Anda di halaman 1dari 18

BAHAN AJAR RANGKAIAN ARUS SEARAH

FISIKA SEKOLAH 3

OLEH

1. Maya puspita sari (4201418001)


2. Dini eka lanjar saputri (4201418011)
3. Anisa febriyanti (4201418052)

Jurusan/Prodi : Fisika/Pendidikan Fisika


Dosen Pengampu :

Dr. Sunyoto Eko Nugroho, M. Si

Drs. Hadi Susanto, M.Si

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

2020/2021
Kompetensi Inti :

KI 1: Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.

KI 2: Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, santun, peduli (gotong royong,
kerjasama, toleran, damai), bertanggung jawab, responsif, dan pro-aktif dalam berinteraksi
secara efektif sesuai dengan perkembangan anak di lingkungan, keluarga, sekolah, masyarakat
dan lingkungan alam sekitar, bangsa, negara, kawasan regional, dan kawasan internasional.

KI 3: Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural


berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan
humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait
penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang
kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah

KI 4: Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan
metoda sesuai kaidah keilmuan.

Kompetensi Dasar :

3.1 Menganalisis prinsip kerja peralatan listrik searah (DC) dalam kehidupan sehari-
hari
4.1 Mempresentasikan hasil percobaan tentang prinsip kerja rangkaian listrik searah
(DC)
HUKUM OHM

A. Pengukuran Arus dan Tegangan Listrik


Arus Listrik adalah aliran muatan-muatan listrik yang melalui suatu pengantar. Dalam suatu
rangkaian listrik, dapat terjadi arus listrik jika terdapat beda potensial listrik. Semakin banyak muatan
listrik yang mengalir tiap satuan waktu dikatakan semakin besar (kuat) arus listriknya. Arah arus listrik
dalam suatu rangkaian listrik yaitu dari potensial tinggi (+) ke potensial rendah (-). Dalam suatu
penghantar, sebenarnya pembawa muatan listrik adalah elektron. Walaupun demikian, telah disepakati
bahwa arah arus listrik berlawanan dengan arah gerak elektron. Kuat arus listrik dapat diukur dengan
alat Amperemeter sedangkan beda potensial listrik dapat diukur dengan voltmeter.

Amperemeter Voltmeter

Tegangan Listrik adalah jumlah energi yang dibutuhkan untuk memindahkan unit muatan listrik
dari satu tempat ke tempat lainnya. Tegangan listrik yang dinyatakan dengan satuan Volt ini juga
sering disebut dengan beda potensial listrik karena pada dasarnya tegangan listrik adalah ukuran
perbedaan potensial antara dua titik dalam rangkaian listrik. Suatu benda dikatakan memiliki potensial
listrik lebih tinggi daripada benda lain karena benda tersebut memiliki jumlah muatan positif yang
lebih banyak jika dibandingkan dengan jumlah muatan positif pada benda lainnya. Sedangkan yang
dimaksud dengan Potensial listrik itu sendiri adalah banyaknya muatan yang terdapat dalam suatu
benda.
Tegangan listrik dapat juga dianggap sebagai gaya yang mendorong perpindahan elektron melalui
konduktor dan semakin tinggi tegangannya semakin besar pula kemampuannya untuk mendorong
elektron melalui rangkaian yang diberikan. Muatan listrik dapat kita analogikan sebagai air di dalam
sebuah tangki air, sedangkan Tegangan listrik dapat kita analogikan sebagai tekanan air pada sebuah
tangki air, semakin tinggi tangki air di atas outlet semakin besar tekanan air karena lebih banyak
energi yang dilepaskan. Demikian juga dengan tegangan listrik, semakin tinggi tegangan listriknya
maka semakin besar energi potensial yang dikarenakan semakin banyak elektron yang dilepaskan.
Apabila pada saat dua distribusi muatan listrik yang dipisahkan oleh jarak tertentu, maka akan
terjadi kekuatan listrik diantara keduanya. Jika distribusinya memiliki muatan yang sama (kedua-
duanya positif atau kedua-duanya negatif) maka saling berlawanan atau saling tolak menolak. Namun
apabila dua distribusi muatan berbeda (satu positif dan satunya lagi negatif) maka akan menyebabkan
gaya yang saling tarik-menarik. Pada saat kedua distribusi muatan tersebut disambungkan dengan
rangkaian atau beban yang unit positifnya sedikit maka unit positif tersebut akan dipengaruhi oleh
kedua distribusi muatan tersebut.
Sebuah sumber tegangan listrik yang konstan biasanya disebut dengan tegangan DC (tegangan
searah) sedangkan sumber tegangan listrik yang bervariasi secara berkala dengan waktu disebut
dengan tegangan AC (tegangan bolak balik). Tegangan listrik diukur dengan satuan Volt yang
dilambangkan dengan simbol huruf “V”. 1 Volt (satu Volt) dapat didefinisikan sebagai tekanan listrik
yang dibutuhkan untuk menggerakan 1 Ampere arus listrik melalui konduktor yang beresistansi 1
Ohm. Istilah “VOLT” ini diambil dari nama fisikawan Italia yang menemukan baterai volta (Voltaic
Pile) yaitu Alessandro Volta (1745-1827).
Baterai dan pencatu daya (power supply) merupakan contoh sumber yang menghasilkan tegangan
DC (tegangan searah) yang stabil seperti menghasilkan tegangan DC 1,5V, 3V, 5V, 9V, 12V dan 24V.
Sementara sumber tegangan AC (tegangan bolak-balik) tersedia untuk keperluan peralatan rumah
tangga dan industri. Tegangan AC standar yang digunakan di Indonesia adalah 220V, sedangkan di
negara lain ada yang menggunakan 100V, 110V ataupun 240V.

