TESIS
Oleh
BENNY HIKMAT ARMADI
161.130.001
TESIS
Dibuat Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Mendapatkan Gelar Magister Teknik Pada
Magister Teknik Mesin
Fakultas Teknologi Industri
Universitas Trisakti
Oleh
BENNY HIKMAT ARMADI
161.130.001
THESIS
In Partial Fulfilment of The Requirement
For The Master’s Degree of Mechanical Engineering
Faculty of Industrial Technology
Trisakti University
By
BENNY HIKMAT ARMADI
161.130.001
TESIS
Oleh
BENNY HIKMAT ARMADI
161.130.001
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui
Ketua Program Studi Magister Teknik Mesin
Dr.Ir. Triyono MT
0
PERANCANGAN, PEMBUATAN DAN UJI KINERJA
(halaman pengesahan)
i
PERNYATAAN KEASLIAN TESIS
Yang saya buat ini adalah hasil karya saya sendiri, dan bukan merupakan
duplikasi, serta tidak mengutip sebagian atau seluruhnya karya orang
lain, kecuali yang telah disebutkan sumbernya dan sesuai dengan batasan
serta tata cara pengutipan. Apabila didapati pelanggaran atas pernyataan
saya ini, maka saya bersedia menerima sangsi sesuai peraturan yang
berlaku.
(materai 6000)
ii
ABSTRAK
iii
ABSTRACT
iv
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang
telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami,
sehingga kami dapat menyelesaikan penelitian tentang reaktor pirolisi
plastik ini. Ada rasa bersyukur yang dalam serta rasa lega tak terkira atas
rampungnya rangkaian kegiatan yang dimulai hampir setahun yang lalu.
Penelitian reaktor pirolisis plastik ini telah kami usahakan dengan
upaya dan ikhtiar terbaik yang kami miliki dan tentunya dengan bantuan
berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar selesainya penelitian ini.
Ucapan terima kasih dan rasa hormat tertinggi kami sampaikan kepada
dosen pembimbing, rekan kerja, adik-adik mahasiswa S1, pegawai kantor
dan keluarga besar saya, yang membiarkan saya menjalani pendidikan
yang lebih tinggi, hari ini.
Kami menyadar sepenuhnya bahwa ada kekurangan baik dari segi
penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena itu dengan
lapang dada dan tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi
siapapun yang ingin member saran dan masukan sehingga dapat
memperbaiki penelitian ini. Kami berharap khalayak mendapat manfaat
sebesar-besarnya dari penelitian ini sehingga menginspirasi penelitian
lanjutan yang sejenis. Terima kasih.
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu
pengetahuan beberapa derajat” : Al-Qur`an surat Al-Mujaadilah ayat 11.
v
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………… i
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TESIS …………………... ii
ABSTRAK…………………………………………………………. …… iii
ABSTRACT……………………………………………………….. …… iv
KATA PENGANTAR …………………………………………….. …… v
DAFTAR ISI………………………………………………………. …… vi
DAFTAR TABEL………………………………………………………. ix
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………. x
DAFTAR SINGKATAN……………………………………………….. xii
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………. xiii
BAB 1 PENDAHULUAN
2.1. REAKTOR……………………………………………………… 8
2.2. JENIS JENIS REAKTOR…………………………………….. 9
2.2.1. Mode Operasi Terputus dan Sinambung…………… 9
2.2.2. Reaksi Homogen dan Heterogen……………………. 9
2.3. BERBAGAI BENTUK REAKTOR …. ……………............... 10
2.3.1. Reaktor Tangki Berpengaduk………………………………… 10
vi
2.3.2. Reaktor Tubular ………………………………………… 11
2.3.4. Packed Bed Reactor…………..……………………….. 11
2.3.5. Fluidized Bed Reactor………..………………………… 12
2.4. Pirolisis Plastik ………………………………………… 12
vii
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. KESIMPULAN …………………………………………. 47
