Anda di halaman 1dari 13

KAJIAN SEMIOTIKA ARSITEKTUR MASJID AT-TIN

Ayub Muktiono
Staff pengajar prodi Arsitektur FT. Unkris

I. ABSTRAK
Semiotika dalam Arsitektur adalah merupakan bahasa simbol yang memberi dan memahami informasi
kepada pengamat lewat bentuk-bentuk dan pesan tertentu. Dengan demikian, maka proses pemaknaan sebuah
bangunan yang ingin di sampaikan sang perancang, akan mampu atau setidaknya dihayati oleh setiap individu
pemakai atau pengguna dan pengamat bangunan.
Tempat peribadatan salah satunya Masjid adalah bangunan yang sangat kaya akan makna atau pesan,
dikarenakan memiliki lapisan makna yang dalam menyangkut kepada keyakinan umat atau pengikutnya. Salah
satu masjid modern dengan karya arsitektur yang mengkomposisikan keindahan atau nilai-nilai estetis
dengan kepercayaan (spiritual) adalah Masjid At-Tin. Hal itu tergambar dalam perwujutan bentuk, tata
ruang, dan ragam hias, yang memiliki bentuk yang khas dari tampilan visual fasad bangunan yang dimana
terdapat tanda atau simbol arsitektur dalam bentuk ragam hias maupun elemen arsitektur bangunan yang
perlu dikaji. Hasil pemaparan tersebut dianalisa dengan menggunakan teori semiotika arsitektur
semantik, sintaksis dan pragmatik. Hasil penelitian ini dapat mengetahui relasi tanda dalam bentuk visual
fasad bangunan dan fungsi karya arsitektur dalam membentuk bahasa tanda dan makna yang terdapat
pada arsitektur Masjid At-Tin.

Kata Kunci : Arsitektur, Pesan, Makna, Semiotika, Semantik, Sintaksis, Pragmatik, Masjid, Masjid
At-Tin

Tin, yang merupakan suatu produk


1. PENDAHULUAN
arsitektur dengan mongkomposisikan
keindahan dan kepercayaan yang
dituangkan ke dalam bangunan sebagai
usaha untuk mendekatkan diri dengan
sang ilahi. Arsitektur pada Masjid At-Tin,
memiliki bentuk yang khas yang dapat
terlihat pada tampilan visual fasad
Ga
bangunan yang dimana terdapat tanda atau
mbar 1. Masjid At-Tin
simbol arsitektur dalam bentuk ragam hias
Karya arsitektur selalu mengandung maupun elemen arsitektur bangunan yang
pesan di dalamnya, baik berupa gagasan, perlu dikaji dengan menelusuri semiotika
ideologi bahkan misi yang ingin dicapai arsitektur semantik, sintaksis, dan
oleh sang arsitek melalui hasil karyanya pragmatik. Kajian relasi tanda visual
tersebut. Pesan ini biasanya terbentuk dari menggunakan semiotika arsitektur sebagai
elemen-elemen arsitektural bangunannya, upaya menterjemahkan bahasa tanda pada
baik yang lepas maupun yang terkait karya arsitektur.
sehingga membentuk suatu sistem tanda,
baik eksterior maupun interior.
2. LANDASAN TEORI
Masjid merupakan suatu karya seni
dan budaya yang tercipta pada bidang A. Pengertian Semiotika
arsitektur sebagai tempat untuk
mendekatkan diri dengan Tuhan Yang Istilah semiotika diperkenalkan
Maha Esa sama dengan halnya Masjid At- pertama kali dalam dunia filsafat pada

