Anda di halaman 1dari 11

Cara Menyiasati ‘Tax Expense’

Biar Tak Jadi Beban Usaha


Setiap pengeluaran artinya biaya dan merupakan beban, termasuk
bayar pajak tentunya. Tapi ternyata ada cara jitu untuk menyiasati
agar tax expense tidak jadi beban dalam keuangan usaha, terutama
bagi UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah). Bagaimana
caranya?

Dalam sebuah seminar situs web atau webinar Jurnal x GKPNP


bertajuk “Effective Tax Planning to Reduce Tax Expense” belum lama
ini, Konsultan Pajak The Great Tax (TGT), Ihsan Thariq Alhamra,
berbagi rahasia tips agar pengeluaran untuk pajak ini tak lagi jadi
beban usaha.

Ihsan bercerita, kondisi seperti sekarang ini memang tidak mudah


bagi dunia usaha. Kata dia, hampir semua pelaku usaha
“curhatannya” sama, yakni bisnis lesu akibat pandemi Virus Corona
atau COVID-19 ini.

Namun ia mengakui, di tengah situasi menantang ini pemerintah juga


tidak tinggal diam. Pemerintah mengambil kebijakan untuk menjaga
ekonomi wajib pajak khususnya, dan masyarakat secara luas di
tengah tuntutan memenuhi target kebutuhan pembiayaan negara
yang seharusnya didapat dari pajak.

Lalu, seperti apa kiat menyiasati tax expense supaya tidak menjadi
beban dalam menjalankan usaha, terutama skala UMKM? Simak
ulasan berikut seperti dikutip Klikpajak by Mekari, Kamis (14/5).

Table of Contents

1 Pajak Tak Selalu Sebagai Beban


1.1 Contoh 1
1.2 Contoh 2
1.3 1. Menjadi Wajib Pajak Berstatus PKP
1.4 2. Memanfaatkan Insentif Pajak
2 Siasati Beban Pajak dengan ‘Tax Planning’
3 Mudah Kelola Pajak di Klikpajak

Pajak Tak Selalu Sebagai Beban


“Beban pajak itu pajak tahunan dan pajak bulanan. Lalu, ke mana sih
kita mesti mengurangi beban pajak?” kata Ihsan.

Diakui Ihsan, pajak memang termasuk komponen biaya dalam


keuangan usaha dan sering kali disebut beban usaha. Tapi tax
expense ini dinilai tak lagi jadi beban usaha apabila pengusaha
melakukan perencanaan pajak atau tax planning untuk bisnisnya.

Melalui perencanaan pajak, perusahaan bisa menentukan sebagai


wajib pajak di posisi yang mana. Kategori wajib pajak yang dipilih ini
nantinya akan memengaruhi kewajiban pajaknya hingga peluang
insentif pajak yang bisa dimanfaatkan.

Gambaran kasus pajak itu bukan beban:

Contoh 1

Transaksi jasa pengusaha kena pajak (PKP) sebagai konsumen;

PT A membeli atau transaksi jasa dengan PT B senilai Rp 100.000.


Namun PT A hanya membayar Rp 98.000 kepada PT B. Kemudian
PT A membuat invoice dari transaksi pembeliannya itu sebesar
Rp100.000 beserta bukti potongnya sebesar 2% (PPN Final) atau Rp
2.000 yang diserahkan ke PT B.
Maka setiap bulannya PT A (sebagai pembeli) ini melaporkan Surat
Pemberitahuan (SPT) Pajak Penghasilan (PPh) 23 ke negara dari
transaksi jasa 2% sebesar Rp 2.000 yang dipotong dari PT B
(sebagai penjual) ke negara.

Artinya pajak yang dibayarkan PT A senilai Rp 2.000 ini bukanlah


beban bagi PT A, karena uang itu diambil dari nilai transaksi PT B
yang menjual jasanya sebesar Rp 100.000 tapi PT A hanya
membayarnya sebesar Rp 98.000. Dan PT B sebagai penjual hanya
menerima uang pembayaran dari PT A senilai Rp 98.000.