5.2. SARAN………………………………………………….. 48
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………… 51
LAMPIRAN ……………………………………………………………… 54
viii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
x
4.9. Pengaruh NCG Pada Suhu Dengan LPS Dan LPC…. 39
4.10. Pengaruh NCG Pada Konsumsi BBG Pada LPS - SN 40
4.11. Pengaruh NCG Pada Konsumsi BBG Pada LPS – SR 40
4.12. Pengaruh NCG Pada Konsumsi BBG Pada LPC – SN 41
4.13. Pengaruh NCG Pada Konsumsi BBG Pada LPC – SR 41
4.14. Pengaruh Konsumsi BBG Pada Percobaan 1, 2, dan 5 42
xi
DAFTAR SINGKATAN
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
A. Abstract UI i-TREC 2016.
B. Autonics Temperature Control TC4S Manual.
C. Bukti Penerimaan Abstrak Untuk Seminar i-TREC-UI.
D. Data Pengujian Reaktor Fitur Lengkap.
E. Email to Semnas Cendikiawan 2016, Usakti.
F. ESDM Skep Dirjen – 14496 – K-14-DJM- 2008.
G. Full Paper – Semnas Cendikiawan 2016.
H. Stob - Fluidic Gas Flow Meter.
I. Intertek - Calorivic Value Analysis.
J. Gambar Percobaan Awal dan Fitur Lengkap.
K. Risalah Data Pengujian Fitur Lengkap.
L. Risalah Data Pengujian Tanpa Plastik.
M. Form Hak Cipta Dan Keaslian – SENTRA UMM 2016
N. Spesifikasi Reaktor Pirolisis Plastik.
O. Kurva Unjuk Kerja Reaktor.
P. Data Reaktor Penelitian Sebelumnya.
Q. Thermal Properties of Materials.
xiii
14
Halaman kosong
BAB 1
PENDAHULUAN
1
Gambar 1.1 Perlakuan Limbah Plastik Cara Daur Ulang Kimiawi
2
belum dapat diperkirakan karena tidak tersedianya informasi mengenai
karakteristik reaktor yang digunakan. Akibatnya sulit membuat
perencanaan produksi minyak yang paling optimal dan efisien.
3
Adapun beberapa hal yang menjadi batasan masalah pada penelitian ini
adalah sebagai berikut:
4
Gambar 1.3. Reaktor Pirolisi Sederhana (halaman 2). Sumber: Youtube
5
bertahan, plastik jenis apa yang dipakai sebagai bahan baku, perkiraan
berapa banyak BBM cair yang bisa dihasilkan, berapa gram konsumsi
bahan bakar setiap menitnya dan sebagainya.
Manakala informasi spesifikasi dan karakteristik sebuah reaktor
sudah dimiiki, maka pemilik dan pengguna reaktor ini mendapatkan
manfaat seperti:
Dapat memperkirakan berapa banyak bahan bakar gas yang harus
disediakan untuk satu proses batch
Dapat memperkirakan jenis plastik dan berapa banyak pasokan
plastik yang harus disediakan.
Dapat menghitung perkiraan jumlah BBM cair yang didapat diakhir
batch.
Dapat mengatur seberapa cepat laju pembakaran yang paling baik
untuk mencapai tingkat operasi yang paling ekonomis.
Ketika semuanya sudah dapat diperkirakan diawal, maka pemilik /
pengguna reaktor dapat membuat perencanaan produksi BBM cair
yang paling efisien, baik secara keekonomisan maupun jadwal
produksi yang lebih akurat.
6
5. Tujuan dan Manfaat Penelitian: apa yang hendak dicapai dari
penelitian ini sedemikian rupa sehingga selaras dengan manfaat
yang akan didapatkan.
6. Tinjauan Pustaka: menyajikan beberapa hasil penelitian sejenis
yang sudah dilakukan sebelumnya, baik berupa tugas akhir, paper
seminar maupun jurnal science.
7. Metode Penelitian: Uraian tentang metode urutan kerja dari timbul
masalah hingga solusi pemecahan.
8. Pengumpulan dan Pengolahan Data: melakukan berbaggai
percobaan untuk didapatkan data-data sebagai rujukan arah
penyelesaian masalah.
9. Pembahasan Hasil Penelitian: data-data diatas diolah sedemikian
rupa untuk membaca trend serta kecenderungan sebuah
fenomena, disertai analisa mengenai fenomena yang tidak lazim
(jika ada).
10. Kesimpulan dan Saran: meliputi keseluruhan aktifitas penelitian,
disertai saran agar penelitian serupa dimasa mendatang bisa
mengungkap lebih banyak data dan fakta.
