Anda di halaman 1dari 73

PERANCANGAN, PEMBUATAN DAN UJI KINERJA

REAKTOR PIROLISIS PLASTIK UNTUK

MENGHASILKAN BAHAN BAKAR MINYAK.

TESIS

Oleh
BENNY HIKMAT ARMADI
161.130.001

MAGISTER TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
2016
PERANCANGAN, PEMBUATAN DAN UJI KINERJA

REAKTOR PIROLISIS PLASTIK UNTUK

MENGHASILKAN BAHAN BAKAR MINYAK.

TESIS
Dibuat Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Mendapatkan Gelar Magister Teknik Pada
Magister Teknik Mesin
Fakultas Teknologi Industri
Universitas Trisakti

Oleh
BENNY HIKMAT ARMADI
161.130.001

MAGISTER TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
2016
DESIGN, MANUFACTURE AND PERFORMANCE
TEST OF PLASTIC PYROLYSIS REACTOR

TO PRODUCE LIQUID FUEL

THESIS
In Partial Fulfilment of The Requirement
For The Master’s Degree of Mechanical Engineering
Faculty of Industrial Technology
Trisakti University

By
BENNY HIKMAT ARMADI
161.130.001

MAGISTER OF MECHANICAL ENGINEERING


FACULTY OF INDUSTRIAL TECHNOLOGY
TRISAKTI UNIVERSITY
JAKARTA
2016
PERANCANGAN, PEMBUATAN DAN UJI KINERJA

REAKTOR PIROLISIS PLASTIK UNTUK

PEMBUATAN BAHAN BAKAR MINYAK.

TESIS

Oleh
BENNY HIKMAT ARMADI
161.130.001

Disetujui Untuk Magister Teknik Mesin


Fakultas Teknologi Industri Universitas Trisakti

Pembimbing I Pembimbing II

Prof.Dr.Ir.Chalilullah Rangkuti, M.Sc Rosyida Permatasari, MT,PhD

Mengetahui
Ketua Program Studi Magister Teknik Mesin

Dr.Ir. Triyono MT
0
PERANCANGAN, PEMBUATAN DAN UJI KINERJA

REAKTOR PIROLISIS PLASTIK UNTUK

MENGHASILKAN BAHAN BAKAR MINYAK.

(halaman pengesahan)

i
PERNYATAAN KEASLIAN TESIS

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama : Benny Hikmat Armadi
NIM : 161.130.001

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Tesis dengan judul :

PERANCANGAN PEMBUATAN DAN UJI KINERJA REAKTOR


PIROLISIS PLASTIK UNTUK MENGHASILKAN BAHAN BAKAR MINYAK

Yang saya buat ini adalah hasil karya saya sendiri, dan bukan merupakan
duplikasi, serta tidak mengutip sebagian atau seluruhnya karya orang
lain, kecuali yang telah disebutkan sumbernya dan sesuai dengan batasan
serta tata cara pengutipan. Apabila didapati pelanggaran atas pernyataan
saya ini, maka saya bersedia menerima sangsi sesuai peraturan yang
berlaku.

Jakarta 20 July 2016

(materai 6000)

Benny Hikmat Armadi

ii
ABSTRAK

Pirolisis plastik adalah proses pemanasan plastik tanpa oxygen,


hingga plastik mencapai suhu tertentu dalam bentuk gas. Gas yang
dihasilkan ini kemudian dikondensasi hingga berubah fasa menjadi bahan
bakar cair (liquid fuel). Proses pemanasan tersebut terjadi dalam sebuah
reaktor. Sebuah reaktor pirolisis yang baik, memiliki tingkat heat loss yang
rendah. Percobaan menggunakan reaktor sederhana telah dilakukan
dalam skala industri kecil ataupun dalam lingkup komunitas akademik.
Rijani Moch, 2015 dengan reaktor sederhana terbuat dari pelat baja tebal
1.2mm menghasilkan sekitar 700-800 ml minyak dari setiap 1kg plastik
limbah. Seperti pada penelitian sebelumnya, fokus terbesar adalah pada
hasil akhir (minyak) baik secara kuantitatip maupun kualitatip. Karakteristik
reaktor sebagai alat utama yang memerlukan panas tidak dijelaskan
secara rinci, padahal dari karakteristik tersebut dapat dibuat perencanaan
produksi secara lebih efisien. Sebuah Reaktor tipe batch terbuat dari pelat
stainless steel tebal 1.5mm pada bagian alas, dan 0.8mm pada bagian
dinding, berbahan bakar gas elpiji, dengan cerobong pengarah pada
bagian tengah dapat memanfaatkan sebaik-baiknya panas yang
dihasilkan dari pembakaran gas elpiji. Pemanfaatan gas hasil pirolisis
yang tidak terkondensasi (non-condensable gas) sebagai sumber panas
tambahan terbukti dapat mempercepat laju kenaikan suhu dalam reaktor
sebesar 1.4 kali pada laju pembakaran cepat, dan 2.5 kali pada laju
pembakaran sedang. Percobaan menggunakan suhu air condenser yang
lebih rendah, dengan laju pembakaran cepat akan mendapatkan hasil
minyak 1.5 kali lebih banyak dari pada menggunakan air kondensor
bersuhu natural.

Kata kunci: heat loss, reaktor pirolisis, pirolisis plastik.

iii
ABSTRACT

Plastic Pyrolysis is the process of heating the plastic without


oxygen, until the plastic reaches a certain temperature in the form of gas.
The resulting gas is then condensed to a phase change into a liquid fuel.
The heating process occurs in a reactor. A good pyrolysis reactor, has a
low rate of heat loss. Experiments using a simple reactor has been carried
out in a small industrial scale or within the scope of the academic
community. Rijani Moch, 2015 with a simple reactor made of 1.2mm thick
steel plate to produce about 700-800 ml of oil per 1kg of plastic waste. As
in previous studies, the biggest focus were on the end result (oil) both
quantitative and qualitative. Characteristics of the reactor as the main tool
that requires heat unfortunately had never been described in detail, in
which these characteristics could help users to have more efficient
production planning. A batch-type reactor made of stainless steel plates of
1.5mm thick at the base, and 0.8mm on the wall, LPG-fueled, with a
chimney tube in the middle can make the best use of heat generated from
the combustion of LPG. Utilization of the non-condensable pyrolysis gas
as an additional heat source is proven to accelerate the rate of
temperature rise in the reactor at of 1.4 times on faster combustion rate,
and 2.5 times the rate on medium combustion. Experiments using
condenser water at lower temperature, with fast burning rate will get oil
yields 1.5 times more than using natural temperature of condenser water.

Keywords: heat loss, pyrolysis reactor, plastic pyrolysis

iv
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang
telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami,
sehingga kami dapat menyelesaikan penelitian tentang reaktor pirolisi
plastik ini. Ada rasa bersyukur yang dalam serta rasa lega tak terkira atas
rampungnya rangkaian kegiatan yang dimulai hampir setahun yang lalu.
Penelitian reaktor pirolisis plastik ini telah kami usahakan dengan
upaya dan ikhtiar terbaik yang kami miliki dan tentunya dengan bantuan
berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar selesainya penelitian ini.
Ucapan terima kasih dan rasa hormat tertinggi kami sampaikan kepada
dosen pembimbing, rekan kerja, adik-adik mahasiswa S1, pegawai kantor
dan keluarga besar saya, yang membiarkan saya menjalani pendidikan
yang lebih tinggi, hari ini.
Kami menyadar sepenuhnya bahwa ada kekurangan baik dari segi
penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena itu dengan
lapang dada dan tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi
siapapun yang ingin member saran dan masukan sehingga dapat
memperbaiki penelitian ini. Kami berharap khalayak mendapat manfaat
sebesar-besarnya dari penelitian ini sehingga menginspirasi penelitian
lanjutan yang sejenis. Terima kasih.

Jakarta 22 Agustus 2016

Benny Hikmat Armadi Oewen

“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu
pengetahuan beberapa derajat” : Al-Qur`an surat Al-Mujaadilah ayat 11.

v
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………… i
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TESIS …………………... ii
ABSTRAK…………………………………………………………. …… iii
ABSTRACT……………………………………………………….. …… iv
KATA PENGANTAR …………………………………………….. …… v
DAFTAR ISI………………………………………………………. …… vi
DAFTAR TABEL………………………………………………………. ix
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………. x
DAFTAR SINGKATAN……………………………………………….. xii
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………. xiii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH……………………………... 1


1.2. PERUMUSAN MASALAH……………………………………. 2
1.3. BATASAN MASALAH………………………………………… 3
1.4. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN……………………. 5
1.5. SISTEMATIKA PENULISAN…………………………………. 6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1. REAKTOR……………………………………………………… 8
2.2. JENIS JENIS REAKTOR…………………………………….. 9
2.2.1. Mode Operasi Terputus dan Sinambung…………… 9
2.2.2. Reaksi Homogen dan Heterogen……………………. 9
2.3. BERBAGAI BENTUK REAKTOR …. ……………............... 10
2.3.1. Reaktor Tangki Berpengaduk………………………………… 10

vi
2.3.2. Reaktor Tubular ………………………………………… 11
2.3.4. Packed Bed Reactor…………..……………………….. 11
2.3.5. Fluidized Bed Reactor………..………………………… 12
2.4. Pirolisis Plastik ………………………………………… 12

BAB 3 METODE PENELITIAN


3.1. SUMBER PANAS, BURNER DAN LAJU PEMBAKARAN… 18
3.2. REAKTOR PIROLISIS PLASTIK……………………………. 19
3.3. BAHAN BAKU PLASTIK……………………………………… 19
3.3.1. Sifat Thermal Plastik…………………………………… 20
3.4. RANCANG BANGUN KONDENSOR……………………….. 22
3.4.1. Sirkulasi Air Pendingin dan Kucuran (shower) ……… 23
3.5. MINYAK PIROLISIS DAN NON-CONDENSABLE GAS …. 24
3.5.1. Metode Pemisahan Minyak dan Gas………………… 24
3.5.2. Pemanfaatan Non-Condensable Gas………………… 25
3.6. ALAT-ALAT PEMANTAUAN …………………………………. 27