“Si penjual (PT B bilang), lho saya transaksinya Rp 100.000, kok


dapatnya cuma Rp 98.000? Rugi dong. Beban dong bagi si penjual?
Ternyata enggak juga. Karena si penjual (PT B) dapat (uang
pembayaran dari PT A) Rp 98.000 dan bukti potong (2 persen). Bukti
potong ini dapat dikreditkan (pengurang pajak) waktu menghitung
SPT Badan Tahunan (oleh PT B),” jelasnya.

Contoh 2

Transaksi jasa PKP sebagai penjual;

PT A menjual barang senilai Rp 100.000 ke PT C. Kemudian PT A


mengirim invoice Rp 100.000 dan faktur pajak Rp 10.000 (PPN 10%)
ke PT C. Dengan demikian PT C sebagai pembeli akan membayar Rp
110.000 ke PT A.

Berikutnya, PT A membayarkan PPN Rp10.000 dari transaksi dengan


PT C ke negara. Maka, nilai Rp 10.000 yang disetor PT A ke negara
sebagai PPN itu bukanlah beban perusahaan karena uang itu
dibayarkan oleh PT C saat membeli barang dari PT A sebagai
penjual.

“Lalu, bagi si pembeli (PT C) ini merasa beban (telah membayar) Rp


10.000 (lebih mahal dari nilai barang yang harganya sebenarnya
hanya Rp 100.000)? Ternyata Rp 10.000 ini bisa dikreditkan (oleh PT
B) kalau jadi PKP (sebagai pengurang pajak dalam SPT Tahunan
Badan),” kata Ihsan.

Dengan demikian, bisa dipahami bahwa tak selalu pajak yang


dibayarkan itu merupakan beban bagi keuangan usaha atau
perusahaan, baik pengusaha saat melakukan pembelian maupun
pengusaha kena pajak yang melakukan penjualan atas barang atau
jasanya.

Pun demikian, pajak yang dikreditkan dalam SPT Tahunan Badan itu
hanya bisa dinikmati oleh pengusaha dengan status Pengusaha Kena
Pajak (PKP). Sedangkan bagi UMKM, kewajiban pajaknya berupa PPh
Final sebesar 0,5% dari omzet bruto tetap harus disetorkan setiap
bulannya tanpa bisa mengkreditkan transaksi-transaksinya sebagai
pengurang pajak dalam SPT Tahunan pajaknya.
Lalu, bagaimana cara menyiasati agar tax expense ini tidak menjadi
beban bagi UMKM? Berikut cara yang bisa dilakukan pengusaha
UMKM:

1. Menjadi Wajib Pajak Berstatus PKP


Bagi UMKM, salah satu cara untuk menjadikan tax expense agar
tidak lagi menjadi beban usaha adalah dengan beralih menjadi
pengusaha berstatus PKP. Meski, usaha baru didirikan dan omzetnya
di bawah Rp4,8 miliar per tahun atau masih kategori UMKM.

Memang, status PKP diperuntukkan bagi wajib pajak yang sudah


memiliki kewajiban Pajak Pertambahan Nilai (PPN) karena omzetnya
lebih dari Rp4,8 miliar dalam setahun. Namun pengusaha skala
UMKM pun bisa mengajukan menjadi PKP meski belum mencapai
omzet senilai itu.

Apa untungnya UMKM menjadi PKP?

Dengan menjadi PKP, Ihsan menjelaskan, UMKM bisa menerbitkan


faktur pajak meski usahanya masih tergolong skala kecil. Dengan
menerbitkan faktur pajak, artinya UMKM bisa melebarkan sayapnya
dan lebih mudah mengembangkan bisnisnya.

Sebab UMKM bisa bertransaksi dengan perusahaan-perusahaan


besar, yang umumnya perusahaan besar itu akan bertransaksi
dengan pengusaha yang juga bisa menerbitkan faktur pajak. Dari sini
UMKM bisa memanfaatkan PPN dalam transaksinya.