7
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Reaktor
Sebuah Reaktor adalah jantung dari proses kimia. Ini adalah tempat di
mana bahan baku diubah menjadi produk, sehingga rancangan reaktor
merupakan langkah penting dalam desain keseluruhan proses. Menurut
buku karangan Coulson, Richardson‟s, R. K. Sinnott tahun 2005 berjudul
Chemical Engineering Design Chemical Engineering, Volume 6, edisi ke
empat, yang terbit di kota Oxford, oleh penerbit Elsevier Butterworth-
Heinemann, sebuah desain reaktor kimia skala industri harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
8
2.2. Jenis jenis reaktor
Reaksi homogen adalah mereka yang reaktan, produk, dan setiap katalis
yang digunakan berupa satu fase kontinyu: gas atau cair. Reaktor fase
gas homogen menggunakan reaktor sinambung yang dioperasikan terus
menerus; sedangkan reaktor fase cair bisa menggunakan tipe batch
maupun kontinyu. Tubular (pipe) reaktor biasanya digunakan untuk reaksi
gas-fasa homogen; misalnya, dalam thermal cracking minyak bumi fraksi
minyak mentah untuk etilena, dan dekomposisi termal dikloroetan untuk
9
vinil klorida. Kedua jenis reaktor tangki tubular dan berpengaduk
digunakan untuk reaksi fase cair homogen. Dalam reaksi heterogen ada
dua atau lebih fase, dan masalah utama dalam desain reaktor adalah
perpindahan masa antara fase. Kombinasi dari fase adalah:
10
digunakan untuk reaksi cair-cair dan gas cair homogen dan heterogen;
dan untuk reaksi yang melibatkan padatan tersuspensi, digunakan
pengaduk. Tingkat agitasi dapat dikendalikan penuh, reaktor seperti ini
cocok untuk reaksi di mana perpindahan masa atau perpindahan panas
diperlukan.
Ada dua tipe dasar packed bed reactor. Dalam industri proses kimia
perancang biasanya fokus pada jenis kedua: reaktor katalitik. Packed bed
reactor katalitik untuk skala industry memiliki berbagai ukuran dari tabung
kecil, diameter beberapa sentimeter, untuk diameter besar. Packed bed
reactor digunakan untuk reaksi gas dan gas-cair. Tingkat perpindahan
panas dalam jumlah besar pada packed bed reactor kurang baik. Untuk
tingkat perpindahan panas tinggi lebih baik memakai fluidized bed reactor.
11
2.3.5. Fluidized Bed Reactor
12
bakar menggunakan katalis zeolit beta dengan temperatur 400°C dan ratio
plastik/catalyst = 50 w/w. Hasil yang diperoleh menunjukkan degradasi
HDPE menghasilkan selektifitas tinggi untuk produk C5-C12 (70 w/w),
sedangkan untuk penguraian LDPE dan PP, selektifitas menjadi gasoline
berkurang (sekitar 64 w/w) tetapi proporsi untuk produk C1-C4 lebih tinggi.
Proses pirolisis plastik dalam sebuah reaktor dilakukan pada temperatur
antara 350°C sampai 900°C. Dari proses ini akan dihasilkan arang,
minyak dari kondensasi gas seperti parafin, isoparafin, olefin, naphthene
dan aromatik, serta gas yang memang tidak bisa terkondensasi.
Sementara Bajus dan Hájeková, 2010, melakukan penelitian dengan
batch reactor tentang pengolahan campuran tujuh jenis plastik menjadi
minyak dengan metode thermal cracking. Dari penelitian ini disimpulkan
bahwa thermal cracking campuran 7 jenis plastik akan menghasilkan
produk yang berupa gas, minyak dan sisa padatan.
Lin, et.al., 2010 melakukan konversi limbah plastik PE/PP/PS/PVC
pada suhu 250°C - 500°C tepatnya pada 390°C. Reaktor pirolisis yang
akan dirancang harus mampu bertahan pada zona suhu tersebut, agar
proses pirolisis berjalan baik. Seperti juga alat proses lainnya, sebuah
reaktor pirolisis plastik, selain menghasilkan minyak, juga mengeluarkan
hasil sampingan (by product) baik berupa energi lain (non-condensable
gas) maupun residu (char) seperti terlihat pada Gambar 2.1. di bawah ini.
Sampai dengan ditemukan cara pemanfaatannya, seluruh by product
(kecuali minyak) adalah limbah.