78 Jurnal ilmiah ARJOUNA, Vol. 02, No.02 April 2018


akhir abad ke- 17 oleh John Lock. Orang sebagai “teks”. Sebagai teks arsitektur
yang pertama-tama mempelajari semiotika dapat disusun sebagai “tata bahasa”
adalah Charles Sanders Pierce (1839- (gramatika) sebagai berikut :
1914). Oleh karena itu Pierce disebut juga - Dari segi semantik dapat dilihat
sebagai perintis ilmu ini, akan tetapi sebagai tanda- tanda tata ruang dan kerja
pemikirannya baru dikenal lebih luas pada sama antara tanda- tanda tersebut
sekitar tahun 1930-an. - Dari segi sintaksis dapat dilihat
Secara etimologi istilah Semiotika sebagai hubungan antara tanda dengan
berasal dari bahasa Yunani yaitu semeion denotatumnya atau yang menyangkut arti
yang berarti tanda. Menurut Charles dari bentuk-bentuk arsitektur.
Sanders Pierce definisi semiotika adalah - Dari segi pragmatik dapat dilihat
doktrin mengenai esensi sesuatu serta pengaruh (efek) teks arsitektur terhadap
keanekaragaman semiosis yang mungkin pemakai bangunan.
terjadi yang ia maksud dengan semiosis Sistem tanda dalam arsitektur meliputi
adalah proses di mana tanda memberi banyak aspek seperti bentuk fisik, bagian-
pengaruh pada penafsirannya ( Noth bagiannya, ukuran, proporsi, jarak antar
1990: 42). Jadi, bagaimana penafsir bagian, bahan, warna, dan sebagainya.
menerjemahkan esensi dari tanda yang ia Sebagai suatu sistem tanda semuanya
temukan. dapat diinterpretasikan (mempunyai arti
B. Aplikasi Semiotika pada Arsitektur dan nilai) dan memancing reaksi tertentu
(pragmatis).
Semiotika dalam arsitektur pertamakali Semua benda pakai akan selalu
diperkenalkan pada suatu debat arsitektur merupakan wahana tanda yang
di Italia tahun 1950, ketika para arsitek memberikan informasi konvensional yaitu
mulai mempertanyakan tentang mengenai fungsi dari benda tersebut.
International Style. Sekitar akhir tahun Begitu pula dengan benda-benda
1960-an di Perancis, Jerman, dan Inggris arsitektural, secara umum dapat dikatakan
semiotika didiskusikan untuk membentuk bahwa bangunan mempunyai informasi
kembali pengertian arsitektur dan pertama (denotasi) sebagai tempat hunian.
dijadikan alat normatif dalam menyerang Namun ini bukanlah berarti bahwa
teori- teori fungsionalisme yang bangunan tidak mengandung arti lain
berlebihan. (konotasi).
Pada tahun 1970-an mulai banyak Misalnya jendela-jendela yang terdapat
semiotika arsitektur telah menjadi isu pada fasade bangunan, fungsi utamanya
populer di kalangan teorikus arsitektur, sudah jelas, namun disana terdapat unsur
bahkan muncul istilah baru yaitu ritme yang secara estetika membawa nilai-
“arsemiotika” (archsemiotics) sebagai nilai tertentu. Hal tersebut disebabkan
istilah khusus semiotika dalam arsitektur. karena ritme, proporsi, dan sebagainya
Para tokoh-tokohnya antara lain Geoffrey secara langsung memberikan konotasi.
Broadbent dan Richard Bunt (Inggris), Seorang arsitek mungkin menyelipkan
Thomas Llorens dan Charles Jenks (AS), deretan jendela semu untuk maksud ritme
M. Kiemley dan A. Moless (Jerman). tertentu, karena demikian ia akan
Semiotika arsitektur mengajak kita mencapai suatu ekspresi melalui
untuk merenungkan berbagai hal yang konotasi tertentu. Jadi jendela-jendela
terkait dalam bentuk arsitektur dan tersebut selain memiliki unsur fungsional
susunan tata ruang. Berdasarkan tetapi juga memiliki unsur simbol. Jadi
semiotika, arsitektur dapat dianggap selain memiliki denotatum primer