BAB 4 PENGUMPULAN PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA


4.1. PIROLISIS PLASTIK………………………………………….... 29
4.2. PENGUJIAN KINERJA REAKTOR KOSONG………………. 30
4.3. DATA UJI KINERJA REAKTOR FITUR LENGKAP ……….. 34
4.3.1. Pengaruh Laju Pembakaran Terhadap Suhu………... 36
4.3.2. Analisa Data Terkait Kenaikan Suhu Reaktor……….. 39
4.3.3. Pengaruh Laju Pembakaran Pada Konsumsi BBG…. 40
4.3.4. Analisa Data Terkait Konsumsi Bahan Bakar Gas….. 42
4.3.5. Risalah Tabel 4.5…………. ……………………………. 43
4.4. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN ……………………….. 44
4.4.1. Uji Kinerja Tanpa Plastik……………………………….. 44
4.4.2. Uji Kinerja Fitur Lengkap……………………………….. 45

vii
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. KESIMPULAN …………………………………………. 47
5.2. SARAN………………………………………………….. 48
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………… 51
LAMPIRAN ……………………………………………………………… 54

viii
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Berbagai Jenis Reaktor Pada Penelitian Sebelumnya.…… 17


3.1. Data Temperatur Transisi dan Temperatur Lebur plastik… 21
3.2. Nilai Kalor Plastik dan Bahan Lainnya…………………….. 22
4.1. Data Waktu, Suhu dan Konsumsi BBG Pengujian Tanpa
Plastik…………………………………………………………... 32
4.2. Pengaruh Perbedaan Laju Pembakaran Pada Suhu…….. 33
4.3. Pengaruh Perbedaan Laju Pembakaran Pada Konsumsi
BBG……………………………………………………………. 34
4.4. Hasil Pengujian Reaktor Dengan Fitur Lengkap…………. 35
4.5. Risalah Data Uji Kinerja Reaktor Fitur Lengkap………….. 43

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1.1 Perlakuan Limbah Plastik Cara Daur Ulang Kimiawi…… 2


1.2 Reaktor Tubular …………………………….……………... 4
1.3. Reaktor Pirolisis Sederhana ……………..………………… 5
1.4. Reaktor Pirolisis Skala Industri …………………………… 5
2.1. Skema Umum Proses Pirolisis Plastik…………………. … 14
2.2. Rancang Bangun Reaktor Pirolisis………………………… 15
2.3. Lilitan Pipa Tembaga Terendam Air ……………………… 16
3.1. Diagram Alir Penelitian……………………………………… 18
3.2. Spesifikasi Reaktor Pirolisis Plastik……………………….. 19
3.3. Plastik Jenis PET Tercacah ………………………..……… 20
3.4. Wadah Terbuka Memudahkan Pemasukan Es Batu……. 23
3.5. Kucuran Dari Ember Dilubangi ……………………………. 24
3.6. Pemisahan BBM Cair dan Non-Condensable Gas………. 25
3.7. NCG yang punya nilai panas untuk memanaskan reaktor. 26
3.8. Thermo Controller Display AUTONICS…………………… 27
3.9. Digital Probe Thermometer………………………………… 27
3.10. Infra Red Thermometer KRISBOW…………………….. … 28
4.1. Karakteristik Pencapaian Suhu Reaktor Kosong……... … 31
4.2. Karakteristik Konsumsi BBG Reaktor Kosong…………… 33
4.3. Delapan Batch Pengujian Fitur Lengkap.……………….. 35
4.4. Pengaruh Suhu dan Waktu Pemanasan Reaktor Fitur
Penuh ……………………………………………………… 36
4.5. Pengaruh Suhu Pada LPS – Suhu Air NORMAL…….. 37
4.6. Pengaruh Suhu Pada LPS – Suhu Air RENDAH…….. 37
4.7. Pengaruh Suhu Pada LPC – Suhu Air NORMAL…….. 38
4.8. Pengaruh Suhu Pada LPC – Suhu Air RENDAH…….. 38

x
4.9. Pengaruh NCG Pada Suhu Dengan LPS Dan LPC…. 39
4.10. Pengaruh NCG Pada Konsumsi BBG Pada LPS - SN 40
4.11. Pengaruh NCG Pada Konsumsi BBG Pada LPS – SR 40
4.12. Pengaruh NCG Pada Konsumsi BBG Pada LPC – SN 41
4.13. Pengaruh NCG Pada Konsumsi BBG Pada LPC – SR 41
4.14. Pengaruh Konsumsi BBG Pada Percobaan 1, 2, dan 5 42

xi
DAFTAR SINGKATAN

REP : Reaktor Terisi Plastik


REK : Reaktor Kosong
BBG : Bahan Bakar Gas
BBM : Bahan Bakar Minyak
PET : Poly Ethelene Terephthalate
LPG : Liquified Petroleum Gas
Diam. : Diameter
AMDK : Air Minum Dalam Kemasan
SS : Stainless Steel
TPA : Tempat Pembuangan Akhir
PE : Poly Ethelene
LPM : Liter Per Menit
NCG : Non Condensable Gas
RTD : Resistant Temperature Detector
LPK : Laju Pembakaran Kecil
LPS : Laju Pembakaran Sedang
LPC : Laju Pembakaran Cepat
SN : Suhu Natural
SR : Suhu Rendah

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran
A. Abstract UI i-TREC 2016.
B. Autonics Temperature Control TC4S Manual.
C. Bukti Penerimaan Abstrak Untuk Seminar i-TREC-UI.
D. Data Pengujian Reaktor Fitur Lengkap.
E. Email to Semnas Cendikiawan 2016, Usakti.
F. ESDM Skep Dirjen – 14496 – K-14-DJM- 2008.
G. Full Paper – Semnas Cendikiawan 2016.
H. Stob - Fluidic Gas Flow Meter.
I. Intertek - Calorivic Value Analysis.
J. Gambar Percobaan Awal dan Fitur Lengkap.
K. Risalah Data Pengujian Fitur Lengkap.
L. Risalah Data Pengujian Tanpa Plastik.
M. Form Hak Cipta Dan Keaslian – SENTRA UMM 2016
N. Spesifikasi Reaktor Pirolisis Plastik.
O. Kurva Unjuk Kerja Reaktor.
P. Data Reaktor Penelitian Sebelumnya.
Q. Thermal Properties of Materials.

xiii
14
Halaman kosong
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

Sebuah Reaktor adalah alat proses tempat di mana terjadinya suatu


reaksi berlangsung, baik itu reaksi kimia atau nuklir dan bukan secara
fisika. Dengan terjadinya reaksi inilah suatu bahan berubah ke bentuk
bahan lainnya, perubahannya ada yang terjadi secara spontan alias terjadi
dengan sendirinya atau bisa juga butuh bantuan energi seperti panas
(contoh energi yang paling umum). Perubahan yang dimaksud diatas,
adalah perubahan kimia, (perubahan bahan, bukan perubahan fasa).
Contoh : perubahan air menjadi uap adalah reaksi fisika. Reaktor nuklir
adalah tempat terjadinya reaksi inti berantai terkendali, baik pembelahan
inti (fisi) atau penggabungan inti (fusi). Reaktor pirolisis adalah tempat
terjadinya proses pemisahan secara kimia-panas (thermochemical) tanpa
keterlibatan udara. Semua proses pirolisis memerlukan sumber panas dan
bahan bakar. Ketika sebuah kegiatan komersial yang melibatkan reaktor
pirolisis sebagai tulang punggung produksi, maka pengelolaan panas yang
masuk menjadi issue yang penting.

Penanganan limbah plastik secara daur ulang kimiawi, terpapar pada


Gambar 1.1. (Das S., Pande S 2007) bahwa perengkahan termal (thermal
cracking) seperti Pirolisis plastik termasuk dalam proses daur ulang
secara kimiawi. Plastik melalui sejumlah proses chemical recovery.
Semua proses tersebut terjadi dalam sebuah reaktor. Reaktor ini yang
akan menjadi obyek penelitian.

1
Gambar 1.1 Perlakuan Limbah Plastik Cara Daur Ulang Kimiawi

1.2. PERUMUSAN MASALAH


Sebuah reaktor pirolisis bisa terbuat dari sebuah kaleng bekas kemasan
biskuit tebal 0.6 mm berukuran 20 cm diameter, 25 cm tinggi. Namun bisa
pula terbuat dari baja nir-karat tebal 50 mm, berukuran 200 cm diameter
dan 600 cm tinggi, tergantung kapasitas serta suhu yang akan dicapai.
Dan yang terpenting adalah memiliki spesifikasi dan karakteristik yang
jelas. Reaktor pirolisis sederhana banyak dibuat oleh unsur-unsur
masyarakat dan komunitas akademik, kebanyakan masih dalam skala
laboratorium dan tidak memiliki spesifikasi rinci mengenai unjuk kerjanya.
Upaya penelitian dan percobaan seperti ini masih menyisakan jendela
perbaikan dan penyempurnaan yang sangat luas, untuk dapat mencapai
keekonomisan dalam pengoperasiannya. Mutu dari produk bahan bakar
minyak yang dihasilkan sudah baik, meskipun dalam skala produksi mini.
Energi yang dibutuhkan (panas) dan yang dihasilkan (minyak dan gas)

2
belum dapat diperkirakan karena tidak tersedianya informasi mengenai
karakteristik reaktor yang digunakan. Akibatnya sulit membuat
perencanaan produksi minyak yang paling optimal dan efisien.

1.3. BATASAN MASALAH


Penelitian ini penitik beratkan pada perancangan dan pembuatan prototipe
reaktor pirolisis plastik model batch processing (non-continues) berbahan
bakar elpiji. Gas hasil pemanasan plastik didinginkan menggunakan
kondensor dengan medium pendingin air. Terbuat dari pipa tembaga ¾”
yang dirancang sebagai alat penukar kalor untuk merubah fase gas
pirolisis menjadi BBM cair, terendam dalam air yang ditampung dalam
sebuah wadah terbuat dari pelat besi galvanis tebal 0.6 mm (Gambar
2.3.). Sumber panas yang digunakan adalah pembakaran gas elpiji.
Sebagai bahan baku plastik digunakan hanya jenis plastik PET
(polyethelene terephthalate) dalam keadaan tercacah. Kemurnian PET
juga tidak diuji, hanya berdasarkan visual dan keterangan dari penjualnya.
Reaktor diuji dalam berbagai perubahan antara lain: laju pembakaran
yang berbeda, dengan atau tanpa bantuan pemanasan dari gas yang tidak
terkondensasi. Melengkapi sebuah proses pirolisis plastik untuk
menghasilkan minyak, maka pengujian menggunakan suhu air yang
berbeda, yaitu suhu normal dan suhu rendah. Tidak disinggung secara
rinci dalam penelitian ini rancangan tungku yang menjadi kedudukan dari
reaktor. Tungku yang digunakan terbuat dari beton cetakan, mengambil
contoh rancangan tungku pada industri pembuatan tahu rumahan. Proses
pengisian plastik kedalam reaktor juga tidak merupakan pokok bahasan
dalam penelitian ini. Alat penukar kalor (kondensor) dibahas secara
sekilas karena sifatnya sebagai pelengkap saja. Analisis baku mutu dari
gas yang tidak terkondensasi tidak menjadi pembahasan dalam penelitian
ini.