Simbol Tegangan Listrik DC dan Simbol Tegangan Listrik AC


Rangkaian-rangkaian Elektronik pada umumnya beroperasi dengan menggunakan tegangan DC
yang rendah seperti 1,5V hingga 24V DC. Simbol sumber tegangan DC pada rangkaian-rangkaian
elektronik biasanya adalah simbol baterai dengan tanda positif (+) dan tanda negatif (-) yang
menunjukan arah polaritasnya.  Sedangkan simbol tegangan AC pada rangkaian listrik atau rangkaian
elektronik adalah sebuah lingkaran bulat dengan gelombang Sinus didalamnya.
Berikut dibawah ini adalah simbol tegangan DC dan simbol tegangan AC.

B. Hubungan Kuat Arus dan Tegangan Listrik


Arus listrik dan tegangan listrik adalah dua bilangan fundamental dalam listrik. Tegangan listrik
adalah penyebab dan arus listrik adalah efeknya.
Tegangan listrik antara dua titik sama dengan beda potensial listrik antara titik-titik tersebut. Ini
sebenarnya adalah gaya gerak listrik (ggl), bertanggung jawab atas pergerakan elektron (arus listrik)
melalui sebuah rangkaian. Aliran elektron yang dipaksakan oleh tegangan listrik saat ini. Tegangan
listrik mewakili potensi setiap Coulomb muatan listrik untuk melakukan pekerjaan.

Sirkuit listrik dengan sumber tegangan (misalnya baterai) dan sebuah resistor.

Sumber tegangan listrik memiliki dua titik yang memiliki perbedaan potensial listrik. Bila ada jalur
loop tertutup antara dua titik ini, maka disebut sirkuit dan arus bisa mengalir. Dengan tidak adanya
rangkaian, arus tidak akan mengalir meskipun ada tegangan listrik.

Simbol dan Unit


Huruf italic kapital I  melambangkan arus listrik. Unit standarnya adalah Ampere (atau Amps),
dilambangkan dengan A. Satuan SI untuk arus adalah Coulomb / second.
1 ampere = 1 coulomb / detik.
Satu ampere arus mewakili satu coulomb muatan listrik (6,24 x 1018 pembawa muatan) bergerak
melewati titik tertentu dalam rangkaian dalam satu detik. Perangkat yang digunakan untuk mengukur
arus disebut Ammeter.
Huruf italic kapital V melambangkan tegangan listrik.
1 volt = 1 joule / coulomb.
Satu volt akan menggerakkan satu coulomb (6,24 x 1018) pembawa muatan, seperti elektron, melalui
resistansi satu ohm dalam satu detik. Voltmeter digunakan untuk mengukur voltase.