Jurnal ilmiah ARJOUNA, Vol. 02, No.02 April 2018 79


(denotasi) yaitu fungsi, karya-karya yang termasuk arsitektur Islami adalah
arsitektur yang dianggap sebagai tanda arsitektur yang bukan berasal dari Islam,
juga memiliki denotatum sekunder namun karena sejalan dengan konsepsi
(konotasi) yaitu makna atau pesan yang Islam yang tertera dalam Al Quran dan Al
terkandung. Hadits, maka arsitektur tersebut disebut
Contoh lain, bentuk dari masjid dan arsitektur Islami. Secara garis besar,
gereja melalui proporsi, dimensi, dan konsep arsitektur Islam merujuk pada
bentuknya memberikan konotasi bahwa ayat-ayat ‘Quraniyah’ (berasal dari Al-
bangunan tersebut dibuat untuk urusan Quran) dan ‘Kauniyah’ (bentuk hukum
keagamaan. Konotasi juga dapat timbul alam). Jadi, arsitek harus mampu
misalnya dari corak atau langgamnya memenuhi The law of God dan ‘The Law
yang mengingatkan kita akan sesuatu, of Nature’.
susunan ruang yang melegakan, ragam Konsep arsitektur Islam adalah olahan
hias (ornamen) yang mempunyai arti yang mempunyai sifat tidak merusak alam
tertentu, dan lain-lain. dan harus sesuai dengan apa yang
dibutuhkan. Hal ini mengingatkan pada
C. Definisi Masjid
karya arsitektur tokoh arsitektur modern,
Le Corbusier, dengan konsep “pilotis”
yang
Masjid berarti tempat beribadah. Akar
kata dari masjid adalah sajada dimana memilih mengangkat bangunan
sajada berarti sujud atau tunduk. Kata sehingga kehadiran bangunan di atas bumi
masjid sendiri berakar dari bahasa Aram. ini tidak merusak hijaunya rerumputan.
Kata masgid (m-s-g-d) ditemukan dalam Konsep Arsitektur Islam menurut
sebuah inskripsi dari abad ke 5 Sebelum AlQur’an dan hadist meliputi :
Masehi. Kata masgid (m-s-g-d) ini berarti 1. Ijtihad
"tiang suci" atau "tempat sembahan". 2. Taqlid
Unsur fisik masjid terdiri dari 2 bagian, 3. Anti Mubazir, dan
yaitu Ruang Luar dan Dalam Masjid : 4. Rasional
1. Ruang Luar Masjid
- Orientasi, II. 3. TINJAUAN KHUSUS
- Atap,dan
A. Studi Kasus Masjid At-Tin
- Menara.
2. Ruang Dalam Masjid
Masjid At-Tin adalah satu di antara
- Serambi,
dua masjid megah di kawasan TMII.
- Ruang Shalat, dan
Masjid lainnya adalah Masjid
- Mihrab dan Mimbar.
Diponegoro. Masjid ini menempati area
tanah seluas 70.000 m2 dengan kapasitas
D. Arsitektur Islam sekitar
9.000 orang di dalam masjid dan 1.850
Arsitektur Islam adalah arsitektur yang orang di lorong selasar tertutup dan plaza.
di dalamnya nilai Islam diterapkan, seperti
nilai penghambaan terhadap Allah melalui
desain bangunan, nilai kesederhanaan nilai
keadilan, nilai pengakuan terhadap hak
orang lain, dan nilai-nilai Islam yang ada.
Arsitektur Islam merupakan arsitektur
yang memiliki sifat-sifat Islam. Bisa jadi

80 Jurnal ilmiah ARJOUNA, Vol. 02, No.02 April 2018


C. Sejarah Masjid At-Tin

Gambar 2. Sisi Barat Masjid AT-Tin

Gambar 5. Alm. Ibu Tien Soeharto


B. Lokasi Masjid At-Tin

Lokasi Masjid At – Tin terletak di Nama At-Tin diambil dari salah satu
Kawasan TMII lebih tepatnya di Jalan surat dalam Al-Quran yang merupakan
Raya Taman Mini Pintu 1 Taman Mini wahyu ke-27 yang diterima oleh Nabi
Kelurahan Pinang Ranti, Kecamatan Muhammad SAW, atau surah ke- 95
Makasar, Jakarta Timur 13560. dalam urutan penulisan Al-Qur‘an. Nama
Gambar 3. Peta Wilayah DKI Jakarta surat itu adalah At-Tin yang berarti sejenis
buah yang sangat manis, lezat, dan penuh
gizi. Buah ini dipercayai mempunyai
manfaat yang banyak, baik sebelum
matang maupun sesudahnya.
Selain diinspirasi dari surah Al-Qur‘an,
pemberian nama At-Tin sebenarnya Kawasan
juga
merupakan upaya untuk mengenang TMII jasa-
Masjid At- jasa istri mantan Presiden Soeharto yang
Tin
e bernama Ibu Tien atau lengkapnya Hj.
Fatimah Siti Hartinah Soeharto. Memang,
pendirian Masjid At-Tin sejak awal
merupakan usaha anak-cucu Presiden
Soeharto untuk mengenang ibu/nenek
mereka. Pendirian masjid ini terlaksana
berkat bantuan Yayasan Ibu Tien Soeharto
yang merupakan yayasan milik anak-
keturunan Ibu Tien Soeharto. Oleh
Gambar 4. Peta Masjid At-Tin karenanya, nama At-Tin tentu
dimaksudkan sebagai doa dan perwujudan
rasa cinta yang tulus dari anak atau cucu
kepada ibu atau nenek mereka.
Masjid ini dibangun pada bulan April
tahun 1997 (tepat 1 tahun setelah Ibu Tien
Soeharto meninggal) dan diresmikan pada
tanggal 26 Desember 1996 (tepat 49 tahun
pernikahan Ibu Tien dan Pak Harto).
Gambar 6. Perspektif Masjid At-Tin

