Anda di halaman 1dari 5

Artikel

Kamis, 07 Maret 2019


Yeremia 29:7

PROGRAM KERJA DAN


ANGGARAN 2019-2020
Pdt. Alex Letlora

Pendahuluan

Sebuah program kerja adalah upaya


sistematisir dalam kerangka mewujudkan
panggilan dan pengutusan gereja yang
berlangsung dengan baik. Seluruh rangkaian
kegiatan tahunan yang dilaksanakan dengan
mengacu pada terang pikiran teologis yang
bertanggungjawab. Hal ini penting sebab
berdasarkan program dan anggaran 2019-
2020 hendak dikembangkan pemahaman
GPIB yang berbasis pada perhatian terhadap
relasi hubungan GEREJA DAN
MASYARAKAT. Bertolak dari pemahaman di
atas maka perlu dijabarkan kembali
pemahaman yang komprehensif tentang
hakikat dari PROGRAM KERJA DAN
ANGGARAN.

Dalam terang tema 'MEMBANGUN


MASYARAKAT SEJAHTERA DEMI
KESEJAHTERAAN UMAT DAN KEKUATAN
BANGSA` (Yer. 29: 7) maka perlu
dikemukakan bahwa paradigma membangun
masyarakat, demi kesejahteraan umat dan
kekuatan bangsa adalah pilar-pilar yang
perlu mendapat perhatian. Reza Wattimena
(diakses 1 Maret 2019) mengemukakan
bahwa reakitas masyarakat yang didalamnya
gereja hadir dan menggumuli panggilan dan pengutusan adalah masyarakat Cyborg.
Hal ini tidak disadari atau disadari namun yang pasti realitas cyborg sebagai manusia
abad 21 merupakan kenyataan yang tidak dapat diabaikan begitu saja. Kenyataan
demikian tentu memerlukan perhatian yang saksama karena ketika gereja bertemu
dengan kenyataan cyborg maka hal ini menjadi tantangan yang serius.
Dalam pemahaman demikian diharapkan Yeremia 29: 7 menjadi penuntun yang akan
mengkristal dalam tindakan yang relevan dan tidak menjadi sebuah aktifitas normatif.
Pemahaman yang demikian juga akan membantu memahami PROGRAM KERJA DAN
ANGGARAN 2019-2020 tanpa memilah antara sikap pragmatis dan refleksi teologis.

1. REALITAS SOSIAL
Masyarakat cyborg sebagaimana dikemukakan Reza (diakses 1 Maret 2019) adalah
suatu masyarakat yang dikooptasi oleh kekuatan teknologi informasi dan berubah
menjadi pisau bermata dua, bermanfaat namun sekaligus berbahaya. Realitas sosial
yang menjadi perhatian gereja dewasa ini adalah timpangnya kehidupan dalam
masyarakat meliputi ketimpangan ekonomi, akses untuk berkarya serta reduksi nilai
yang berakibat pada pola hidup apatis di satu sisi dan ekstrim di sisi lain.
Eksistensi manusia dengan keagungan sebagai ciptaan Allah diterlantarkan oleh
keinginan kuat manusia yang dikuasai oleh dosa. Akibatnya ialah pranata sosial yang
seharusnya menjaga dan mewariskan nilai keagungan manusia ciptaan Allah diciderai
oleh adegium 'enough is not enough`. Keadaan demikian tentu memerlukan perhatian
serius dikarenakan kehadiran gereja adalah untuk mewujudkan damai sejahtera kepada
segala mahluk dan bukan pada diri gereja. Dalam konteks masa kini kecenderungan
yang destruktif dan nirnilai telah menjadi tantangan bagi gereja dalam perjumpaan
dengan dunia.

II. Realitas Gereja


Dalam terang Yeremia 29: 7 hendak dikemukakan bahwa setiap warga jemaat dalam
panggilan dan pengutusan yang beragam hendaknya tidak terbuai oleh nasihat palsu
tentang masa depan (band. Yer. 29: 8 dan 9). Terbuainya warga jemaat oleh berbagai
tawaran dunia yang eksklusif dan temporer merupakan pengingkaran terhadap jati diri
warga jemaat sebagai umat tebusan Allah. Setiap bentuk delegitimasi nilai karya Allah
akan berujung pada kegagalan mewujudkan damai sejahtera.
Nabi Yeremia yang menyampaikan rencana dan kehendak Allah ke-ada umat dalam
pembuangan adalah rencana dan kehendak Allah yang sama bagi Gereja saat ini.
Usahakan kesejahteran kota adalah kehendak Allah yang bersifat imperatif dengan
mengusung kepastian penyertaan-Nya. Gereja tidak pernah bermuara pada dirinya
sendiri dan sebaliknya selalu berujung pada dunia sebab tugas gereja bukanlah
membawa manusia kepada Kristus tetapi membawa Kristus pada manusia yang
menggema dalam karya sebagai jawaban atas karya Allah. Keberbagaian potensi yang
dimiliki warga jemaat menjadi alasan yang kuat untuk terus berkarya. Dalam perspektif
Yeremia nampak bahwa perhatian pada keluarga (ayat 5 dan 6) merupakan bagian dari
kesejahteraan kota. Sebab melalui keluarga yang memahami keberadaan mereka
sebagai umat Allah akan berpengaruh pada lingkungan dimana keluarga
berdiam/tinggal. Artinya setiap keluarga memahami pembaruan yang digagas oleh
Allah dan bertindak untuk kepentingan yang lebih luas.
Dengan demikian maka ayat 7 yang menjadi tema tahunan menjadi 'jembatan` antara
kenyataan dan idealisme. Inilah pesan Tuhan melalui Yeremia dan tetap relevan dalam
konteks masa kini. Kata 'seek` (KJV) menunjukkan adanya usaha yang berkesimbungan
dengan antusiasme (entheos) yang terjaga. Sekalipun umat berada dalam pembuangan
namun tidak berarti kehilangan hubungan perjanjian dengan Allah sehingga waktu di
Babel adalah waktu yang bersifat subyektif. Waktu atau masa pembuangan di Babel
merupakan ruang untuk tetap produktif. Dalam kurun waktu tertentu bagi umat namun
bagi Allah waktu menjadi waktu yang subyektif karena Allah tidak dikuasai oleh ruang
dan waktu yang diciptakan-Nya.
Maka dapat ditegaskan bahwa :
1. Keberadaan umat di Babel adalah bentuk pemulihan yang digagas Allah.
2. Keberadaan sebagai umat di Babel tidak berarti pasif dalam menjalani kehidupan
tetapi aktif membangun komunitas yang bermartabat.
3. Gereja hadir dalam ruang dan waktu tertentu sehingga patut menggunakan setiap
kesempatan yang ada untuk membangun atau paling sedikit mewarnai lingkungan.