Artinya, UMKM bisa memungut pajak pertambahan nilai dari


transaksi penjualan dan pembelian barang atau jasa dengan pembeli
dan menyetorkannya ke negara. Di sinilah letak yang bisa
dimanfaatkan pelaku UMKM dengan menjadi PKP.
“Nah, bukti potong ini dapat kita kreditkan waktu menghitung SPT
Badan Tahunan. Nanti bayar (SPT Badan Tahunan) berapa, itu bisa
kita kurangi karena kita sudah setor (misalnya) dua ribu, dua ribu
(PPN) itu ke negara selama ini,” ungkap Ihsan.

2. Memanfaatkan Insentif Pajak


Cara berikutnya agar pajak itu bukan lagi sebagai beban bagi usaha
UMKM adalah memanfaatkan insentif pajak PPh Final 0,5%
ditanggung pemerintah seiring adanya pandemi COVID-19. Sehingga
UMKM bisa mengajukan bebas PPh Final sesuai Peraturan Menteri
Keuangan (PMK) Nomor 44/PMK.03/2020 tentang Insentif Pajak
untuk Wajib Pajak Terdampak Pandemi Coronavirus disease 2019.

Dengan pengajuan pembebasan PPh Final PP 23/2018 tersebut,


maka UMKM yang memiliki penghasilan bruto setahun tidak lebih
dari Rp4,8 miliar, tak perlu menyetor pajak penghasilan final ke kas
negara. Selain itu, pemotong/pemungut juga tidak akan melakukan
pemotongan/pemungutan saat pembayaran transaksi yang dilakukan
UMKM tersebut.

“Jadi kita sebagai UMKM bisa memberikan surat PP 23 itu supaya


kita tidak dipotong atau dipungut (PPN) oleh lawan transaksi kita.
Karena kita akan bayarkan pajaknya sendiri,” ujarnya. Tapi dengan
insentif PPh 23 ini pula pajak penghasilan final ditanggung
pemerintah alias UMKM tidak perlu menyetor PPh 23 Final ke
negara.
Siasati Beban Pajak dengan ‘Tax Planning’
Ihsan menekankan, tax expense tak lagi jadi beban usaha ketika
pengusaha benar-benar memerhatikan pentingnya perencanaan
pajak sejak awal mendirikan usaha. Sehingga kewajiban
perpajakannya lebih terukur dan bisa memanfaatkan berbagai
kemudahan pajak yang diberikan pemerintah.

Melalui perencanaan pajak, setidaknya sebagai wajib pajak tidak


mangkir dari tanggung jawab untuk membayar kewajiban pajaknya.
Sebab bisa berakibat fatal pada keberlangsungan usaha karena
harus berurusan dengan hukum.

Untuk mengukur kepatuhan kewajiban pajaknya, wajib pajak badan


juga diharuskan rutin menyetor dan melaporkan pajak setiap
bulannya. “Inilah yang disebut kepatuhan pajak. Karena setiap bulan
itu kita ada kewajiban setelah kita dapat SKT dan NPWP, kita harus
penuhi ini setiap bulan,” ujarnya.

SKT atau Surat Keterangan Terdaftar adalah surat keterangan yang


diterbitkan oleh Kantor Pelayanan Pajak (KPP) untuk wajib pajak.
Surat keterangan ini menyatakan bahwa wajib pajak telah terdaftar
pada Kantor Pelayanan Pajak tertentu. SKT ini berisikan Nomor
Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan identitas lainnya serta kewajiban
perpajakan wajib pajak.

Mudah Kelola Pajak di Klikpajak


Biar urusan perpajakan lancar, perusahaan butuh mengakses e-
Billing, e-Faktur hingga e-Filing yang mudah agar aktivitas usahanya
berjalan efektif dan efisien. Sehingga bisa lebih fokus dalam
membangun dan mengembangkan usaha.

Kemudahan perpajakan itu bisa didapatkan melalui Klikpajak by


Mekari, yang merupakan Penyedia Jasa Aplikasi Perpajakan (PJAP)
atau Application Service Provider (ASP) mitra resmi Direktorat
Jenderal Pajak (DJP), yang disahkan dengan Surat Keputusan
Direktorat Jenderal Pajak No. KEP-169/PJ/2018.