Jurnal ilmiah ARJOUNA, Vol. 02, No.02 April 2018 81


D. Bangunan Masjid At-Tin

Bangunan Masjid At-Tin dirancang


oleh Ir. Achmad Noe’man yang
merupakan maestro arsitektur masjid di
Indonesia. Konsep dari pembangunan
Masjid At-Tin terdiri dari 3 unsur yaitu
Air, Udara (penghawaan), Cahaya
(penerangan). Untuk unsur air hal ini
diwakili dengan adanya kolar air mancur
yang juga berfungsi sebagai tempat
wudhu di halaman masjid dan juga di
ruang utama masjid. Unsur udara diwakili
dengan dengan banyaknya dinding
kerawang pada setiap sisi masjid.
Sementara unsur cahaya diwakili oleh
kaca patri yang berada di kubah masjid.
Bangunan masjid At-Tin memiliki 3
lantai, dengan ruang shalat utama berada 4.
III. METODE
di lantai 2. Pada ruang shalat utama kita PEMBAHASAN
akan melihat ciri khas bangunan masjid
rancangan Ir. Achmad Noe’man, yaitu
Pendekatan dan jenis penelitian
ruang shalat yang bebas kolom dan
Metode penelitian yang di pakai dalam
dikelilingi selasar di samping kanan dan
penelitian ini adalah dengan cara
kiri bangunan masjid.
mengumpulkan data-data primer dan
Pemilihan material Masjid At-Tin pun
skunder yang mencakup didalamnya
sangat beragam, mulai dari granit, kayu
berupa studi literatur dan pendekatan
jati yang dicungkil manual riling tangga
kualitatif deduktif atau observasi lapangan
dan kubah yang dihiasi oleh kaca patri dan
yang kemudian dari data data tersebut
lempengan baja, hal ini menjadikan
diperoleh data-data mengenai landasan
Masjid At-Tin masjid yang megah dan
teoritis dan informasi mengenai pesan atau
luar biasa indah.
makna yang tersirat dalam elemen-elemen
MasjidAt-tin. Selanjutnya data-data
tersebut dianalisis dengan menggunakan
analisis deskriptif.
Sumber data
Dalam laporan ini data-data di
kumpulkan melaui observasi yaitu
mengamati langsung data-data yang sesuai
Gambar 7. Marmer pada Pintu Utama dengan pertanyaan peneliti. Dalam hal ini
Masjid AT-Tin
di bagi menjadi dua macam, Yaitu:
Data Primer
Data ini diperoleh dengan cara terjun
langsung ke lapangan, guna mendapatkan
informasi yang jelas dengan menggunakan
seluruh panca indra kita agar kita dapat
merasakan, melihat, mendengar, dan
memahami apa saja yang di lapangan. Hal

82 Jurnal ilmiah ARJOUNA, Vol. 02, No.02 April 2018


ini di lakukan untuk memperoleh Kombinasi air dan tanaman
informasi yang akurat guna menjawab (rumput dan pepohonan)
pembahasan. diharapkan mampu memberi efek
Data sekunder psikilogis berupa ketenangan dan
Data ini di peroleh dengan cara rasa syukur bagi para pengunjung
membaca dan mengumpulkan teori yang khususnya jamaah Masjid At-Tin.
sudah ada tentang kajian semiotika
khususnya melelui pendekatan sematik,
sintaksis, pragmatik.
Analisa data
Data yang sudah di dapat lalu di
analisa dengan teori semiotika yaitu
melalui pendekatan sematik, sintaksis dan
pragmatik. Adapun penjelasan tentang
teori pendekatan semiotika yang kita
gunakan adalah sebagai berikut : Gambar 10. Air mancur plaza
1. Sematik (How) Masjid
Unsur yang membahas mengenai
hubungan tanda dengan
penggunaannya.
2. Sintaksis (With)
Unsur yang membahas mengenai
kerjasama/kombinasi/susunan antar
tanda.
3. Pragmatik (What)
Unsur yang membahas mengenai
hubungan tanda dengan yang
dinyatakan (realitas) pemaknaanya. Gambar 11. Air mancur sisi
barat Masjid

