Anda di halaman 1dari 6

Vidya Wertta Volume 2 Nomor 2 Tahun 2019

https://ejournal.unhi.ac.id/index.php/vidyawertta

Kemimpinan Hindu:
Dialektika Konsep Tradisional dan Modern

Cokorda Istri Kumara Dewi


Inspektorat Provinsi Bali
cok.inspektorat@gmail.com

ABSTRAK

Arti penting hadirnya seorang pemimpin di tengah-tengah masyarakat tak terbantahkan


adanya. Pemimpin dengan kepemimpinannya selalu mengalami proses dialektika dari waktu
ke waktu sesuai dengan situasi dan kondisi masyarakatnya, Pada masyarakat Bali tradisional
konsep-konsep kepemimpinan yang diwarnai ajaran ajaran agama sangat dominan, namun
diera global saat ini tentu tidak mungkin untuk menghindar dari konsep-konsep
kepemimpinan modern. Keduanya mesti dielaborasi dan direkonstruksi ulang namun tetap
sesuai dengan sosial budaya masyarakat Bali.

Kata Kunci: Kepemimpinan Hindu, Tradisional, Modern

ABSTRACT
The significance of the presence of a leader in the midst of an undeniable community. Leaders
with their leadership always experience dialectical processes from time to time in accordance
with the situation and condition of the community. In traditional Balinese leadership concepts
that are colored by the teachings of religion are very dominant, but the global situation at this
time is certainly not possible to avoid the concepts of modern leadership. Both must be
elaborated and reconstructed but still in accordance with the social culture of the Balinese
people.

Keywords: Hindu Leadership, Traditional, Modern

I. PENDAHULUAN kepemimpinan pun mengalami perubahan.


Masyarakat saat ini sedang Kepemimpinan tradisional biasanya
bergerak dari masyarakat tradisional ke berlangsung secara turun temurun, dalam
masyarakat postmodern. Pola arti bahwa jika orangtuanya menjadi

VIDYA WERTTA
251
Vol. 2 Nomor 2, Oktober 2019
pemimpin maka anak dan cucunya hubungan kemanusiaan (human
memiliki peluang lebih besar untuk relation) guna menegakkan
menjadi pemimpin yang disebabkan oleh kebenaran dan keadilan (human
garis keturunan. Kepemimpinan right).
masyarakat tradisional Bali di samping (2) Yamabrata artinya, seorang
karena local jenius yang dimiliki juga pemimpin harus mampu berlaku adil
sangat dipengaruhi oleh konsep-konsep dan tegas, menghukum/memberi
kepemimpinan Hindu. Cukup banyak sangsi kepada yang bersalah dan
konsep-konsep kepemimpinan Hindu yang memberi penghargaan kepada yang
diwarisi saat ini seperti Asta Brata, Catur berprestasi.
Naya Sandi dan lain sebagainya. Seiring (3) Suryabrata artinya, seorang
perkembangan jaman kini berkembang pemimpin harus mampu memberi
konsep-konsep Kepemimpinan Modern penerangan dan kekuatan kepada
sebagaimana disampaikan oleh Bourdieu. orang-orang yang dipimpin, agar
Pertanyaan yang kemudian muncul adalah memiliki semangat dan kegairahan
ketika masyarakat berubah masih untuk membangun dengan
relevankan konsep-konsep kepemimpinan mengandalkan kemampuan sendiri.
Hindu dimaksud untuk diterapkan saat ini? Bawahan harus diberikan kesadaran
Atau harus terjadi penafsiran ulang, paling akan tanggung jawabnya dan benar-
tidak terjadi kolaborasi konsep benar dapat menginsafi tugas yang
kepemimpinan tradisional dengan modern dipikulnya.
sehingga sesuia dengan budaya progresif (4) Candrabrata artinya, seorang
yang kini berkembang. pemimpin harus dapat memberi
Tulisan ini ingin menggali kesejukan dan kenyamanan kepada
kepemimpinan Hindu yang ada , dianalisis bawahan.
dan dideskripsikan melalui proses (5) Bayubrata/Wayubrata artinya,
interpretative dengan menggunakan pisau seorang pemimpin harus memahami
analisis teori-teori kepemimpinan yang hal-ikhwal orang-orang yang
berkembang belakangan ini. dipimpin.
(6) Kuwerabrata atau Dhandababrata
II. Pembahasan artinya, seorang pemimpin harus
Menurut Wiratmadja (1995:41), berpenampilan simpatik dan rapi
bahwa salah sagtu konsep kepemimpinan baik dalam penampilan maupun
Hindu adalah Astabrata merupakan 8 dalam tutur kata. Hal ini juga
(delapan) pedoman atau pegangan seorang mengandung pengertian bahwa
pemimpin. Dalam hal ini yang dijadikan sebelum mengatur orang lain,
pedoman adalah 8 (delapan) sifat utama pimpinan harus mampu mengatur
dewa, yaitu sebagai berikut. dirinya sendiri lebih dahulu.
(1) Indrabrata artinya, seorang (7) Barunabrata artinya, pemimpin
pemimpin harus mampu memberikan harus memiliki pengetahuan atau
kesenangan, mengayomi dan wawasan yang luas, sehingga mampu
memberi kesejahteraan pada mengendalikan bawahan dengan
bawahan atau orang-orang yang kearifan dan kebijaksanaan.
dipimpin. Pemimpin mempunyai Pimpinan hendaknya memiliki
kewajiban untuk memupuk kemampuan mengatasi permasalahan