Klikpajak.id adalah aplikasi pajak online berbasis cloud yang


memungkinkan wajib pajak mudah mengelola administrasi
perpajakan. Mulai dari membuat dan mengelola faktur pajak
masukan, faktur pajak keluaran, hingga faktur pajak retur tanpa
khawatir bukti bayar dan lapor pajak hilang jika terjadi kerusakan atau
kehilangan komputer maupun laptop.

Contoh membuat faktur pajak di e-Faktur Klikpajak

Melalui aplikasi pajak online Klikpajak juga membuat wajib pajak


dapat menerbitkan ID Billing untuk semua jenis Kode Akun Pajak
(KAP) dan Kode Jenis Setoran (KJS) dengan mudah dan gratis. Arsip
riwayat Surat Setoran Pajak (SSP) dan ID Billing dengan aman
tersimpan sesuai dengan jenis dan masa pajak yang diinginkan.

Bukan hanya itu, wajib pajak badan juga akan lebih mudah
melakukan pembetulan SPT apabila dibutuhkan sewaktu-waktu
secara online dan bisa langsung terupdate secara otomatis. Bahkan
file perpajakan sebelumnya dengan mudah dan cepat.

Karena seluruh aktivitas perpajakan terintegrasi secara terpusat


melalui Tax Activity di Klikpajak. Sehingga semakin memudahkan
untuk mengecek kembali file mana saja yang masih perlu ada
pembetulan atau statusnya masih kurang bayar maupun lebih bayar.

Contoh buat ID Billing di e-Billing Klikpajak

Wajib pajak bisa melaporkan seluruh jenis SPT secara gratis


selamanya melalui fitur e-Filing di Klikpajak. Pelaporan pajak dapat
dilakukan kapan pun dan di mana pun. Klikpajak juga memberikan
Nomor Tanda Terima Elektronik (NTTE) resmi dari DJP sebagai bukti
lapor.

Semua jenis SPT bisa dilaporkan melalui e-Filing di Klikpajak seperti


SPT Tahunan Pajak Badan, SPT Masa (Bulanan) Pajak, dan SPT
Tahunan Pajak Pribadi, dengan mudah dan cepat karena panduan
pengisian SPT yang simpel.

Untuk melaporkan SPT Tahunan Pajak Badan dengan e-Filing


Klikpajak, cukup upload CSV formulir SPT 1771 dan PDF yang
dibutuhkan. Untuk lapor SPT Masa setiap bulannya, hanya perlu
melampirkan CSV dan PDF dari perusahaan. Sedangkan pelaporan
SPT Tahunan Pribadi menggunakan formulir 1770, yang riwayat
pelaporan setiap tahunnya dapat tersimpan aman di Klikpajak.

Contoh lapor pajak di e-Filing Klikpajak

Di Klikpajak, keamanan dan kerahasiaan data juga terjamin. Karena


Klikpajak bersertifikat ISO 27001 dari Badan Standar Internasional
ISO yang menjamin standar keamanan sistem teknologi informasi.

Selain bisa menghemat waktu dan biaya karena pengelolaan pajak


hanya dilakukan dalam satu platform, kelebihan Klikpajak adalah bisa
menarik data langsung dari laporan keuangan pengguna aplikasi
akuntansi online seperti Jurnal by Mekari – Simple Online
Accounting Software. Teknologi canggih berbasis API integration
yang membuat proses pengolahan data pajak dari bagian accounting
(keuangan) lebih cepat dan mudah dengan pemakain Klikpajak.id.
Sehingga proses pengelolaan pajak jadi makin gampang dan tepat.

Cara untuk mendapatkan berbagai kelancaran melakukan urusan


perpajakan sangat mudah. Cukup mendaftarkan alamat e-mail di
www.klikpajak.id dan langsung bisa menggunakan semua fitur
pajak, mulai dari buat dan kelola faktur pajak lewat e-Faktur secara
simpel, menggunakan fitur e-Billing dan lapor SPT Pajak secara
online dengan e-Filing hanya dalam satu aplikasi Klikpajak.

Anda mungkin juga menyukai