PEMBAHASAN 2. Cahaya dan Udara (penghawaan)


Temuan penelitian Dalam hal ini perwujudan
Secara keseluruhan bangunan Masjid cahaya yang di maksud adalah
At-Tin terbentuk oleh empat dasar elemen cahaya alami. Cahaya alami di
alam, diantaranya : hadirkan melalui kaca patri yang
1. Air dan tanaman melekat dengan lempengan baja
Penggunaan elemen air yang terdapat pada area sekeliling
khususnya dalam wujud air mancur kubah utama. Sinar cahaya yang
pada Masjid At-Tin bukan hanya maasuk melalui kaca patri yang
sebagai elemen estetik saja. memiliki aneka warna (biru, hijkau,
Keberadaan air mancur yang pada kuning, dan merah) menghasilkan
beberapa titik khususnya di area komposisi bias warna yang elegan.
plaza masjid (lanskap) di fungsikan Sehingga hal ini dapat memberikan
juga sebagai tempoat wudhu. pengalaman sinematis terhadap
Keberadaan kolam air mancur di para jemaah masjid At-Tin. Selain
area lansekap masjid At-Tin dari area kubah utama, cahaya
menambah unsur alam terhadap alami yang di hadirkan di Masjid
ruang luar bangunan tersebut. At-Tin juga biosa kita lihat dari

Jurnal ilmiah ARJOUNA, Vol. 02, No.02 April 2018 83


bukaan serambi sisi utara dan
selatan ruang utama. Bukaan pada
area serambi juga berfungsi sebagai
media masuknya cahaa dan udara
(penghawaan) ke ruang shlat utama.
Diding kerawang yang umumnya
terbentuk dasar anak panah pada
Gambar 14. Bukaan pada
seluruh bagian masjid di fungsikan
dinding kerawang
juga sebagai media pemanfaatan
cahaya alami dan udara
Semantik, Sintaksi dan pragmatik
(penghawaan). Pintu utama yang
pada Masjid At-Tin
besar dan tanpa penutup pun di
Berikut pembahasan mengenai
fungsikan sebagai alur sirkulasi
semantik, sintaksis dan pragmatik pada
udara. Sepertinya Ahmad Noe’man
arsitektur Masjid At-Tin, Diantaranya :
sangat menyikapi iklim tropis di
1. Semiotika orientasi Masjid At-Tin
indonesia, hal ini terlihat dengan
banyaknya bukaan pada area ruang
shalat di masjid At-Tin.

Gambar 15. Site Plan Masjid


At-Tin

Gambar 12. Bukaan pada


serrambi Masjid

Gambar 16. Foto Udara Masjid At-Tin

Gambar 13. Bukaan pada kubah


Masjid Semantik Orientasi :
- Orientasi Masjid At-Tin mengarah
pada sudut 290o -295o yang terletak
diantara arah mata angin Barat dan Utara.
- Di sisi arah tersebut terdapat kolam
air mancur terbesar di wilayah masjid at –
tin yang juga menjadi ruang publik.
- Dan juga terdapat tiga lekuk anak
panah dengan motif menyerupai tebaran

84 Jurnal ilmiah ARJOUNA, Vol. 02, No.02 April 2018


bunga dan didominasi dengan warna abu ini merupakan bentuk yang statis dan
– abu. netral serta tidak memiliki arah tertentu.
Sintaksis Orientasi : Pragmatik Bentuk Bangunan:
- Pemilihan ka’bah sebagai - Bentuk dasar persegi panjang ini
orientasi/kiblat dari bangunan masjid diambil karena memiliki makna bahwa
bukan menasbihkan atau menandakan kedudukan semua manusia adalah sama,
umat islam menyembah ka’bah, tidak tergantung pangkat, jabatan atau
sesungguhnya bahwa umat islam hanya status sosial.
menyembah dan emnundukkan diri - Bentuk denah yang ideal adalah
kepada Allah SWT. persegi panjang atau bujur sangkar,
- Pemilihan ka’bah sebagai karena setiap baris shaf akan menampung
orientasi/kiblat tidak lepas dari surat Al- jumlah jama’ah yang sama.
Baqarah ayat 144.
Pragmatik Orientasi : 3. Semiotika Ruang Masjid At-Tin
- Bertujuan agar umat islam bisa
membina persatuan. (Karena hanya
memiiki satu arah kiblat)