III. Realitas Banten


GPIB hadir di Banten dengan tugas utamanya menyatakan panggilan dan pengutusan
yang dijiwai oleh semangat untuk merawat perannya sebagai alat damai sejahtera.
Untuk itulah diperlukan kemauan mengembangkan pemikiran yang terus menerus
diperbarui (band. Roma 12:2). Bertolak dari pemahaman demikian maka pembaruan
budi menjadi modal besar untuk mengkapitalisasi damai sejahtera.
Ke-khas-an Provinsi Banten justru merupakan ruang perjumpaan yang dinamis dalam
berbagai perbedaan untuk terus mengusahakandan mewujudkan karya yang bernas.
Kehadiran kita dalam wadah MUPEL Banten merupakan peluang untuk terus
menyatakan panggilan dan pengutusan yang bermuara pada masyarakat luas.

IV. Kesimpulan

Setiap bentuk kegiatan yang dijabarkan dalam PKA hendaknya selalu


mempertimbangkan perspektif teologis dan tidak hanya normatif. Artinya sebuah PKA
hendaknya secara proporsional ditempatkan dalam bingkai pembaruan budi sehingga
soal waktu bukanlah yang prinsipil tetapi soal pemahaman waktu adalah penting.
Dalam pemahaman demikian maka setiap bentuk PKA diwarnai dengan perjumpaan
dengan sesama yang beragam di semua lini.
PKA Mupel Banten tidaklah berdiri sendiri tetapi senantiasa dijiwai oleh hasil PST yang
semakin ramping dengan kualitas yang semakin baik.
Maju terus bersama Tuhan Yesus sebab dalam persekutuan dengan- ya jerih lelah kita
tidak sia-sia.

Pdt. Alexius Letlora D.Th


Arsip Artikel:

Rabu, 28 Oktober 2020


SEMAR, BERGSON DAN GPIB

Jumat, 21 Agustus 2020


KONSEP PENGUATAN PERAN KELUARGA (PPK) GPIB DAN RELEVANSINYA

Selasa, 14 Juli 2020


GEREJA, STARBUCKS DAN KELUARGA

Rabu, 03 Juni 2020


GEREJA DAN MC DONALDS

Minggu, 26 Januari 2020


VITA EST BREVIS

Senin, 02 September 2019


ARTI SEBUAH KEBENARAN

KEKUATAN KELUARGA YANG BERSYUKUR

Rabu, 07 Februari 2018


PERUBAHAN RELASI SUAMI-ISTRI(dalam perspektif koseling-pastoral)

Jumat, 10 Nopember 2017


YESUS MEMANG POPULER NAMUN TIDAK POPULIS

Selasa, 31 Oktober 2017


ILUSI, DELUSI DAN GPIB - Sebuah Refleksi Di Usia Ke-69

Arsip Artikel..
Mengenai Saya: Popular:

Pdt. Alexius
Letlora D.Th GEREJA YANG MELAYANI DAN
Saya adalah BERSAKSI - DALAM PERSPEKTIF
Pendeta di Jemaat PEMBANGUNAN JEMAAT
FILADELFIA,
Bintaro. Melayani HIDUP BERPENGHARAPAN DI TENGAH
selama 30 tahun MASA SULIT
sejak desa Baras
(Sulawesi Barat). Istri Conny Alma Letlora - MAKNA KEMATIAN YESUS (Jumat
Sumual, menjadi pendamping yang turut Agung)
terlibat mendorong saya untuk semakin
bertumbuh dalam pelayanan. SEPATU YANG BERLUBANG
Kami diberkati 26 tahun yang lalu dan
dikaruniakan anak-anak,  Linkan, Kezia dan KONFLIK DALAM KELUARGA
Andrew sebagai anugerah Tuhan kepada KRISTEN
kami. Kami sekeluarga bersyukur untuk
semua kebaikan Tuhan dalam hidup kami. TUJUAN KETERPILIHAN MANUSIA
MAJU TERUS BERSAMA YESUS SEBAB
DALAM PERSEKUTUAN DENGAN-NYA SUAMI-ISTRI YANG DIKAGUMI DAN
JERI LELAH KITA TIDAK PERNAH SIA-SIA. DICINTAI

Sub Kategori Artikel:

Anda mungkin juga menyukai