3
Adapun beberapa hal yang menjadi batasan masalah pada penelitian ini
adalah sebagai berikut:

1. Jenis Plastic feeding : PET tercacah (single feed stock)


2. Berat plastik : 500 gram / batch
3. Suhu dalam reaktor : (diusahakan) mencapai 400°C
4. Sumber panas : LPG burner
5. Tipe reaktor : Batch type
6. Bahan reaktor : Stainless Steel 304
7. Tebal Pelat reaktor : 0.8mm (dinding) + 1.5mm (alas)
8. Cerobong flue gas : Diam. 60mm pelat SS 304 tebal 0.8mm
9. Dimensi reaktor : Tinggi 600 mm, Diameter 400 mm.
10. Kondenser : jenis opened shell and copper tube
11. Medium pendingin : Air dengan pompa sirkulasi
12. Kapasitas pompa : 30 Liter/menit (60 Watt)

Gambar 1.2. Reaktor Tubular (halaman 11 alinea 2)

4
Gambar 1.3. Reaktor Pirolisi Sederhana (halaman 2). Sumber: Youtube

Gambar 1.4. Reaktor Pirolisis Skala Industri (halaman 9)


Sumber: Youtube

1.4. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN


Tujuan dari penelitian ini adalah membuat sebuah reaktor pirolisis plastik
yang memiliki spesifikasi dan karakteristik yang jelas. Informasi inti seperti,
bahan bakar apa yang digunakan, sampai suhu berapa reaktor ini mampu

5
bertahan, plastik jenis apa yang dipakai sebagai bahan baku, perkiraan
berapa banyak BBM cair yang bisa dihasilkan, berapa gram konsumsi
bahan bakar setiap menitnya dan sebagainya.
Manakala informasi spesifikasi dan karakteristik sebuah reaktor
sudah dimiiki, maka pemilik dan pengguna reaktor ini mendapatkan
manfaat seperti:
Dapat memperkirakan berapa banyak bahan bakar gas yang harus
disediakan untuk satu proses batch
Dapat memperkirakan jenis plastik dan berapa banyak pasokan
plastik yang harus disediakan.
Dapat menghitung perkiraan jumlah BBM cair yang didapat diakhir
batch.
Dapat mengatur seberapa cepat laju pembakaran yang paling baik
untuk mencapai tingkat operasi yang paling ekonomis.
Ketika semuanya sudah dapat diperkirakan diawal, maka pemilik /
pengguna reaktor dapat membuat perencanaan produksi BBM cair
yang paling efisien, baik secara keekonomisan maupun jadwal
produksi yang lebih akurat.

1.5. SISTEMATIKA PENULISAN


Pada penelitian ini dipakai sistematika penulisan baku seperti termaktub
pada buku petunjuk tekni penulisan dan Penyusunan Tesis, sebagai
berikut:
1. Pendahuluan: memuat latar belakang masalah, rumusan singkat
masalah, batasan dan tujuan serta manfaat.
2. Latar Belakang Masalah: uraian singkat yang melatar belakangi
timbulnya masalah yang akan dicari pemecahannya.
3. Perumusan Masalah: Upaya untuk menyatakan pernyataan yang
akan dicari jawabannya.
4. Batasan Masalah: Agar titik berat penelitian menjadi jelas, tidak
meluas ke hal lain yang terlalu jauh dari ini persoalan.

6
5. Tujuan dan Manfaat Penelitian: apa yang hendak dicapai dari
penelitian ini sedemikian rupa sehingga selaras dengan manfaat
yang akan didapatkan.
6. Tinjauan Pustaka: menyajikan beberapa hasil penelitian sejenis
yang sudah dilakukan sebelumnya, baik berupa tugas akhir, paper
seminar maupun jurnal science.
7. Metode Penelitian: Uraian tentang metode urutan kerja dari timbul
masalah hingga solusi pemecahan.
8. Pengumpulan dan Pengolahan Data: melakukan berbaggai
percobaan untuk didapatkan data-data sebagai rujukan arah
penyelesaian masalah.
9. Pembahasan Hasil Penelitian: data-data diatas diolah sedemikian
rupa untuk membaca trend serta kecenderungan sebuah
fenomena, disertai analisa mengenai fenomena yang tidak lazim
(jika ada).
10. Kesimpulan dan Saran: meliputi keseluruhan aktifitas penelitian,
disertai saran agar penelitian serupa dimasa mendatang bisa
mengungkap lebih banyak data dan fakta.

7
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Reaktor

Sebuah Reaktor adalah jantung dari proses kimia. Ini adalah tempat di
mana bahan baku diubah menjadi produk, sehingga rancangan reaktor
merupakan langkah penting dalam desain keseluruhan proses. Menurut
buku karangan Coulson, Richardson‟s, R. K. Sinnott tahun 2005 berjudul
Chemical Engineering Design Chemical Engineering, Volume 6, edisi ke
empat, yang terbit di kota Oxford, oleh penerbit Elsevier Butterworth-
Heinemann, sebuah desain reaktor kimia skala industri harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut:

1. Faktor-faktor kimia: kinetika reaksi. Desain harus menyediakan


waktu tinggal yang cukup untuk reaksi yang diinginkan hingga bisa
masuk ke tingkat yang diperlukan untuk konversi.
2. Faktor-faktor perpindahan masa: dengan reaksi heterogen laju
reaksi dapat dikendalikan oleh tingkat difusi spesies bereaksi;
daripada kinetika kimia.
3. Faktor perpindahan panas: penghapusan, atau penambahan, dari
panas reaksi.
4. Faktor-faktor keselamatan: isolasi reaktan berbahaya dan produk
yang dihasilkan, kendali atas reaksi yang tengah berlangsung.

Kebutuhan untuk memenuhi faktor-faktor yang saling terkait, dan sering


bertentangan, membuat desain reaktor menjadi kompleks dan sulit dibuat.
Namun, dalam banyak contoh salah satu faktor akan mendominasi dan
akan menentukan pilihan jenis reaktor dan metode desain.

8
2.2. Jenis jenis reaktor

Karakteristik berikut digunakan untuk mengklasifikasikan desain reaktor:

1. Mode operasi : terputus (batch) atau sinambung (continous).

2. Fase hadir : homogen atau heterogen.

3. Bentuk reaktor : pola aliran dan cara menghubungi fase

I. Reaktor tangki dengan pengaduk


II. Reaktor berbentuk silinder (tubular)
III. Packed bed reaktor : tetap dan bergerak;
IV. Fluidized bed reaktor.

2.2.1. Mode Operasi Terputus dan Sinambung

Dalam proses terputus (batch) semua reagen ditambahkan pada saat


awal proses. Proses Batch cocok untuk produksi skala kecil dan untuk
proses di mana berbagai produk yang berbeda, yang diproduksi dalam
peralatan yang sama; Misalnya, pigmen, zat warna dan polimer (plastik).
Dalam proses sinambung bahan baku diumpankan ke reaktor dan produk
dihasilkan terus menerus. Produk yang dihasilkan dari proses sinambung
biasanya akan memberikan biaya produksi lebih rendah dari proses
terputus, tetapi tidak memiliki fleksibilitas seperti reaktor tipe batch.
Reaktor kontinyu biasanya akan dipilih untuk produksi skala besar.

2.2.2. Reaksi Homogen dan Heterogen

Reaksi homogen adalah mereka yang reaktan, produk, dan setiap katalis
yang digunakan berupa satu fase kontinyu: gas atau cair. Reaktor fase
gas homogen menggunakan reaktor sinambung yang dioperasikan terus
menerus; sedangkan reaktor fase cair bisa menggunakan tipe batch
maupun kontinyu. Tubular (pipe) reaktor biasanya digunakan untuk reaksi
gas-fasa homogen; misalnya, dalam thermal cracking minyak bumi fraksi
minyak mentah untuk etilena, dan dekomposisi termal dikloroetan untuk

9
vinil klorida. Kedua jenis reaktor tangki tubular dan berpengaduk
digunakan untuk reaksi fase cair homogen. Dalam reaksi heterogen ada
dua atau lebih fase, dan masalah utama dalam desain reaktor adalah
perpindahan masa antara fase. Kombinasi dari fase adalah:

1. Cair-cair: fasa cair bercampur; Reaksi seperti nitrasi toluene atau


benzena dengan asam campuran, dan polimerisasi emulsi.
2. Cair-padat: dengan satu, atau lebih, fase cair dalam kontak dengan
solid. Padat mungkin reaktan atau katalis.
3. Cair-padat-gas: zat padat biasanya katalis; seperti di
hydrogeneration amina, menggunakan bubur platinum pada karbon
aktif sebagai katalis.
4. Gas-padat: zat solid dapat mengambil bagian dalam reaksi atau
bertindak sebagai katalis. Pengurangan bijih besi di blast furnace
dan pembakaran bahan bakar padat adalah contoh di mana zat
padat adalah reaktan.
5. Gas-cair: di mana cairan dapat mengambil bagian dalam reaksi
atau bertindak sebagai katalis.

2.3. Berbagai Bentuk Reaktor

Reaktor yang digunakan untuk proses didirikan biasanya desain yang


kompleks yang telah dikembangkan (telah berevolusi) selama periode
tahun untuk memenuhi persyaratan proses, dan desain yang unik. Namun,
akan lebih mudah untuk mengklasifikasikan desain reaktor ke dalam
kategori-kategori berikut:

2.3.1. Reaktor Tangki Berpengaduk.

Reaktor Tangki berpengaduk terdiri dari tangki dengan agitator mekanik


dan jaket pendingin. Dioperasikan sebagai reaktor terputus maupun
sinambung. Beberapa reaktor dapat digunakan dalam rangkaian seri.
Reaktor tangki berpengaduk dapat dianggap reaktor kimia. Mereka

10
digunakan untuk reaksi cair-cair dan gas cair homogen dan heterogen;
dan untuk reaksi yang melibatkan padatan tersuspensi, digunakan
pengaduk. Tingkat agitasi dapat dikendalikan penuh, reaktor seperti ini
cocok untuk reaksi di mana perpindahan masa atau perpindahan panas
diperlukan.