2. Semiotika Bentuk Bangunan

Gambar 18. Tampak Samping Masjid


AT-Tin

Gambar 17. Tampak Atas Masjid AT-Tin

Semantik Bentuk Bangunan :


- Bila kita lihat pada site plan Masjid
At-Tin, hampir seluruh ruang / zonasi
masjid at tin memiliki bentuk beraturan
dalam hal ini bentuk dasar bujur sangkar. Gambar 19. Lantai Dasar Masjid AT-Tin
- Pada umumnya bentuk-bentuk
tersebut bersifat stabil dan simetris
terhadap satu sumbu atau lebih.
Sintaksis Bentuk Bangunan:
- Bujur sangkar : sebuah bidang
datar yang mempunyai empat buah sisi
yang sama panjang dan empat.
- Bujur sangkar menunjukkan
sesuatu yang murni dan rasional. Bentuk

Jurnal ilmiah ARJOUNA, Vol. 02, No.02 April 2018 85


ruang shalat utama dan ruang fasilitas
penunjang (ruang wudhu, perpustakaan
dan ruang serbaguna) hal ini dapat
memudahkan petugas kebersihan Masjid
At-Tin dan yang paling penting dapat
menjaga kesucian di ruang shalat utama.

4. Semiotika Kontruksi Masjid At-Tin

Gambar 20. Lantai 2

Gambar 22. Struktur Space Frame pada


Kubah

Gambar 21. Lantai Mezanine

Semantik Ruang Masjid At-Tin :


- Ruang-ruang pada Masjid At-Tin
terbagi dalam 2 (dua) lantai, dan lantai
mezanin.
- Ruang pada menara yang menyatu
dengan bangunan masjid difungsikan
sebagai tangga atau akses alternatif
menuju ruang shalat utama. Gambar 23. Struktur Rigid Masjid At-Tin
- Sementara ruang menara utama
yang terpisah dari bangunan utama
difungsikan sebagai penanda dan juga Semantik Konstruksi Masjid At-
ruang untuk mengumandangkan adzan. Tin :
Sintaksis Ruang Masjid At-Tin: - Konstruksi pada Masjid At-Tin
- Menurut D.K Ching 1985, Ruang menerapkan 2 (dua) sistem konstruksi,
adalah sebuah bidang yang dikembangkan yaitu struktur rigid yang bisa kita lihat
(menurut arah selain dari sifat arah yang pada hall utama dan struktur space frame
telah ada) berubah menjadi ruang. pada kubah utama.
- Ruang lantai dasar sebagai area Sintaksis Konstruksi Masjid At-
service, lantai dua dan mezanine sebagai Tin:
area private. - Penggunann kolom – kolom
Pragmatik Ruang Masjid At-Tin : penyangga yang berdiri tegak pada hall
- Dengan terpisahnya lantai antara utama masjid (sebelum memasuki area

86 Jurnal ilmiah ARJOUNA, Vol. 02, No.02 April 2018


ruang shalat utama) memberikan kesan atas, mengingatkan kita seperti tangan
skala yang besar dan tinggi / megah. yang sedang berdoa. Umumnya ornamen
- Sementara penggunaan struktur anak panah pada Masjid At- Tin
space frame pada kubah utama Masjid At- dikombinasikan dengan dinding kerawang
Tin memungkinkan untuk tidak adanya (kecuali pada lorong selasar masjid) hal
kolom di ruang utama shalat (karena ini berfungsi sebagai sirkulasi udara dan
ringan) juga pemanfaatan cahaya matahari.
Pragmatik Konstruksi Masjid At-
Tin :
- Dengan memberikan kesan skala
yang besar pada tampilan struktur rigid
pada hall uatma, menandakan bahwa
manusia adalah makhluk yang kecil
dihadapan Tuhan, penggunaan garis
– garis vertikal pada kolom juga bisa
menandakan bahwa manusia harus teguh
dan tegas serta selalu melihat atau
menengadah ke atas sebagai wujud dari
selalu mengingat Tuhan.
- Dengan tidak adanya kolom pada
Gambar 24. Lorong Selasar Masjid At-
area ruang shalat utama, memberikan
Tin
kesan luas dan besar pada ruang tersebut.
5. Semiotika Ornamen Masjid At-Tin