Bidang dan Intensitas


Arus listrik selalu menghasilkan medan magnet. Semakin kuat arus, semakin kuat medan magnetnya.
Tegangan listrik menghasilkan medan elektrostatik. Seiring bertambahnya tegangan diantara dua titik,
bidang elektrostatik menjadi semakin kuat. Seiring bertambahnya jarak antara dua titik yang memiliki
tegangan tertentu berkenaan satu sama lain, intensitas elektrostatik menurun antar titik.

Koneksi Seri dan Paralel

Pada Sirkuit Seri


Tegangan listrik bertambah untuk komponen yang dihubungkan secara seri. Arus listrik sama melalui
semua komponen yang saling terhubung secara seri.

Komponen elektrik pada koneksi seri.

Sebagai contoh jika baterai 2V dan baterai 6V terhubung ke resistor dan LED secara seri, arus yang
melalui semua komponen akan sama (katakanlah, 15mA) namun tegangan listriknya akan berbeda (5V
melintasi resistor dan 3V melintasi LED). Tegangan ini menambah tegangan baterai: 2V + 6V = 5V +
3V.
Pada Sirkuit Paralel
Arus listrik bertambah untuk komponen yang dihubungkan secara paralel. Tegangan listrik nya sama
melalui semua komponen yang terhubung secara paralel.

Komponen elektrik pada koneksi paralel.


Sebagai contoh jika baterai yang sama dihubungkan ke resistor dan LED secara paralel, tegangan
listrik melalui komponennya akan sama (8V). Namun, arus 40mA melalui baterai didistribusikan ke
dua jalur di sirkuit dan dipecah menjadi 15mA dan 25mA.
C. Hambatan Listrik
 Resistansi
Resistansi (Resistance) atau lebih tepatnya disebut dengan Resistansi Listrik (Electrical
Resistance) adalah kemampuan suatu bahan benda untuk menghambat atau mencegah aliran arus
listrik. Seperti yang kita ketahui bahwa arus listrik adalah banyaknya muatan listrik yang
mengalir dalam suatu rangkaian listrik dalam tiap satuan waktu yang dikarenakan oleh adanya
pergerakan elektron-elektron pada konduktor. Maka Resistansi Listrik yang biasanya dalam
bahasa Indonesia disebut dengan Hambatan Listrik ini juga diartikan sebagai penghambat aliran
elektron dalam konduktor tersebut.
Nilai Resistansi atau nilai hambatan dalam suatu rangkaian listrik diukur dengan satuan Ohm
atau dilambangkan dengan simbol Omega “Ω”. Sedangkan prefix atau awalan SI (Standar
Internasional) yang digunakan untuk menandakan kelipatan pada satuan resistansi tersebut adalah
kilo Ohm, Mega Ohm dan Giga Ohm.