VIDYA WERTTA
252
Vol. 2 Nomor 2, Oktober 2019
bawahan dan bisa menyimpulkan lingkungan yang dipimpinnya
secara baik sehingga bawahan mempertaruhkan paling tidak empat modal
merasa segan dan taat pada yaitu ekonomi, kultural, sosial, dan
perintahnya. simbolik (Field,2010).
(8) Agnibrata artinya, seorang pemimpin Menarik untuk dicermati lebih jauh
hendaknya mampu memotivasi dan mengingat apa yang disampaikan Bourdieu
membangkitkan semangat bawahan. lebih berlatar pada budaya progresif
Dalam Agnibrata terkandung rasional yang secara umum mewakili
pengertian bahwa pimpinan harus pemikiran dunia barat, sementara apa yang
selalu mempunyai semangat yang berkembang pada pemikiran dunia timur
berkobar dan dapat pula cenderung pada budaya ekspresif
mengobarkan semangat bawahannya emosional. Sebagai contoh misalnya
untuk menyelesaikan pekerjaan yang pandangan budaya progresif tentang
menjadi tanggung jawabnya. semesta atau dunia sebagai sesuatu yang
Selain Astabrata tersebut, sebagai harus ditundukkan sehingga menyebabkan
seorang pemimpin dituntut supaya dapat manusia sempat kehilangan pesona dunia,
mengaplikasikan keteladanan orang bijak sementara dalam pandangan budaya
yang menurut Wiratmadja (1995:76), ekspresif manusia harus hidup selaras
keteladanan orang bijak atau keteladanan dengan alam. Rasionalisme saja belum
para Rsi disebut dengan Sadhukerti, yaitu cukup, modal sosial sebagai salah satu
sebagai berikut. modal untuk menjalin kebersamaan dalam
(1) Hening artinya, selalu mengutamakan masyarakat yang sudah cenderung menjadi
kesucian, bekerja atas kepercayaan sangat individual, perlu dikembangkan
kepada Tuhan Yang Maha Esa. dimulai dari pentingnya peran keluarga
Bicara seperlunya saja, tetapi banyak dalam membangun modal sosial. Sampai
bekerja, sehingga hasilnya berlipat saat ini keduanya masih berkembang
ganda. dengan kebenarannya masing-masing,
(2) Heneng artinya, selalu berusaha namun yang harus dicegah adalah ketika
mendapatkan ketenangan lahir dan pemikiran itu bergerak ke titik yang
batin, senantiasa bersabar dalam ekstrim.
menghadapi segala persoalan dan Berangkat dari keinginan untuk
liku-likunya jalan kehidupan di dunia terjadinya proses peragian antara budaya
maya ini. progresif dengan budaya ekspresif dalam
(3) Heling artinya, selalu ingat kepada kepemimpinan, kiranya perlu untuk
Tuhan, ingat dengan keluarga, ingat mencermati kembali nilai-nilai
dengan staf dan ingat dengan tugas kepemimpinan sebagaimana termuat
dan kewajiban seorang pemimpin.
dalam kitab susastra Niti Sastra Dalam
(4) Hawas artinya, selalu waspada dan
Bentuk Kakawin. Dengan menggunakan
mampu mengantisipasi atas
datangnya segala kemungkinan yang pemikiran Bourdieu (modal budaya, modal
akan terjadi. ekonomi, dan modal sosial sebagai bekal
bagi pemimpin untuk mengaktualisasikan
Sementara itu jika mengikuti dirinya, berikut ini akan dipetik beberapa
pandangan Bourdieu maka seorang bait dari kitab Niti Sastra dimaksud, yang
pemimpinan untuk dapat tampil prima di dipandang sebagai modal budaya yang