A. Ornamen Anak Panah

Ornamen anak panah merupakan


ornamen yang identik dengan Masjid AT-
Tin. Hal ini bisa kita lihat begitu
dominannya ornamen tesebut, mulai sisi
barat masjid, pintu utama, tiang
penyangga pada lorong selasar atau
koridor, dinding kerawang pada menara
masjid, dan bahkan pada sisi interior yaitu
bagian mihrab dan mimbar masjid pun Gambar 25. Menara Masjid At-Tin
tidak luput dari ornamen anak panah.
Pengulangan betuk ornamen khususnya
pada bentuk anak panah memiliki pesan
seperti nikmat dan karunia Tuhan kepada B. Ornamen Bintang Delapan
hambanya, hal yang perlu disyukuri oleh
tiap – tiap hambanya. Bentuk dasar anak Unsur - unsur geometris banyak
panah yang mengerucut ke atas (langit) ditampilkan pada Masjid At-Tin, hal ini
menandakan keesaan Tuhan. Bahkan bila seolah ingin memebri kesan tegas,
kita mau ‘iseng’ menafsirkan pada simetris dan teatur. Salah satu unsur
lekukan anak panah tiang penyangga geometris yang melekat pada bangunan
koridor maka akan terlihat bentuk Masjid At-Tin adalah ornamen bintang
menyerupai tangan yang menengadah ke delapan, salah satu ornamen yang
menonjol pada bangunan Masjid At-Tin,

Jurnal ilmiah ARJOUNA, Vol. 02, No.02 April 2018 87


hal ini bisa kita simpulkan bila kita
melihatnya dari tampak atas Masjid At-
Tin, seperti tapak menara utama, tapak air
mancur (berfungsi juga sebagai tempat
wudhu) yang terletak di Plaza/Taman
Masjid At-Tin, lalu lantai pada lorong
selasar, lantai pada koridor plaza, dan
bahkan pada bagian interior pun tidak
luput dari ornament bintang delapan,
seperti pada lantai hall utama, plafond
pada hall utama, dan yang paling besar Gambar 27. Lantai pada Koridor
adalah plafond pada ruang shalat utama.
Bintang delapan sendiri merupakan
bentuk geometris yang umum digunakan
oleh masyarakat muslim dalam berbagai
media (lambang organisasi
kemasyarakatan, ornament masjid, cover
buku, dll). Awalnya simbol bintang
delapan adalah simbol yang acapkali
digunakan dalam ilmu astronomi karena
berkaitan angin. Bintang delapan Gambar 28. Lantai pada Hall Utama
merupakan perpaduan dari dua buah
persegi yang saling tumpang tindih
dengan pusat yang sama yaitu sudut 45o,
dianalogikan bahwa dua kotak itu adalah C. Ornamen Floral
Baitul Makmur (kotak diatas) dan Ka’bah
(kotak dibawah), dimana Baitul Makmur Motif – motif menyerupai bunga
adalah kiblat bagi para malaikat, banyak melekat pada dinding, ornamen
sedangkan ka’bah adalah kiblat bagi para lampu hias bahkan stupa air mancur.
umat muslim. Motif menyerupai tebaran bunga yang
berulang – ulang merupakan modul
ornamen arabesque. Arabesque
merupakan bagian dari seni islam klasik.
Sebagai seni yang memiliki ‘image’
keislaman, modul arabesque banyak
diterapkan pada bangunan masjid, atau
bangunan yang mengakomodasi kegiatan
keislaman. Modul arabesque yang melekat
pada masjid At-Tin umumnya merupakan
jenis arabesque berpola tumbuhan (bunga)
Gambar 26. Tampak Atas
yang bila disusun kearah manapun akan
selalu menerus tanpa akhir (tak terbatas)
hal ini merepresentasikan nikmat dan
karunia Tuhan kepada umatnya.
Dipilihnya modul arabesque dengan pola
tumbuhan tidak lepas dari pribadi
Ibu Tien, beliau begitu menyukai
tanaman (bunga). Hal itu terlihat bukan