2.3.2. Reaktor Tubular

Reaktor Tubular seperti pada Gambar 1.2. pada umumnya digunakan


untuk reaksi gas, tetapi juga cocok untuk beberapa reaksi fase cair. Jika
laju perpindahan panas tinggi diperlukan, tabung berdiameter kecil yang
digunakan untuk meningkatkan luas permukaan terhadap volume.
Beberapa tabung dapat diatur secara paralel, terhubung ke manifold atau
menjadi susunan mirip dengan shell and tube pada alat penukar panas.
Untuk reaksi suhu tinggi tabung dapat diatur dalam tungku. Reaktor yang
dirancang pada penelitian ini mengacu pada model seperti, berbentuk
silinder dengan tambahan cerobong gas buang dibagian tengahnya.

2.3.4. Packed Bed Reactor

Ada dua tipe dasar packed bed reactor. Dalam industri proses kimia
perancang biasanya fokus pada jenis kedua: reaktor katalitik. Packed bed
reactor katalitik untuk skala industry memiliki berbagai ukuran dari tabung
kecil, diameter beberapa sentimeter, untuk diameter besar. Packed bed
reactor digunakan untuk reaksi gas dan gas-cair. Tingkat perpindahan
panas dalam jumlah besar pada packed bed reactor kurang baik. Untuk
tingkat perpindahan panas tinggi lebih baik memakai fluidized bed reactor.

11
2.3.5. Fluidized Bed Reactor

Adalah jenis reactor kimia yang dapat digunakan untuk mereaksikan


bahan dalam keadaan banyak fasa. Reaktor jenis ini menggunakan fluida
(cairan atau gas) yang dialirkan melalui katalis padatan (biasanya
berbentuk butiran kecil) dengan kecepatan yang cukup sehingga katalis
akan terolak sedemikina rupa dan akhirnya katalis tersebut dapat
dianalogikan sebagai fluida. Proses ini, dinamakan fluidisasi. Fluidized bed
reactor dapat digunakan untuk pencampuran dan pemisahan antara fasa.
Keunggulannya antara lain reaksi memiliki efek panas yang tinggi, suhu
konstan, mudah dipantau dan dikendalikan.

Dalam memilih kondisi reaktor, terutama konversi, dan mengoptimalkan


desain, komunikasi perancang reaktor dengan operator proses sangat
penting. Tingkat konversi bahan baku dalam reaktor akan menentukan
ukuran, dan biaya, dari peralatan yang diperlukan untuk memisahkan dan
mendaur ulang bahan yang tidak bereaksi.

2.4. Pirolisis Plastik

Pirolisis adalah teknik pembakaran sampah (limbah plastik) tanpa O2 dan


dilakukan pada suhu tinggi yaitu antara 800°C sampai 1000°C. Teknik ini
mampu menghasilkan gas pembakaran yang berguna dan aman bagi
lingkungan. Teknologi pirolisis ini dapat dikatakan sebagai metode yang
ramah lingkungan sebab produk sampingnya berupa CO2 dan H2O yang
merupakan gas non toksik. Proses pirolisis menghasilkan senyawa
senyawa hidrokarbon cair mulai dari C1 hingga C4 dan senyawa rantai
panjang parafin dan olefin (Ermawati, 2011). Proses perengkahan
menggunakan suhu tinggi memiliki dua masalah, yaitu distribusi produk
dan penggunaan suhu tinggi lebih dari 500 °C bahkan sampai 900 °C.
Perengkahan menggunakan katalis (Anggoro,et.al., 2008). merupakan
metode untuk menyelesaian masalah ini. Aguado dan kawan-kawan, 2000
melakukan konversi limbah plastik PP, LDPE, dan HDPE menjadi bahan

12
bakar menggunakan katalis zeolit beta dengan temperatur 400°C dan ratio
plastik/catalyst = 50 w/w. Hasil yang diperoleh menunjukkan degradasi
HDPE menghasilkan selektifitas tinggi untuk produk C5-C12 (70 w/w),
sedangkan untuk penguraian LDPE dan PP, selektifitas menjadi gasoline
berkurang (sekitar 64 w/w) tetapi proporsi untuk produk C1-C4 lebih tinggi.
Proses pirolisis plastik dalam sebuah reaktor dilakukan pada temperatur
antara 350°C sampai 900°C. Dari proses ini akan dihasilkan arang,
minyak dari kondensasi gas seperti parafin, isoparafin, olefin, naphthene
dan aromatik, serta gas yang memang tidak bisa terkondensasi.
Sementara Bajus dan Hájeková, 2010, melakukan penelitian dengan
batch reactor tentang pengolahan campuran tujuh jenis plastik menjadi
minyak dengan metode thermal cracking. Dari penelitian ini disimpulkan
bahwa thermal cracking campuran 7 jenis plastik akan menghasilkan
produk yang berupa gas, minyak dan sisa padatan.
Lin, et.al., 2010 melakukan konversi limbah plastik PE/PP/PS/PVC
pada suhu 250°C - 500°C tepatnya pada 390°C. Reaktor pirolisis yang
akan dirancang harus mampu bertahan pada zona suhu tersebut, agar
proses pirolisis berjalan baik. Seperti juga alat proses lainnya, sebuah
reaktor pirolisis plastik, selain menghasilkan minyak, juga mengeluarkan
hasil sampingan (by product) baik berupa energi lain (non-condensable
gas) maupun residu (char) seperti terlihat pada Gambar 2.1. di bawah ini.
Sampai dengan ditemukan cara pemanfaatannya, seluruh by product
(kecuali minyak) adalah limbah.

13
Gambar 2.1. Skema Umum Proses Pirolisis Plastik

Menganalisis karakteristik setiap bahan / material yang terlibat dalam


fenomena perpindahan panas, sekaligus menghitung potensi kehilangan
panas yang berpindah dari satu medium ke medium lain, selama
berlangsungnya proses pirolisis plastik. Dimulai dari sumber panas yaitu
gas burner hingga permukaan paling luar dari reaktor pirolisis yang akan
dirancang.

14
Gambar 2.2. Rancang Bangun Reaktor Pirolisis

Perambatan panas yang terjadi dalam sebuah reaktor pirolisis plastik


terjadi dengan cara konduksi dan konveksi. Api dari pembakar didasar
reaktor (lihat Gambar 2.2.) memanaskan alas reactor secara konveksi.
Panas dipindahkan keseluruh bagian dinding dalam dan luar reactor
secara konduksi. Kemudian panas merambat masuk kedalam plastik
dengan cara konduksi. Bagian tutup atas reactor menjadi lebih panas
akibat keberadaan cerobong dibagian tengah. Cerobong melepas flue gas
panas melalui konveksi dalam saluran cerobong, sementara bagian
cerobong yang ada dalam reactor juga mengalami kenaikan panas akibat
konduksi.

15
Gambar 2.3. Lilitan Pipa Tembaga Terendam Air (halaman 3 alinea 2)

Dari Tabel 2.1. Pada halaman berikut, terlihat bahwa reaktor berbentuk
tubular paling sering digunakan untuk penelitian. Reaktor yang terbuat dari
material baja (steel) menjadi pilihan utama pada penelitian mengenai
pirolisis. Selain pembuatannya mudah, kuat terhadap panas dan tekanan,
juga ketersediaan bahan di pasaran juga tinggi. Sayang sekali tidak
semua penelitian memberikan informasi yang lengkap mengenai
spesifikasi reaktor yang digunakan. Kebanyakan penelitian pirolisis
sebelumnya menitik-beratkan pada minyak yang dihasilkan, baik dari segi
berat volumenya maupun analisa baku mutunya. Beberapa penelitian
yang dilakukan di luar negeri menggunakan reaktor jenis fluidized bed
yang tentu saja memerlukan biaya riset yang tidak sedikit.

16
Tabel 2.1. Berbagai Jenis Reaktor Pada Penelitian Sebelumnya

Reaktor type batch (proses terputus) mendominasi pilihan pada penelitian


sebelumnya. Ini disebabkan tingkat kesulitan yang tinggi diperlukan dalam
merancang reaktor dengan proses sinambung. Kehilangan panas pada
saat pemuatan bahan baku menjadi pertimbangan utama, selain cara
mengeluarkan sisa plastik (char) dari dalam reaktor, pasca pemanasan.

Tabel lengkap mengenai jenis jenis reaktor yang pernah dipakai pada
penelitian pirolisis serta hal lain yang melingkupinya, bisa dilihat pada
lampiran P, di bagian akhir laporan ini.

17
BAB 3

METODE PENELITIAN

Gambar 3.1. Diagram Alir Penelitian

Gambar 3.1. menunjukan diagram alir penelitian yang dilakukan, mulai


dari pengumpulan data, perancangan, konstruksi, pengujian awal,
pengujian lanjutan dan seterusnya sampai dengan penulisan laporan
penelitian.

3.1. Sumber panas , Burner dan laju pembakaran


Gas LPG tiga kilogram dipilih sebagai sumber bahan bakar karena mudah
didapat dipasaran. Dengan nilai panas yang cukup memadai 46.97 MJ/kg
kandungan gas butane dalam LPG memiliki gas buang (flue gas) yang
relative bersih. Ini sangat penting untuk menyediakan lingkungan kerja
yang sehat bagi peneliti.

18
3.2. Reaktor Pirolisis Plastik .
Reaktor model tubular, type batch process. Terbuat dari pelat baja nir-
karat dengan variasi ketebalan. Kapasitas dapat memuat 10 kg plastik
cacah untuk setiap batch nya. Lubang pengisian plastik berdiameter 10
cm dengan penutup model flange empat baut. Spesifikasi reaktor dapat
dilihat pada Gambar 3.2. di bawah ini atau pada lampiran N dan O pada
akhir laporan ini.

Gambar 3.2. Spesifikasi Reaktor Pirolisis Plastik

3.3. Bahan Baku Plastik.


PET singkatan Poly Ethylene Terephthalate adalah senyawa plastik
yang banyak digunakan untuk kemasan air minum (AMDK: Air Minum
Dalam Kemasan). Dipilih karena mudah ditemukan dalam wadah sampah
masyarakat umum. PET sebanyak 500 gram dalam keadaan tercacah
dimasukan kedalam reaktor dalam setiap sessi pengambilan data. PET
dalam keadaan tercacah (lihat Gambar 3.3.) dapat dibeli pada pengumpul
plastik didaerah TPA Bantar Gebang, maupun TPA besar lainnya. Plastik
tercacah memiliki permukaan penerima panas yang lebih luas, sehingga
proses pemanasan akan lebih cepat. Biaya cacah sekitar Rp.2500,-
sampai Rp.3000,- per kilogram.

