupakan bagian dari CBT terbukti membantu mengurangi depresi postpartum dibuktikan dengan penelitian yang dilakukan oleh Esther T. Hutagaol (2010). Hasil analisis proporsi kejadian depresi pada ibu postpartum kelompok intervensi sebelum pemberian intervensi edukasi menunjukkan bahwa mayoritas responden mengalami depresi sebesar 76%, sedangkan 23% tidak depresi. Setelah pemberian intervensi edukasi, terjadi penurunan proporsi depresi sebesar 64%. Hasil uji Mc Nemar menunjukkan bahwa terdapat perbedaan proporsi depresi sesudah diberikan intervensi edukasi pada ibu postpartum kelompok intervensi (p=0,000). Intervensi edukasi/ pendidikan kesehatan bagi ibu postpartum bermanfaat untuk meningkatkan pengetahuan ibu, ibu post partum diajarkan teknik relaksasi dan teknik pernafasan untuk digunakan saat ia mengalami keadaan stress, cemas dan depresi. Beberapa penelitian mengenai kecemasan, terutama penelitian yang sifatnya eksperimental menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan dari musik terhadap depresi postpartum, khususnya terapi musik guna menurunkan kecemasan pada Individu yang menderita depresi. Lebih dari Itu,musik sebenarnya memiliki pengaruh pada kondisi emosi seseorang. Pada kasus depresi postpartum peran terapi musik adalah sebagai reinforcement. Peran musik sebagai reinforcement berarti musik memiliki peran sebagai penguat atau pendorong perubahan perilaku (Rabi'atul Aprianti, 2011). Hal ini didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Ike Dwi Permatasari dkk (2015) kelompok eksperimen diperoleh p value 0,000 (p<0,05). Hal ini berarti ada pengaruh yang signifikan antara rata-rata gejala post partum blues pada kelompok eksperimen sebelum dan sesudah diberikan terapi klasik Mozart. Mekanisme musik dapat menurunkan gejala post partum blues yaitu musik akan merangsang pengeluaran gelombang otak yang dikenal sebagai gelombang α yang memiliki frekuensi 8-12 cps (cycles per second). Pada saat gelombang α dikeluarkan otak memproduksi serotonin yang membantu menjaga perasaan bahagia dan membantu dalam menjaga mood, dengan cara membantu tidur, perasaan tenang serta melepaskan depresi dan endorphin yang menyebabkan seseorang merasa nyaman, tenang, dan euphoria. BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Periode Postpartum harus dianggap sebagai waktu yang rentan untuk terjadinya gangguan psikologis. Pada hari pertama pasca-partum, tubuh ibu sering merasa tidak nyaman, ditambah lagi dengan adanya tugas perawatan rutin bayi yang mengganggu istirahat malam ibu, terutama setelah kelahiran anak pertama. Terapi musik dan terapi CBT (Cognitive Behavior Therapy) merupakan intervensi yang dapat diberikan pada ibu postpartum dengan depresi sehingga dapat menurunkan skala depresi. B. Saran 1. Bagi Rumah Sakit Diharapkan tulisan ini dapat menambah informasi dan sumber data untuk rumah sakit sehingga dapat memberikan pelayanan secara holistik sesuai masalah yang dihadapi ibu hamil. 2. Bagi Institusi Pendidikan Diharapkan tulisan ini dapat dijadikan referensi dalam rangka meningkatkan dan memperkaya kajian keperawatan maternitas tentang Postpartum Care serta dapat digunakan bagi mahasiswa untuk menambah pengetahuan, wawasan dan menjadi educator bagi ibu hamil di lingkungan masing-masing. 3. Bagi Perawat Diharapkan analisa jurnal ini dapat menambah informasi bagi perawat agar dapat memberikan pelayanan secara promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif pada ibu hamil dan dapat melakukan pendekatan agar dapat memberikan KIE yang terus menerus yang bertujuan untuk mempertahankan praktek yang positif. DAFTAR PUSTAKA Aprianti, R. (2011). Terapi Musik sebagai Lowering Depresi Postpartum pada Wanita Pasca Melahirkan. Khazanah. Girsang, B. M. (2013). Pengobatan Perilaku Kognitif untuk Depresi Postpartum. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional. Haeba, H. N., & Moordiningsih. (2009). Terapi Kognitif Perilaku dan Depresi Pasca Melahirkan. Jurnal Intervensi Psikologi. Hutagaol, E. T. (2010). Efektivitas Intervensi Edukasi pada Depresi Postpartum. Depok: FIK UI. Kurniasari, D., & Astuti, Y. A. (2015). Hubungan Antara Karakteristik Ibu, Kondisi Bayi dan Dukungan Sosial Suami dengan Postpartum Blues pada Ibu Dengan Persalinan SC di Rumah Sakit Umum Ahmad Yani Metro Tahun 2014. Jurnal Kesehatan Holistik, 9(3), 115-125. Manurung, S. (2008). Efektifitas Terapi Musik Terhadap Pencegahan Postpartum Blues Pada Ibu Primipara Di Ruang Kebidanan RSUP Cipto Mangunkusumo Jakarta Pusat. FIK UI. Permatasari, I. D., Misrawati, & Hasanah, O. (2015). Efektifitas Terapi Musik Klasik Mozart Terhadap Penurunan Gejala Post Partum Blues. JOM. Roswiyani. (2010). Post-partum depression. In Pharmaceutical and Biological Evaluations (Vol. 3, pp. 450-455). Sari, R. A. (2020). Literature Review: Depresi Postpartum. Jurnal Kesehatan.