1 Giga Ohm = 1.000.000.000 Ohm (109 Ohm)


1 Mega Ohm = 1.000.000 Ohm (106 Ohm)
1 Kilo Ohm = 1.000 Ohm  (103 Ohm)

Pada dasarnya, setiap bahan penghantar atau konduktor memiliki sifat yang menghambat
arus listrik, besaran hambatan listrik pada suatu penghantar atau konduktor dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu  :
Jenis bahan. Contohnya Tembaga memiliki nilai resistansi yang lebih rendah dibandingkan
dengan baja.
Suhu. Nilai resistansi akan meningkat seiring dengan meningkatnya suhu pada penghantar.
Panjang penghantar. Semakin panjang suatu penghantar, semakin tinggi pula nilai resistansinya.
Luas penampang. Semakin kecil diameter suatu penghantar, semakin tinggi pula nilai
resistansinya.
Komponen elektronik yang berfungsi sebagai penghambat arus listrik ini adalah Resistor.
Resistor dalam suatu rangkaian elektronika dapat berfungsi untuk menghambat atau mengurangi
aliran arus listrik dan sekaligus juga bertindak untuk menurunkan level tegangan listrik di dalam
rangkaian.
 Resistivitas
Resistivitas listrik adalah salah satu parameter fisis yang dapat digunakan untuk menyelidiki
struktur bawah permukaan dengan menggunakan metode atau teknik resistivity logging.
Resistivitas juga berfungsi untuk mengukur sifat batuan dan fluida disepanjang lubang bor
dengan mengukur sifat tahanan kelistrikannya. Besaran resistivitas batuan dideskripsikan dengan
Ohm Meter, dan biasanya dibuat dalam skala logaritmik. Metode atau teknik resistivity dilakukan
karena pada hakikatnya batuan, fluida dan hidrokarbon di dalam bumi memiliki nilai resistivitas
tertentu.
Pengukuran resisitivitas test telah banyak dilakukan untuk berbagai keperluan dalam
menduga keterdapatan air tanah, mineral dan aplikasi resistivitas dalam teknik sipil. Setiap bahan
atau material akan mempunyai tahanan atau resistansi jika dialiri arus listrik. Nilai resistivitas ini
tergantung pada jenis bahan, kekompakan bahan, porositas, dan permeabilitas bahan serta
kandungan air.
Contoh untuk resistivitas suatu medium yaitu air garam yang memiliki konsentrasi yang
tinggi akan dapat mengalirkan listrik dengan mudah dibandingkan dengan air tawar. Dalam suatu
lapisan batuan, pori batuan tersebut akan terisi oleh hidrokarbon dan air formasi. Zona air
dominan pada suatu lapisan batuan tersebut akan memiliki konduktivitas lebih tinggi (resistivitas
rendah) dibanding pada zona hidrokarbon dominan. Namun metode ini memiliki penetrasi
kedalaman yang dangkal.
 Jenis resistor
Pada umumnya Resistor dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis, diantaranya adalah Fixed
Resistor, Variable Resistor, Thermistor dan LDR.
a). Fixed Resistor
Fixed Resistor adalah jenis Resistor yang memiliki nilai resistansinya tetap. Nilai Resistansi
atau Hambatan Resistor ini biasanya ditandai dengan kode warna ataupun kode Angka.
Bentuk dan Simbol Fixed Resistor :

Yang tergolong dalam Kategori Fixed Resistor berdasarkan Komposisi bahan pembuatnya
diantaranya adalah :
Carbon Composition Resistor (Resistor Komposisi Karbon)
Resistor jenis Carbon Composistion ini terbuat dari komposisi karbon halus yang
dicampur dengan bahan isolasi bubuk sebagai pengikatnya (binder) agar mendapatkan nilai
resistansi yang diinginkan. Semakin banyak bahan karbonnya semakin rendah pula nilai
resistansi atau nilai hambatannya.
Nilai Resistansi yang sering ditemukan di pasaran untuk Resistor jenis Carbon Composistion
Resistor ini biasanya berkisar dari 1Ω sampai 200MΩ dengan daya 1/10W sampai 2W.
Carbon Film Resistor (Resistor Film Karbon)
Resistor Jenis Carbon Film ini terdiri dari filem tipis karbon yang diendapkan Subtrat
isolator yang dipotong berbentuk spiral. Nilai resistansinya tergantung pada proporsi karbon
dan isolator. Semakin banyak bahan karbonnya semakin rendah pula nilai resistansinya.
Keuntungan Carbon Film Resistor ini adalah dapat menghasilkan resistor dengan toleransi
yang lebih rendah dan juga rendahnya kepekaan terhadap suhu jika dibandingkan dnegan
Carbon Composition Resistor.
Nilai Resistansi Carbon Film Resistor yang tersedia di pasaran biasanya berkisar diantara 1Ω
sampai 10MΩ dengan daya 1/6W hingga 5W. Karena rendahnya kepekaan terhadap suhu,
Carbon Film Resistor dapat bekerja di suhu yang berkisar dari -55°C hingga 155°C.
Metal Film Resistor (Resistor Film Logam)
Metal Film Resistor adalah jenis Resistor yang dilapisi dengan Film logam yang tipis ke
Subtrat Keramik dan dipotong berbentuk spiral. Nilai Resistansinya dipengaruhi oleh panjang,
lebar  dan ketebalan spiral logam.
Secara keseluruhan, Resistor jenis Metal Film ini merupakan yang terbaik diantara jenis-jenis
Resistor yang ada (Carbon Composition Resistor dan Carbon Film Resistor).
b). Variable Resistor
Variable Resistor adalah jenis Resistor yang nilai resistansinya dapat berubah dan diatur sesuai
dengan keinginan. Pada umumnya Variable Resistor terbagi menjadi Potensiometer, Rheostat
dan Trimpot. Bentuk dan Simbol Variable Resistor : 