19
Gambar 3.3. Plastik jenis PET tercacah (halaman 19 alinea 3)

3.3.1. Sifat Thermal Plastik.

Sifat-sifat thermal yang penting adalah titik lebur (Tm), temperatur transisi
(Tg) dan temperatur dekomposisi. Temperatur transisi adalah temperatur
di mana plastik mengalami perengganan struktur sehingga terjadi
perubahan dari kondisi kaku menjadi lebih fleksibel. Di atas titik lebur,
plastik mengalami pembesaran volume sehingga molekul bergerak lebih
bebas yang ditandai dengan peningkatan kelenturannya. Temperatur
lebur adalah temperatur di mana plastik mulai melunak dan berubah
menjadi cair. Temperatur dekomposisi merupakan batasan dari proses
pencairan. Jika suhu dinaikkan di atas temperatur lebur, plastik akan
mudah mengalir dan struktur akan mengalami dekomposisi. Dekomposisi
terjadi karena energi thermal melampaui energi yang mengikat rantai
molekul. Secara umum polimer akan mengalami dekomposisi pada suhu
di atas 1,5 kali dari (Tg) temperatur transisinya (Budiyantoro, 2010). Data
sifat termal yang penting pada proses daur ulang plastik bisa dilihat pada
tabel berikut:

20
Tabel 3.1. Data temperatur transisi dan temperatur lebur plastik

Dari Tabel 3.1. terlihat bahwa Plastik jenis PET memiliki suhu transisi (Tg)
di 70°C dimana secara umum akan mengalami dekomposisi pada 100°C
(1.5 kali Tg). Plastik PET juga mulai melebur pada suhu 250°C. Diatas
250°C PET mudah mengalir dan struktur mikronya mengalami
dekomposisi. Dekomposisi terjadi karena energi thermal yang ada pada
plastik melampaui energi yang mengikat rantai molekulnya.

21
Tabel 3.2. Nilai kalor plastik dan bahan lainnya

Polyethylene (PE) memiliki nilai panas lebih tinggi dari solar maupun
petrol. Jika dibakar menimbulkan pencemaran udara.

3.4. Rancang Bangun Kondensor.


Untuk menghasilkan BBM bermutu baik, sebuah system pirolisis
plastik, selain sangat bergantung pada proses pemanasan dalam reaktor,
juga harus memiliki system kondensasi yang mumpuni. Kondensor yang
digunakan jenis shell and tube. Lilitan pipa tembaga diameter ¾”
digunakan sebagai tube. Lilitan ini direndam dalam air yang ditampung
dalam sebuah wadah silinder (shell) yang terbuat dari pelat besi
galvanized tebal 0.8 mm. Wadah air memiliki diameter 60 cm dan tinggi
120 cm dengan daya tampung air hingga 340 Liter. Bagian atas wadah
dibiarkan terbuka untuk lebih memudahkan air melalukan proses
penguapan. Saat air menguap, dia akan melepas panas sehingga
suhunya turun. Selain itu rancangan wadah terbuka memudahkan untuk
memasukan es batu dalam upaya menurunkan suhu air pendingin
(Gambar 3.4.). Saptoadi H dan Pratama N, 2015 mengatakan, jka suhu air
pendingin yang masuk kondensor bisa diturunkan maka produksi minyak
akan lebih banyak. Rancangan yang mudah, tidak sulit dalam pembuatan,

22
namun memiliki tingkat penguapan air yang relatif lebih tinggi
dibandingkan dengan shell tertutup.

Gambar 3.4. Wadah Terbuka Memudahkan Pemasukan Es Batu


(halaman 22 alinea 2)

3.4.1. Sirkulasi air pendingin dan kucuran (shower).


Media air sebagai pendingin paling banyak digunakan dalam proses
pertukaran panas. Untuk membantu menurunkan suhu air kondensor yang
naik suhunya pasca pendinginan gas pirolisis, dibuat system sirkulasi air
dilengkapi dengan kucuran (Gambar 3.5). Air yang keluar dari shower
memiliki waktu untuk bertukar panas dengan lingkungan sebelum masuk
kembali ke kondensor. Shower dibuat dari ember yang dilubangi
dasarnya, ditumpu oleh besi beton 4mm diatas kondensor. Sebagai
pompa sirkulasi digunakan pompa centrifugal in-line WASSER debit 30
Lpm @ 9m 1 phase 220 volt . Pompa ini memiliki built-in switch ON/OFF,
tidak seperti pompa rumah tangga lain, lebih praktis dalam pengoperasian.
Pompa dan shower hanya dinyalakan jika suhu air melebihi 30°C, dimana
sering tercapai saat beroperasi dibawah terik sinar matahari.

23
Gambar 3.5. Kucuran Dari Ember Dilubangi (halaman 23 alinea 2)

3.5. Minyak pirolisis dan non-condensable gas.


Dari hasil proses pirolisis plastik dengan fitur penuh, didapat minyak dan
gas yang tidak terkondensasi. Masing-masing memiliki nilai panas. Minyak
yang dihasilkan memiliki net calorific value 42.33 MJ/kg (Lampiran-I).
Sedangkan gas yang tidak terkondensasi, tidak diuji nilai panasnya.
Keduanya melalui proses destilasi menggunakan kondesor yang sama.

3.5.1. Metode Pemisahan Minyak Dan Gas.


Minyak dan gas adalah dua fluida yang berbeda fase. Keduanya bisa
dihasilkan dalam sebuah proses pirolisis plastik. Gaurav et.al, 2014
mengatakan bahwa dalam proses thermal cracking, plastik tidak langsung
ter-depolimerisasi karena plastik memiliki kombinasi rantai Hydrocarbon
pendek dan panjang. Tahap awal dari pemanasan plastik hanya mengurai

24
rantai hydro carbon pendek dulu. Jika suhu terus dinaikan, panas terus
dimasukan, perlahan rantai hydrocarbon panjang mulai terurai. Saat
fenomena ini berlangsung, beberapa jenis gas ringan seperti methane,
ethane, propane dan butane mulai dihasilkan. Untuk memisahkan antara
minyak hasil gas terkondesasi dengan yang tidak dapat terkondensasi,
dibuatlah gas-oil separator sederhana. Terbuat dari bejana /wadah kaca
(bekas selai roti) dengan tutup aluminium. Seperti Gambar 3.5. pada tutup
dipasang sambungan „T” dari tembaga (dilingkaran merah). Wadah
tertutup rapat, kedap udara. Karena perbedaan kepadatan, minyak akan
jatuh langsung ke dalam wadah secara grafitasi, sedangkan NCG akan
terus masuk ke saluran NCG (garis hijau terputus).

Gambar 3.6. Pemisahan BBM cair dan Non-Condensable Gas

3.5.2. Pemanfaatan Non-Condensable Gas.


Jenis Gas ini tidak bisa di kondensasikan (non-condensable gas),
disingkat NCG) karena memiliki titik didih negatip (negative boiling point).
Gas ini bisa berupa kelompok alkane atau alkene yang mengandung emisi
CO atau CO2 dengan jumlah mencapai 6% dari total bahan baku plastik
yang dipanaskan (Gaurav et.al, 2014). Karena sifatnya yang flammable
dan mengandung nilai panas (Gambar 3.7.), maka dibuatkan saluran yang
menghubungkan NCG ini langsung ke bawah reaktor, agar bisa
membantu pemanasan reaktor, sehingga konsumsi BBG bisa berkurang.

25
Gambar 3.7. NCG yang punya nilai panas digunakan untuk memanaskan
reaktor (halaman 25 alinea 3)

26
3.6. Alat Pemantauan.
1. Suhu dalam reaktor: Resistant Temperature Detector (RTD) =
Thermo controller display AUTONICS type TC4S + Thermocoupe
Type-K (up to 1000°C). Dipasang tepat dibawah saluran gas
pirolisis yang keluar menuju kondensor. Rentang suhu: 15°C to
900°C. Akurasi: +/- 1°C.

Gambar 3.8. Thermo controller display AUTONICS

2. Suhu air kondensor: Digital probe thermometer model WT-1(-50°C-


300°C). Akurasi: +/- 1°C.

Gambar 3.9. Digital Probe Thermometer

27
3. Suhu permukaan: non contact infra red thermometer KRISBOW
KW06-279 Rentang suhu: 50°C to 270°C Akurasi : +/- 1°C.

Gambar 3.10. Infra Red Thermometer KRISBOW

4. Berat: timbangan Newton 50kg. Timbangan ini sesuai digunakan


untuk menimbang berat tabung gas elpiji. Secara praktis, agak sulit
menimbang tabung gas elpiji menggunakan timbangan bahan
makanan (timbangan untuk memasak).

5. Masa: timbangan digital 5kg seperti yang sering digunakan dalam


kegiatan masak memasak di rumah tangga. Digunakan untuk
menimbang bahan baku plastik, maupun minyak yang dihasilkan.

28
BAB 4
PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN
ANALISIS DATA

4.1. PIROLISIS PLASTIK


Pirolisis atau devolatilisasi adalah proses fraksinasi material oleh suhu.
Proses pirolisis plastik dimulai pada suhu sekitar 350°C, ketika komponen
yang tidak stabil secara termal, pecah dan menguap bersamaan dengan
komponen lainnya (Aprian et al, 2009). Pirolisis merupakan proses
penguraian material secara thermal pada temperatur tinggi tanpa adanya
oksigen (Mustofa et al., 2013). Plastik adalah suatu material organik
sintetik atau material organik semi sintetik yang berasal dari minyak bumi
dan gas alam. Dari produk plastik, dihasilkan polyethylene terephthalate
(PET), high density polyethylene (HDPE), polyvinyl chloride (PVC), low
density polyethylene (LDPE), polypropylene (PP), polistirena (PS),
polyurethane dan polifenol, menghasilkan limbah plastik yang kira-kira
terdiri dari 50-60% jenis PE, 20-30% dari PP, 10-20% PS dan, 10% PVC
(Sarker, 2013). Polietilena (PE) polietilena berdensitas menengah dan
tinggi, titik lelehnya berkisar 120°C hingga 135°C. Titik leleh polietilena
berdensitas rendah berkisar 105°C hingga 115°C. (HDPE) dicirikan
dengan densitas yang melebihi atau sama dengan 0,941 g/cm3. HDPE
memiliki derajat rendah dalam percabangannya dan memiliki kekuatan
antar molekul dan kekuatan regang sangat tinggi. Kegunaannya adalah
sebagai bahan pembuat botol susu, botol/kemasan deterjen, kemasan
margarin, pipa air dan tempat sampah. LDPE dicirikan dengan densitas
0,910-0,940 g/cm3. LDPE memiliki derajat tinggi terhadap percabangan
rantai panjang dan pendek, yang berarti tidak akan berubah menjadi
struktur kristal. Ini juga mengindikasikan bahwa LDPE memiliki kekuatan
regangan yang rendah. Kegunaannya adalah sebagai container yang
agak kuat dan dalam aplikasi film plastik seperti sebagai kantong plastik