88 Jurnal ilmiah ARJOUNA, Vol. 02, No.02 April 2018


hanya pada pemilihan modul arabesque hambanya, hal yang perlu disyukuri oleh
berpola bunga, tetapi terdapat stupa air tiap
mancur (berada di area plaza atau taman) – tiap hambanya. Pengulangan bentuk
yang menyerupai bunga melati sedang ornamen tersebut bukan hanya pada
mekar, bunga melati merupakan bunga ornamen anak panah, melainkan ornamen
kesukaan Alm. Ibu tien. Bunga melati bintang segi delapan, dan ornamen
yang merupakan bunga nasional Indonesia menyerupai tebaran bunga yang
memiliki makna kesucian dan merupakan modul ornamen
kesederhaan. arabesque, sama seperti diatas
pengulangan tersebut memiliki makna
‘bersyukur’, agar tiap manusia
mensyukuri kehidupan yang telah
dikaruniakan oleh tuhannya. Lalu
pengunaan warna ungu pada atap kuah
masjid dan menara yang merupakan
warna dari buah tin itu sendiri (dimana
nama masjid at tin diambil dari surat at-
tin).
2. - Semantik
Gambar 29. Stupa Air Mancur
Konfigurasi bentuk pada bangunan
Masjid At-Tin, mulai dari orientasi, ruang,
massa bangunan dan konstruksi, memiliki
keragaman bentuk tetapi memiliki
kesinambungan antara elemen arsitektural
dengan fungsi bangunan. Bentuk atap
yang menggunakan kubah menandakan
bangunan ini rumah ibadah umat muslim,
lalu tidak lupa elemen arsitektural
tradisional yaitu atap limas pada selasar
yang mengitari plaza masjid.
Gambar 30. Motif Arabesque - Sintaksis
Masjid At-Tin merupakan bangunan
modern dengan bertemakan arsitektur
6. KESIMPULAN tropis, ciri khasnya banyaknya bukaan
A. Kesimpulan atau penghawaan pada masjid, menara
Dari analisa yang sudah dilakukan sesuai dengan fungsi bangunan tersebut
maka dapat disimpulkan, sebagai berikut : yang bertujuan sebagai penanda tempat
1. Ornamen anak panah merupakan ibadah umat islam.
ornamen yang identik dengan Masjid AT- - Sintaksis
Tin, hal ini tampak dari mulai sisi barat Banyak ornamen anak panah pada
masjid, pintu utama, tiang penyangga elemen masjid at-tin mengingatkan kita
pada lorong selasar, diding kerawang untuk selalu teguh dalam beribadah.
pada menara, bahkan interior dalam Pengulangan ornamen bunga dalam
masjid yaitu mihrab dan mimbar tidak balutan arabesque juga mengingatkan kita
luput dari ornamen tersebut. Pengulangan untuk senantiasa bersyukur. Ekspresi
bentuk tersebut memiliki makna seperti masing-masing bangunan
nikmat dan karunia Tuhan kepada mengekspresikan karakter yang berbeda

Jurnal ilmiah ARJOUNA, Vol. 02, No.02 April 2018 89


sesuai dengan fungsi bangunan. Masjid
sebagai tempat yang sakral dan
meningkatkan ikatan spritual diri kepada
Tuhan Yang Maha Esa.
IV. DAFTAR PUSTAKA

Barthes,Roland. 2007. Membedah


Mitos- Mitos Budaya Massa: Semiotika
atau Sosiologi Tanda, Simbol dan
Reprsentasi.
Berger,Athtur Asa. 1999. Teknik-
Teknik Analisa Media
Budiman,Kris. 1999. Kosa Semiotika.
Hendraningsih (et.al.). 1985. Peran,
Kesan, dan Pesan Bentuk-bentuk
Arsitektur.
Jenks, Charles. 1977. The Language of
Post-Modern Architecture. London,
Academy Editions.
Zoest, Aart van. 1978. Semiotika,
Pemakaiannya, Isinya, dan Apa yang
Dikerjakan dengannya (terjemahan).
A. Bachrun Rifa’I dan Moch.
Fachruroji, 2005. Manajemen Masjid.
A. Saran
Yang terpenting dari semiotika adalah
pengertiannya mengenai tanda dan
tentunya membutuhkan penafsir dalam
pemaknaan sebuah tanda tersebut.
Pemanfaatan semiotika dalam arsitektur
bangunan masjid at tin merupakan upaya
arsitek untuk mengajak masyarakat awam
memahami karyanya dengan cara
berkomunikasi melalui bangunannya.
Sebagai saran agar selanjutnya lebih
banyak peneletian yang mengkaji
semiotika pada bangunan masjid yang ada
di Indonesia.

90 Jurnal ilmiah ARJOUNA, Vol. 02, No.02 April 2018

Anda mungkin juga menyukai