Potensiometer
Potensiometer merupakan jenis Variable Resistor yang nilai resistansinya dapat berubah-ubah
dengan cara memutar porosnya melalui sebuah Tuas yang terdapat pada Potensiometer. Nilai
Resistansi Potensiometer biasanya tertulis di badan Potensiometer dalam bentuk kode angka.
Rheostat
Rheostat merupakan jenis Variable Resistor yang dapat beroperasi pada Tegangan dan Arus
yang tinggi. Rheostat terbuat dari lilitan kawat resistif dan pengaturan Nilai Resistansi
dilakukan dengan penyapu yang bergerak pada bagian atas Toroid.
Preset Resistor (Trimpot)
Preset Resistor atau sering juga disebut dengan Trimpot (Trimmer Potensiometer) adalah jenis
Variable Resistor yang berfungsi seperti Potensiometer tetapi memiliki ukuran yang lebih
kecil dan tidak memiliki Tuas. Untuk mengatur nilai resistansinya, dibutuhkan alat bantu
seperti Obeng kecil untuk dapat memutar porosnya
c). Thermistor (Thermal Resistor)
Thermistor adalah Jenis Resistor yang nilai resistansinya dapat dipengaruhi oleh suhu
(Temperature). Thermistor merupakan Singkatan dari “Thermal Resistor”. Terdapat dua jenis
Thermistor yaitu Thermistor NTC (Negative Temperature Coefficient) dan Thermistor PTC
(Positive Temperature Coefficient). Bentuk dan Simbol Thermistor :
d). LDR (Light Dependent Resistor)
LDR atau Light Dependent Resistor adalah jenis Resistor yang nilai Resistansinya dipengaruhi
oleh intensitas Cahaya yang diterimanya. Bentuk dan Simbol LDR : 
RANGKAIAN ELEKTRONIK DAN HUKUM KIRCHOFF

1. Rangkaian elektronika

1.1 Rangkaian seri merupakan rangkaian listrik yang disusun membentuk garis lurus. Artinya
pada saat kamu menyambungkan batrai, lampu 1, dan lampu 2 secara urut membentuk garis
lurus maka kamu sudah menyusun rangkaian seri. Agar lebih
mengetahui bentuk rangkaian seri sederhana perhatikan gambar
berikut:
Pada rangkaian seri bola lampu disusun runtun sehingga membentuk garis
lurus (tanpa percabangan) dengan sumber tegangan
/ baterai. Bola lampu yang merupakan salah satu implikasi dari jenis hambatan
tetap maka akan menghasilkan arus listrik. Pada rangkaian
seri berlaku kaidah bahwa
“arus yang mengalir pada setiap hambatan adalah sama dengan arus total dan
Ciri Rangkaian Seri
jumlah tegangan yang mengalir dalam setiap hambatan adalah sama dengan
tegangan sumber”. 1. Hambatan disusun
berderet
Jadi dapat dituliskan secara matematis yaitu : 2. Terdapat satu lintasan
arus listrik.
3. Kuat arus listrik yang
mengalir di setiap
hambatan sama

Untuk arus sendiri berlaku hukum ohm yaitu dengan nilai R, yaitu

Untuk tegangan yang terdapat pada setiap lampu diperoleh dengan menggunakan persamaan

1.2 rangkaian parallel

Rangkaian parallel merupakan rangkaian listrik dimana antar komponen rangkaian disusun secara sejajar.
Setiap komponen seperti hambatan dan sumber tegangan disambungkan pada titik
percabangan. Perhatikan gambar berikut ini :
Pada rangkaian parallel setiap lampu/hambatan mengambil sumber tegangan yang
sama yaitu yang berasal dari tegangan sumber sehingga berlaku kaidah
“tegangan yang mengalir dalam setiap komponen adalah sama dengan
tegangan sumber dan jumlah arus yang mengalir pada setiap
komponen sama dengan arus total.
Ciri Rangkaian Parallel
1. Hambatan disusun berdampingan (sebelah menyebelah)
2. Terdapat lebih dari satu lintasan arus listrik.
3. Beda potensial (V) di setiap ujung hambatan sama besar.

Secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut :

Untuk arus sendiri berlaku hukum ohm yaitu


dengan nilai R, yaitu

Pengertian Jembatan Wheatstone

Jembatan Wheatstone adalah susunan rangkaian listrik guna mengukur suatu tahanan yang tidak diketahui
besarannya. Fungsi dari Jembatan Wheatstone yaitu guna mengukur nilai suatu hambatan dengan cara
arus yang mengalir galvanometer sama dengan nol sebab potensial ujungnya sama besar. Sehingga bisa
dirumuskan dengan perkalian silang.Cara kerja Jembatan Wheatstone adalah sirkuit listrik pada 4 tahanan
dan sumber tegangan yang dihubungkan melalui 2 titik diagonal dan juga pada kedua diagonal yang lain
dimana galvanometer ditempalkan.

Gambar Jembatan Wheatstone

Gambar di bawah ini bentuknya sedikit berbeda tapi sejatinya sama. Gambar tersebut adalah susunan
Jembatan Wheatstone
Contoh rangkaian untuk jembatan listrik selain jembatan wheatstone yaitu jembatan Wien, jembatan
Kelvin, dan lain sebagainya. Rangkaian jembatan pada umumnya digambarkan seperti pada gambar di
bawah.

jembatan Wheatstone.Pada gambar di atas dijelaskan bahwa penyusun X1, X2, X3, dan X4 adalah
komponen listri resistor, kapasitor, induktor, ataupun gabungan dari ketiganya. Sedangkan penyusun G
yaitu Galvanometer yang berperan aktif sebagai rangkaian jembatan.

Cara Menentukan Hambatan Pengganti

Untuk mendapatkan besarnya suatu hambatan pengganti pada tiap susunan hambatan jembatan
Wheatstone bisa memakai aturan dan rumus berikut:

1. Jika perkalian silang antara R1 dan R3 sama dengan R2 dan R4 maka R5 bisa diabaikan hingga hanya
menjumlah secara seri lalu dipararelkan.

Sesudah chambatan tengah dianggap tidak ada, pakai prinsip seri-pararel untuk menemukan besarnya
suatu hambatan pengganti.

2. Jika perkalian silang antara R1 dan R3 tak sama dengan perkalian antara R2 dan R4, maka hambatan
harus diganti dengan hambatan baru hingga susunan hambatannya menjadi seperti di bawah ini.
Keterangan

R1, R2, dan R5 diganti dengan Ra, Rb, dan Rc. Hingga susunan menjadi seperti di bawah ini.

Rumus

Ra = R1 . R2 / (R1 + R2 + R2)

R2 = R1 . R5 / (R1 + R2 + R2)

R3 = R2 . R5 / (R1 + R2 + R2)

Selanjutnya hanya melanjutkan dengan prinsip seri dan pararel hambatan untuk menemukan hambatan
penggantinya.

Hukum Kirchhoff

1) Hukum I Kirchhoff
arus yang masuk pada titik percabangan sama dengan kuat arus yang keluar pada titik percabangan
tersebut. Pernyataan ini dikenal sebagai Hukum I Kirchoff. Perhatikan gambar 2.7 berikut ini.
Gambar 2.7. Hukum 1 Kirchoff
Secara matematis Hukum I Kirchoff dapat dituliskan sebagai berikut.

2) Hukum II Kirchhoff
Hukum II Kirchhoff atau hukum loop menyatakan bahwa :” jumlah perubahan potensial yang
mengelilingi lintasan tertutup pada suatu rangkaian harus sama dengan nol”.
Hukum ini di dasarkan pada hukum kekekalan energi. perhatikan gambar 2.8 berikut ini
(Gambar 2.8. Hukum II Kirchoff)
Secara matematis hukum II Kirchhoff dapat dinyatakan sebagai berikut.

Keterangan:
E : ggl sumber arus (volt)
I : kuat arus (A)
R : hambatan (Ω )
Perjanjian tanda E dan I yaitu jika arah arus searah dengan arah loop, maka i bertanda positif dan jika
arah loop bertemu dengan kutub positif sumber tegangan, maka E bertanda positif .

III. APLIKASI LISTRIK SEARAH


Setiap peralatan listrik memerlukan energi untuk beroperasi. Semakin lama per ata kstrik
digunakan, energi listrik yang diserap akan semakin besar. Pada peralatan listrik, energi listrik yang
diserap alat dinyatakan dalam daya listrik. Untuk mengetahui berbagai penjelasan tentang energi listrik,
daya kstrik, dan sumber energi listrik, perhatikan penjelasan berikut.