29
dan plastik pembungkus. LLDPE dicirikan dengan densitas antara 0,915-
0,925 g/cm3. LLDPE adalah polimer linier dengan percabangan rantai
pendek dengan jumlah yang cukup signifikan. Kegunaannya adalah
sebagai pembungkus kabel, mainan, tutup kemasan, ember, container
dan pipa (Aprian et al, 2011). Menurut Triana (2006) reaksi pirolisis pada
temperatur 475°C dalam reaktor yang terbuat dari stainless steel dan
dialiri gas nitrogen (100 mL/menit) menghasilkan kecepatan reaksi
dekomposisi perengkahan sampah plastik jenis polipropilena (PP). Agus
Sapriyanto (2011) telah melakukan pengujian terhadap mesin pengubah
sampah plastik menjadi BBM. Proses pengujian dilakukan pada 1 kg
sampah plastik dengan suhu pemanasan 530°C. Jenis plastik yang
dimasukkan ialah semua jenis plastik. Kemudian dalam waktu 2 jam
sehingga menghasilkan bahan bakar cair sebanyak 300 ml. Berdasarkan
hasil pengujian didapat nilai kalor bahan bakar tersebut sampah plastik
sebesar 10.519 Cal/g atau 44.040,95 J/g, setara dengan nilai kalor
premium yaitu 10.285 Cal/g atau 43.061,24 J/g. Di tahun yang sama,
Aprian dan kawan-kawan (2011) meneliti minyak yang diperoleh dari
proses pirolisis pengolahan sampah plastik. Penelitian ini menggunakan
dua jenis plastik sebagai variabel tetap yaitu High Density Polyethylene
(HDPE) dan Low Density Polyethylene (LDPE) dan menggunakan reaktor
dengan diameter 20 cm dan tinggi 40 cm. Pirolisis dilangsungkan pada
temperatur 250° - 420°C dan waktu reaksi selama 0 - 60 menit. Minyak
yang dihasilkan pada proses pirolisis dapat dibandingkan dengan minyak
tanah dan minyak ini merupakan sumber dari bahan kimia yang berharga
misalnya alkohol, asam organik, eter, keton, alipatik dan hidrokarbon
aromatik. Dan gas yang dihasilkan berupa Cox, NOx, H2 dan Alkana
(Damanhuri, 2009).

4.2. PENGUJIAN KINERJA REAKTOR KOSONG.


Reaktor menjalani pengujian tahap awal, tanpa plastik didalamnya, tanpa
terhubung dengan system kondensasi. Tujuannya untuk melihat

30
karakteristik dalam mencapai dan bertahan pada suhu tertentu serta
menganalisa perubahan konsumsi gas dan waktu pemanasan yang
dibutuhkan. Pemanasan dilakukan dengan tiga jenis laju pembakaran
yaitu: Low, Medium dan High. Pengaturan laju pembakaran dilakukan
secara manual tanpa alat ukur, dengan memposisikan tombol regulator
yang terpasang pada burner gas. Target pengujian adalah, suhu dalam
reaktor yang (dibaca oleh RTD) harus mencapai 250°C dalam waktu 60
menit. Tabung gas LPG 3kg ditimbang sebelum dan sesudah percobaan.
Selisihnya dibagi dengan waktu percobaan untuk mendapatkan nilai laju
aliran. Hasil pengujian ini dapat dilihat pada Tabel 4.1. Sebagaimana
disampaikan oleh Ramadhan A dan Ali M pada Jurnal Ilmiah Teknik
Lingkungan Vol.4 No.1, 2013 bahwa zona pirolisis plastik antara suhu
250°C hingga 420°C. Rancangan reaktor pada penelitian ini harus mampu
bertahan pada rentang suhu tersebut. Tidak ada plastik yang dipanaskan,
tidak ada kondensor terhubung. Sehingga tidak ada minyak yang
dihasilkan dalam pengujian awal ini.

Gambar 4.1. Karakteristik Pencapaian Suhu Reaktor Kosong

31
Tabel 4.1. Data Waktu, Suhu dan Konsumsi BBG Pengujian Tanpa Plastik
(halaman 31 alinea 1)

Dari Gambar 4.1. terlihat bahwa pada percobaan dengan laju pembakaran
kecil (T-Low) tidak bisa mencapai suhu 250°C. Sedang pada laju
pembakaran sedang (T-Med_ dan cepat (T-High) berhasil mencapai suhu
masing-masing 280°C dan 380°C.

32
Gambar 4.2. Karakteristik Konsumsi BBG Reaktor Kosong

Menilik data yang ada pada Gambar 4.2. terlihat bahwa percobaan
dengan laju pembakaran cepat (BBG-High) memerlukan BBG paling
banyak. Pada menit ke-27 misalnya, konsumsi BBG masing-masing laju
pembakaran (kecil, sedang, cepat) adalah 60 gram, 300 gram dan 400
gram. Adapun dari grafik pada Gambar 4.1. dan 4.2. di atas dapat dibuat
risalah pada table 4.2. dan 4.3. dibawah ini sebagai berikut:

Tabel 4.2. Pengaruh Perbedaan Laju Pembakaran Pada Suhu

33
Tabel 4.3. Pengaruh Perbedaan Laju Pembakaran Pada Konsumsi BBG

4.3. DATA UJI KINERJA REAKTOR FITUR LENGKAP


Setelah melalui uji kinerja tanpa plastik, reaktor kemudian masuk kedalam
sistem lengkap (fitur penuh) seperti yang ditunjukan dalam Gambar 2.3.
untuk dilakukan pengujian tahap akhir, yaitu dengan plastik PET 500 gr
setiap batch nya. Fitur lengkap disini meliputi:

1. Tabung gas Elpiji 3kg yang baru sebanyak dua tabung,


Pembakar gas LPG tetap sama, merk ZEPPELIN type 768,
APAR 3kg type ABCD satu tabung
2. Pasokan plastik cacah PET sebanyak 10 kg untuk persediaan
3. Kertas Perapat (gasket) tahan 1000°C beserta perekat silicon
merah tahan panas 300°C.
4. Reaktor pirolisi diisi dengan plastik PET tercacah 500 gr/batch
5. Menggunakan tungku yang sudah dipersiapkan.
6. Sistem destilasi lengkap: lilitan copper tube ¾ inch terendam air,
dengan system kucuran (shower) yang dibantu dengan pompa
air sirkulasi 30 L/m
7. Es batu sebanyak 30 kg untuk mendinginkan air kondensor
8. System pemisahan minyak dan NCG sehingga NCG bisa
dimanfaatkan.
9. Saluran NCG yang menuju ke reaktor untuk dibakar kembali
membantu pemanasan reaktor.

34
Pada Gambar 4.3. di bawah dapat dilihat percobaan akan dilakukan dalam
delapan batch . Hasil dari percobaan tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.4.
di bawah ini.

Gambar 4.3. Delapan Batch Pengujian Fitur Lengkap


Tabel 4.4. Hasil Pengujian Reaktor Dengan Fitur Lengkap

35
4.3.1. PENGARUH LAJU PEMBAKARAN TERHADAP SUHU
Perubahan yang terjadi pada laju pembakaran, bantuan NCG (kecuali
suhu air kondensor) memiliki pengaruh langsung terhadap laju
kenaikan suhu dalam reaktor, seperti terlihat pada Gambar 4.4
dibawah ini.

1 LPS - SN - NCG 5 LPC - SN - NCG LPS Laju Pembakaran Sedang


2 LPS - SN + NCG 6 LPC - SN + NCG LPC Laju Pembakaran Cepat
3 LPS - SR - NCG 7 LPC - SR - NCG SN Suhu Air 30°C
4 LPS - SR + NCG 8 LPC - SR + NCG SR Suhu Air 20 °C
Gas Tak Terkondensasi
-NCG
dibuang
Gas Tak Terkondensasi
+NCG
dimanfaatkan

Gambar 4.4. Pengaruh Suhu Dan Waktu Pemanasan Reaktor Fitur Penuh

36
Untuk lebih jelasnya, untuk masing-masing Laju Pembakaran dengan dua
jenis suhu air kondenser, dibuatkan grafik tersendiri, seperti pada Gambar
4.5., 4.6., 4.7., 4.8., dan 4.9. sebagai berikut :

Gambar 4.5. Pengaruh Suhu Pada LPS – Suhu Air NORMAL

Gambar 4.6. Pengaruh Suhu Pada LPS – Suhu Air RENDAH

Dari kedua grafik di atas dapat terlihat terdapat kesamaan pola kenaikan
suhu. Pada LPS tanpa bantuan NCG, keduanya mencapai suhu max
245°C pada menit ke 54. Sedangkan dengan bantuan NCG, suhu max
250°C dapat dicapai pada menit ke 21. Kedua garis berpotongan di menit
ke 40, dimana tanpa NCG tetap konstan di suhu 245°C, sementara
dengan NCG cenderung turun.

37
Gambar 4.7. Pengaruh Suhu Pada LPC – Suhu Air NORMAL

Gambar 4.8. Pengaruh Suhu Pada LPC – Suhu Air RENDAH

Dari Gambar 4.7 dan Gambar 4.8. terlihat dengan laju pembakaran cepat,
bahwa tanpa NCG pun suhu bisa menembus 250°C hingga mencapai
340°C, sama seperti dengan NCG. Namun dengan NCG laju kenaikan
suhu lebih cepat. Dengan NCG suhu 300°C dicapai dalam 15 menit,
sementara tanpa NCG suhu 300°C dicapai dalam 38 menit.