13
Gambar 2.1. Skema Umum Proses Pirolisis Plastik
14
Gambar 2.2. Rancang Bangun Reaktor Pirolisis
15
Gambar 2.3. Lilitan Pipa Tembaga Terendam Air (halaman 3 alinea 2)
Dari Tabel 2.1. Pada halaman berikut, terlihat bahwa reaktor berbentuk
tubular paling sering digunakan untuk penelitian. Reaktor yang terbuat dari
material baja (steel) menjadi pilihan utama pada penelitian mengenai
pirolisis. Selain pembuatannya mudah, kuat terhadap panas dan tekanan,
juga ketersediaan bahan di pasaran juga tinggi. Sayang sekali tidak
semua penelitian memberikan informasi yang lengkap mengenai
spesifikasi reaktor yang digunakan. Kebanyakan penelitian pirolisis
sebelumnya menitik-beratkan pada minyak yang dihasilkan, baik dari segi
berat volumenya maupun analisa baku mutunya. Beberapa penelitian
yang dilakukan di luar negeri menggunakan reaktor jenis fluidized bed
yang tentu saja memerlukan biaya riset yang tidak sedikit.
16
Tabel 2.1. Berbagai Jenis Reaktor Pada Penelitian Sebelumnya
Tabel lengkap mengenai jenis jenis reaktor yang pernah dipakai pada
penelitian pirolisis serta hal lain yang melingkupinya, bisa dilihat pada
lampiran P, di bagian akhir laporan ini.
17
BAB 3
METODE PENELITIAN
18
3.2. Reaktor Pirolisis Plastik .
Reaktor model tubular, type batch process. Terbuat dari pelat baja nir-
karat dengan variasi ketebalan. Kapasitas dapat memuat 10 kg plastik
cacah untuk setiap batch nya. Lubang pengisian plastik berdiameter 10
cm dengan penutup model flange empat baut. Spesifikasi reaktor dapat
dilihat pada Gambar 3.2. di bawah ini atau pada lampiran N dan O pada
akhir laporan ini.
19
Gambar 3.3. Plastik jenis PET tercacah (halaman 19 alinea 3)
Sifat-sifat thermal yang penting adalah titik lebur (Tm), temperatur transisi
(Tg) dan temperatur dekomposisi. Temperatur transisi adalah temperatur
di mana plastik mengalami perengganan struktur sehingga terjadi
perubahan dari kondisi kaku menjadi lebih fleksibel. Di atas titik lebur,
plastik mengalami pembesaran volume sehingga molekul bergerak lebih
bebas yang ditandai dengan peningkatan kelenturannya. Temperatur
lebur adalah temperatur di mana plastik mulai melunak dan berubah
menjadi cair. Temperatur dekomposisi merupakan batasan dari proses
pencairan. Jika suhu dinaikkan di atas temperatur lebur, plastik akan
mudah mengalir dan struktur akan mengalami dekomposisi. Dekomposisi
terjadi karena energi thermal melampaui energi yang mengikat rantai
molekul. Secara umum polimer akan mengalami dekomposisi pada suhu
di atas 1,5 kali dari (Tg) temperatur transisinya (Budiyantoro, 2010). Data
sifat termal yang penting pada proses daur ulang plastik bisa dilihat pada
tabel berikut:
20
Tabel 3.1. Data temperatur transisi dan temperatur lebur plastik
Dari Tabel 3.1. terlihat bahwa Plastik jenis PET memiliki suhu transisi (Tg)
di 70°C dimana secara umum akan mengalami dekomposisi pada 100°C
(1.5 kali Tg). Plastik PET juga mulai melebur pada suhu 250°C. Diatas
250°C PET mudah mengalir dan struktur mikronya mengalami
dekomposisi. Dekomposisi terjadi karena energi thermal yang ada pada
plastik melampaui energi yang mengikat rantai molekulnya.
21
Tabel 3.2. Nilai kalor plastik dan bahan lainnya
Polyethylene (PE) memiliki nilai panas lebih tinggi dari solar maupun
petrol. Jika dibakar menimbulkan pencemaran udara.
22
namun memiliki tingkat penguapan air yang relatif lebih tinggi
dibandingkan dengan shell tertutup.
