Anda di halaman 1dari 13

PENGEMBANGAN NILAI UNTUK PENDIDIKAN

MANUSIA SEUTUHNYA

Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Filsafat


Ilmu Pendidikan

Dosen Pengampu : Niko Zulni Pratama, M. Pd

Disusun Oleh :

ALFONI FARHANA ZIVAH

NIM: 502181010002

PROGRAM STUDI BAHASA INGGRIS

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS ISLAM INDRAGIRI

TEMBILAHAN

2019

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT karena dengan
rahmat, karunia dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah tentang
Pengembangan Nilai Untuk Pendidikan Manusia Seutuhnya. Shalawat beserta salam
tidak lupa kita haturkan kepada junjungan alam nabi besar Muhammad SAW Dengan
ucapan allahhumma salli ala saydina muhammad.
Terimakasih kepada bapak Niko Zulni Pratama M.pd yang telah membimbing
penulis sehinggah penulis dapat menyelesaikan makalah ini.Sekian yg dapat penulis
sampaikan, semoga makalah yg penulis buat ini bisa bermanfaat dan menambah
pengetahuan pembaca.penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah
ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, penulis
berharap adanya kritik dan saran demi perbaikan makalah yg penulis buat dimasa
yang akan datang Sebelumnya penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam
penulisan kata-kata.

Tembilahan,29 Maret 2019


Penulis

Alfoni Farhana Zivah

2
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR.............................................................…………….2
DAFTAR ISI............................................................................…………….3

BAB 1 PENDAHULUAN........................................................…………….4
A. Latar Belakang Masalah......................................................…………….4
B. Rumusan Masalah...............................................................……………4
C. Tujuan Penulisan.................................................................……………5
D. Manfaat Penulisan...............................................................……………5

BAB II PEMBAHASAN………………………………………………..6

A. Pengertian Nilai Dan Manusia…………………………………………6


B. Pengertian Pendidikan Manusia Seutuhnya……………………………7
C. Tujuan Pendidikan Manusia Seutuhnya……………………………….11

BAB III PENUTUP………………………………………………………12

A. Kesimpulan……………………………………………………………12
B. Saran……………………………………………………………………12

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………….13

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Secara rasional filosofis tentang pendidikan yang sudah berkembang
semenjak beberapa abad yang lalu dan untuk membentuk manusia yang seutuhnya
di arahkan kepada dua dimensi yaitu dimensi dialektikal horizontal dan
ketundukan vertical. Pendidikan sangat memerlukan penanganan secara terarah
dan terpadu di semua pihak guna membangun manusia seutuhnya serta mencapai
tujuan Pendidikan Nasional Indonesia. Pendidikan harus selaluh diupayakan untuk
meningkatkan kemampuan setiap individu. Usaha untuk mencapai tujuan
pendidikan tersebut adalah melalui lembaga pendidikan liuar sekolah. Dimana
dalam undung –undang pendidikan nomor 20 tahun 2003 Negara RI yang berakar
pada nilai-nilai agama, kebudayaan Nasional yang tanggap terhadap tuntutan
perubahan zaman ..
Peningkatan mutu pendidikan adalah salah satu upaya dalam rangka
pembangunan nasional . hal ini perluh dipandang karena pembangunan dibidang
pendidikan merupakan salah satu kunci keberhasilan suatu bangsa, khususnya
pembangunan sumber daya manusia Indonesia yang mampu menguasai Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi. Untuk itu mutu pendidikan perluh diperhatikan
sehubungan dengan itu, peningkatan sumberdaya manusia Indonesia yang ingin
dicapai oleh suatu proses pendidikan, sebagaimana yang diamanatkan dalam
Undang-Undang no 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen, bahwa pendidikan
Nasional bertujuan Untuk “ Berkembangnya potensi peserta didik agar menajdi
manusi yang berimana dan bertaqwa Kepada Tuhan Yang Esa, berakhalk mulia,
sehat, berilmu, cakap, keraaktif,mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokrasi serta bertanggung jawab.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan nilai dan apa itu manusia?
2. Apa yang dimaksud dengan pendidikan manusia seutuhnya?
3. Apa saja tujuan pendidikan manusia seutuhnya ?

4
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa itu nilai dan manusia
2. Untuk mengertahui bagaimana maksud pendidikan manusia seutuhnya
3. Untuk mengetahui apa saja tujuan manusia seutuhnya

D. Manfaat Penulisan
1. Dapat mengetahui apa itu nilai dan manusia
2. Dapat mengertahui bagaimana maksud pendidikan manusia yang
seutuhnya
3. Dapat mengetahui apa saja tujuan manusia seutuhnya
4. Dapat menambah wawasan pembaca dan penulis tentang Pengembangan
Nilai Untuk Pendidikan Manusia Seutuhnya.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Nilai Dan Manusia


1. Nilai
Menurut Kimball young nilai adalah asumsi yang abstrak dan seiring
tidak disadari tentang apa yang di anggappenting dalam masyarakat.
Menurut A.W. Green nilai adalah kesadaran yang secara relative
berlansung disertai emosi terhadap objek.
Menurut Woods nilai adalah petunjuk umum yang telah berlansung
lama serta mengarahkan tingkah laku dan keputusan dalam kehidupan
sehari-hari.

