PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Wahyu
Menurut bahasa (lughah), kata wahyu berasal dari bahasa Arab al-wahy
yang memiliki beberapa arti, di antaranya; suara, tulisan isyarat, bisikan,
paham dan juga api. Tetapi ada juga yang mengartikan bisikan yang
tersembunyi dan cepat. Dengan demikian, pengertian wahyu secara etimologis
adalah penyampaian sabda tuhan kepada manusia pilihan-Nya tanpa diketahui
orang lain, agar diteruskan kepada umat manusia untuk dijadikan sebagai
pegangan hidup baik di dunia maupun di akhirat kelak.
2
Definisi di atas adalah definisi wahyu dengan pengertian masdar. Bagian
awal definisi ini mengesankan adanya kemiripan antara wahyu dengan suara
hati atau kasyaf, tetapi yang membedakannya dengan ilham di akhir definisi
meniadakan hal ini. Sebagaimana pengakuan Al-Qur’an bahwa wahyu
merupakan sebuah hakikat dan kebenaran dan dalam beberapa ayat Al-Qur’an
hal tersebut dinisbahkan kepada Nabi Saw. Akan tetapi, Al-Qur’an
menjelaskan esensi wahyu hanya sekedar mengisyaratkan saja dan tidak
memaparkan sedetail mungkin. Al-Qur’an menyatakan: “Dan sesungguhnya
al-Qur’an ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam, Dia dibawa
turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril), ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu
menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan.”
(QS. Asy-Syu’araa’: 192-194).
3
1, Al-Qur`an diturunkan pada malam qadar. Ini didasari bahwa malam qadar
jatuh pada sepuluh malam-malam terakhir dari bulan Ramadhan, yakni malam 21,
23, 25, 27, dan 29. Keberagaman pandangan tentang awal proses turunnnya Al-
Qur`an tidak menafikan bahwa diturunkannya Al-Qur`an pada malam qadar di
bulam Ramadhan. Allah berfirman kepada Nabi Muhammad Saw. dalam Surat
An-Nisa` [4] ayat 105 :
ك هّٰللا ُ َۗواَل َت ُكنْ لِّ ْل َخ ۤا ِِٕٕى ِني َْن َخصِ ْيمًا َ ْك ْالك ِٰت
ِ ب ِب ْال َح ِّق لِ َتحْ ُك َم َبي َْن ال َّن
َ اس ِب َمٓا اَ ٰرى ا
َ َّنٓا اَ ْن َز ْل َنٓا ِا َلي
4
demi sedikit dalam berbagai kesempatan sepanjang masa-masa kerasulan
Muhammad Saw.
5
menyimpulkan proses penyampaian al-Qur`an kepada Nabi Saw dalam dua cara
penyampaian, yaitu:
a. Jibril datang dengan suara seperti suara lonceng, yaitu suara yang amat kuat
yang dapat mempengaruhi kesadaran, sehingga ia dengan segala kekuatannya
siap menerima pengaruh itu. Cara ini adalah yang paling berat bagi Rasul.
b. Jibril menjelma sebagai seorang laki-laki. Cara ini lebih ringan dari pada cara
sebelumnya, karena adanya kesesuaian antara pembicara dengan pendengar.
C. Pemeliharaan Wahyu
Allah SWT dalam Surat al-Hijr [15]: 9 telah menyatakan bahwa ke-otentikan
Al-Qur`an dijamin oleh Allah, dimana Allah menyatakan:
a. Tahapan Penghafalan
6
menerima pemberitaan wahyu dari Nabi Saw. Mereka juga menghafalnya, dan
terkenalnya tujuh huffadh Al-Qur`an terkenal yang diriwayatkan dalam hadits
Bukhari melalui tiga jalur periwayatan. Mereka adalah Abdullah bin Mas’ud,
Salim bin Ma’qil, Muadz bin Jabal. Ubay bin Ka’ab, Zaid bin Tsabit, Abu
Zaid bin Sakan dan Abu Ad-Darda`.
7
1) Penulisan al-Qur`an dilakukan ketika wahyu turun.
2) Penyusunan urutan ayat-ayat dalam surat-surat sesuai petunjuk Nabi
3) Ayat-ayat tertulis secara terpisah pada kepingan-kepingan, tulang, pelepah
kurma, batu-batu, dan sebagainya.
4) Al-Qur`an tidak dalam bentuk mushaf.
5) Tidak adanya tanda baca dan simbol-simbol lainnya.
Pada masa Abu Bakar yang mengalami berbagai peristiwa dan gejolak,
baik secara internal dalam masyarakat Islam sendiri atau dari ekternal. Perang
Yamamah yang terjadi tahun 12 H menyebabkan gugurnya 70 qori dari
sahabat gugur. Umar bin Khattab merasa khawatir dan mengusulkan ke Abu
Bakar agar mengumpulkan dan membukukan Al-Qur`an, karena
dikhawatirkan akan musnah. Mulanya sang khalifah sempat bimbang karena
hal ini tak pernah diperintahkan Rasulullah SAW secara langsung, namun
akhirnya beliau menyetujuinya.