23
Gambar 3.5. Kucuran Dari Ember Dilubangi (halaman 23 alinea 2)
24
rantai hydro carbon pendek dulu. Jika suhu terus dinaikan, panas terus
dimasukan, perlahan rantai hydrocarbon panjang mulai terurai. Saat
fenomena ini berlangsung, beberapa jenis gas ringan seperti methane,
ethane, propane dan butane mulai dihasilkan. Untuk memisahkan antara
minyak hasil gas terkondesasi dengan yang tidak dapat terkondensasi,
dibuatlah gas-oil separator sederhana. Terbuat dari bejana /wadah kaca
(bekas selai roti) dengan tutup aluminium. Seperti Gambar 3.5. pada tutup
dipasang sambungan „T” dari tembaga (dilingkaran merah). Wadah
tertutup rapat, kedap udara. Karena perbedaan kepadatan, minyak akan
jatuh langsung ke dalam wadah secara grafitasi, sedangkan NCG akan
terus masuk ke saluran NCG (garis hijau terputus).
25
Gambar 3.7. NCG yang punya nilai panas digunakan untuk memanaskan
reaktor (halaman 25 alinea 3)
26
3.6. Alat Pemantauan.
1. Suhu dalam reaktor: Resistant Temperature Detector (RTD) =
Thermo controller display AUTONICS type TC4S + Thermocoupe
Type-K (up to 1000°C). Dipasang tepat dibawah saluran gas
pirolisis yang keluar menuju kondensor. Rentang suhu: 15°C to
900°C. Akurasi: +/- 1°C.
27
3. Suhu permukaan: non contact infra red thermometer KRISBOW
KW06-279 Rentang suhu: 50°C to 270°C Akurasi : +/- 1°C.
28
BAB 4
PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN
ANALISIS DATA
29
dan plastik pembungkus. LLDPE dicirikan dengan densitas antara 0,915-
0,925 g/cm3. LLDPE adalah polimer linier dengan percabangan rantai
pendek dengan jumlah yang cukup signifikan. Kegunaannya adalah
sebagai pembungkus kabel, mainan, tutup kemasan, ember, container
dan pipa (Aprian et al, 2011). Menurut Triana (2006) reaksi pirolisis pada
temperatur 475°C dalam reaktor yang terbuat dari stainless steel dan
dialiri gas nitrogen (100 mL/menit) menghasilkan kecepatan reaksi
dekomposisi perengkahan sampah plastik jenis polipropilena (PP). Agus
Sapriyanto (2011) telah melakukan pengujian terhadap mesin pengubah
sampah plastik menjadi BBM. Proses pengujian dilakukan pada 1 kg
sampah plastik dengan suhu pemanasan 530°C. Jenis plastik yang
dimasukkan ialah semua jenis plastik. Kemudian dalam waktu 2 jam
sehingga menghasilkan bahan bakar cair sebanyak 300 ml. Berdasarkan
hasil pengujian didapat nilai kalor bahan bakar tersebut sampah plastik
sebesar 10.519 Cal/g atau 44.040,95 J/g, setara dengan nilai kalor
premium yaitu 10.285 Cal/g atau 43.061,24 J/g. Di tahun yang sama,
Aprian dan kawan-kawan (2011) meneliti minyak yang diperoleh dari
proses pirolisis pengolahan sampah plastik. Penelitian ini menggunakan
dua jenis plastik sebagai variabel tetap yaitu High Density Polyethylene
(HDPE) dan Low Density Polyethylene (LDPE) dan menggunakan reaktor
dengan diameter 20 cm dan tinggi 40 cm. Pirolisis dilangsungkan pada
temperatur 250° - 420°C dan waktu reaksi selama 0 - 60 menit. Minyak
yang dihasilkan pada proses pirolisis dapat dibandingkan dengan minyak
tanah dan minyak ini merupakan sumber dari bahan kimia yang berharga
misalnya alkohol, asam organik, eter, keton, alipatik dan hidrokarbon
aromatik. Dan gas yang dihasilkan berupa Cox, NOx, H2 dan Alkana
(Damanhuri, 2009).