2. Manusia
Manusia atau orang dapat di artikan berbeda-beda dari segi
biologis, rohani, dan istilah kebudayaan atau secara campuran. Secara
biologis manusia di klafikasikan sebagai homo spaiens ( bahasa lain
yang berarti” manusia yang tau”), sebuah spaisies pramata dari
golongan mamalia yang di lengkapi otak yang berkemampuan tinggi.
Dalam hal kerohanian, mereka dijelaskan menggunakan konsep jiwa
yang bervariasi dimana dalam agama, dimengerti dalam hubungan
nya dengan kekuatan ketuhanan atau makhluk hidup.dalam mitos,
mereka juga sering kali dibandingkan dengan ras lain.

Wujud sifat hakikat manusia sebagai berikut:


 Kemampuan menyadari diri
 Menurut kaum rasionalis kunci perbedaan manusia dengan
hewan adanya kemampuan menyadari diri yang dimiliki oleh
manusia.
 Kewajiban-dan-hak
 Kata-hati-(consecuensce-of-man)
 Moral
 Tanggung jawab

6
 Rasa kebebasan
 Kemampuan bereksistensi

B. Pengertian Pendidikan Manusia Seutuhnya


Manusia utuh berarti adalah sosok manusia yang tidak parsial,
fragmental. Apalagi split personality. Utuh artinya adalah lengkap,
meliputi semua hal yang ada pada diri manusia. Manusia menuntut
terpenuhinya kebutuhan jasmani, rohani, akal, fisik dan psikisnya.
Berdasarkan pikiran dimikian dapat diuraikan konsepsi manusia
seutuhnya ini secara mendasar yakni mencakup pengertian sebagai
berikut:
1.      Keutuhan potensi subyek manusia sebagai subyek yang
berkembang.
2.      Keutuhan wawasan (orientasi) manusia sebagai subyek yang sadar
nilai yang menghayati dan yakin akan cita-cita dan tujuan hidupnya.

Selain hal tersebut, manusia juga memerlukan pemenuhan


kebutuhan spiritual, berkomunikasi atau berdialog dengan Dzat Yang
Maha Kuasa. Lebih dari itu, manusia juga memerlukan keindahan dan
estetika. Manusia juga memerlukan penguasaan ketrampilan tertentu
agar mereka bisa berkarya, baik untuk memenuhi kepentingan dirinya
sendiri maupun orang lain. Semua kebutuhan itu harus dapat dipenuhi
secara seimbang. Tidak boleh sebagian saja dipenuhi dengan
meninggalkan kebutuhan yang lain. Orang tidak cukup hanya sekedar
cerdas dan terampil, tetrapi dangkal spiritualitasnya. Begitu pula
sebaliknya, tidak cukup seseorang memiliki kedalaman spiritual, tetapi
tidak memiliki kecerdasan dan ketrampilan. Tegasnya, istilah manusia
utuh adalah manusia yang dapat mengembangkan berbagai potensi
posisitf yang ada pada dirinya itu.
Jika pemahaman terhadap manusia seutuhnya seperti itu, maka
pendidikan seharusnya mengembangkan berbagai aspek itu.
Pendidikan tidak tepat jika hanya mengembangkan satu aspek, tetapi
melupakan aspek-aspek lainnya. Pendidikan agama adalah sangat