38
Gambar 4.9. Pengaruh NCG pada suhu dengan LPS dan LPC

4.3.2. Analisis Data Terkait kenaikan suhu reakor.


1. + NCG atau -NCG sulit mencapai suhu 250°C pada laju
pembakaran sedang.
2. Namun pada LPS + NCG kemungkinan untuk mencapai 250°C
lebih terbuka (mencapai 248°C).
3. Pada LPS, tanpa NCG, suhu air kondenser tidak mempengaruhi
pola kenaikan suhu reaktor.
4. Pada LPS, dengan atau tanpa NCG, perbedaan kecepatan
kenaikan suhu terbesar terjadi pada 235°C (masing masing 15
menit dan 42 menit).
5. Pada LPC, dengan atau tanpa NCG, perbedaan kecepatan
kenaikan suhu terbesar terjadi pada 300°C (masing masing dalam
15 menit dan 33 menit).
6. Tidak terlihat pengaruh suhu air kondenser pada pola kenaikan
suhu reaktor.
7. Perbandingan pola kenaikan suhu, antara LPS+NCG dengan LPC-
NCG, menujukan bahwa LPC-NCG tetap lebih unggul.

39
8. Pada 21 menit pertama, keduanya mencapai suhu yang sama
(250°C) namun setelah itu suhu LPS+NCG tetap, sedang suhu
LPC-NCG meningkat terus.

4.3.3. PENGARUH LAJU PEMBAKARAN PADA KONSUMSI BBG


Perubahan pada laju pembakaran, maupun pemanasan dari NCG memiliki
pengaruh pada pola konsumsi BBG untuk memanaskan plastik .

Gambar 4.10. Pengaruh NCG pada konsumsi BBG pada LPS – SN

Gambar 4.11. Pengaruh NCG pada konsumsi BBG pada LPS-SR

40
Pada dua gambar diatas, terlihat ada potensi penghematan konsumsi
BBG dengan memanfaatkan gas yang tidak terkondensasi (non-
condensable gas / NCG). Gas ini dibakar kembali untuk membantu
memanaskan reaktor. Dilihat dari pola diatas, semakin lama pemanasan,
maka potensi penghematan semakin besar.

Gambar 4.12. Pengaruh NCG pada konsumsi BBG pada LPC-SN

Gambar 4.13. Pengaruh NCG pada konsumsi BBG pada LPC-SR

Mirip dengan dua gambar sebelumnya (LPS) diatas. Pada Laju


Pembakaran Cepat (LPC), pemannfaatan NCG juga memberikan potensi
penghematan konsumsi BBG. Dengan memanfaatkan gas yang tidak

41
terkondensasi untuk membantu memanaskan reaktor. Dilihat dari pola
diatas, semakin lama pemanasan, maka potensi penghematan konsumsi
BBG semakin besar. Pada akhir percobaan (setelah 60 menit)
penghematan BBG mencapai kisaran 80-90 gram, atau sekitar 1.5
gram/menit.

Gambar 4.14. Pengaruh konsumsi BBG pada Percobaan 1, 2 dan 5

4.3.4. Analisis Data Terkait Konsumsi Bahan Bakar Gas.


1. Pemanfaatan NCG untuk membantu pemanasan reaktor membuka
peluang penghematan.
2. Tingkat penghematan BBG dengan bantuan NCG semakin besar
jika percobaan dilakukan dalam rentang waktu lebih lama.
3. Percobaan dengan LPS (1) dan (2) memperlihatkan pada 15 menit
pertama, penghematan BBG adalah 15 gram.
4. Namun memasuki menit ke 30, penghematan BBG meningkat jadi
31 gram.
5. Pada menit ke 45 penghematan menjadi 46 gram, dan mencapai
puncaknya pada menit ke 60 yaitu 62 gram.
6. Perubahan Suhu air kondenser tidak memberi pengaruh pada
konsumsi BBG.

42
7. Pemakaian BBG pada LPS tanpa NCG (1) mencapai 688 gram,
dimanan pada LPC tanpa NCG (5) mencapai 991 gram.
8. Selisih konsumsi BBG antara (2) dan (5) = 365 gram.
9. Selisih konsumsi BBG antara (1) dan (5) = 303 gram.

Tabel 4.5. Risalah Data Uji Kinerja Reaktor Fitur Lengkap

4.3.5. Risalah Tabel 4.5.


1. Konsumsi BBG paling hemat ada pada percobaan-2. Namun
produksi minyak nya menempati peringkat 7 (nomor dua paling
sedikit) dari 8 percobaan.
2. Konsumsi BBG terboros ada pada percobaan-7, namun tertinggi
dalam laju produksi minyak yang dihasilkan.
3. Jumlah minyak terbanyak dihasilkan oleh percobaan-8. Peringkat
kedua adalah percobaan-7. Keduanya menggunakan suhu air
kondensor rendah (SR).
4. Laju kenaikan suhu reaktor, tercepat 41.6°C/menit dicapai pada
percobaan-6.

43
5. Efisiensi panas dari reaktor, dihitung dengan membandingkan nilai
panas dari minyak yang dihasilkan (panas keluar), dengan nilai
panas dari BBG yang dibakar (panas masuk). Percobaan-4
mendapatkan efisiensi panas tertinggi (41%) dari delapan
percobaan yang dilakukan.

4.4. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

4.4.1. Uji Kinerja Tanpa Plastik


Dari tiga percobaan, hasil yang didapat pada uji kinerja awal pada reaktor
pirolisis tanpa plastik, adalah sebagai berikut:
1. Laju Pembakaran Kecil (Percobaan-1) tidak mampu untuk masuk
ke zona pirolisis 250°C.

2. Ketika laju konsumsi BBG (Percobaan-1) dinaikan 5x lipat


(Percobaan-2), laju kenaikan suhu naik hanya 2x lipat

3. Ketika laju konsumsi BBG (Percobaan-1) dinaikan 7x lipat


(Percobaan-3), laju kenaikan suhu naik hanya 5x lipat.

4. Percobaan-3 hanya memerlukan 38% dari waktu yang dibutuhkan


Percobaan-2 untuk mencapai 250°C

5. Namun laju konsumsi BBG yang dbutuhkan Percobaan-3 lebih


tinggi 38% dari pada Percobaan-2.

6. Kebutuhan BBG dalam mencapai 250°C untuk Percobaan-3 hanya


85% dari kebutuhan BBG Percobaan-2.

7. Bagi Percobaan-3 hanya perlu 1/3 dari waktu yang dibutuhkan


Percobaan-2 dalam mencapai zona pirolisis.

44
4.4.2. Uji Kinerja Fitur Lengkap
Dari delapan percobaan, hasil yang didapatkan pada uji kinerja reaktor
fitur lengkap dengan 500 gr plastik, adalah sebagai berikut:

1. Dengan dukungan system kondensasi seperti yang dirancang,


reaktor pada penelitian ini bisa mencapai efisiensi panas sebesar
41%. (Tabel 4.5)
2. Kondisi optimum dalam pengoperasian reaktor pirolisis plastik
dalam penelitian ini, justru didapat dari laju pembakaran sedang,
bukan cepat. Optimalisasi dari operasional system ini, didapat dari
rancangan kondensor dengan suhu air pendingin yang bisa diatur.
3. Pemanfaatan NCG untuk membantu pemanasan reaktor, dapat
menekan konsumsi BBG sampai dengan 10% pada percobaan
selama 60 menit. Penghematan BBG dengan pemanfaatan NCG
semakin besar jika percobaan dilakukan lebih lama lagi. Misalnya
pada jumlah plastik yang lebih banyak. (Gambar 4.12 dan 4.13
serta Tabel 4.4)
4. Pada laju pembakaran sedang, meski tidak mencapai suhu 250°C
namun terbantu dengan system kondesasi yang ada, sehingga bisa
beroperasi pada tingkat paling optimum . Percobaan-4 : Laju
pembakaran sedang, dengan bantuan pemanasan dari non-
condensable gas, dan suhu air kondensor 20°C, adalah kondisi
paling optimum dari system pirolisi pada penelitian ini. (Gambar 4.3.
dan Tabel 4.5)
5. Semakin rendah suhu air kondensor, semakin banyak minyak yang
dihasilkan. Hal ini juga mendukung penelitian sebelumnya yang
dilakukan Rijani, M. 2015 dan Saptoadi, H et.al. 2015. (Gambar
4.3. dan Tabel 4.5.)

45
6. Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini, maka
dibuat spesifikasi rinci dari reaktor yang dirancang. Selain informasi
mendasar tentang fisik reaktor, juga disediakan informasi tentang
kebutuhan panas, jenis plastik yang bisa diproses, harapan
besarnya produksi minyak yang dihasikan. Spesifikasi Reaktor
disertai kurva unjuk kerja reaktor ada pada lampiran O laporan ini.

46
BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. KESIMPULAN

Dari semua proses ini dapat disimpulkan bahwa:

1. Reaktor pirolisis yang dirancang pada penelitian ini mampu bekerja


dan bertahan pada suhu yang dibutuhkan (350°C) untuk
menjalankan proses perengkahan panas plastik hingga menjadi
gas yang siap untuk masuk kedalam proses kondensasi.

2. Pemanfaatan Gas yang tidak terkondensasi (NCG = non-


condensable gas) untuk memanaskan reaktor dapat menghemat
konsumsi bahan bakar gas yang dibutuhkan hingga 9 %, sehingga
dapat mengurangi biaya operasional.

3. Dengan memanfaatan gas yang tidak terkondensasi (+NCG), untuk


mencapai suhu 300°C, hanya memerlukan setengah dari waktu
yang dibutuhkan oleh percobaan dimana gas tersebut tidak
dimanfaatkan (-NCG).

4. Pemanfaatan gas yang tidak terkondensasi tidak berpengaruh


langsung pada produksi minyak yang dihasilkan. Pada Tabel 4.5.
terlihat bahwa perbandingan minyak yang dihasilkan antara –NCG
dengan +NCG tidak terlalu banyak berbeda (+/- 1 gram dari 194
gram). Percobaan-1 dibandingkan dengan percobaan-2.
Percobaan-3 dibandingkan dengan percobaan-4. Dan seterusnya.

5. Perubahan suhu air kondensor mempengaruhi jumlah minyak yang


dihasilkan. Dengan suhu air kondensor 20°C hasilkan minyak 50%
lebih banyak dari pada dengan suhu air kondensor natural (29-
30°C). Sesuai Tabel 4.5.

47
6. Suhu air kondensor memiliki sedikit pengaruh terhadap kinerja
reaktor dalam mencapai suhu tertentu. Mengambil contoh
percobaan pada Tabel 4.4. Pada LPS, pada menit yang sama,
kedua jenis suhu air kondensor memberikan pencapaian suhu
reaktor yang sedikit berbeda (suhu reaktor dengan SR sekitar 1°C -
2°C lebih rendah dari suhu reaktor dengan SN). Tabel 4.4. juga
menyatakan bahwa pada LPC perbedaan suhunya lebih besar lagi,
sekitar 2°C -17°C.