30
karakteristik dalam mencapai dan bertahan pada suhu tertentu serta
menganalisa perubahan konsumsi gas dan waktu pemanasan yang
dibutuhkan. Pemanasan dilakukan dengan tiga jenis laju pembakaran
yaitu: Low, Medium dan High. Pengaturan laju pembakaran dilakukan
secara manual tanpa alat ukur, dengan memposisikan tombol regulator
yang terpasang pada burner gas. Target pengujian adalah, suhu dalam
reaktor yang (dibaca oleh RTD) harus mencapai 250°C dalam waktu 60
menit. Tabung gas LPG 3kg ditimbang sebelum dan sesudah percobaan.
Selisihnya dibagi dengan waktu percobaan untuk mendapatkan nilai laju
aliran. Hasil pengujian ini dapat dilihat pada Tabel 4.1. Sebagaimana
disampaikan oleh Ramadhan A dan Ali M pada Jurnal Ilmiah Teknik
Lingkungan Vol.4 No.1, 2013 bahwa zona pirolisis plastik antara suhu
250°C hingga 420°C. Rancangan reaktor pada penelitian ini harus mampu
bertahan pada rentang suhu tersebut. Tidak ada plastik yang dipanaskan,
tidak ada kondensor terhubung. Sehingga tidak ada minyak yang
dihasilkan dalam pengujian awal ini.
31
Tabel 4.1. Data Waktu, Suhu dan Konsumsi BBG Pengujian Tanpa Plastik
(halaman 31 alinea 1)
Dari Gambar 4.1. terlihat bahwa pada percobaan dengan laju pembakaran
kecil (T-Low) tidak bisa mencapai suhu 250°C. Sedang pada laju
pembakaran sedang (T-Med_ dan cepat (T-High) berhasil mencapai suhu
masing-masing 280°C dan 380°C.
32
Gambar 4.2. Karakteristik Konsumsi BBG Reaktor Kosong
Menilik data yang ada pada Gambar 4.2. terlihat bahwa percobaan
dengan laju pembakaran cepat (BBG-High) memerlukan BBG paling
banyak. Pada menit ke-27 misalnya, konsumsi BBG masing-masing laju
pembakaran (kecil, sedang, cepat) adalah 60 gram, 300 gram dan 400
gram. Adapun dari grafik pada Gambar 4.1. dan 4.2. di atas dapat dibuat
risalah pada table 4.2. dan 4.3. dibawah ini sebagai berikut:
33
Tabel 4.3. Pengaruh Perbedaan Laju Pembakaran Pada Konsumsi BBG
34
Pada Gambar 4.3. di bawah dapat dilihat percobaan akan dilakukan dalam
delapan batch . Hasil dari percobaan tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.4.
di bawah ini.
35
4.3.1. PENGARUH LAJU PEMBAKARAN TERHADAP SUHU
Perubahan yang terjadi pada laju pembakaran, bantuan NCG (kecuali
suhu air kondensor) memiliki pengaruh langsung terhadap laju
kenaikan suhu dalam reaktor, seperti terlihat pada Gambar 4.4
dibawah ini.
Gambar 4.4. Pengaruh Suhu Dan Waktu Pemanasan Reaktor Fitur Penuh
36
Untuk lebih jelasnya, untuk masing-masing Laju Pembakaran dengan dua
jenis suhu air kondenser, dibuatkan grafik tersendiri, seperti pada Gambar
4.5., 4.6., 4.7., 4.8., dan 4.9. sebagai berikut :
Dari kedua grafik di atas dapat terlihat terdapat kesamaan pola kenaikan
suhu. Pada LPS tanpa bantuan NCG, keduanya mencapai suhu max
245°C pada menit ke 54. Sedangkan dengan bantuan NCG, suhu max
250°C dapat dicapai pada menit ke 21. Kedua garis berpotongan di menit
ke 40, dimana tanpa NCG tetap konstan di suhu 245°C, sementara
dengan NCG cenderung turun.
37
Gambar 4.7. Pengaruh Suhu Pada LPC – Suhu Air NORMAL
Dari Gambar 4.7 dan Gambar 4.8. terlihat dengan laju pembakaran cepat,
bahwa tanpa NCG pun suhu bisa menembus 250°C hingga mencapai
340°C, sama seperti dengan NCG. Namun dengan NCG laju kenaikan
suhu lebih cepat. Dengan NCG suhu 300°C dicapai dalam 15 menit,
sementara tanpa NCG suhu 300°C dicapai dalam 38 menit.