7
penting, tetapi tidak boleh terlalu mengesampingkan intelektualitasnya.
Sebaliknya juga tidak tepat pendidikan hanya mengedepankan
pengembangan kecerdasan dan ketrampilan, dengan mengabaikan
pengembangan spiritual.
Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia ditangani oleh dua
kementerian, yaitu kementerian pendidikan dan kebudayaan dan
kementerian agama. Selain itu,masih ada kementerian lain yang juga
menyelenggarakan pendidikan, tetapi jumlahnya tidak terlalu banyak.
Itulah sebabnya di negeri ini disebut telah terjadi dualisme
penyelenggaraan pendidikan. Yaitu terdapat sekolah yang
diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan
madrasah serta pondok pesantren yang berada di bawah Kementerian
Agama. Di sekolah umum, sekalipun diajarkan agama.jumlah jam
pelajaran yang disediakan tidak terlalu banyak. Demikian pula
sebaliknya, di pondok pesantren lebih mengutamakan pendidikan
agama, dan dalam banyak kasus tidak memberikan pengetahuan
umum. Sedangkan di madrasah selama ini sudah dilakukan perbaikan
kurikulum dengan memberikan pengetahuan umum dan agama secara
seimbang, atau sama banyak jumlahnya. Namun begitu, terkait
pendidikan agama, selama ini belum ditemukan metodologi yang
dirasa memuaskan. Agama masih diajarkan dan belum sepenuhnya
dididikkan yang sebenarnya. Sebetulnya, terbatasnya waktu yang
disediakan untuk pendidikan agama di sekolah tidak mengapa, asalkan
kekurangan itu dapat ditambal oleh lingkungan keluarga dan juga oleh
masyarakat. Namun pada kenyataannya, pendidikan agama di keluarga
maupun di masyarakat sudah semakin melemah. Atas dasar alasan-
alasan kesibukan orang tua atau juga keterbatasan pemahaman agama,
maka pendidikan agama di lingkungan keluarga dan di masyarakat
tidak dapat dimaksimalkan. Kegiatan mengaji di langgar, mushalla,
masjid dan lain-lain tampaknya sudah semakin berkurang, tidak saja di
perkotaan tetapi juga di pedesaan.
Kenyataan seperti itu menjadikan manusia yang utuh
sebagaimana yang dicita-citakan semakin sulit dipenuhi. Pendidikan
berjalan secara terpragmentasi atau terpilah-pilah, mengedepankan
8
sebagian dan mengabaikan bagian lainnya. Akibatnya, manusia utuh
sebagaimana yang dicita-citakan menjadi tidak jelas kapan akan
berhasil diraih. Oleh karena itu, perlu kiranya dipikirkan secara
saksama dan mendalam untuk mendapatkan konsep pendidikan yang
dipandang lebih ideal un tuk menyongsong masa depan bangsa yang
lebih baik dan maju.
Menyoal dunia pendidikan, khususnya pendidikan yang
membangun jati diri manusia seutuhnya, kiranya tidak akan berhenti.
Berbagai kegiatan ilmiah seperti seminar, diskusi, lokakarya dan
semiloka terus dilakukan guna mencari sebuah model pendidikan yang
dianggap dapat membebaskan manusia dari sikap ketergantungan
terhadap benda, pendidikan yang dapat membebaskan manusia dari
pendewaan terhadap dunia, dan atau model pendidikan yang dapat
mencetak manusia yang utuh, yakni manusia yang manusiawi, manusia
memiliki nilai-nilai kemanusiaan.
Pendidikan manusia seutuhnya, pada dasarnya merupakan
tujuan yang hedak dicapai dalam konsep Value Education atau General
Education yakni:
1) manusia yang memiliki wawasan menyeluruh tentang segala
aspek kehidupan, serta
2) memiliki kepribadian yang utuh. Istilah menyeluruh dan
utuh merupakan dua terminologi yang memerlukan isi dan
bentuk yang disesuaikan dengan konteks sosial budaya dan
keyakinan suatu bangsa yang dalam bahasa lain pendidikan
yang dapat melahirkan pribadi yang dapat bertaqarrub kepada
Allah dengan benar, dan layak hidup sebagai manusia
Untuk dapat menghasilkan manusia yang utuh, diperlukan suri
tauadan bersama antar keluarga, masyarakat, dan guru di
sekolah sebagai wakil pemerintah. Patut diingat bahwa
pembentukan jati diri manusia utuh berada pada tataran afeksi,
dan pembelajarannya dunia afeksi hanya akan berhasil apabila
dilakukan melalui metode pelakonan, pembiasaan, dan suri
tauladan dari orang dewasa.

9
Pendidikan Manusia Seutuhnya
Prinsip pendidikan menusia seutuhnya berlangsung seumur hidup
didasarkan atas berbagai landasan yang meliputi :
1.      dasar-dasar filosofis
Filosofis hekekat kodrat martabat manusia merupakan kesatuan
integralsegi-segi(potensi-potensi): (esensial): Manusia sebagai makhluk
pribadi (individualbeing),Manusia sebagai makhluk social (sosialbeing),
Menusia sebagai makhluk susila (moralbeing).
Ketiga potensi diatas akan menentukan martabat dan kepribadian
menusia. Jika ketiga potensi itu dilaksanakan secara seimbang, maka akan
terjadi kesenambungan.
2.      Dasar-Dasar Psikofisis
Merupakan dasar-dasar kejiwaan dan kejasmanian manusia.
Realitas psikofisis manusia menunjukkan bahwa pribadi manusia
merupakan kesatuan antara potensi-potensi dan kesadaran rohaniah baik
dari segi pikis, rasa, karsa, cipta, dan budi nurani.