5.2. SARAN

1. Bahan reaktor plat Stainless steel 304 gunakan yang lebih tebal
min 1.5 mm untuk semua bagian. Pelat yang digunakan pada
penelitian ini SS304 tebal 0.8 mm terbukti sangat rentan terhadap
kebocoran. Juga proses penambalan menggunakan las argon
menjadi lebih sulit, pelat cenderung bergelombang pasca
pengelasan argon. Perbedaan ketebalan hanya menimbulkan
masalah baru yaitu ketidak setaraan laju pemuaian saat
dipanaskan.

2. Alat ukur laju aliran gas LPG digital. Selama ini laju pembakaran
diatur dengan memposisikan tombol regulator yang ada di burner.
Cara Ini memiliki tingkat akurasi yang rendah. Dengan memasang
flow meter LPG untuk rumah tangga, didapat pembacaan digital
dengan satuan m3/h. Operator dapat mengatur tombol regulator
diburner untuk mempertahankan nilai yang terbaca pada display.
Alat ini juga sebaiknya digunakan pada jalur NCG untuk
mendapatkan data berapa banyak NCG yang dihasilkan.

48
3. Gunakan Sungkup. Karena reaktor pada penelitian ini sudah
dilengkapi dengan cerobong pada bagian tengahnya, maka
penggunaan sungkup mengarahkan flue gas untuk memanaskan
dinding luar reaktor. Cara ini lebih mempercepat pemanasan dan
menghemat konsumsi BBG. Sungkup bisa terbuat dari drum bekas
minyak / solar kapasitas 200 liter.

4. Tempat melakukan percobaan, sebaiknya di ruang beratap dan


berdinding dengan sirkulasi udara yang baik. Ini agar tidak
terkendala cuaca yang semakin tidak menentu. Pada percobaan di
ruang terbuka, beberapa kali tertunda karena hujan. Angin yang
berhembus langsung menerpa reaktor yang sedang dipanaskan,
membuat suhu reaktor turun drastic hingga 20°C dalam 30 detik.

5. RTD alat ukur suhu dan thermocouple type-K, sebaiknya ditambah


jumlah titik pemantauannya. Selain dititik yang sudah ada, titik lain
yang sebetulnya memerlukan pemantauan suhu, antara lain dasar
reaktor bagian dalam, suhu gas pirolisis sebelum masuk
kondensor, suhu gas yang tidak terkondensasi, dan suhu air saat
meninggalkan kondensor.

6. Sight glass pada reaktor, untuk melihat apakah plastik sudah habis
didalam reaktor. Pada penelitian ini sulit untuk menduga seberapa
banyak plastik yang sudah terengkah didalam reaktor. Idealnya,
burner harus segera dimatikan setelah plastik dalam reaktor
terengkah habis. Ini untuk menjaga akurasi pencatatan konsumsi
BBG, dan mencegah reaktor dipanaskan terus menerus tanpa ada
plastik didalamnya.

49
7. Wadah minyak taruh diatas timbangan selama percobaan, agar
bisa dicatat laju produksi minyak, bukan hanya hasil akhir berat nya
saja. Akan lebih akurat jika pertambahan berat minyak setiap
menitnya dapat dicatat.

8. Tabung gas sebaiknya pakai yang 14kg agar tidak terjadi


penggantian tabung gas saat proses batch tengah berlangsung.
Saat proses berlangsung dan tiba-tiba gas habis, maka proses
harus dihentikan dan suhu turun cukup drastis. Semakin lama
berhenti, semakin banyak suhu turun. Saat gas baru terpasang, kita
harus mulai dari suhu yang lebih rendah.

9. Saluran NCG diusahakan sependek mungkin. Jika terlalu panjang,


maka tekanan semakin tinggi, produksi NCG juga akan lebih
sedikit. Dan sesuai saran no.2 sebaiknya jalur NCG dipasang gas
flow meter.

10. Lilitan tembaga dalam kondensor menggunakan diameter yg lebih


besar. Agak sulit menemukan pihak yang bisa membuat lilitan
secara customize. Idealnya terbuat dari bahan yang tipis (agar
perpindahan panas lebih baik) namun sulit dibuat jika diameter
terlalu kecil. Akibatnya harus buat diameter yang besar (100 cm)
yang biayanya lebih tinggi. Pipa tipis berisiko sobek ketika dibentuk
lilitan.

11. Bom Calorymeter, jika FTI Usakti serius menekuni penelitian


tentang energi terbarukan, sebaiknya memiliki alat ini. Sudah empat
perusahaan kami kontak semuanya memiliki alat ini, dan semuanya
dalam keadaan rusak.

50
DAFTAR PUSTAKA

1. Bajus, M. dan Hájeková, E., 2010, Thermal Cracking of The Model


Seven Components Mixed Plastics into Oils/Waxes, Petroleum &
Coal, Slovak University of Technology, Bratislava, Slovakia.
2. Borsodi, N., Miskolczi, N., Angyal, A., Bartha, L., Kohán, J., dan
Lengyel, A., 2011, Hydrocarbons obtained by pyrolysis of
contaminated waste plastics, 45th International Petroleum
Conference, Bratislava, Slovak Republic.
3. Budiyantoro, C.,2010, Thermoplastik Dalam Industri, Teknika
Media, Surakarta
4. Coulson, Richardson‟s, R. K. Sinnott 2005 Chemical Engineering
Design Chemical Engineering, Volume 6, Fourth edition. Oxford:
Elsevier Butterworth-Heinemann.
5. Das, S. dan Pande, S., 2007, Pyrolysis and Catalytic Cracking of
Municipal Plastic Waste for Recovery of Gasoline Range
Hydrocarbons, Thesis, Chemical Engineering Department National
Institute of Technology Rourkela, India.
6. Daryoso, K., Wahyuni, S. dan Saputro, S.H., 2012, Uji Aktivitas
Katalis NiMo/Zeolit pada Reaksi Hidrorengkah Fraksi Sampah
Plastik (Polietilen), Indonesian Journal of Chemical Science 1 (1),
Universitas Negeri Semarang. Semarang.
7. Farshi Roopa, Belthur Chirayu et.al. 2013. Catalytic Degradation of
Municipal Waste Plastik to Produce Fuel Range Hydrocarbon using
Bentonite. International Journal of Current Engineering and
Technology. ISSN 2277-4106
8. Gaurav, Madhukar. 2014. Conversion of LDPE Plastik Waste Into
Liquid Fuel By Thermal Degradation. International Journal Of
Mechanical And Production Engineering. ISSN: 2320-2092.
Volume-2 Issue-4 April 2014
9. Holman JP. 1986. Heat Transfer. Sitxh edition. Singapore: McGraw
Hill Book Co.
10. Keputusan Direktur Jendral Minyak dan Gas Bumi Nomor 14496
K/14/DMJ/2008. Standar dan Mutu (Spesifikasi) Bahan Bakar
Minyak Jenis Minyak Bakar yang Dipasarkan Di Dalam Negeri.
11. Kumar S., Panda, A.K., dan Singh, R.K., 2011, A Review on
Tertiary Recycling of High-Density Polyethylene to Fuel, Resources,
Conservation and Recycling Vol. 55 893– 910

51
12. Low SL, Connor MA, Covey GH. 2001. Turning Mixed Plastik
Waste into a Useable Liquid Fuel. Department Of Chemical
Engineering. University Of Melbourne Victoria Australia.
13. Mustofa K., D., dkk. 2014. Pirolisis Sampah Plastik Hingga Suhu
900°C Sebagai Upaya Menghasilkan Bahan Bakar Ramah
Lingkungan. Simposium Nasional RAPI XIII – 2014 FT UMS.
ISSN:1412-9612
14. Osueke dan Ofundu, 2011, Conversion of Waste Plastics
(Polyethylene) to Fuel by Means of Pyrolysis. (IJAEST)
International Journal of Advanced Engineering Sciences and
Technologies, Vol. No. 4, Issue No. 1, 021 – 02
15. Panda, A.K., 2011, Studies on Process Optimization for Production
of Liquid Fuels from Waste Plastics, Thesis, Chemical Engineering
Department National Institute of Technology Rourkela. India.
16. Ramadhan Aprian P, Ali Munawar. 2013. Pengolahan Sampah
Plastik Menjadi Minyak Menggunakan Proses Pirolisis. Jurnal
Ilmiah Teknik Lingkungan Vol.4 No.1. Prodi Teknik Lingkungan
FTSP, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”. Jawa Timur.
17. Sarker, M., Rashid, M. M. 2013. Mixture of LDPE, PP and PS
Waste Plastiks into Fuel by Thermolysis Proses. International
Journal of Engineering and Technology Research, Vol. 1, No. 1.
18. Sarker, M., Rashid, M.M. 2013. Container Waste Plastik
Conversion into Fuel. International Journal of Engineering and
Applied Sciences Vol. 3 No. 1.
19. Saptoadi Harwin, Pratama Nosal. 2015. Utilization of Plastic Waste
Oil as Partial Substitute for Kerosene in Pressurized Cookstoves.
International Journal of Environmental Science and Development,
vol.6 no.5 May 2015.
20. Sapriyanto Agus. 2011. Mesin Pengubah Sampah Plastik Menjadi
Minyak. PKMT PNJ 2011. Jakarta.
21. Sahwan, F.L., Martono, D.H., Wahyono, S., Wisoyodharmo, L.A.,
2005, Sistem Pengolahan Limbah Plastik di Indonesia, Jurnal
Teknik Lingkungan BPPT 6 (1), halaman 311 – 318.
22. Sarker, M., Rashid, M.M., Rahman, M.S., dan Molla, M., 2012,
Environmentally Harmful Low Density Waste Plastic Conversion
into Kerosene Grade Fuel, Journal of Environmental Protection,
2012, 3, 700 – 708.
23. Tamilkolundu, S. dan Murugesan, C., 2012, The Evaluation of blend
of Waste Plastic Oil-Diesel fuel for use as alternate fuel for

52
transportation, 2nd International Conference on Chemical, Ecology
and Environmental Sciences (ICCEES'2012) Singapore April 28-29,
2012.
24. UNEP (United Nations Environment Programme), 2009, Converting
Waste Plastics Into a Resource, Division of Technology, Industry
and Economics International Environmental Technology Centre,
Osaka/Shiga. Japan.
25. Untoro Budi Surono, April 2013 Berbagai metode konversi sampah
plastik menjadi bahan bakar minyak. ISSN 2088 – 3676 Jurnal
Teknik Vol.3 No.1.

53

Anda mungkin juga menyukai