Ada juga ilmuan yang berpendapat bahwa Zaid hanya menerima Qur`an
apabila orang itu memiliki catatan dan juga telah menghapal apa yang ia catat
tersebut. Zaid bin Sabit sebenarnya adalah juga seorang penghapal tapi hal ini
8
tidak mengurangi kehati‐hatian dan kecermatannya ia melakukan
pengumpulan Qur`an dari semua orang yang memiliki catatan dan
menghafalnya. Pada masa ini Qur`an telah dikumpulkan ke dalam bentuk
buku dengan tertib susunan yang diperintahkan Rasul SAW dan mencakup
ketujuh huruf yang mana Qur`an diturunkan. Pada masa Abu Bakar ra inilah
lahir istilah mushaf. Beberapa karakter proses dan hasil yang dilakukan Abu
Bakar, yaitu:
d. Tahapan Penggandaan
9
Ustman kemudian mengutus utusan kepada Hafsah agar meminjamkan
mushaf Abu Bakar untuk menyalin dan memperbanyaknya namun dengan
perintah khusus yaitu agar menuliskan ke dalam satu cara baca saja yaitu
dalam dialeg Quraisy dan membuang keenam huruf (cara baca) lainnya.
Khalifah Ustman memerintahkan Zaid bin sabit, Abdullah bin Zubair, Sa'id
bin ‘Ash dan Abdurrahman bin Haris bin Hisyam untuk melakukannya.
Mereka melaksanakan perintah itu. Setelah selesai menyalinnya menjadi
mushaf, Usman mengembalikan lembahan-lembaran asli (orisinil) itu kepada
Hafshah. Selanjutnya Usman mengirimkan mushaf baru tersebut ke setiap
wilayah dan memerintahkan agar semua Al-Qur`an atau mushaf lainnya
dibakar. Terdapat perbedaan diantara para ilmuan tentang jumlah mushaf
yang ditulis Usman. Mayoritas ilmuan mengatakan sebanyak empat buah,
masing-masing ke Kufah, Bashrah dan Syria, semetara satu lagi disimpan
Usman.
Beberapa karakter proses kerja dan hasil dalam bentuk Al-Qur`an dari tim
bentukan Khalifah Usman, yaitu :
1) Didorong oleh karena timbulnya perselisihan di kalangan orang Islam
mengenai versi bacaan (qira`at).
2) Di kerjakan dari apa yang dihasilkan tim bentukan Abu Bakar.
3) Al-Qur`an dalam bentuk mushaf, yang disebut dengan mushaf Usmani
(Rasm Usman) atau mushaf Imam.
4) Al-Qu`an ditulis seluruhnya berdasarkan riwayat mutawatir
5) Surat dan ayat disusun dengan tertib.
6) Berbentuk satu corak dialeg (qira`ah).
7) Belum menggunakan tanda baca seperti tititk, dan simbol-simbol bacaan
lainnya.
e. Tahapan Penyempurnaan
Sebagai hasil yang telah dilakukan oleh tim yang dibentuk Khalifah
Usman, dimana Al-Qur`an yang belum memiliki dan baca dan simbol-simbol
10
lainnya. Dengan kondisi uamt Islam yang semakin banyak dengan wilayah
yang semakin luas, tentu menimbulkan berbagai ekses. Atas instruksi Ali bin
Abi Thalib, Abu al-Aswad al-Duwali mengambil inisiataif untuk
menyempurnakan penulisan Al-Qur`an, dengan memberikan tanda-tanda
baca dan simbol-simbol lainnya.
Seiring dengan perjalan sejarah yang semakin luas simbol-simbol ini terus
berkembang dari bentuk yang sederhana berupa titik satu di atas untuk
sebagai kasrah, menjadi bentuk garis seperti sekarang ini. Para ilmuan terus
berupaya menyempurnakan penulisannya ini sehingga sangat memudahkan
bagi pembaca bagi otrang Arba dan non Arab. Nama-nama surat dan bilangan
ayat serta tanda waqaf diletakkan di tempatnya, mengahsilkan yang mushaf
yang refresentatif untuk semua kalangan di kemudian hari.
f. Tahapan Pencetakan
g. Tahapan Pembelajaran
11
Inilah sebagai tahapan yang sangat menentukan dalam pemeliharaan al-
Qur`an, yakni mempelajari dan mendalami Al-Qur`an itu sendiri dengan
proses pendidikan dan pembelajaran. Ini sangat menentukan dalam
pemeliharaan Al-Qur`an secara umum sehingga Al-Qur`an sepanjang masa
tetap menjiwai umat dalam kehidupan.
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
13
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, ed. iii, cet.
iii, (Jakarta: Balai Pustaka, 2003).
Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspek, jilid. ii, ed. ii, cet. i,
(Jakarta: UI Press, 1985).
M. Quraish Shihab, Sejarah dan ‘Uluml Qur`an, cet. iii, (Jakarta: Pustaka
Firdaus, 2001).
Mani’ Abdul Halim Mahmud, pentj; Faisal Saleh dan Syahdianur, Metodologi
Tafsir: Kajian Komprehensif Metode Para Ahli Tafsir, ed. i, cet. i, (Jakarta: Raja
Grfindo Persada, 2006).
14