3.      Dasar-Dasar Sosial Budaya


Meskipun manusia adalah makhluk ciptaan tuhan namun manusia
terbina pula oleh tata nilai sosio-budaya sendiri.Inilah segi-segi buhaya
bangsa dan sosio psikologis manusia yang wajar diperhatikan oleh
pendidikan.
Dasar-dasar segi sosio budaya bangsa mencakup: Tata nilai
warisan budaya bangsi seperti nilai keutuhan, musyawarah, gotong royong
dan tenggang rasa yang dijadikan sebagai filsafat hidup rakyat. Nilai-nilai
filsafat, Negara yakni pancasila Nilai-nilai budaya nasional, adat istiadat
dan lain-lain. Tata kelembagaan dalam hidup kemasyarakatan dan
kenegaraan baik bersifatformalmaupunnonformal.

10
C. Tujuan Pendidikan Manusia Seutuhnya
Tujuan untuk pendidikan manusia seutuhnya dengan kodrat dan
hakekatnya, yakni seluruh aspek pembawaannya seoptimal mungkin.
Adapun aspek pembawaan(potensi manusia)meliputi:
- Potensi jasmani, yaitu fisiologis dan pancaindra
- Potensi rohaniah, yaitu psikologis dan budi nurani
Dengan mengembangkan potensi-potensi tersebut dengan sikap positif dan
mendasar akan mencapai kesinambungan.
Pada dasarnya, pendidikan di semua intuisi dan tingkat pendidikan
mempunyai muara tujuan yang sama, yaitu ingin mengantarkan masyarakat
menjadi manusia paripurna yang mandiri dan dapat bertanggung jawab atas
dirinya sendiri dan lingkungannya. Dalam system pendidikan Indonesia,
tujuan pendidikan tersebut secara eksplisit dapat dilihat pada UU RI nomor
20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional beserta peraturan-
peraturan pemerintah yang berkaitan dengan UU tersebut.
Secara umum tujuan pendidikan di Indonesia sudah mencangkup tiga
ranah perkembnagan manusia, yaitu perkembangan afektif, psikomotor, dan
kognitif. Tiga ranah ini harus dikembangkan secra optimal dan integrative.
Berimbnag artinya ketiga ranah tersebut dikembnagkan dengan intensitas
yang sama, proporsional dan tidak berat sebelah. Optimal maksudnya
dikembangkan secara maksimal sesuai dengan potensinya. Integrative
artinya pengembangan ketiga ranah tersebut dilakukan secara terpadu.
Dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional dan cita-cita
mencerdaskan kehidupan bangsa serta sejalan dengan visi pendidikan
nasional, Kemendiknas mempunyai visi 2025 untuk menghasilkan Insan
Indonesia Cerdas dan Kompetitif (Insan Kamil/Insan Paripurna). Yang
dimaksud dengan Insan Indonesia cerdas adalah Insan yang cerdas
komperhensif, yaitu cerdas spiritual, cerdas emosional, cerdas sosial, cerdas
intelektual, dan cerdas kinetis.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
   Hakikat manusia adalah manusia yang berkepribadian utuh yang dapat
menyeleraskan, menyeimbangkan, dan menyerasikan aspek manusia sebagai
makhluk individu, sosial, religius, bagian dari alam semesta, bagian dari
bangsa-bangsa lain, dan kebutuhan untuk mengejar kemajuan lahir maupun
kebahagiaan batin.     Hakikat pendidikan adalah upaya sadar memanusiakan
manusia muda untuk mencapai kedewasaan atau menemukan jati dirinya yang
berlangsung seumur hidup atau sepanjang hayat.    Hakikat tujuan pendidikan
adalah mengantarkan anak manusia menjadi manusia paripurna yang mandiri
dan dapat bertanggung jawab atas dirinya sendiri dan lingkungannya

B. Saran
1.      Pengelolaan pendidikan harus memperhatikan hakikat manusia
sebagai subjek pendidikan. Kesalahan dalam memilih pendekatan pendidikan
yang tidak sesuai dengan hakikat manusia akan membawa kerusakan dan
kesia-siaan
2.      Proses pendidikan untuk mendewasakan manusia hendaknya tidak
dibatasi oleh waktu, intuisi, atau kepentingan-kepentingan lain yang tidak
relevan dengan tujuan pendidikan.
3.      Pemangku kepentingan dan pemerintah harus hati-hati dan cermat
dalam menentukan tujuan pendidikan nasional karena akan menentukan arah
pendidikan secara keseluruhan.
4.      Pendidik dan semua orang yang mempunyai kepentingan dengan
pendidikan harus memperhatikan hakikat manusia, hakikat pendidikan, dan
hakikat tujuan pendidikan.

12
DAFTAR PUSATAKA

Mulyana Rohmat. 2004.Mengartikulasikan Pendidikan Nilai. Bandung:


Alfabeta

13

Anda mungkin juga menyukai