VIDYA WERTTA
253
Vol. 2 Nomor 2, Oktober 2019
mengarah pada kemajuan adab dan identitas serta harga diri apalagi datang
kesejahteraan manusia. Asumsinya bahwa dari orang luar (Landes, 2006: 27).
bait-bait tentang kepemimpinan dalam
Tulisan ini tidak dimaksudkan
kitab dimaksud sangat mungkin untuk
untuk memberi pembenaran terhadap
direvitalisasi untuk dikembangkan dalam
karya-karya susastra keagamaan dimaksud
pola kepemimpinan sehingga
sehingga dengan demikian berusaha untuk
memungkinkan untuk mencapai tujuan
mencari-cari pembenaran sehingga yang
yang lebih menyejahterakan. Artinya,
terdapat dalam kitab susastra dimaksud
bahwa kemajuan yang telah dicapai oleh
gatuk dengan teori-teori saat ini. Sangat
negara-negara maju yang cenderung sangat
disadari bahwa upaya-upaya seperti itu
progresif dipandang kurang memberikan
tidak akan bermakna, karena hal itu akan
ketentraman bathin akibat hilangnya
mengarah pada pembusukan bahkan
pesona dunia harus disinergikan dengan
memungkinkan terjadinya fatalisme. Hal
budaya ekspresif.
ini perlu diperhatikan sebab jika
Demikian pula sebaliknya, jika pandangan yang bersifat hegemonik dan
selama ini masyarakat penganut budaya klaim sebagai satu-satunya dan mutlak
ekspresif cenderung tertinggal dari negara akan mengarah pada pembusukan agama.
maju untuk menyediakan fasilitas material
Ada beberapa ciri tentang
guna kesejahteraan masyarakatnya harus
pembusukan agama, yaitu : Pertama, bila
berani menerima dan mengakui pentingnya
suatu agama mengklaim kebenaran
budaya progresif. Dengan demikian akan
agamanya sebagai kebenaran yang mutlak
terjadi keseimbangan antara budaya
dan satu-satunya. Kedua, bila muncul
progresif dengan budaya ekspresif. Butuh
ketaatan buta kepada pemimpin
waktu panjang untuk mewujudkannya,
keagamaan. Ketiga, ketika agama
sebab perubahan sitem nilai budaya pada
gandrung merindukan zaman ideal, lalu
masyarakat sangat sulit mengalami
bertekad merealisasikan zaman tersebut ke
perubahan. Salah satu faktor penyebabnya
dalam zaman sekarang. Tanda keempat
adalah bahwa ide tentang “kemajuan”
adalah apabila agama membenarkan dan
terkadang dipandang sebagai hal yang
membiarkan terjadinya ”tujuan yang
mencurigakan bagi mereka yang menganut
membenarkan cara”; sementara tanda
paham relativisme budaya, yang bagi
kelima, adalah ketika agama tak segan-
mereka setiap budaya mempunyai tujuan
segan memekikkan perang suci (Kimbal,
dan etikanya sendiri, yang tidak dapat
2002).
dievaluasi berdasarkan tujuan dan etika
budaya lain. Banyak kalangan Orang yang hidupnya mewah,
berpandangan bahwa kemajuan adalah berkuasa, kaya lagi dihormati
sebuah ide yang coba dipaksakan Barat orang, sama dengan Dewa Indera
terhadap budaya-budaya yang lain Orang yang sangat berhati-hati dan
(Harrison, 2006:13). Kritik budaya sangat pandai, sama dengan Dewa
betapapun halus penyampaiannya Iswara
seringkali menusuk ego dan melukai