38
Gambar 4.9. Pengaruh NCG pada suhu dengan LPS dan LPC
39
8. Pada 21 menit pertama, keduanya mencapai suhu yang sama
(250°C) namun setelah itu suhu LPS+NCG tetap, sedang suhu
LPC-NCG meningkat terus.
40
Pada dua gambar diatas, terlihat ada potensi penghematan konsumsi
BBG dengan memanfaatkan gas yang tidak terkondensasi (non-
condensable gas / NCG). Gas ini dibakar kembali untuk membantu
memanaskan reaktor. Dilihat dari pola diatas, semakin lama pemanasan,
maka potensi penghematan semakin besar.
41
terkondensasi untuk membantu memanaskan reaktor. Dilihat dari pola
diatas, semakin lama pemanasan, maka potensi penghematan konsumsi
BBG semakin besar. Pada akhir percobaan (setelah 60 menit)
penghematan BBG mencapai kisaran 80-90 gram, atau sekitar 1.5
gram/menit.
42
7. Pemakaian BBG pada LPS tanpa NCG (1) mencapai 688 gram,
dimanan pada LPC tanpa NCG (5) mencapai 991 gram.
8. Selisih konsumsi BBG antara (2) dan (5) = 365 gram.
9. Selisih konsumsi BBG antara (1) dan (5) = 303 gram.
43
5. Efisiensi panas dari reaktor, dihitung dengan membandingkan nilai
panas dari minyak yang dihasilkan (panas keluar), dengan nilai
panas dari BBG yang dibakar (panas masuk). Percobaan-4
mendapatkan efisiensi panas tertinggi (41%) dari delapan
percobaan yang dilakukan.
44
4.4.2. Uji Kinerja Fitur Lengkap
Dari delapan percobaan, hasil yang didapatkan pada uji kinerja reaktor
fitur lengkap dengan 500 gr plastik, adalah sebagai berikut:
45
6. Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini, maka
dibuat spesifikasi rinci dari reaktor yang dirancang. Selain informasi
mendasar tentang fisik reaktor, juga disediakan informasi tentang
kebutuhan panas, jenis plastik yang bisa diproses, harapan
besarnya produksi minyak yang dihasikan. Spesifikasi Reaktor
disertai kurva unjuk kerja reaktor ada pada lampiran O laporan ini.
46
BAB 5
5.1. KESIMPULAN
47
6. Suhu air kondensor memiliki sedikit pengaruh terhadap kinerja
reaktor dalam mencapai suhu tertentu. Mengambil contoh
percobaan pada Tabel 4.4. Pada LPS, pada menit yang sama,
kedua jenis suhu air kondensor memberikan pencapaian suhu
reaktor yang sedikit berbeda (suhu reaktor dengan SR sekitar 1°C -
2°C lebih rendah dari suhu reaktor dengan SN). Tabel 4.4. juga
menyatakan bahwa pada LPC perbedaan suhunya lebih besar lagi,
sekitar 2°C -17°C.
5.2. SARAN
1. Bahan reaktor plat Stainless steel 304 gunakan yang lebih tebal
min 1.5 mm untuk semua bagian. Pelat yang digunakan pada
penelitian ini SS304 tebal 0.8 mm terbukti sangat rentan terhadap
kebocoran. Juga proses penambalan menggunakan las argon
menjadi lebih sulit, pelat cenderung bergelombang pasca
pengelasan argon. Perbedaan ketebalan hanya menimbulkan
masalah baru yaitu ketidak setaraan laju pemuaian saat
dipanaskan.
2. Alat ukur laju aliran gas LPG digital. Selama ini laju pembakaran
diatur dengan memposisikan tombol regulator yang ada di burner.
Cara Ini memiliki tingkat akurasi yang rendah. Dengan memasang
flow meter LPG untuk rumah tangga, didapat pembacaan digital
dengan satuan m3/h. Operator dapat mengatur tombol regulator
diburner untuk mempertahankan nilai yang terbaca pada display.
Alat ini juga sebaiknya digunakan pada jalur NCG untuk
mendapatkan data berapa banyak NCG yang dihasilkan.
48
3. Gunakan Sungkup. Karena reaktor pada penelitian ini sudah
dilengkapi dengan cerobong pada bagian tengahnya, maka
penggunaan sungkup mengarahkan flue gas untuk memanaskan
dinding luar reaktor. Cara ini lebih mempercepat pemanasan dan
menghemat konsumsi BBG. Sungkup bisa terbuat dari drum bekas
minyak / solar kapasitas 200 liter.