1. Energi Listrik (W)

Energi listrik tidak dapat Anda lihat. Namun, energi listrik dapat Anda amati gejala-gejala yang
ditimbulkannya. Semisal lampu listrik dapat menerangi ruangan rumah ketika malam hari dan
pakaian dapat halus ketika setrika dihubungkan dengan sumber listrik rumah. Alat-alat tersebut
berfungsi disebabkan adanya energi listrik.

Banyaknya energi listrik yang diserap oleh sumber peralatan listrik sebanding dengan tenaga
listrik kuat arus listrik dan waktu pemakaian secara matematis, energi listrik dirumuskan sebagai
berikut:

q
W=q.V ;I=
R
V
W =VIt hukum ohm I = , V =IR
R
W =IRIt
V
W =I 2 Rt atau W =V t
R

V2
W= t
R

W = energi listrik (joule)

t = waktu (sekon)

V = tegangan listrik (volt)

I = arus listrik (ampere)

R = hambatan (Ω ¿

Satuan energi listrik dalam SI dinyatakan dalam satuan joule, sedangkan dalam kehidupan
sehari-hari satuan energi listrik dinyatakan dalam kilowatt hour (kWh). Nilai kWh apabila
dikonverensikan ke dalam satuan joule sebagai berikut.

1 kWh = 1000 watt × 3.600 sekon = 3,6 ×10 6 joule

2. Daya Listrik (P)

Daya didefinisikan sebagai laju kerja atau laju transfer energi persatuan waktu. Oleh karena itu,
jika dituliskan melalui persamaan matematis sebagai berikut.
dW
P=
dt
dW dq
P=
dq dt
VIt
P=
t
P=VI
Berdasarkan hukum ohm, daya dapat ditulis

V22
P=I R=
R
Dengan demikian dapat diketahui nilai hambatannya adalah

V2
R=
P
Besar hambatan peralatan listrik merupakan karakteristik dari peralatan listrik tersebut. Jika
peralatan listrik disusun seri atau parallel,nilai hambatan totalnya dapat diperhitungkan. Suatu
peralatan listrik kadang kala dipasang pada tegangan yang berbeda dengan spesifikasi untuk
peralatan listrik tersebut. Dengan menganggap nilai hambatan sama, maka kita dapat menentukan
daya yang terjadi pada peralatan listrik.

Contoh Soal

Lampu memiliki daya 100 watt. Jika lampu itu dipasang pada tegangan 20 volt, berapakah kuat arus
listrik yang mengalir pada lampu?

Penyelesaian:

Diketahui: P = 100 W

V = 20 Volt

Ditanya: I

Jawab: P = VI

P
I=
V
100W
=
20 V
=5A

3. Sumber Energi Listrik

a) Listrik AC
Listrik yang berada dalam rumah merupakan listrik AC. Listrik AC dihasilkan oleh pembangkit
energi listrik PLN. Energi ini disalurkan ke rumah melalui terminal yang berurutan, yaitu MCB (Main
Circuit Breaker), kWh-meter, kotak sekring, stop kontak, dan peralatan listrik.

Rangkaian listrik dalam rumah disusun secara paralel. Tujuannya, setiap alat listrik mendapatkan
tegangan yang sama. Selain itu, jika salah satu komponen listrik rusak, komponen yang lain masih
berfungsi. Sumber listrik AC lain berupa dinamo dan generator. Listrik AC dapat diubah menjadi listrik
DC menggunakan alat yang dinamakan adaptor.

b) Listrik DC

Ciri khas tegangan listrik DC yaitu kemampuannya menghasilkan listrik dengan pola kontinu.
Aliran elektronnya berjalan terus-menerus. Aliran ini akan berhenti jika memenuhi dua syarat:
1) dihentikan dengan sengaja semisal memutus penghantarnya
2) tidak ada tegangan sehingga elektron tidak mengalir.
Dengan dua syarat tersebut sumber penghasil listrik DC dapat dikelompokkan menjadi elemen
primer dan elemen sekunder. Elemen primer adalah sumber penghasil listrik sekali pakai. Ketika
tegangan listrik tersebut habis, elemen tersebut tidak dapat digunakan. Sebaliknya, elemen sekunder
merupakan alat penghasil tegangan listrik yang dapat diisi ulang. Hal inilah yang menyebabkan arus
listrik dapat mengalir kembali.

Anda mungkin juga menyukai