VIDYA WERTTA
254
Vol. 2 Nomor 2, Oktober 2019
Orang muda yang sikapnya sebagai Membangun modal sosial secara
orang tua dan saleh hatinya, sama substantif paling tidak harus memasukkan
dengan Dewa Wisnu nilai-nilai seperti kejujuran, pemenuhan
Orang bodoh sama dengan tugas, dan kesediaan untuk saling
binatang, yang dipikirkan hanya menolong. Keluarga merupakan sumber
makan dan senggama (Sargah IX.1) yang sangat penting dari modal sosial. Jika
para anggota kelompok mengharapkan
Orang yang tidak memiliki
bahwa anggota-anggota yang lain akan
pengetahuan, adat, budaya
Jika hadir dalam rapat yang berpeilaku jujur dan terpercaya, maka
membicarakan tentang ajaran- mereka akan saling mempercayai.
ajaran, sama saja dengan sebuah Kepercayaan ibarat pelumas yang yang
tugu. Ia dapat disamakan dengan membuat jalannya kelompok atau
orang yang hendak menangkap organisasi lebih efisien.
gajah liar dalam hutan lebat, hanya
dengan memakai tali sebesar Tumbuh kembangnya modal sosial
tangkai bunga teratai untuk dalam keluarga menjadi sesuatu yang
mengikatnya; mustahil usahanya sangat vital di tengah meningkatnya
itu akan berhasil; malahan ia akan individualisme. Individualisme yang
ditertawakan orang yang menjadi batu landasan masyarakat modern,
melihatnya (Sargah XIII.1) mulai membayangi dari swa-kecukupan
masyarakat bebas sampai jenis kedirian
Tiga macam yang pantas menjadi yang tertutup, dimana kebebasan personal
tabiat raja (pemimpin) besar, yaitu maksimal tanpa memperhatikan tanggung
Harus tahu mana yang berguna, ia jawab terhadap yang lain telah menjadi
harus gagah dan berani serta tujuan masyarakat modern itu sendiri.
mempunyai keyakinan dapat
Bahaya dari masyarakat seperti itu adalah
mencapai sesuatu yang halal,
berguna dan layak. Apa yang tiada masyarakat tiba-tiba menemukan diri
berguna harus ditinggalkan raja mereka terisolasi secara sosial, bebas
(pemimpin) (SargahXV.11) bergabung dengan siapa pun tetapi tidak
mampu membuat komitmen-komitmen
Dari kutipan ini tampak bahwa modal moral yang akan menghubungkan mereka
budaya, khususnya modal ilmu dengan orang lain dalam komunitas
pengetahuan sangat penting dimiliki oleh sesungguhnya.
seorang pemimpin. Dengan kata lain
Kondisi ini sangat mungkin terjadi.
bahwa pemimpin diharapkan memiliki
Meminjam terminologi Ralf Dahrendorf,
pengetahuan yang luas, sebab modal
masyarakat tradisional memiliki sedikit
ekonomi saja belum bisa menjamin
pilihan dan banyak ligature (yaitu, ikatan
seorang pemimpin bisa mencapai sukses.
sosial dengan yang lain): orang memiliki
Dengan memiliki pengetahuan yang luas
sedikit pilihan individual yang berkaitan
ia akan mudah dan mampu bergaul dalam
dengan pasangan pernikahan, pekerjaan,
berbagai macam lingkungan atau arena
tempat tinggal, kepercayaan, dan diikat
sebagaimana disampaikan Bourdieu.
bersama oleh ikatan-ikatan yang seringkali