6. Sight glass pada reaktor, untuk melihat apakah plastik sudah habis
didalam reaktor. Pada penelitian ini sulit untuk menduga seberapa
banyak plastik yang sudah terengkah didalam reaktor. Idealnya,
burner harus segera dimatikan setelah plastik dalam reaktor
terengkah habis. Ini untuk menjaga akurasi pencatatan konsumsi
BBG, dan mencegah reaktor dipanaskan terus menerus tanpa ada
plastik didalamnya.
49
7. Wadah minyak taruh diatas timbangan selama percobaan, agar
bisa dicatat laju produksi minyak, bukan hanya hasil akhir berat nya
saja. Akan lebih akurat jika pertambahan berat minyak setiap
menitnya dapat dicatat.
50
DAFTAR PUSTAKA
51
12. Low SL, Connor MA, Covey GH. 2001. Turning Mixed Plastik
Waste into a Useable Liquid Fuel. Department Of Chemical
Engineering. University Of Melbourne Victoria Australia.
13. Mustofa K., D., dkk. 2014. Pirolisis Sampah Plastik Hingga Suhu
900°C Sebagai Upaya Menghasilkan Bahan Bakar Ramah
Lingkungan. Simposium Nasional RAPI XIII – 2014 FT UMS.
ISSN:1412-9612
14. Osueke dan Ofundu, 2011, Conversion of Waste Plastics
(Polyethylene) to Fuel by Means of Pyrolysis. (IJAEST)
International Journal of Advanced Engineering Sciences and
Technologies, Vol. No. 4, Issue No. 1, 021 – 02
15. Panda, A.K., 2011, Studies on Process Optimization for Production
of Liquid Fuels from Waste Plastics, Thesis, Chemical Engineering
Department National Institute of Technology Rourkela. India.
16. Ramadhan Aprian P, Ali Munawar. 2013. Pengolahan Sampah
Plastik Menjadi Minyak Menggunakan Proses Pirolisis. Jurnal
Ilmiah Teknik Lingkungan Vol.4 No.1. Prodi Teknik Lingkungan
FTSP, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”. Jawa Timur.
17. Sarker, M., Rashid, M. M. 2013. Mixture of LDPE, PP and PS
Waste Plastiks into Fuel by Thermolysis Proses. International
Journal of Engineering and Technology Research, Vol. 1, No. 1.
18. Sarker, M., Rashid, M.M. 2013. Container Waste Plastik
Conversion into Fuel. International Journal of Engineering and
Applied Sciences Vol. 3 No. 1.
19. Saptoadi Harwin, Pratama Nosal. 2015. Utilization of Plastic Waste
Oil as Partial Substitute for Kerosene in Pressurized Cookstoves.
International Journal of Environmental Science and Development,
vol.6 no.5 May 2015.
20. Sapriyanto Agus. 2011. Mesin Pengubah Sampah Plastik Menjadi
Minyak. PKMT PNJ 2011. Jakarta.
21. Sahwan, F.L., Martono, D.H., Wahyono, S., Wisoyodharmo, L.A.,
2005, Sistem Pengolahan Limbah Plastik di Indonesia, Jurnal
Teknik Lingkungan BPPT 6 (1), halaman 311 – 318.
22. Sarker, M., Rashid, M.M., Rahman, M.S., dan Molla, M., 2012,
Environmentally Harmful Low Density Waste Plastic Conversion
into Kerosene Grade Fuel, Journal of Environmental Protection,
2012, 3, 700 – 708.
23. Tamilkolundu, S. dan Murugesan, C., 2012, The Evaluation of blend
of Waste Plastic Oil-Diesel fuel for use as alternate fuel for
52
transportation, 2nd International Conference on Chemical, Ecology
and Environmental Sciences (ICCEES'2012) Singapore April 28-29,
2012.
24. UNEP (United Nations Environment Programme), 2009, Converting
Waste Plastics Into a Resource, Division of Technology, Industry
and Economics International Environmental Technology Centre,
Osaka/Shiga. Japan.
25. Untoro Budi Surono, April 2013 Berbagai metode konversi sampah
plastik menjadi bahan bakar minyak. ISSN 2088 – 3676 Jurnal
Teknik Vol.3 No.1.
53