VIDYA WERTTA
255
Vol. 2 Nomor 2, Oktober 2019
bersifat menindas dari keluarga, suku, berkembang saat ini. Modal ekonomi,
kasta, agama, kewajiban feodal, dan modal sosial dan modal budaya dapat
semacamnya. Dalam masyarakat modern, berkembang optimal manakala mampu
pilihan-pilihan untuk individu meningkat membangun jaringan sosial serta
sangat banyak, sementara ligature yang memanfaatkan media sosial yang demikian
mengikat mereka dalam jaringan canggih saat ini.
kewajiban sosial sudah banyak hilang.
Meskipun sulit tetapi membangun Daftar Pustaka
modal sosial menjadi sangat signifikan
untuk dilakukan di samping modal budaya Field, John. 2010. Modal Sosial. Bantul :
dan modal ekonomi, jika masyarakat Bali Kreasi Wacana.
ingin tetap mempertahankan eksistensinya. Harrison, Lawrence E. 2006. Mengapa
Menurut Field (2010) gagasan sentral Budaya Penting, dalam
modal sosial adalah bahwa jaringan sosial Kebangkitan Peran Budaya,
merupakan dasar bagi kohesi sosial karena Bagaimana Nilai-Nilai Membentuk
mendorong orang bekerjasama satu dengan Kemajuan Manusia. Editor
yang lainnya- dan tidak sekadar dengan Laurence E. Harrison dan Samuel
orang yang mereka kenal secara langsung- P.Hantington. Jakarta : Pustaka
untuk memperoleh manfaat timbal balik. LP3ES.
Kimball, Charles. 2002. Kala Agama Jadi
III. Penutup Bencana. Bandung : Mizan

Berdasarkan paparan di atas bahwa Landes, David. 2006. Hampir Semua


seiring dengan perkembangan zaman, Perbedaan Berasal dari Budaya,
perkembangan sosial budaya masyarakat dalam Kebangkitan Peran Budaya,
Bali yang demikian dinamis sangat Bagaimana Nilai-Nilai Membentuk
Kemajuan Manusia. Editor
akomodatif terhadap kosep-konsep baru
Laurence E. Harrison dan Samuel
yang ditawarkan, namun tetap dalam
rangka memperkuat sistem budaya yang P.Hantington. Jakarta : Pustaka
LP3ES.
ada. Demikian pula halnya dengan sistem
kepemimpinan yang berkembang. Dijaman PGAHN 6 TahunSingaraja. 1971. Niti
tradisional dikenal sistem kepemimpinan Sastra Dalam Bentuk Kakawin.
dengan konsep-konsep yang diwarnai oleh Denpasar: Pemda Tingkat I Bali.
pemikiran agama Hindu. Konsep-konsep
dimaksud kini dihadapkan pada tuntutan Wiraatmaja, Adia. 1995. Kepemimpinan
Hindu. Denpasar : Yayasan Dharma
masyarakat modern. Oleh karena itu sistem
Narada
kepemimpinan tradisional meski
menyesuaikan diri dengan era yang

VIDYA WERTTA
256
Vol. 2 Nomor 2, Oktober 2019

Anda mungkin juga menyukai